Anda di halaman 1dari 31

Pendahuluan

Sejarah merupakan realitas masa lalu, keseluruhan fakta, dan peristiwa yang unik dan
berlaku. Hanya sekali dan tidak terulang untuk yang kedua kalinya[1]. Oleh karena itu, ada
pandangan bahwa masa silam tidak perlu dihiraukan lagi, anggap saja masa silam itu
”kuburan”. Pandangan ini tentu saja sangat subyektif dan cenderung apriori sekaligus tidak
memiliki argumentasi yang kuat. Tapi bagaimanapun sebuah perirtiwa pada masa silam bisa
dijadikan pandangan untuk kehidupan yang akan datang agar lebih baik.
Seperti takdir yang telah Allah tentukan di setiap kehidupan di muka bumi ini. Mengalami
masa pertumbuhan, kejayaan dan setelah sampai titik puncaknya akan mengalami masa
kemunduran dan bahkan kehancuran, bak sebuah roda yang berputar.

Kemunculan tiga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi di Persia
dan Kerajaan Mughal di India telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan
peradaban islam. Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaan dibawah kepemimpinan Sultan
Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) di kerajaan safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan
tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya dari tahun 1588-1628
M. Dan di Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M).

Seperti takdir yang telah Allah tentukan di setiap kejayaan tentu akan berganti dengan
kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan
tersebut. Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu,
masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran
tersebut berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda. Demikian pula yang terjadi pada
Kerajaan Mughal (India) yang telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan
peradaban Islam. Kemunduran-kemunduran inilah yang akan penulis bahas dalam makalah
ini. Karena pengaruhnya sangat besar terhadap kelangsungan peradaban Islam secara
keseluruhan.

Sejak Islam masuk ke India pada masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah melalui
ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim[2] peradaban Islam mulai
tumbuh dan menyebar di anak benua India. Kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil
menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan serta mengislamkan sebagian
masyarakatnya[3] India pada tahun 1020 M. Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa
dinasti kecil yang menguasai negeri India ini, seperti Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug,  dan
yang terakhir Dinasti Lodi yang didirikan  Bahlul Khan Lody.[4]
Hadirnya Kerajaan Mughal membentuk sebuah peradaban baru di daerah tersebut dimana
pada saat itu mengalami kemunduran dan keterbelakangan. Kerajaan Mughal yang bercorak
Islam mampu membangkitkan semangat ummat Islam di India.

Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika
pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini
justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal
sebagai masa kejayaan kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti
Abbasiyah.

Perkembangan Islam pada masa turki utsmani

1. Dinasti Turki Usmani

 Munculnya Kerajaan Turki Usmani


 

Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifaan yang cukup besar dalam Islam dan memiliki
pengaruh cukup signifikan dalam perkembangan wilayah Islam di Asia, Afrika, dan Eropa.
Bangsa Turki memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan peradaban Islam.

Munculnya dinasti Usmani di Turki terjadi pada saat dunia Islam mengalami fragmentasi
kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan Abbasiyah (kira-kira abad ke-9). Sebelum
itu, sekalipun telah ada kekuasaan bani Umayyah di Andalusia (755-1031 M) dan Bani Idris
di bagian barat Afrika Utara (788-974 M), fregmentasi itu semakin menjadi pada sejak abad
ke-9 M. Pada abad itu muncul berbagai dinasti seperti Aghlab, di Kairawan (800-909 M),
Bani Thulun di Mesir (858-905 M), Bani Saman di Bukhara (874-1001 M) dan Bani Buwaih
di Baghdad dan Syiraz (932-1000 M). Kerajaan Usmani berkuasa secara meluas di Asia kecil
sejak munculnya pembina dinasti ini yaitu Ottoman, pada tahun 1306 M. Golongan Ottoman
mengambil nama mereka dari Usman I (1290-1326 M), pendiri kerajaan ini dan
keturunannya berkuasa sampai 1922. Di antara negara muslim, Turki Usmani yang dapat
mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama berkuasa. Pada masa Sultan Usman,
orang Turki bukan merebut negara-negara Arab, tetapi juga seluruh daerah anatara Kaukasus
dan kota Wina. Dari Istanbul, ibu kota kerajaan itu, mereka menguasai daerah-daerah di
sekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki merupakan faktor penting dalam
perhitungan ahli-ahli politik di Eropa Barat. Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifaan
Islam yang mempunyai pengaruh besar dalam peradaban di dunia Islam.

