Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana untuk

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga siap bersaing dalam

dunia kerja.Permasalahan kualitas SDM merupakan salah satu faktor yang dapat

menambah tingkat pengangguran.Ada tiga faktor dasar yang menjadi permasalahan

tingginya tingkat pengangguran di Indonesia, yaitu: (a) ketidaksesuaian hasil yang

dicapai antara pendidikan dan lapangan pekerjaan, (b) ketidakseimbangan

permintaan dan penawaran terhadap jasa manusia, (c) kualitas sumber daya

manusia itu sendiri (Tilaar H, 2004:162).Maka dari itu pendidikan adalah sarana

untuk mendapatkan SDM yang berkualitas karena pendidikan dianggap mampu

untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu. Salah satu hal yang dapat dijadikan

sebagai ukuran kualitas output tersebut adalah bagaimana SDM mampu bersaing di

dunia kerja dan diharapkan mampu menggerakkan roda perekonomian.

Pada dasarnya pemerintah menjamin semua warga negara Indonesia

memiliki hak yang sama untuk mengikuti pendidikan yang diselenggarakan di

semua satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan seperti yang tercantum dalam

pasal 31 Undang-undang Dasar 1945. Untuk mencapai bangsa yang bermoral dan

sejahtera maka diperlukan kualitas pendidikan yang baik agar bisa meningkatkan

1
2

Moraldan kederdasan bagi penerus bangsa. Sehingga sudah menjadi tugas

pemerintah ataupun negara dalam memajukan pendidikan nasional.

Proses pendidikan yang dilaksanakan dalam upaya mencerdaskan


kehidupan bangsa serta mengembangkan watak bangsa menjadi bermoral,
itulah yang disebut sistem pendidikan nasional.Berdasarkan UU No. 20
Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak anak didik dan kemudian bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggungjawab.

Dengan tercapainya tujuan seperti yang tercantum pada undang-undang diatas,

seseorang harusnya dapat menggali dan mendayagunakan potensi alam dan

lingkungannya secara produktif dan kompetitif, sehingga mampu mengembangkan

kreativitas untuk memenuhi kebutuhan dilingkunganmasyarakat dengan

pengetahuan yang dimiliki.Hal tersebut sejalan dengan orientasi pengembangan

kurikulum 2013, yaitu tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap

(attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).Namun, pada

praktiknya setiap peserta didik yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan

Sekolah Menegah Atas maupun Kejuruan lebih menggantungkan diri pada

lapangan pekerjaan ataupun melanjut ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.Hal

ini menandakan kurangnya keterampilan (skill) yang dimiliki peserta didik setelah

menyelesaikan pendidikannya, dan merupakan penyebab meningkatnya angka

tenaga kerja yang kapan saja bisa menyandang status pengangguran.

Selama iniaktivitas pembelajaran di tingkat sekolah menengahkebanyakan

masih menekankan pada perubahankemampuan berpikir


3

padatingkat dasar dan belum memaksimalkankemampuan berpikir tingkat tinggi

siswa.Padahal kemampuan berpikirtingkat tinggi juga sangat penting

bagiperkembangan mental dan perubahanpola pikir siswa. Hal ini dikarenakan

dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan pendekatan

pembelajaran konvensional (ceramah,tanyajawab,latihan/tugas) dan proses

pembelajaran didominasi oleh guru (Teacher-Centred) yang umumnya

menggunakan metode ceramah, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya

efektifitas dan tidak berpusat pada peserta didik. Pembelajaran yang membiarkan

peserta didik sibuk dengan kegiatan masing-masingtanpa berperan aktif dalam

pembelajaran, mengakibatkan peserta didik kurang tertarik terhadap proses

pembelajaran yang akan berlangsung. Dikhawatirkan dengan pembelajaran

konvensional yang masih digunakan,akanmembuat peserta didik semakin tidak

tertarik untuk belajar. Oleh karena itu, dibutuhkan cara yang mampu membuat

peserta didik tertarik untuk belajar.

Untuk mengantisipasi masalah tersebutdiperlukan pendekatan pembelajaran

yang tepat.Menurut, Sanjaya (2006:50) “Guru adalah komponen yang sangat

menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran”. Strategi dengan

penggunaanpendekatan model pembelajaran memiliki pengaruh cukup besar

terhadap keberhasilan gurudalam proses belajar mengajar.Ada beberapa model

pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam kurikulum 2013 diantaranya;

pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran penemuan, dan pembelajaran berbasis

masalah.Model pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan keadaan

dan kemampuan peserta didik, sumber belajar, dan daya dukung yang dimiliki oleh
4

guru atau sekolah.Problem Based Learningadalah metode pengajaran yang

bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik

belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh

pengetahuan (Duch,1995). Model pembelajaran PBL perlu diterapkan dalam

pembelajaran Gambar Teknik, karena model ini menuntut siswa untuk berfikir

kritis dan menciptakan peserta didik yang terampil dalam memecahkan masalah (U.

Setyorini, dkk, 2011: 52).Dengan melihat kondisi kelas, model pembelajaran ini

mampu mengajak pesertadidik untuk mampu berpikir menciptakan ide-ide baru

menimbulkan kreatifitas untuk memecahkan permasalahan menggambar teknik

yang ada disekitar lingkungan mereka.

Berdasarkan program pengalamanlapangan (PPL) peneliti pada tahun 2017

dan observasi yang peneliti sebelumnya diSMKNegeri 1 Lubuk Pakam, peneliti

mendapat informasi bahwa hasil belajar siswa kelas X DPIB pada mata pelajaran

Gambar Teknik masih tergolong rendah.Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat

pada saat guru mengadakan ulangan, masih banyak siswa yang memperoleh nilai

dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah pada

mata pelajaran Gambar Teknik yaitu 75. KKM adalah target kompetensi yang harus

dicapai siswa yang dapat dijadikan patokan atau acuan oleh seorang guru untuk

menentukan sampai dimana kemampuan siswa yang diajarkannya.

Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari pencapaian hasil akhir

ulangan harian yang dilakukan guru. Nilai rata-rata tes hasil belajar siswa dari kelas

X DPIB A hanya 22 (63%) siswa yang memperoleh nilai diatas 75 yang sudah

memenuhi KKM sedangkan 13 (37%) orang masih memperoleh nilai di bawah


5

75yang artinya belum memenuhi KKM, sementara pada kelas X DPIB B hanya 19

(58%) siswa yang memperoleh nilai di atas 75 yang sudah memenuhi KKM

sedangkan 14 (42%) siswa memperoleh nilai di bawah 75 yang artinya belum

memenuhi KKM.

Tabel 1.1
Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian Siswa
Kelas JumlahSisw KKM JumlahSiswa Yang JumlahSiswa Yang
a Lulus KKM Tidak Lulus KKM
(%) (%)
X DPDIB 35 75 22 siswa (63 %) 13 siswa (37 %)
A
X DPDIB 33 75 19 siswa (58 %) 14 siswa (42 %)
B
Jumlah 68 41 siswa (60 %) 27 siswa (40 %)
(sumber: daftar nilai Gambar Teknik kelas X semester I tahun 2018)

Pada pengamatan selama mengikuti PPL di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam,

rendahnya hasil belajar dikarenakan aktivitas belajar masih terlihat kurang menarik

siswa pada sistem pembelajaran yang dilakukan guru.Peneliti menemukan bahwa

siswa kurang memperhatikan guru menjelaskan materi pelajaran, siswa kurang aktif

bertanya, dan menjawab pertanyaan.Selain itu, guru lebih banyak mendominasi

kegiatan pembelajaran dan belum melibatkan siswa. Hal ini dapat dilihat bahwa

siswa bertindak sebagai peserta didik dalam proses pembelajaran, ketika hanya

sedang melaksanakan tugas yang diberikan guru. Penyebabnya dikarenakan dalam

proses pembelajaran belum menerapkan model dan media pembelajaran yang

bervariasi. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan pada cara mengajar guru

sehingga akan berdampak pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu model dalam

pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi pembelajaran


6

dengan kenyataan yang ada dilingkungan sekitarnya.Atas dasar itulah peneliti

mencoba menggunakan pembelajaran PBL, berdasarkan penelitian terdahulu yang

memiliki kesamaan yang dilakukan oleh Ahmad Farisi (2017). Pembelajaran

dengan model PBL menghadirkan situasi nyata kehidupan siswa sehingga siswa

tidak bingung dan dapat langsung memahami dan menemukan sendiri apa yang

dipelajari khususnya pada materi gambar potong dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran ini juga banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran. Siswa diberikan kebebasan untuk lebih berpikir dalam

mengembangkan penalarannya dalam menyelesaikan permasalahan yang

dihadapinya.Model pembelajaran PBL lebih baik diterapkan pada materi

pembelajaran lingkup kehidupan sehari-hari agar siswa lebih mudah memahami

materi sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Disamping model pembelajaran, berdasarkan observasi lapangan yang

dilakukan di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam juga ditemukan kurangnya minat belajar

siswa dalam mempelajari gambar teknik, banyak siswa yang kurang memiliki minat

belajar karena kendala secara eksternal dan internal. Pada saat jam pelajaran

gambar teknik terdapat beberapa siswa yang bermain dan terlihat kurang tertarik

dengan mata pelajaran ini, penulis menduga selain metode pembelajaran yang

belum bervariasi hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah minat belajar

siswa. Rendahnya minat yang ditemukan saat observasi awal adalah dilihat dari

teman sekolah, fasilitas belajar, rasa ingin tahu peserta didik yang belum

dieksplorasi. hal tersebut menjadi sorotan ketika proses belajar dilakukan.


7

Berdasarkan latar belakang diatas, untuk melihat sejauh mana pengaruh dari

penggunaan model pembelajaran PBL dan minat belajar siswaterhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Gambar Teknik maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based

Learning dan MinatBelajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Gambar Teknik

Siswa Kelas XDPDIB SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2018/2019”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka

peneliti mengemukakan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran didominasi oleh guru (Teacher Centered), sehingga

menyebabkan kurang interaksi antara guru dan siswa.

2. Dari keseluruhan hasil belajar siswa hanya sebagian saja yang memenuhi

kriteria ketuntasan minimal (KKM).

3. Guru diharapkan dapat membuat siswa tertarik dan memiliki minat belajar

pada materi pembelajaran dan meningkatkan kemampuan analisis siswa.

4. Model pembelajaran problem based learningdan Minat belajar siswa

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Gambar Teknik siswa kelas

X DPIB SMKNegeri 1 Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2018/2019.

C. Batasan Masalah

Agar dapat mencapai sasaran yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian,

maka peneliti membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut:


8

1) Model pembelajaran yang akan diteliti adalah model pembelajaran problem

based learning.

2) Minat belajar pada materi pembelajaran gambar teknik siswa kelas X DPIB

SMK Negeri 1 Lubuk Pakam tahun ajaran 2018/2019.

3) Hasil belajar yang akan diteliti adalah hasil belajar Gambar Teknik siswa

kelas X SMKNegeri 1 Lubuk Pakam tahun ajaran 2018/2019.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas serta demi terwujudnya pembahasanyang

sesuai dengan harapan, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah

“Apakah terdapat pengaruh penggunaan model problem based learning dan

minat siswa terhadap hasil belajar Gambar Teknik siswa kelas X DPIB SMK

Negeri 1 Lubuk Pakam”?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian merupakan sasaran utama yang akan dicapai

seseorang melalui kegiatan yang dilakukan. Sesuai dengan judul penelitian ini

maka yang menjadi tujuan penelitian adalah “Untuk mengetahui pengaruh

penggunaan model pembelajaran problem based learning dan minat belajar

siswa terhadap hasil belajar Gambar Teknik siswa kelas X SMK Negeri 1

Lubuk Pakam tahun ajaran 2018/2019”.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dilakukan adalah:


9

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam mempersiapkan

rancangan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk secara aktif

mengembangkan sendiri pengetahuannya. Model pembelajaran problem

based learning diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk

meningkatkan daya pikir siswa/i menjadi lebih kritis dalam proses

pembelajaran.

