Anda di halaman 1dari 14

" KETERAMPILAN MENGKONTRUKSI / MENDESAIN INSTRUMENT

OBJEKTIF TES"

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
Evaluasi Pendidikan

Disusun Oleh Kelompok VI :

Bima Adi Kusuma : 2018. 2263


Muhammad Furqan : 2018. 2300

Dosen Pengampu:
Syahrul Nalus, S. Ag., M.A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN
ILMU ALQUR’AN(STAI-PIQ)
SUMATERA BARAT
2021 M / 1442 H
1

" KETERAMPILAN MENGKONTRUKSI / MENDESAIN INSTRUMENT


OBJEKTIF TES"

A. Pendahuluan
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan
dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan yang bermanfaat
untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Fungsi utama evaluasi
adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang
tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi
dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses
pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan
aturan-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara
pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation), kegiatan pengukuran
merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi. Dalam kegiatan pengukuran ini
diperlukan instrumen-instrumen berupa tes, salah satu bentuk tes tersebut adalah
Tes Bentuk objektif.
Pada makalah ini akan dibahas “Keterampilan Mengkontruksi /
Mendesain Instrument Objektif Tes”. Batasan Masalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Obejektif Tes?
2. Bagaimana Penggolongan Objektif Tes (Pilihan ganda, Isian,
Menjodohkan, dan Melengkapi?

B. Pembahasan
1. Pengertian Objektif Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno, yaitu
“testum” dengan arti: “piring yang digunakan untuk menyisihkan atau memilih
logam-logam mulia dari benda-benda lain”, seperti pasir, batu, tanah, dan
sebagainya. Secara istilah test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan
dalam rangka pengukuran dan penilaian.1
Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of
Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk
membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedang menurut
Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan

1
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Hal. 117.
2

kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk


membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain.2
Tes objektif (pilihan) merupakan alat tes yang umum dan dapat diterima
untuk mengevaluasi pelajar, khususnya yang berkaitan dengan 3 level terendah
dari Taksonomi Bloom. Guru biasanya menggunakan instrument (alat) untuk
memastikan bahwa evaluasinya tidak berat sebelah, waktunya singkat, dan
adanya kemantapan dengan jumlah siswa yang banyak. Tes objektif (pilihan)
juga mempersilahkan untuk melakukan analisa data yang berpengalaman, yang
mana tidak hanya membantu menentukan pelaksanaan ujian, tapi mungkin
dapat juga membantu menilai metode pembelajaran. Meskipun tes objektif
terbilang sangat mudah, tapi mereka (pelajar) biasanya menghabiskan banyak
waktu dan mencoba membuat jawaban atas pertanyaan tersebut. Tes objektif
merupakan alat yang sangat membantu ketika tes objektif tersebut digabungkan
dengan jenis tes subyektif (esai) yang akan membantu mendapat level yang
lebih tinggi pada kemampuan kognitif atau bidang pembelajaran yang lain.
Tes Obyektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari
butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu
(atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan
pada pasangan masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan
(mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol tertentu pada
tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang
bersangkutan.3
a. Kebaikan tes objektif
1) Dapat digunakan untuk menilai pelajaran yang banyak atau scope yang
luas
2) Bagi yang dites, menjawabnya dapat bebas dab terpimpin (jawaban
tersedia)
3) Dapat dinilai secara objektif
4) Memaksa siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat
spekulasi terhadap bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus
dipelajari.[3]
5) Pemberian nilai dan cara menilai test objektif lebih cepat dan mudah
karena tidak menuntut keahlian khusus dari si pemberi nilai.[4]
6) Objekti test tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga mudah
dilaksanakan.
2
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Hal. 66-67.
3
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1996), Hal.106-107
3

b. Kelemahan tes objektif


1) Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati kecakapan.
2) Memungkinkan adanya kesempatan coba-coba dalam menjawab.
3) Menyusun tes tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang agak
lama.
4) Kurang ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak
dibanding tes essay.[5]