 
 Sejarah Berdirinya Kerajaan Usmani
Nama kerajaan Utsmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka
yang pertama, Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia Alp,
kepala Kabilah Kab di Asia Tengah. Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam
legenda dan sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian
mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika
menetap di Asia Tengah.
Kerajaan Turki Utsmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah
Asia Tengah, yang termasuk suku Kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang dunia Islam,
pemimpin suku Kayi Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan
bangsa Mongol tersebut dan lari ke arah Barat. Mereka akhirnya terbagi menjadi dua
kelompok yang pertama ingin pulang ke negeri asalnya, yang kedua meneruskan
perantauannya ke wilayah Asia Kecil.

Kelompok kedua itu berjumlah sekitar 400 keluarga dipimpin oleh Erthegrol (Arthoghol)
anak Sulaiman. Akhirnya mereka menghambakan dirinya kepada Sultan Ala Ad-Din II dari
Turki Saljuq Rum yang pemerintahannya berpusat di Konya, Anatholi, Asia Kecil. Ertheghol
mempunyai seorang anak yang bernama Usman, kira-kira lahir tahun 1258. Nama Usmanlah
ditunjuk sebagai nama kerajaan Turki Utsmani.

Namun dikawasan Timur, kekuatan Turki memperoleh tantangan dari dinasti Shafawiyyah,
yakni dinasti lain yang muncul dari asal-usul yang tidak jelas, yang juga cikal bakal
terbentuknya kabilah Turki. Terjadi perjuangan panjang guna mengendalikan wilayah-
wilayah perbatasan yang terletak diantara pusat kekuasaan, yakni Anatolia timur dan Irak.
Bagdad ditaklukkan oleh dinasti Utsmaniyyah pada tahun 1534 M, direbut oleh Shafawiyyah
pada tahun 1623 M, dan tidak dikuasai lagi oleh dinasti Utsmaniyyah hingga tahun 1638 M.
Sebagian disebabkan perjuangan melawan dinasti Shafawiyyah. Dinasti Utsmaniyyah
berpindah ke selatan memasuki tanah-tanah kesultanan mamluk.
Dinasti Utsmaniyyah mempertahankan perbatasan Islam dan mengadakan ekspansi, mereka
berseteru dengan dinasti Shafawiyyah untuk memperebutkan Anatholia dan Irak. Dinasti
Shafawiyyah memproklamirkan Syiah sebagai agama resmi dinasti, sedangkan dinasti
Utsmaniyyah menganut ajaran Sunni seiring dengan perluasan imperium yang meliputi pula
pusat-pusat budaya tinggi Islam perkotaan.
Birokrat-birokrat dinasti Utsmaniyyah yang dilatih dalam sistem istana dan bukan di
madrasah atau di sekolah agama memiliki suatu pandangan lain terhadap hubungan timbal
balik antara politik dan agama. Pandangan mereka dilukiskan sebagai mengutamakan rasion
d’etat. Birokrat Utsmaniyyah melihat pemeliharaan kesatuan negara dan kemajuan Islam
sebagai tugasnya. Ini diungkapkan dalam rumusan Din U devlet (din wa daulat) atau agama
dan negara. Tetapi aspek paling efektif dari kontrol pemerintahan Utsmaniyyah terhadap
lembaga Ulama, yaitu hirarki orang-orang berilmu atau memiliki pengetahuan keagamaan.
 

 Sultan-Sultan yang Berkuasa pada Dinasti Usmani

1. Sultan Al-Ghazi Utsman I (699-726 H)


2. Sultan Al-Ghazi Orkhan I (726-761 H)
3. Sultan Al-Ghazi Murad I (761-791 H)
4. Sultan Al-Ghazi Bayazid I (791-804 H)
5. Sultan Al-Ghazi Muhammad I (816-824 H)
6. Sultan Al-Ghazi Murad II (824-855 H)
7. Sultan Al-Ghazi Muhammad Al-Fatih (Muhammad II) (855-886 H)
8. Sultan Bayazid II (886-918 H)
9. Khalifah Salim I (918-926 H)
10. Khalifah Sulaiman Al-Qanuni (Sulaiman I) (926-974 H)
11. Khalifah Salim II (974-982 H)
12. Khalifah Murad III (982-1002 H)
13. Khalifah Muhammad III (1003-1012 H)
14. Khalifah Ahmad I (1012-1026 H)
15. Khalifah Musthafa (1026-1027 H)
16. Khalifah Utsman II (1027-1031 H)
17. Khalifah Musthafa I (1031 H-1032 H) (dua kali pemerintahan)
18. Khalifah Murad IV (1032-1049 H)
19. Khalifah Ibrahim I (1049-1058 H)
20. Khalifah Muhammad IV (1058-1099 H)
21. Khalifah Sulaiman II (1099-1102 H)
22. Khalifah Ahmad II (1102-1106 H)
23. Khalifah Musthafa II (1106-1115 H)
24. Khalifah Ahmad III (1115-1143 H)
25. Khalifah Mahmud I (1143-1168 H)
26. Khalifah Utsman III (1168-1171 H)
27. Khalifah Musthafa III (1171-1187 H)
28. Khalifah Abdul Hamid I (1187-1203 H)
29. Khalifah Salim III (1203-1222 H)
30. Khalifah Musthafa IV (1222-1223 H)
31. Khalifah Mahmud II (1223-1255 H)
32. Khalifah Abdul Majid I (1255-1277 H )
33. Khalifah Abdul Aziz (1277-1293 H)
34. Khalifah Murad V (1293 H)
35. Khalifah Abdul Hamid II (1293-1328 H)
36. Khalifah Muhammad V (1328-1337 H)
37. Khalifah Muhammad IV (1337-1340 H)
38. Khalifah Abdul Majid II (1340-1342 H)