2. Bagi lembaga pendidik sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak sekolah

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan alternatif dalam memilih

model pembelajaran yang tepat.

3. UntukUNIMED sebagai bahan referensi bagi civitas akademika dalam

melakukan penelitian di masa yang akan datang.

4. Bagi peneliti dan peneliti lanjutan sebagai bahan masukan dalam menambah

wawasan mengenai model pembelajaran problem based learning.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu pola interaksi antara siswa dan guru

didalam kelas yang terdiri dari: strategi, pendekatan, metode, teknik pembelajaran

yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di

kelas.MenurutArends (1997:7)mengatakan “The Term teaching model refers to a

partikuar apporoach to intruction that includes its goal, syntax,environment, and

management system..” artinya, istilah model pembelajaran atau pengajaran

mengarah pada suatu pendektan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks,

lingkungan dan sistem pengelolaannya.

Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan metode belajar peserta

didik dan metode mengajar guru. Model pembelajaran yang menarik dan inovatif

dapat berimplikasi terhadap minat maupun motivasi belajar siswa dalam proses

belajar mengajar. Jadi, model pembelajaran dapat membantu guru menentukan

sesuatu yang harus dilakukan dalam proses belajar mengajar dalan rangka

pencapaian tujuan belajar mengajar.

Shoimin (2016:24) “Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman

bagi pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran” sedangkan

Soekanto (Trianto,2007:5) mengemukakan maksud dari model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan

10
11

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Konsep mengenai model

pembelajaran yang dikemukan di atas, semacam program rancangan yang

berangkat dari teori atau ilmu pengetahuan tentang pendidikan, tentunya dibangun

dengan dasar prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologi, sosiologi, fisik, dan

analisis lingkungan dan kebutuhan. Sehingga yang terlahir dari model-model

pembelajaran dapat dijadikan pilihan para guru untuk mencapai tujuan dari proses

pembelajaran serta tujuan pendidikan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, maka peneliti mengemukakan

bahwa model pembelajaran adalah sebuah sarana yang telah dipilih guru sesuai

dengan materi yang dapat diajarkan dan digunakan dalam proses pembelajaran,

untuk memaksimalkan tujuan pembelajaran dengan langkah- langkah yang jelas.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Dari sekian banyak model-model pembelajaran salah satu diantaranya

menjadi kajian teoritik pada penelitian ini, yakni untuk lebih mengenal dan

mendalami proses pelaksanaan model pembelajaran PBL. Mengkaji latar belakang

munculnya modelProblem Based Learning(PBL)yakni ketika pembelajaran

diperhadapkan kepada kenyataan di lapangan ternyata kurang mampu melihat

masalah, mengidentikkan dengan kerangka berfikir seerta mencari solusinya.

Menurut Aswita (2015:86)

“Model pembelajaran PBL adalahmodel pembelajaranyang


menghadapakan suatu masalah nyata kepada siswa dimana siswa
dilatih kemampuannya untuk memecahkan masalah dan berfikir kritis
serta mendapatkan pengetahuan baru dari pemecahan masalah yang
dihadapi.
12

Duch (1995) dalam Shimin (2016 :130) mengatakan Problem Based

Learning(PBL) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan

nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan

keterampilan memecah masalah serta memperoleh pengetahuan. Pembelajaran

diperhadapkan kepada kenyataan di lapangan agar mampu melihat masalah,

mengidentikkan dengan kerangka berfikir serta mencari solusinya.

Selanjutnya Finkle dan Torp (1995) dalam Shoimin (2016:130) menyatakan

bahwa Problem Based Learning(PBL) merupakan pengembangan kurikulum dan

sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan

masalah dan dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para

peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang

tidak terstruktur dengan baik.

Abidin (2014:159) memandang model PBL suatu model pembelajaran yang

menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara

berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang

diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada

pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik sebelum

peserta didik sebelum mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan

masalah yang harus dipecahkan. menuntut siswa berfikir dan mendapatkan hasil

belajar yang alamiah pula

Dari pendapat tersebut diatas dapat dipahami bahwa PBLatau pembelajaran

berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah


13

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar, dengan

membangun pola berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah, serta

mengkostruksi pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Jadi

problem based learning(PBL) memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat

efektif dan dicapai jika kegiatan pembelajaran dipusatkan pada tugas-tugas atau

permasalahan yang otentik, relevan dan dipresentasikan dalam suatu konteks.

3. Karakteristik Model Problem Based Learning

Problem based learning(PBL)dengan pengharapan peserta didik belajar di

lingkungan kecil atau kelompok kecil akan membantu perkembangan masyarakat

belajar. Bekerja dalam kelompok juga membantu mengembangkan karakteristik

esensial yang dibutuhkan untuk sukses setelah siswa tamat belajar seperti dalam

berkomunikasi secara verbal, berkomunikasi secara tertulis dan keterampilan

membangun timkerja.

Berbagai model pembelajaran yang mulai dikembangkan memiliki

karakteristik berbeda, barrow(2005),dalam Shoiman(2016: 130):

1. Learning Stundent Centered.


Proses Pembelajaran dalam problem based learninglebih menitikberatkan
kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga
oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat
mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2. Authentic problems from the organizing focus learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik
sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta
dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya.
3. New information is acuered through self directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui
dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehinggga siswa
berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku
maupun informasi lainnya.
14

4. Learning occurs is small groups


Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun
pengetahuan secara kolaboratif, PBL dilaksanakan dalam kelompok
kecil.Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas.
5. Teachers act as facilitators
Pada pelaksanaan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun
begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan
mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.