2. Macam-macam Penggolongan Objektif Tes


a. Tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda adalah model tes paling populer. Siswa di beri
promise atau pokok soal sebagai dasar dari soal kemudian mereka disuruh
memilih dari beberapa alternatif jawaban. beberapa alternatif jawaban yang
salah disebut distraktor/pengecoh, sedangkan jawaban yang benar disebut
kunci jawaban.
Para guru suka bentuk tes ini karena relatif cepat untuk di tata dan
mudah untuk dinilai. kamu tidak akan kesulitan dalam memeringkatnya.
tapi di lain sisi, beberapa guru dengan beberapa alasan menganggap model
tes ini tidak sesuai untuk mengukur kognitif tingkat tinggi, aspek afektif
dan psikomotorik siswa.
Soal pilihan ganda dapat di nilai menggunakan kertas scan komputer,
dikirimkan ke komputer pusat dan dalam beberapa menit menerima data
yang diinginkan. persentasi kebenarannya adalah 100%. hasil dari tes tadi
bisa diurutkan berdasar nama siswa, nilai dari yang terendah sampai
tertinggi, menganalisa berapa soal yang paling mudah bagi mereka, berapa
soal yang jawabannya paling banyak salah, mencari rata2, median dll.
semua yang kamu ingin ketahui dari hasil tes tersebut.
1) Beberapa kelebihan tes obyektif pilihan ganda :
a) Mudah dinilai menggunakan perangkat mekanik
b) Beberapa materi yang luas bisa di cover dalam waktu yang cepat
c) Siswa dapat berkonsentrasi pada jawaban yang spesifik
d) Obyektif
2) Kesulitan tes pilihan ganda :
a) Kesulitan membuat konstruksi soal untuk menilai level
pembelajaran yang tinggi
b) Konstruksi tes yang sederhana membuat siswa mudah untuk
menjawab soal
4

c) Tes pilihan ganda memakan waktu dan sulit untuk ddikembangkan


d) Murid dengan kelemahan membaca bahasa inggris dapat kesulitan
memisahkan antara jawaban benar atau salah.
e) Meskipun multiple choice salah satu cara menghindari instruksi
yang bias, gaya penulisan pembuat soal, opini2nya dan pilihan2
pasti akan tercermin dalam soal.
3) Saran - saran dalam membuat soal pilihan ganda :
a) Desainlah beberapa item soal untuk mengukur tujuan pembelajaran
Jika tujuanmu untuk mengukur penerapan pengetahun siswa
maka pertanyaannya harus lebih dari sekedar pertanyaan sederhana
tentang pilihan jawaban yang ada di kelas. pertanyaan tersebut
harus menyajikan situasi terbaru dan bertanya kepada siswa
bagaimana menerapkan prinsip2 pengetahuan yang sudah difahami.
b) Menyajikan satu masalah dengan jelas dalam sebuah pertanyaan
Untuk membuat ukuran yang valid, masalah yang diukur harus
jelas sehingga siswa tahu arah dari pertanyaan tersebut,
Contoh : Yang salah dalam sholat adalah
a. bersuci c. tasyahud awal
b. takbir d. kentut
Pertanyaan untuk mengidentifikasi masalah yang khusus dan
menyajikan jawaban yang homogen.
Contoh : di Indonesia, penduduk yang paling padat terletak dipulau
a. Jawa c. Sumatera
b. Kalimantan d. Sulawesi
Disini siswa akan focus pada kepadatan populasi, dan pengecoh
yang lain masih tentang geografi.
c) Ambillah kata2 kata yang tepat, hindari detil pertanyaan yang
berlebihan
d) Semua pengecoh harus masuk akal
e) Buat minimal 4 jawaban, lebih baik lagi 5 jawaban
f) Jangan mengakhiri item soalmu dengan grammatical "give-away"
g) Jika jawaban terdapat tanggal waktu atau tokoh, buatlah logika
yang sesuai dan jagalah dalam format yang konsisten
h) Sebarlah jawaban yang benar
i) Jika item soal mengandung opini atau teori "pakar", pastikan
membuatnya dengan jelas.
j) Hindari stement dobel negatif
5