 Kemajuan Dinasti Turki Usmani

Setelah Utsman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Utsman(raja besar keluarga


Utsman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah
perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun
1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Pada awalnya kerajaan Turki Utsmani hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun
dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Utsmani menjadi Kerajaan yang besar
bertahan dalam kurun waktu yang lama. Setelah Usman meninggal pada 1326, puteranya
Orkhan (Urkhan) naik tahta pada usia 42 tahun.

 Bidang Kemiliteran dan Pemeritahan


Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat,
sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun
demikian,kemajuan Kerajan Usmani mencapai masa keemasannya itu,bukan semata-mata
karena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung
keberhasilan ekspansi itu. Yang terpenting di antaranya adalah keberanian, ketrampilan,
ketangguhan,dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja dan di mana saja.
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai di organisasikan dengan baik dan
teratur ketika kontak senjata dengan eropa. Ketika itu, pasukantempur yang besar sudah
terorganisasi. Pengorganisasian yang biak, taktik, dan strategi tempur militer usmani
berlangsung tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai,
kekuatan militer yang besar ini di landa kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Mereka
merasa dirinya sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi,
keadaan tersebut segera dapat di atasi oleh Orjhan dengan jalan mengadakan perombakan
besar-besarandalam tubuh militer.

Pembaruan dalam tubuh militer  organisasi militeroleh Orkhan, tidak hanya dalam bentuk
mutasi personel-personel pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan.
Bangsa-bangsa non-turki dimasukan sebagai anggota , bahkan anak-anak kristen yang masih
kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana islam untuk di jadikan prajurit. Program ini
ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang  jenissari atau inkisyariah.
Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat,
dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non Muslim.

Di samping jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada
pemerintah pusat. Pasukan ini di sebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut
pun di benahi,karena ia mempunyai peranan yang besa dalam perjalanan ekspansi Turki
Usmani. Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaan. Kekuatan
militer Turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat
luas,baik di Asia,Afrika,maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan
kemiliteran ini ialah tabiat bangsa Turki itu sediri yang bersifat militer, berdisiplin dan  patuh
terhadap peraturan. Tabiat ini tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyang di Asia
tengah.

Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintah yang
teratur. Dalam mengelolah wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa
bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu
dengan shadr al-a’zham (perdana mentri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur
mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau
al-‘alawiyah (bupati).

Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, dimasa sultan Sulaiman I,disusun sebuah kitab
undang-undang (qanun). Kitab tersebut di beri nama Multaqa al-Abhur,  yang menjadi
pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19.
Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya di tambah gelar al-
Qanuni.

 
 Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, di
antaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka
banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja.
Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan,
ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan, dan
huruf mereka terima dari bangsa Arab. Orang-orang  Turki Usmani memang terkenal dengan
bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima
kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan.
Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang nomad yang hidup di dataran Asia Tengah.

Sebagai bangsa berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka
dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan , mereka tidak
kelihatan begitu menonjol. Karena itulah, di dalam khazanah intelektual Islam tidak
menemukan ilmuan terkemuka dari Turki Usmani. Namun demikian, mereka banyak
berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan yang indah,
seperti Masjid Al-Mahammadi  atau Masjid jami’ Sultan Muhammad Al-fatih, Masjid agung
Sulaiman dan Masjid Abi Ayyub Al-anshari, Masjid-masjid tersebut di hiasi pula dengan
kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah
masjid yang asalnya gereja Aya Sopia. Hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar-gambar
kristiani yang ada sebelumnya.

Pada masa Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid,
sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan saluran air, vila, dan pemandian umum.
Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinin, seorang
arsitek Anatolia.

 Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial
politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat
terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama
mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti,
sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwwa resmi terhadap
problema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum
bisa tidak berjalan.