Adapun karakteristik PBL menurut M. Amien dalam E. Kosasih (2014: 90),

adalah sebagai berikut:

1. Bertanya, tidak semata-mata menghafal.


2. Bertindak, tidak semata-mata melihat dan mendengarkan.
3. Menemukan problema, tidak semata-mata belajar fakta-fakta.
4. Memberikan pemecahan, tidak semata-mata belajar untuk mendapatkan.
5. Menganalisis, tidak semata-mata mengamati.
6. Membuat sintesis, tidak semata-mata membuktikan.
7. Berpikir, tidak semata-mata bermimpi.
8. Menghasilkan, tidak semata-mata menggunakan.
9. Menyusun, tidak semata-mata mengumpulkan
10. Menciptakan, tidak semata-mata memproduksi kembali.
11. Menerapkan, tidak semata-mata mengingat-ingat.
12. Mengeksperimentasikan, tidak semata-mata membenarkan.
13. Mengkritik, tidak semata-mata menerima.
14. Merancang, tidak semata-mata beraksi.
15. Mengevaluasi dan menghubungkan, tidak semata-mata mengulangi

Jadi problem based learning(PBL)tidak dirancang untuk membantu guru

menyampaikan informasi dengan jumlah besar kepada peserta didik, akan tetapi

problem based learning(PBL)dirancang terutama untuk membantu siswa

mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah dan

keterampilan intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa dengan

mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan, dan

menjadi peserta didik yang mandiri dan otonom.


15

4. Keunggulan dan Kekurangan Model Problem Based Learning

(PBL)

Sejalan dengan karakteristik diatas, model PBL dipandang sebagai sebuah

model pembelajaran yang memiliki banyak keunggulan. Keunggulan tersebut

diungkapkan oleh Aswita (2015:87)

Ada beberapa kelebihan model pembelajaran PBL yaitu sebagai


berikut:
1) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
2) Mengajari siswa bagaimana menerapkan suatu pengetahuan yang
diperoleh untuk memecahkan masalah kehidupan nyata.
3) Dapat menimbulkan minat dan motivasi diri agar terus belajar
meskipun pendidikan formal sudah berakhir.

Beberapa keunggulan model PBL juga dikemukakan oleh Shoimin

(2016:132) yaitu sebagai berikut:

1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah


dalam situasi nyata
2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri
melalui aktivitas belajar
3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubugannya tidak perlu dipelajari oleh siswa.Hal ini mengurangi
beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi
4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok
5) Siswa terbiasa menggunakan sumber ssumber pengetahuan, baik dari
perpustakaan, internet, wawancara dan observasi
6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri
7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah
dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka
8) Kesulitan belajar siswa secara inidividual dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching

Selain beberapa keunggulan diatas, keunggulan model PBL juga

ditambahkan beberapa hal oleh Abidin (2014: 162), yaitu sebagai berikut:

1) Model PBL mampu mengembangkan motivasi belajar siswa.


2) Model PBL mendorong siswa untuk mampu berfikir tingkat tinggi.
16

3) Model PBL mendorong siswa mengoptimalkan kemampuan


metakognisinya.
4) Model PBL menjadikan pembelajaran bermakna sehingga mendorong
siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara
mandiri.

Dari beberapa keunggulan yang di kemukakan oleh beberapa ahli di atas,

dapat disimpulkan bahwa model PBL ini sangat baik untukmengembangkan rasa

percaya diri siswa yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri sehingga peneliti

menggunakan model ini dalam proses KBM.

Kekurangan dalam model PBL menurut Abidin (2014:163) adalah sebagai

berikut:

1) Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru


sebagai narasumber utama, akan merasa kurang nyaman dengan
cara belajar sendiri dalam pemecahan masalah.
2) Jika siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari dapat dipecahkan maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba menyelesaikan masalah.
3) Tanpa adanya pemahaman siswa mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak
akanbelajar apa yang ingin mereka pelajari.

Problem Based Learning juga memiliki kekurangan dalam penerapannya.

Kelemahan merut Shoimin (2016:132) diantaranya:

1) PBL tidak dapat diterapkan setiap materi pelajaran,


ada badian guru beperan aktif dalam menyajikan materi.PBL lebih
cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu
yang kaitannya dengan pemecahan masalah
2) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman
siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan pembagian tugas

Berdasarkan uraian diatas, sama halnya dengan model pembelajaran yang

lain model PBL juga memiliki kelemahan dalam penerapannya, yaitu jika siswa
17

kurang memahami materi maka siswa akan sulit untuk memecahkan masalah, jika

siswa tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang diberikann itu sulit maka

siswa akan merasa enggan dalam memecahkan masalah tersebut, dan model PBL

ini membutuhkan waktu cukup lama untuk mempersiapkannya.

5. Sintak atau Langkah – LangkahModel Problem Based Learning (PBL)

Model PBL memiliki beberapa langkah pada implementasinya dalam proses

pembelajaran. Menurut Shoimin (2016:131) mengemukakan bahwa langkah-

langkah PBL adalah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang


dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilih.
b. Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut(menetapkan topik,
jadwal,waktu dan lain-lain).
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan pemecahan
masalah,pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
d. Guru membantu siswa dalam memrencakan serta menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka dengan berbagi tugas dengan
temannya.
e. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Sintak atau langkah-langkah model PBL telah dirumuskan secara beragam

oleh beberapa ahli pembelajaran.Sintak model PBL berikut merupakan sintak hasil

pengembangan yang dilakukan atas sintak terdahulu.Abidin(2014: 163-165)


18

menyajikan hasil perkembangan tersebut dalam sebuah gambar yaitu sebagai

berikut:

Fase 1: Menemukan masalahFase 2: Membangun struktur kerja


Pembelajaran

Fase 3: Menetapkan masalah Fase 4: Fase 5:


Mengumpulkan Merumuskan
Dan Membagi Solusi
Informasi

Fase 6: Fase 7: Fase 8:


Menentukan Menyajikan Pasca Pembelajaran
Solusi Terbaik Solusi
Gambar 2.1
Sintak model PBL

Dari kedua langkah-langkah yang dirumuskan oleh para ahli di atas, peneliti

menyimpulkan dalam pelaksanaan model pembelajaran PBL dimulai dari

pengenalan terhadap masalah sesuai materi pembelajaran, identifikasi masalah dan

menghubungkan pemecahan masalah terhadap tujuan pembelajaran.

6. Minat Belajar

Menurut Slameto (2010:180) Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Pada

dasarnya minat adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri

dengan sesuatu diluar diri.semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin

besar minat.
19

Menurut Hurlock (1999:136) dalam Khairani Makmun (2013:136) minat

merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang

mereka inginkan bila mereka bebas memilih ketika seseorang menilai bahwa

sesuatu akan bermanfaat, maka akan jadi berminat, kemudian hal tersebut akan

mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasaan menurun, maka minat juga akan

menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat

sementara atau dapat berubah-ubah.