k) Hindari alternatif jawaban "semua yang diatas" atau "tidak ada ayng
diatas".
l) Semua jawaban punya panjang yang sama.
m)Amatilah pertanyaan-pertanyaanmu lagi mulai awal sampai akhir
untuk menghindari kesamaan isi / maksud.
n) Pastikan memberi pertanyaan yang jelas. arah yang spesifik.
Untuk lebih lengkapnya, ada beberapa jenis bentuk tes pilihan ganda,
yaitu:
a) Jenis Analisis Konteks
Soal bentuk pilihan ganda jenis ini menuntut peng-ambil tes
untuk memahami seluruh konteks soal yang biasa-nya mempunyai
format formal, kemudian mengambil kesim-pulan darinya.
Contoh: analisis cukup dengan membuat table dan grafik,
mengacu pada konsep bahwa soal yang baik adalah soal yang
mampu membedakan kelompok atas dan kelompok bawah.
1. Barang siapa tidak kehilangan sesuatu, dia masih mempunyai
sesuatu itu. Si Ani tidak kehilangan tahi lalat. Jadi, si Ani masih
mempunyai tahi lalat Penalaran di atas itu
A. Benar
B. Salah pada premis mayor
C. Salah pada premis minor
D. Salah pada kesimpulan
E. Tak dapat ditentukan, benar atau salah.
Jawaban = E
b) Jenis Alternative Tak-Lengkap
Kadang-kadang penulis soal berpendapat bahwa apabila
kemungkinan jawaban itu ditulis lengkap akan terlalu jelas bagi
pengambil tes, oleh karena itu soal tersebut tidak akan berfungsi
sebagaimana diharapkan. Oleh karena itu kemungkinan jawaban
ditulis tidak lengkap agar pengambil tes lebih “berfikir” dalam
memilih jawaban yang benar. Contoh:
1. Nama murid Socrates yang terkenal bermula dengan huruf:
A. A sampai E D. P sampai T
B. F sampai J E. U sampai Z
C. K sampai O

Jawaban = D (Plato),
6

Contoh lain:
2. Apabila anda menghitung akar 26, angka berapakah yang
terdapat pada decimal kedua?
A. 5 C. 7 E. 9.
B. 6 D. 8
Jawaban = E (√26 = 5.099)
c) Jenis Kombinasi
Bentuk soal pilihan-ganda jenis kombinasi ini terdiri dari
batang tubuh soal diikuti oleh sejumlah kemungkinan jawaban di
antaranya satu atau lebih benar. Contoh:
PETUNJUK
Untuk soal-soal berikut ini pilihlah:
(1) Jumlah penduduk yang banyak
(2) Tingkat kelahiran yang lebih tinggi daripada ting-kat kematian.
(3) Struktur umur yang muda
(4) Pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diikuti peningkatan
produksi pangan.
Menurut bacaan di atas kelestarian lingkungan hidup di Indonesia
terancam punah karena…
A. Jika (1), (2), dan (3) betul D. Jika (4) saja yang betul
B. Jika (1) dan (3) betul E. Jika semuanya betul
C. Jika (2) dan (4) betul;
1

Jawaban = A
d) Jenis Kompleks
Soal bentuk pilihan-ganda jenis kompleks terdiri atas
pernyataan mengenai hubungan sebab-akibat, dan si peng-ambil tes
diminta memilih dari kemungkinan jawaban yang berkenaan
dengan benar-tidaknya sebab, benar-tidaknya akibat, dan ada
tidaknya hubungan sebab akibat itu. Untuk soal-soal berikut setiap
soal terdiri dari tiga bagian, yaitu: PERNYATAAN, kata SEBAB,
dan ALASAN, yang disusun berurutan. Contoh:
PETUNJUK :
Hasil penelitian di Indonesia relative kecil
SEBAB
Para sarjana Indonesia tidak mendapat pendidikan me-ngenai
bagaimana caranya meneliti.
Pilihlah:
A. Jika pernyataan betul, alasan betul, keduanya menunjukkan
hubungan sebab-akibat.
B. Jika pernyataan betul dan alasan betul, tetapi ke-duanya tidak
menunjukkan hubungan sebab-aki-bat.
C. Jika pernyataan betul dan alasan salah.
D. Jika pernyataan salah dan alasan betul.
E. Jika pernyataan dan alasan kedua-duanya salah.
Jawaban = C
Kiranya jelas bahwa satu soal pilihan ganda jenis kompleks
ini sebenarnya terdiri atas beberapa soal yang terjalin menjadi satu.
Untuk dapat menjawabnya dituntut berfungsinya beberapa jenjang
kompetensi sekaligus. 4

b. Tes Isian / Fill in (mengisi titik dalam kalimat yang dikosongkan)