Pada masa Turki usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang
ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak di anut oleh kalangan
sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai engaruh yang amat dominan di kalangan
tentara jenassari, sehingga mereka sering disebut Tentara Bektasyi, sehingga tarekat Maulawi
mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi jenssari Bektasyi.

Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir, dan hadis boleh
dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Pera penguasa lebih cenderung untuk
menegakan suatu paham (mazhab) keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Sultan Abd Al-
Hamid II, misalnya, begitu fanatik terhadap aliran Asy’ariyah. Ia merasa perlu
mempertahankan aliran tersebut dari kritikan-kritikan dari aliran lain. Ia memerintahkan
kepada Syaikh Husein Al-Jisri menulis kitab Al-hushun Al-Hamidiyah (benteng pertahanan
Abdul Hamid) untuk melestarikan aliran yang dianutnya. Akibat kelesuan dalam ilmu
keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka
menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan Hasyiyah (semacam catatan ) terhadapp
karya-karya masa klasik.

Bagaimanapun, kerajaan Turki Usmani banyak berjasa, terutama dalam perluasan wilayah
kekuasaan Islam ke benua eropa. Ekspansi kerajaan inni untuk perrtama kalinya lebih banyak
ditujukan ke eropa timur yang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam.
Akan tetapi, karna dalam bidang perdaban dan kebudayaan kecuali dalam hal-hal yang
bersifat fisik perkembangannya jauh berada di bawah kemajuan politik, maka bukan saja
negeri-negeri yang sudah ditaklukan akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, tetapi
juga masyarakatnya tidak banyak memeluk agama Islam.

 Kemunduran Dinasti Turki Usmani


 
Kemunduran Turki Utsmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini
disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal
diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman
sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga
karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Utsmani yang mengakibatkan kekalahan
dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system
pemerintahan tidak berjalan semestinya. Selain faktor diatas, ada juga faktor-faktor yang
menyebabkan kerajaan Utsmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah :
 
1. Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Utsmani, menyebabkan
pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca
pemerintahan Sultan Sulaiman.

Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Utsmani tidak beres. Tampaknya penguasa


Turki Utsmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem
pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut
oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.

2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup
Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas
penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang
dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi
kerajaan Utsmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di
tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai
perangai yang jelek.

3. Kelemahan para Penguasa


Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa
tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan
menjadi kacau dan susah teratasi.

4. Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama dikalangan
pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).

5. Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M,
1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip
seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang
mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak,
sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun
merosot.

7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi


Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam
kehidupan. Keraajan Utsmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini
karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak
diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Utsmani tidak
sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.

Iklan

Perkembangan Islam pada masa kerajaan


Mughal

2. Asal-usul Kerajaan Mughal

Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi[5], sebab ia menandai puncak
perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada
sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India. Kerajaan Mughal bukanlah
kerajaan Islam pertama di India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum
menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan
ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah sebelumnya
mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
Kerajaan Mogul (Mughal-pen) ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1526-
1530M)[6] salah satu dari cucu Timor Lenk. Ayahnya Umar Mirza, penguasa Ferghana.
Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia
berambisi dan bertekat akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia
Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat
bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand pada tahun
1494 M.
Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan. Setelah Kabul dapat
ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India,
dilanda krisis, sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari
Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul,
meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim Lody di Delhi.
[7] Permohonan  itu langung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai
Punjab dengan ibu kota Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada 21
April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim Lody beserta ribuan
tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memaski kota Delhi sebagai pemenang
dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Mughal di
India.
Dari pendapat di atas, sesuatu yang dapat disepakati bahwa Kerajaan Mughal merupakan
warisan kebesaran Timur Lenk, dan bukan warisan keturunan India yang asli. Meskipun
demikian, Dinasti Mughal telah memberi warna tersendiri bagi peradaban orang-orang India
yang sebelumnya identik dengan agama Hindu.

Babur bukanlah orang India[8]. Syed Mahmudunnasir menulis, “Dia bukan orang Mughal. Di
dalam memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki.[9] Akan tetapi, cukup aneh, dinasti
yang didirikannya dikenal sebagai dinasti Mughal. Sebenarnya Mughal menjadi sebutan
umum bagi para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah, dan meskipun Timur
(Timur Lenk) dan semua pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang
paling sengit, nasib merekalah untuk dicap dengan nama itu, dan sekarang tampaknya
terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu.”
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor berdirinya Kerajaan Mughal adalah:

1. Ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia


2. Sebagai jawaban atas krisis yang tengah melanda India.
 

Raja-raja Mughal

Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-
raja yang sempat memerintah adalah:

1. Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530) adalah : Raja pertama sekaligus pendiri


Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi
pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak
musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal.
Orang-orang Hindu segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil
mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran[10]. Sementara itu dinasti Lodi berusaha
bangkit kembali menentang pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi.
Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun
1529[11]. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
2. Humayun (1530-1556), Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh
anaknya yang bemama Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari seperempat
abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi
kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan
musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan
pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari
Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang
dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa
Safa¬wiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam
pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi
pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan ke¬kuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada
tahun 1556 Humayun meninggal. Ia digantikan oleh putranya Akbar.