Sedangkan menurut Crow and Crow (1984:137) dalam Khairani Makmun

(2013:137) minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimuli yang

mendorong individu untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau

kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang

telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Disamping itu menurut Jhon Holland,

(2013:137) dalam Khairul Makmun “minat merupakan aktivitas atau tugas-tugas

yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan

atau kenikmatan”.

Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa minat

merupakan rasa ketertarikan seseorang dan ingin tahu yang lebih dari sesuatu

Objek yang diperhatikan sehingga minat dapat menyebabkan seseorang giat

melakukan suatu kegiatan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya.

7. Hasil Belajar

Hasil belajar digunakan sebagai ukuran mengetahui seberapa jauh, seseorang

menguasai bahan yang sudah dipahami.Segala sesuatu usaha yang dilakukan

tentunya membuahkan hasil.Begitu pula, hasil belajar yang diperoleh peserta didik
20

setelah melakukan aktivitas belajar di sekolah. Peserta didik selalu berharap hasil

yang terbaik sebagai buah dan jerih payah. Demikian juga halnya dalam dunia

pendidikan, proses pembelajaran yang panjang yang telahdilakukan tentunya

akanmembuahkan hasil. Hasil yang didapat berupa adanya perubahan sikap atau

keterampilan pada objek yang dikenai tindakan. Perubahan yang terjadi bukanlah

sebuah perubahan yang terjadi dengan mudah dan singkat tetapi melalui adanya

proses belajar mengajar.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu hasil dan belajar.Pengertian hasil (product) menekankan pada

suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang

mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input-proses-

hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh

proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar setelah mengalami belajar

siswa berubah perilakunya dari sebelumnya.Belajar dilakukan untuk mengusahakan

adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar.Perubahan perilaku itu

merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.

MenurutHamalik (2010:30) “Hasil belajar adalah terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dalam bentuk perubahan

pengetahuan, sikap dan keterampilan.” Perubahan tersebut diartikan adanya

peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan

sebelumnya.Perubahan yang timbul pada individu harus mengarah pada perubahan

positif berupa: kecakapan, sikap, kebiasaan dan pengertian.

Menurut Bloom (Rusmono, 2014:8):


21

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu
pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.Ranah kognitif meliputi
tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali
pengetahuan, pengembangan kemampuan intelektual dan
keterampilan.Ranah efektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan
perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta
penyesuaian.Ranah psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang
menunjukkan bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulative
fisik tertentu.

Kasmadi dan Sunariah (2014:43), mengemukakan bahwahasil belajar pada

tingkat umum, diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Keefektifan pembelajaran diukur dengan tingkatan


pencapaianpembelajaran, yakni 4 aspek penting yang dapat dipakai
untukmemprediksi efektifitas belajar, yaitu; (1) kecermatan
penguasaanprilaku yang dipelajari, (2) kecepatan untuk kerja, (3) tingkat
alihuntuk belajar, dan (4) tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
b. Efesiensi pembelajaran diukur dengan rasio antara keefektifandengan
jumlah waktu yang dipakai, dan juga biaya yangdigunakan.
c. Daya tarik pembelajaran, diukur dengan mengamati
kecenderungansiswa untuk senang belajar. Erat kaitannya dengan daya
tarik dankualitas pembelajaran. Oleh sebab itu, pengukuran siswa
belajardapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri.
d. Hasil belajar, merupakan hasil penilaian terhadapkegiatan pembelajaran
sebagai tolak ukur tingkat keberhasilansiswa memahami pembelajaran
yang dinyatakan dengan nilaiberupa huruf atau angka. Akan tetapi,
secara psikologimenampakan perubahan perilaku pada siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkanbahwa hasil

belajar adalah ada atau tidaknya perubahan yang terjadi pada siswasetelah

melaksanakan proses pembelajaran. Perubahan tersebutmeliputi aspek kognitif

yang meliputi pengetahuan,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian.Ranah afektif yang berupamenerima, menanggapi, menilai, mengelola

dan menghayati.Sedangkan pada ranah psikomotor meliputi peniruan,

manipulasi,pengalamiahan dan artikulasi.Hasil belajar yang menjadi objek

dalampenelitian ini adalah adanya perubahan aspek kognitif.


22

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian terdahulu yang memiliki

kesamaan tema yang telah dilakukan oleh penelitian terdahulu. Penelitian tersebut

adalah:Penelitian yang dilakukan oleh Oktavianus E. Purwandi (2017) yang

berjudul “Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Pada Sub

Materi Pencemaran Air Di SMP” bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan

metode PBL lebih efektif dibandingkan dengan metode konvensional. Adapun

hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan metode PBL pada mata pelajaran

Sains dengan sub materi pencemaran air efektif untuk meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VII SMPN 1 Seberuang, Kab.Kapuas Hulu tahun ajaran

2015/2016.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan model pembelajaran

PBL lebih efektif dari model konvensional. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai rata-

rata post test untuk kelas eksperimen sebesar 68,80 dan kelas kontrol sebesar 42,80.

Simpulan dalam penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran PBL dapat

meningkatkan hasil belajar dibandingkan model konvensional dalam pembelajaran

Sains dengan sub BAB materi pencemaran air pada siswa kelas VII SMPN 1

Seberuang, Kab. Kapuas Hulu tahun pelajaran 2015/2016. Saran dalam penelitian

ini yaitu pembelajaran menggunakan model PBL dapat memberikan pengaruh

terhadap hasil belajar siswa, maka diharapkan guru dapat mengembangkan model

itu sebagai bahan untuk proses pembelajaran karena efektif dalam meningkatkan

hasil belajar dan aktivitas siswa, dan adanya penelitian lebih lanjut dalam rangka

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.


23

Penelitian yang dilakukan oleh Anna Sylvia (2015) dengan judul “Pengaruh

model pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Mata

Pelajaran Ekonomi Pada Siswa SMA Negeri 1 Palu” bertujuan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran PBL.