Tes obyektif bentuk isian adalah tes tertulis yang menuntut siswa
untuk mengisikan perkataan, ungkapan, atau kalimat
pendeksebagaijawaban dari kalimat tidak lengkap, atau jawaban atas suatu
pertanyaan atau jawaban atas asosiasi yang harus dilakukan.
1) Jenis tes isian
a) Bentuk pertanyaan dengan satu jawaban.
Contoh:
4
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Hal.164-165
2

• Siapakah nama ayah pangeran Siddharta ?


• Siapakah nama ibu pangeran Siddharta ?
• Mengapa ayah pangeran Siddharta membangunkan 3 istana untuk
pangeran Siddharta ?
b) Bentuk kalimat tidak lengkap.
Siswa tinggal mengisi satu jawaban yang dibutuhkan.
Contoh:
• Kusir pangeran Siddharta adalah ……
• Nama kuda pangeran Siddharta adalah ……
• Sang Buddha membabarkan Dhamma di ……
c) Bentuk asosiasi
Persoalan diajukan dalam bentuk pertanyaan kemudian diikuti
(digabungkan) dengan kalimat- kalimat tidak lengkap dan siswa
diminta untuk mengisi kalimat tersebut.
Contoh:
Tulislah arti dari masing- masing kata berikut ini!
• Triratna: ………………..
• Dukkha: …………………
• Anicca : …………………
• Anatta: …………………
2) Kelebihan test isian
a) Mudah dalam penyusunannya.
b) Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya
sendiri.
c) Murid tidak dapat menerka-nerka jawaban soal.
d) Test ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu
proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan
mempergunakan tes objektif.
e) Derajad ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat-
kalimatnya.
f) Jawaban diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat sendiri, sehingga
test ini dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan
bahasa yang baik, benar, dan cepat.
g) Test ini digunakan melatih peserta didik untuk memilih fakta yang
relevan dengan persoalan, dan sukar dinilai secara tepat
mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil
pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
3

3) Kelemahan test isian


a) Sukar dinilai secara tepat jika terdapat bermacam- macam jawaban
yang benar.
b) Bahan yang diukur terlalu sedikit, sehingga agak sulit untuk
mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
c) Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun
internasional.
d) Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya.
e) Sulit untuk menyusun soal yang hanya satu jawaban, lebih- lebih
untuk memproses mental yang tinggi.5

c. Tes Melengkapi
Tes completion adalah merupakan salah satu bentuk tes jawaban
bebas, dimana butir-butir soalnya berupa satu kalimat dimana bagian-
bagian tertentu yang dianggaap penting dikosongkan. Kepada testee
diminta untuk mengisi bagian-bagian yang ditiadakan. (Stanley, and
Kenneth, 1978: 221)
Adapun beberapa petunjuk penyusunannya adalah sebagai berikut :
1) Hindarkan dari pernyataan yang tidak jelas
2) Jangan menghilangkan kata-kata kunci terlalu banyak
3) Hilangkan kata-kata yang mengandung arti penting
4) Hindarkan dari munculnya indikator jawaban yang bisa dibaca
5) Jawaban terdiri dari satu kata
6) Jangan membuang kata terdepan dari suatu kalimat
7) Besar kolom yang dikosongkan sama
8) Disediakan kolom jawaban untuk mempermudah skoring
9) Sediakan kunci tentang semua kemungkinan jawaban
10) Meskipun dalam satu kalimat ada lebih dari satu isian hendaknya
skoring tetap berdasarkan jumlah isian
Kelebihan Completion test yaitu :
1) Sangat mudah dalam penyusunannya.
2) Lebih menghemat tempat ( menghemat kertas ).
3) Persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh test model ini.
4) Digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak
sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja.
Kelemahan Completion test yaitu :
5
Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: rajawali. 1991), Hal: 40
4

1) Lebih cenderung mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja.