1. Akbar (1556-1605), Pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah
dinasti Islam yang besar di India. Ketika menerima tahta kera¬jaan ini Akbar baru berusia
14 tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan,
seorang penganut Syi’ah. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi
pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih ber¬kuasa di Punjab.
Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang
dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha
memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga
terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat
dikalah¬kan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior
dapat dikuasai penuh. Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan
yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan
aliran Syi’ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di
Jullandur[12] tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi,
Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond,
Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah
dalam suatu pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan
besar[13]. Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota
Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal[14]. Menurut
Abu Su’ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa
(nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi
bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar
mengawali masa kemajuan Mughal di India.
1. Jahangir (1605-1627), Kepemimpinan Jihangir yang didukung oleh kekuatan militer yang
besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan,
sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai[15]. Pada masa
kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M)
Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan
mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
2. Syah Jihan (1628¬-1658) tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai
tumbuh pada pemerintahannya[16]. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik
toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun
pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan
mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian
diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan,
seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan.
Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum
mati.
Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping
mengganggu keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk
dibaptis masuk agama Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim
Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657,
setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara
tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.

1. Aurangzeb (1658-1707), Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat.


Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara.
Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat
Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal
sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan
supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.
2. Bahadur Syah (1707-1712), Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang
lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja
sesudah Aurangzeb mengawali ke¬munduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan
antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan
sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar
adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad
Fahrukhsiyar, keponakannya sen¬diri.

Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pe¬menang.
Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal ter¬bunuh oleh
komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian meng¬angkat
Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah
pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya
perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat
tidak terurus secara baik[17]. Akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan
loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
 

1. Jehandar (1712-1713), Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760¬-1806) Kerajaan


Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani.
Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasa¬an
Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, membe¬rikan konsesi kepada EIC untuk
mengembang¬kan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris,
dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menja¬min penghidupan raja dan
keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
2. Bahadur Syah (1837-1858). Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi
perjanjian yang telah disepa¬kati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara
Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir
dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian ber¬akhirlah kekuasaan kerajaan
Islam Mughal di India.
1. 2. Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal
1. 1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
ü   Perluasan wilayah. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar,
Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar,
dan Asirgah.[18] dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan
Aurangzeb.
ü   Menjalankan roda pemerintahan secara, pemerintahan militeristik.

ü   Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-
distrik dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti
latihan kemiliteran

ü   Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat
India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
[19] Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa
Islam.
ü   Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan
imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari
pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di samping
sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin jihad.

ü   Para pejabat dipindahkan ¬dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan
mereka mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang
tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan demikian tanah yang
diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.

ü   Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh
seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan
pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.[20]

2. Bidang Ekonomi
ü   Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.

ü   Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian
dan melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal,
yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat
diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan
menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak
mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.

ü   Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada
imperium ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu
dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut
didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang
terkumpul dipercayakan kepada jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili
pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat
subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga jumlah
pajak lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang
chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.

ü   Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar
konsesi perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) -Perusahaan
Inggris-India Timur- untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600.
Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan
rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar[21].

3. Bidang Agama
ü   Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase
yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam
beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai
lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-
Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya
mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan
kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan simbol-simbol agama yang di kedepankan[22].
Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia.
Penelitiannya menyimpulkan, “Din-i-llahi itu merupakan (semacam Ideologi/dasar
pemerintahan Akbar) dan Pancasilanya bagi bangsa Indonesia.[23]
ü   Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti
pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk
terutama dari kasta rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu
yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia
menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia
dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh
Dinasti Mughal.

ü   Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India
adalah penganut Sunni fanatik[24]. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi’ah
untuk mengembangkan pengaruhnya.
ü   Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap
mazhab hukum, tariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual.
Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i.

ü   Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi
hukum Islam yang dinamakan fatwa Alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis
ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari’at Islam yang nyaris kacau akibat politik
Sulakhul dan Din-i- Ilahi.

1. 4. Bidang Seni dan Budaya


ü   Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan
kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis
Akbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.