Instrumen yang digunakan berupa pre test dan post test pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah ketuntasan hasil

belajar kelas dan peningkatan persentase siswa yang mencapai KKM. Dari hasil

penelitian pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajara PBL

memperoleh mean 79,10 sedangkan mean yang diperoleh oleh pada pembelajaran

model kovensional di kelas kontrol adalah 58,93. Dari analisis tersebut terlihat rata-

rata hasil belajar model PBL lebih tinggi dari hasil belajar pada kelompok siswa

yang meggunakan model konvensional dengan selisih sangat signifikan yakni

20,17.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Ahmad Farisi (2017) dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Suhu Dan

Kalor” dilakukan di SMP Negeri 1 Kaway XVI, dengan subjek penelitian pada

kelas VII-1 dan VII-2 yang diperoleh dengan teknik purposive sampling dari seluruh

kelas VII. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

dua tahap, yaitu pre-testdan posttest. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah

dilakukan diperoleh thitung = 6,71 dan ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 dan derajat

kebebasan dk = n1+ n2− 2, yakni dk = 40 menggunakan distribusi uji-t, diperoleh

ttabel sebesar 1,68. Sehingga dapat dinyatakan thitung> ttabel atau 6,71>1,68. Pengujian
24

hipotesis menunjukkan hasil thitug berada dalam penerimaan Ha.Dengan demikian

dapat disimpukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

pembelajaran PBL terhadap kemampuan berpikir kritis dalam meningkatkanhasil

belajar siswa pada konsep suhu dan kalor di SMP Negeri 1 Kaway XVI.

Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh

para peneliti di atas maka penggunaan model pembelajaran PBL dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini

adalah dalam penggunaan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.Hanya saja tingkatan sekolah pada penelitian ini lebih tinggi dari pada

penelitian di atas. Hal ini berakibat pada peran guru harus benar-benar

memperhatikan dan membimbing siswa selama proses pembelajaran. Dengan

demikian diharapkan bahwa penggunaan model pembelajarn PBL dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Hasil belajar adalah ada atau tidaknya perubahan yang terjadi pada

siswasetelah melaksanakan proses pembelajaran. Perubahan tersebutmeliputi aspek

kognitif yang meliputi pengetahuan,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian. Ranah afektif yang berupamenerima, menanggapi, menilai, mengelola

dan menghayati.Sedangkan pada ranah psikomotor meliputi peniruan,

manipulasi,pengalamiahan dan artikulasi.Hasil belajar yang menjadi objek

dalampenelitian ini adalah adanya perubahan aspek kognitif

Untuk mencapai hasil belajar siswa yang sesuai dengan harapan, maka

seorang guru berkewajiban menciptakan proses belajar yang membutuhkan


25

ketekunan. Guru memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran dan harus

secara aktifmenempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan

tuntutan zaman yang makin berkembang.

Dipahami bahwa PBLatau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi

peserta didik untuk belajar, dengan membangun pola berpikir kritis dan terampil

dalam pemecahan masalah, serta mengkostruksi pengetahuan dan konsep yang

esensial dari materi pelajaran. Pada pembelajaran Gambar Teknik dalam pokok

pembahasan Gambar Potong di kelas X SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun

Pembelajaran 2018/2019 dapat dikatakan masih memberlakukan model

pembelajaran konvensional yang masih menggunakan pembelajaran satu arah, yaitu

berpusat pada guru. Dalam kegiatan belajar, guru masih banyak menggunakan

metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran dan siswa

mendengarkan penjelasan dari guru, tanpa menugaskan siswa mencari solusi dari

setiap pembahasan yang disampaikan guru.

Minat belajar siswa merupakan rasa ketertarikan seseorang dan ingin tahu

yang lebih dari sesuatu Objek yang diperhatikan sehingga minat dapat

menyebabkan seseorang giat melakukan suatu kegiatan menuju ke sesuatu yang

telah menarik minatnya.


26

1. Siswa masih pasif dalam


Input pembelajaran
2. Hasil belajar siswa rendah

Model pembelajaran PBL (X1) dan Minat


Siswa (X2)dengan pemberian masalah,
pembagian anggota kelompok, mengajukan
pertanyaan pada lembar soal, menukarkan
Proses
lembar soal kepada kelompok lainnya,
menjawab soal pada lembar jawab,
mempresentasikan lembar soal dan lembar
jawab.

Hasil belajar siswa dalam menggambar


Output
teknik.

Gambar 2.2
Kerangka Berpikir Penelitian
27

D. HipotesisPenelitian

Setelah peneliti merumuskan dan mengadakan penelaahan yang mendalam,

kemudian peneliti merumuskan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul,

peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat terbukti atau tidak.

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dalam penggunaan model

pembelajaran PBLterhadap hasil belajar Gambar Teknik siswa kelas X DPIB

SMK Negeri 1Lubuk Pakam tahun ajaran 2018/2019”.

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan minat belajar terhadap hasil belajar

Gambar Teknik siswa kelas X DPIB SMK Negeri 1Lubuk Pakam tahun

ajaran 2018/2019”.

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dalam penggunaan model

pembelajaran PBL dan minat belajar terhadap hasil belajar Gambar Teknik

siswa kelas X DPIB SMK Negeri 1Lubuk Pakam tahun ajaran 2018/2019”.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam yang beralamat

di jalan Galang Desa Pagar Merbau, Deli Serdang. Pada Tahun Pembelajaran

2018/2019.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

DPIB SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun Pembelajaran 2018/2019, yaitu

sebanyak 68 orang yang terdiri dari 2 kelas, dimana siswa kelas X DPIB A

berjumlah 35orang dan kelas X DPIB B berjumlah 33 orang.