2) Butir- butir item dari test model ini kurang relevan untuk diajukan.
3) Seringkali tester kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat dalam
soal.6
CONTOH:
‫} المدرسة‬..............{ ‫محمد يذهب‬
{.............} ‫فاطمة من الجامعة‬
‫{ يصلي أحمد في‬................}

d. Tes Menjodohkan (Matching)


Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokan, memasangkan atau menjodohkan. Matching test terdiri atas
satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan
mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid
adalah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau
cocok dengan pertanyaannya.
Contoh:
“ pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada
lajur kanan dengan cara menempatkan huruf yang terdapat di muka
pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan pada lajur kanan”.
1. Transmigrasi ........... 1. Masuknya penduduk dari negara lain
2. Imigrasi ................... 2. Pindahnya penduduk ke negara lain
3. Emigrasi .................. 3. Pindahnya penduduk dari desa ke kota
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun bentuk
matching adalah:
1) Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih
dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang pendek itu
akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi
homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih
baik dijadikan dua seri.
2) Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada
jumlah soalnya (kurang lebih 1 ½ kali). Dengan demikian murid
dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai
kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih
mempergunakan fikirannya.

6
Ibid., Hal. 67-69
5

3) Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching testharus


merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
4) Statemen yang menjadi soal, diletakkan di sebelah kiri dengan diberi
nomor, sedangkan jawaban diletakkan di sebelah kanan dengan
menggunakan abjad.
5) Dalam membuat petunjuk, jelaskan dasar yang digunakan untuk
menjodohkan. Dalam soal menjodohkan yang bersifat sederhana, dasar
menjodohkan mungkin sudah jelas.
6) Jangan penjodohan sempurna satu lawan satu. Satu jawaban mungkin
dapat dijodohkan dengan lebih satu statemen. Adakalanya baik
memasukkan jawaban yang tidak ada pasangannya.7
Adapun kebaikan dan kelemahan matching test adalah sebagai berikut :
Kebaikan matching test
1) Penilaian dapat dilakukan dengan cepat dan objektif
2) Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana
mengidentifikasi antara dua hal yang saling berhubungan
3) Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan
yang lebih luas
Kelemahan matching test
1)Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan
2)Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur
hal-hal yang saling berhubungan8

C. Penutup
Kesimpulan
1. Pengertian Objektif Tes
Tes Obyektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari
butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu
(atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan
pada pasangan masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan
(mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol tertentu pada
tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang
bersangkutan
2. Macam-macam Penggolongan Objektif Tes
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bina Aksara. 1989), Hal: 172-173

8
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006),
Hal:47
6

a. Tes pilihan ganda


Tes pilihan ganda adalah model tes paling populer. Siswa di beri
promise atau pokok soal sebagai dasar dari soal kemudian mereka disuruh
memilih dari beberapa alternatif jawaban. beberapa alternatif jawaban yang
salah disebut distraktor/pengecoh, sedangkan jawaban yang benar disebut
kunci jawaban.
b. Tes Isian / Fill in (mengisi titik dalam kalimat yang dikosongkan)
Tes obyektif bentuk isian adalah tes tertulis yang menuntut siswa
untuk mengisikan perkataan, ungkapan, atau kalimat
pendeksebagaijawaban dari kalimat tidak lengkap, atau jawaban atas suatu
pertanyaan atau jawaban atas asosiasi yang harus dilakukan.
c. Tes Melengkapi
Tes completion adalah merupakan salah satu bentuk tes jawaban
bebas, dimana butir-butir soalnya berupa satu kalimat dimana bagian-
bagian tertentu yang dianggaap penting dikosongkan. Kepada testee
diminta untuk mengisi bagian-bagian yang ditiadakan.
d. Tes Menjodohkan (Matching)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokan, memasangkan atau menjodohkan. Matching test terdiri atas
satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
1

Daftar pustaka

Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2012), Hal. 117.

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006), Hal.164-165

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bina

Aksara. 1989), Hal: 172-173

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo

Persada, 1996), Hal.106-107

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,

2011), Hal. 66-67.

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung:

Remaja Rosdakarya. 2006), Hal:47

Thoha, Chabib, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: rajawali. 1991),

Hal: 40

Anda mungkin juga menyukai