ü   Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan
puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar
dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat
Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam
(1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375),
makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat
empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala
(1405).

ü   Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia
Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.

1. 3. Sebab-sebab kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Mughal


Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu
mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan
indikator sebagaimana berikut ;
ü Internal; Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan
lemahnya kontrol pemerintahan pusat.
ü Eksternal; Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di
Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur, dan yang
terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
ü Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu
EIC mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan
istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung
kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun
Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
ü Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam
rangka me¬ngembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat
India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat
dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap
para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-¬rumah ibadah banyak yang
dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858 M). Dengan
demikian berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal di daratan India.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa
kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:

1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan
pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melak¬sanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan¬-
sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.[25]
PENUTUP

Toynbee menyatakan setiap kebudayaan yang dewasa memiliki empat tahap

hidup: lahir, tumbuh, runtuh, dan silam. Kerajaan Mughal telah melewati konsepsi itu.
Namun Kerajaan Mughal tidak mungkin lepas dari sejarah Islam sekaligus sejarah India,
karena kerajaan ini merupakan warisan dua peradaban besar tersebut. Dari pemaparan di atas
dapat disimpulkan bahwa :

1. Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India.
Sepertinya tepat yang ditulis oleh Roger Garaudy bahwa “Islam telah membawakan
kepada manusia suatu dimensi transenden (ketuhanan) dan dimensi masyarakat (umat) .
2. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya
yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
3. Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan
peradaban dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik
toleransi (sulakhul), system pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
4. Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India daripada
membentuk sebuah kultur Muslim secara eksklusif.
5. 5. Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa,
dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing
dengan bentuk apapun perlu diwaspadai.

Perkembangan Islam pada masa Dinasti


Safawi
3.Dinasti safawi di Persia

 Asal Usul Dinasti Safawi


Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarikat yang berdiri di Ardabil,sebuah kota di
Azerbaijan. Tarekat ini di beri nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu hampir sama
dengan berdirinya kerajaan Usmani.NamaSafawiyah, di ambil dari nama pendirinya, Safi al-
Din (1252-1334 M),dan nama Safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi
gerakan politik. Bahkan, nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan
kerajaan

Amir Ali berpendapat bahwa Safawi berasal dari “shafi” yaitu gelar nenek monyang raja-raja
Safawi, Shafi al-Din Ishak al-Ardabily (1252-1334 M), pendiri dan pemimpin tarekat Safawi.
Adapun  Negara Safawi secara resmi berdiri di Persia pada tahun 1501 M, yaitu ketika Ismail
I dengan pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan Ak-Koyunlu di Shapur,dekat
Nakhechivan,yaitu ibukota Ak-Koyonlu.Ismail berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota
inilah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja yang pertama dinasti  Safawi.
Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerap kali menimbulkan
keinginan di kalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu, lama kelamaan murid-
murid tarekat safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan,
dan menentang setiap orang yang bermazhab selain syi’ah.[
Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan Safawi di Persia
baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya, kerajaan
safawi sering bentrok dengan Turki Usmani.

Berbeda dari  dua kerajaan besar Islam lainnya(Usmani dan mughal),kerajaan safawi
menyatakan Syi’ah sebagai mazhab Negara.Karena itu,kerajaan ini dapat dianggap sebagai
peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini.
Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan
hidupnya. Ia keturunan dari imam syi’ah yang keenam, musa Al-Khazim, gurunya bernama
syaikh taj Al-Din Ibrahim zahidi (1216-1301M) yang dikenal dengan julukan zahid Al-
Gilani. Karena prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, safi Al-Din diambil
menjadi menantu oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din mendirikan tarekat safawiyah setelah ia
menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut terkat ini
sangat teguh dalam memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf safawiyah
bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut
“ahli-ahli bid’ah”. Tarekat yang dipimpin safi al-din ini semakin penting, terutama setelah ia
mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi
gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di persiaa, syria, dan anatolia. Di negri-negri
diluar ardabil safi Al-Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya.
Wakil itu diberi gelar ”khalifah”.

Kecendrungan memesuki dunia politik itu mendapat wujud konkretnya pada masa
kepemimpinan juneid (1447-1460M). Tarekat safawi memperluas geraknya dengan
menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini
menimbulkan konflik antara juneid dengan penguasa kara koyunlu (domba hitam), salah satu
suku bangsa turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut, juneid kalah dan
diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini dia mendapat perlindungan dari penguasa
diyar bakr, ak-Koyunlu (domba putih), juga satu suku bangsa turki. Ia tinggal di istana Uzun
hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar persia.