Tabel 3.1
Jumlah Siswa Kelas X DPDIB SMK Negeri 1 Lubuk Pakam
Tahun Pembelajaran 2018/2019
Kelas Jumlah Siswa
X DPIB A 35 orang
X DPIB B 33 orang
Jumlah 68 orang
(Sumber: Daftar nilai Gambar Teknik kelas X semester tahun 2018)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1

Lubuk Pakam. Kelas X DPIB A yang berjumlah 35 orang yang diajar dengan

menggunakan model Problem Based Learning yang disebut sebagai kelas

40
eksperimen dan siswa kelas X DPIB B yang berjumlah 33 orang yang akan

diajardengan menggunakan model pembelajaran konvensional yang disebut sebagai

kelas kontrol. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik total sampling.Untuk lebih jelasnya jumlah sampel pada

penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3.2

Tabel 3.2
Jumlah Sampel Kelas X DPIB SMK Negeri 1 Lubuk Pakam
Tahun Ajaran 2018/2019
Sampel Kelas Jumlah Siswa
Eksperimen X DPIB A 35 orang
Kontrol X DPIB B 33 orang
Jumlah 68 orang
(Sumber: diolah oleh peneliti)

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga variabel, yaitu:

1. Terdapat 2 Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran problem based learningsebagai variabel X1,

dan Minat Belajar sebagai variabel X2

2. Variabel terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini adalah hasil

belajar siswa pada pokok bahasan “Gambar Potong” sebagai variabel Y

2. Defenisi Operasional
1) Model problem based learning adalah alternatif proses pembelajaran

untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. PBL merupakan

metode pembelajaran yang digunakan untuk membantu siswa memahami

materi yang disampaikan.

2) Minat belajar siswa merupakan rasa ketertarikan seseorang dan ingin tahu

yang lebih dari sesuatu. Objek yang diperhatikan sehingga minat dapat

menyebabkan seseorang giat melakukan suatu kegiatan menuju ke sesuatu

yang telah menarik minatnya.

3) Hasil Belajar adalah suatu hasil yang dicapai siswa dari mempelajari

tingkat penguasaan pada mata pelajaran Gambar Teknik pada pokok

“Gambar potong” dengan alat ukur berupa pre test dan post test di kelas

XDPIB SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun Pembelajaran 2018/2019

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan dua kelas

yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi perlakuan yang berbeda. Pada

kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu pengajaran dengan menggunakan model

problem based learningdan kelas kontrol diberi perlakuan yaitu pengajaran

menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah dan tanya jawab).

Dengan demikian rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3
Rancangan Penelitian
Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test

Kelas Eksperimen T1 X2 T2
Kelas Kontrol T1 X1 T2
(Sumber: diolah oleh peneliti)

Dimana:

X1 : Perlakuan mengajar dengan melakukan metode pembelajaran


konvensional.
X2 : Perlakuan mengajar dengan melakukan model problem based
learning.
T1 : Tes awal / pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.
T2 : Tes akhir / post-tes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dalam penelitian persamaan dan perbedaan perlakuannya adalah sebagai berikut:

1. Kesamaan Perlakuan

Perlakuan yang sama terhadap subjek penelitian dalam kelompok

eksperiman dan kontrol meliputi:

1) Perlakuan diberikan berdasarkan materi ajar yang sama yaitu materi

yang terdapat dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

2) Perlakuaan dalam kegiatan belajar mengajar diberikan ditempat yang

sama yaitu dalam kelas yang fasilitasnya sama dan waktu yang

sama.

2. Perbedaan perlakuan

Perlakuan yang berbeda diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol

yaitu:
1) Model Pembelajaran Problem Based Learnig

Materi pelajaran diberikan kepada siswa yang terdapat dalam

kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning. Materi pelajaran diberikan kepada

siswapada mata pelajaran Gambar Teknik yaitu “Gambar

potong”.Langkah pertama yang dilakukan guru yaitu memberikan

bahan bacaan dan membimbing siswa dalam menemukan ide pokok

dan siswa membaca selintas materi tersebut.Selanjutnya guru

menugaskan siswa untuk membuat pertanyaan dari ide-ide pokok

yang di temukan.Setelah itu guru menugaskan siswa untuk membaca

dan menjawab pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dan

menginformasikan siswa agar memperhatikan makna bacaan serta

memahami materi tersebut.Setelah itu siswa merumuskan konsep

dan menjelaskannya baik dalam lisan maupun tulisan.Terakhir, guru

menugaskan siswa membuat rumusan dari materi hari ini dan

bersama-sama membuat kesimpulan.

2) Metode konvesional

Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam kelas kontrol

dengan menggunakan metode konvensional.Dimana guru secara

langsung memberikan materi serta menjelaskan pelajaran dengan

menceritakan sampai siswa benar-benar paham menurut anggapan

guru tersebut, diikuti dengan tanya-jawab sesuai dengan materi yang


telah ditentukan sebagai upaya untuk memberikan ransangan kepada

siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Alat yang digunakan sebagai data dalam hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Melaksanakan tes

Tes adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan

yang dimiliki seseorang dengan menggunakan soal-soal dengan batasan

tertentu. Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada

pokok bahasan “Gambar Potong” dibuat dalam bentuk pilihan berganda

sebanyak 10 soal pre test dan post test. Didalam penelitian ini, tes yang

digunakan terbagi menjadi dua yaitu:

1) Pre-test, dilaksanakan sebelum mengadakan proses pembelajaran

yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

2) Post-test, dilaksanakan setelah materi pembelajaran diberikan yang

bertujuan untuk mengetahui hasil pengajaran yang telah

dilaksanakan.

2. Dokumentasi

Yaitu dengan mengolah hasil nilai pre-test dan post-test siswa

setelah mendapat perlakuan dengan model pembelajaran problem based

learning.
F. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Validitas tes dapat diukur dengan rumus korelasi Product Moment dengan

angka kasar yang dikemukakan sebagai berikut:

n ∑ xy−( ∑ x )( ∑ y )
r xy =
√ {n ∑ x −(∑ x) }{n ∑ y −(∑ y )}
z 2 2 2

(Jakni 2016:165)

Dimana:

r xy = Koefisien validitas (koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y)


x = Skor Item soal
y = Skor Total seluruh item
n = Banyak sampel

Dari hasil penelitian koefisien korelasi, item soal dapat dinyatakan valid jika
𝑟hitung>𝑟tabel.Interpretasi koefisien korelasi yaitu:

Untuk rxy = 0,800 – 1,00 dikategorikan sangat tinggi


Untuk rxy= 0,600 – 0,800 dikategorikan tinggi
Untuk rxy= 0,400 – 0,600 dikategorikan cukup
Untuk rxy = 0,200 – 0,400 dikategorikan rendah
Untuk rxy= 0,00 – 0,200 dikategorikan sangat rendah

(Jakni 2016:165)

Rumus: Uji t

r √ ( n−2 )
r hitung =
√1−r 2
Keterangan:

t = Nilai t hitung
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden
2. Uji Reliabilitas tes

Realibilitas soal dapat dicari dengan rumus yang ditemukan oleh Kuder

Richardson yaitu KR-20 sebagai berikut:

2
n s −∑ pq
r 11 =
n−1[ s2 ] (Arikunto, 2013:115)

Dimana:

r11 = Realibilitas tes secara keseluruhan


p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
pq
∑ = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyak item
2
s = Standar deviasi dari tes

Setelah diperoleh koefisien realibilitas kemudian dihubungkan dengan harga

r-product moment pada taraf signifikan 5%.Jika r11 > rtabel maka instrumen dapat

dikatakan reliabel dan sebaliknya jika r11 < rtabel maka instrument tersebut dikatakan

tidak reliabel.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Koefisien Korelasi

Korelasi ganda (multiple correlation) merupakan korelasi yang terdiri dari

dua variabel bebas (XI , X2) serta suatu variabel terikat (Y). Apabila perumusan

masalah dilakukan dengan cara perhitungan korelasi sederhana, oleh karena itu

berikut ini hanya akan dikemukakan cara perhitungan ganda antara X1 dan X2

dengan Y.
Untuk mengetahui pengaruh PBL dan minat siswa atau korelasi hubungan

variabel Problem Based learning (X1) dan Minat siswa (X2) dengan variable Hasil

belajar (Y), digunakan rumus korelasi product moment.

a. Korelasi antara (X1) dengan( Y)

Untuk mengetahui korelasi antara X1 dengan Y, kita menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Pearson:

n( Σ X 1 Y )−( Σ X 1 ) ( Σ Y )
r x1 y = 2 2
√ {n . Σ X 1 − ( Σ X 1 ¿¿¿ 2 ) } .{n . Σ Y }− ( Σ Y ¿¿¿ 2 ) }
(dalam Arikunto, 2010:327)
Keterangan:
rx1y : Koefisien korelasi antara variabel x1 dengan variabel y
n : Jumlah sampel
∑X1 : Jumlah skor untuk X1
∑y : Jumlah skor untuk Y
∑X1Y : Jumlah perkalian skor untuk X1 dan Y
∑X12 : Jumlah kuadrat skor distribusi X1
∑Y2 : Jumlah kuadrat skor distribusi Y

b. Korelasi antara (X2) dengan (Y)

Untuk mengetahui korelasi X2 dengan Y kita menggunakan rumus yang


dikemukakan oleh Pearson :
n(Σ X 2 Y )−( Σ X 2 ) (Σ Y )
r x2 y = 2 2 (dalam Arikunto,
√ {n . Σ X 2 −( Σ X 2 ¿¿¿ 2 ) } . {n . Σ Y }−( Σ Y ¿¿¿ 2 ) }

2010:327)

Keterangan:
Rx2y : Koefisien korelasi antara variabel x2 dengan variabel y
n : Jumlah sampel
∑X2 : Jumlah skor untuk X2
∑y : Jumlah skor untuk Y
∑X2Y : Jumlah perkalian skor untuk X2 dan Y
∑X22 : Jumlah kuadrat skor distribusi X2
∑Y2 : Jumlah kuadrat skor distribusi Y
c. Korelasi antara (X1)dan ( X2) secara serentak dengan Y

Untuk mengetahui Korelasi antara X1 dan X2 secara serentak dengan Y

Menggunakan rumus:

r 2 x 1 y +r 2 x 2 y −2.rx 1 y . rx 2 y . rx 1 x 2
Rx1x2y =
√ 1−r 2 x 1 x 2
(Sugiono, 2012 :266)

Keterangan :
Rx1x2y : Korelasi ganda variabel x1 dan x2 bersamavariabel Y
Rx1y : Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y
Rx2y : Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y
Rx1x2 : Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2

H. Uji Hipotesis

1. Uji Parsial (Uji-t)

Didalam penelitian ini uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independent secara parsial ( masing – masing ) berhubungan secara signifikan atau

tidak terhadap variabel independen. Taraf signifikan adalah a = 0,05.

Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

n−2
t= r
√ √1−r 2
(Sugiono, 2009:257)

Keterangan :

t = nilai t
r = nilai koefisien korelasi
n = sampel

Dengan kriteria pengujian thitung> ttabelpada taraf signifikan 95% berarti terdapat

hubungan yang positif antara variabel bebas dan variabel terikat . sebaliknya jika

thitung < ttabel dengan taraf signifikan 95% maka tidak ada hubungan yang positif

antara variabel bebas dengan variabel terikat.


thitung> ttabel = H diterima, H ditolak

thitung> ttabel = H ditolak , H diterima

2. Uji Simultan (Uji F)

Untuk pengujian hipotesis digunakan uji f. Uji f digunakan untuk mengetahui

pengaruh variabel bebas X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan rumus:

f
hitung=
R2/k (Sugiono, 2009:266)
( 1−R2 )/(n−k−1)

Keterangan:
fhitung = nilai yang dihitung
R = nilai koefisien korelasi ganda
k = jumlah varians bebas
n = jumlah sampel

Dengan kriteria jika f hitung > f tabel maka ada hubungan postif dan signifikan

antara variabel X1 dan X2 dengan Y, jika f hitung < f tabel maka tidak ada hubungan

yang signifikan variabel X1 dan X2 dengan Y.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan

atau sejauh mana sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat dengan

adanya regresi linear berganda. Jika R2 yang diperoleh mendekati 1 maka dapat

dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan variabel bebas dengan

variabel terikat, demikian pula sebaliknya (0<R2<1).

Besarnya koefisien determinasi ( R2) dapat dicari dengan rumus :

I = R2 x 100%

Anda mungkin juga menyukai