Selama dipengasingan, juneid tidak tinggal diam. Ia malah dapat menghimpun kekuatan
untuk kemudian beraliansi secara politik dengan uzun hasan. Ia juga berhasil mempersunting
salah seorang saudara perempuan uzun hasan. Pada tahun 1459M. Juneid mencoba merebut
ardabil tetapi gagal. Pada tahun 1460M, ia mencoba merebut sircasia tetapi pasukan yang
dipimpinnya dihadang oleh tentara sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut.

Ketika itu anak juneid, haidar, masih kecil dan dalam asuhan uzun hasan. Karena itu
kepemimpinan gerakan safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun
1470M.  Hubungan haidar dan uzun hasan semakin erat setelah haidar mengawini salah
seorang putri uzun hasan. Dari perkawinan itu lahirlah ismail yang dikemudian hari menjadi
pendiri kerajaan safawi di persia.
Kemenangan AK koyunlu tahun 1476M terhadap kara koyunlu, membuat gerakan militer
safawi yang dipimpin oleh haidar dipandang sebagai rival politik oleh AK koyunlu dalam
meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal, sebagaimana telah disebutkan, safawi adalah sekutu
Ak Koyunlu. Ak Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan  safawi
karena itu, ketika safawi menyerang  wilayah Sircassia dan pasukan sirwan. AK koyunlu
mengirimkan bantuan militer kepada sirwan, sehingga pasukan haidar kalah dan haidar
sendiri terbunuh dalam peperangan itu.

Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentaranya untuk menuntut balas atas
kematian ayahnya, terutama terhadap AK koyunlu, tetapi ya’kub pemimpin Ak koyunlu
dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya ibrahim dan ismail serta
ibunya, di fars selama empat setengah tahun (1489-1493M). Mereka dibebaskan oleh rustam,
putra mahkota ak koyunlu, dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya.
Setelah saudara sepupu rustam dapat dikalahkan. Ali bersaudara kembali ke ardabil. Akan
tetapi, tidak lama kemudian rustam berbalik memusuhi dan menyerang ali bersaudara, dan ali
terbunuh dalam serangan ini (1494M.

Kepemimpinan gerakan safawi, selanjutnya berada di tangan ismail, yang saat itu masih
berusia tujuh tahun, selama lima tahun ismail beserta pasukannya bermarkas di gilan,
mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan,
syria, dan anatolia. Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai qizilbash (baret merah).

Dibawah pimpinan ismail, pada tahun 1501 M, pasukan qizilbash menyerang dan
mengalahkan Ak koyunlu di sharur, dekat nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki
dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di
kota ini ismail memproklamirkan dirinya sebagai raja dinasti safawi dengan ini resmilah
berdiri sebuah dinasti baru ditanah persia.

 Masa Kemajuan Dinasti Safawi

Pada tahun 1502 M,Syah Ismail berhasil mengalahkan Sirwan,Azerbaijan


dan Irak.Pada tahun 1503 M,Ia berhasil menghancurkan sisa-sisa tentara Ak-Koyunlu
di Hamdan.Tahun 1504 M,Ia berhasil menundukan daerah Kasfia dari Mazandaran dan dan
Churgan selanjutnya ia dapat mengalahkan Diyarbakr pada tahun 1505 M.Demikian pula
kota kota Baghda jatuh ketangannya pada tahun 1508 M dan pada tahun 1510 M ia berhasil
menguasai daerah Khurasan.
Ismail dianggap oleh pengikutnya Qizilbash  sebagai raja yang mengandung unsur ketuhanan
dan pernah dirinya menganggap sebagai “manifestasi tuhan”.Hal ini menjadi kendur ketika ia
mengalami kegagalan pertempuran dengan Turki Usmani.
Ismail 1 berkuasa kurang lebih 23 tahun,yaitu antara tahun 1501-1524 M.Peperanga dengan
Turki usmani terjadi tahun 1514 M di Chaldiran,dekat Tabriz.Karna keunggulan organisasi
militer kerajaan Usmani,dalam peperangan ini Ismail 1 mengalami kekalahan,malah Turki
Usmani dibawah kepemimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabriz.Kerajaaan Safawi
terselamatkan karna pulangnya Sultan Usmani ke Turki karna terjadi perpecahan di kalangan
militer turki di negrinya.[7]
Kekalahan Syah  Ismail oleh Turki Usmani  di Chaldiran,membuatnya kecewa,sedih dan
akhirnya mengurung diri dan tenggelam dalam minuman yang memabukan dan
berburu.Kemudian mitos Keilahianya menjadi goyah serta hubunganya dengan Qizibash
menjadi renggang,Ismail tidak lagi membawa tentaranya kemedan pertempuran sampai ia
meninggal.
Setelah Syah Ismail meninggal dunia pada tahun 1524 M, naik tahta beberapa orang syah
kerajaan Safawi sampai pada seorang syah yang terkenal yakni Syah Abbas dan membawa
kerajaan Safawi  ke puncak kejayaan. [

 Usaha-Usaha Syah Abbas Untuk Mengembalikan Dinasti Safawi


Kondisi memprihatinkan ini baru bisa diatasi setelah raja safawi kelima,Abbas
1,naik tahta.Ia memerintah dari tahun 1588 sampai tahun 1628 M.Langkah-langkah yang
ditempuh oleh Abbas 1 dalam memulihkan  kerajaan Safawi ialah pertama:berusaha
menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan cara membentuk
pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak,berasal dari tawanan bangsa
Georgia,Armenia,dan Sircassia yang telah ada sejak raja Thamsap 1.Kedua:Mengadakan
perjanjian damai dengan Turki Usmani.Untuk mewujudkan perjanjian ini Abbas 1 terpaksa
harus menyerahan wilayah Azerbaijan,Georgia,dan sebagian wilayah Luristan.Disamping
itu,abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam dalam Khutbah-
Khutbah jumat.Sebagai jaminan atas syarat-syarat itu,ia menyerahkan saudara
sepupunya,Haidar Mirza sebagai Sandra di Istanbul.
Masa kekuasaan Abbas 1 merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi.Secara politik ia
mampu menyelesaikan bebagai kemelut didalam negri yang mengganggu stabilitas Negara
dan merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-
raja sebelumnya.[9]
Pada masa Abbas,kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khalifah-khalifah sebelumnya
yang senantiasa memaksakan  agar  Syi’ah menjadi agama negara,tetapi ia menanamkan
sikap toleransi.Menurut Hamka,terhadap politik keagamaan beliau tanamkan paham toleransi
atau lapang dada yang amat besar.Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan,bahkan orang
Sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya.Bukan hanya itu, pendeta-pendeta Nasrani
diperbolehkan mengembangkan ajaran agamanya dengan leluasa sebab banyak bangsa
Armenia yang menjadi penduduk setia di kota Isfahan.

 Kemajuan-Kemajuan Pada Masa Syah Abbas

1. Dalam bidang politik


Dalam hal ini,langkah pertama yang diambil oleh Syah Abbas adalah membangun angkatan
senjata yang kuat dan besar bagi kerajaan Safawi.Dengan kekuatan militer yang
tangguh ,usaha-usaha yang dilakukan Syah Abbas untuk membuat kerajaan Safawi kuat serta
merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaanya yang hilang akhirnya tercapai.Hal ini dapat
dibuktikan dengan direbutnya kembali Hearat pada 1598 M dan dapat melanjutkan kembali
serangan-serangan sehingga dapat merebut Marw dan Balk.

1. Dalam bidang ekonomi


Pada masa Syah Abbas ,kerajaan Safawi dapat mengusai Harmuz dan pelabuhan Gumrun di
ubah menjadi  Bandar Abbas.Kerajaan Safawi juga menjalin hubungan perdagangan dengan
Rusia di sekitar laut Kaspia.

1. Dalam bidang ilmu pengetahuan


Pada masa kerajaan Safawi di Persia ,filsafat dan ilmu pengetahuan bangkit kembali di dunia
Islam,khususnya di kalangan orang-orang Persia.Tokoh-tokohdalam ilmu pengetahuan yang
lahir pada masa ini seperti Mir Daud alias Muhammad Baqir Daud (w 1631 M).Ia dianggap
sebagai guru ketiga di bidang  filsafat setelah Aristoteles dan al-Faraby.Ia mempunyai
banyak  karya tulis dalam berbagai bidang seperti Fiqh,theology,dan filsaat yang ditulis
dalam bahasa Persia dan Arab.
1. Kemajuan dalam bidang pembangunan fisik dan seni
Adapun pembangunan fisik yang terkenal pada saat iti ialah pembangunan kota Isfahan,yang
dijadikan ibukota kerajaan Safawipada masa abbas.sedangkan ibukota sebelumnya adalah
Tabriz pada masa Ismail jatuh ke tangan Usmani dan pada masa Thamsah dipindahkan ke
kota Qizwin,lalu pada masa Abbas dipindahkan lagi ke Isfahan.

Di bidang seni,kemjuan yang dicapainya adalah di bidang arsitektur pada bangunan mesjid
yang indah di Isfahan yang di bangun pada masa Abbas.Selain itu juga dijumpai hasil
industry seperti keramik-keamik yang indah dan karpet dengan berbagai corak motifnya.

 Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Safawi


Setelah Syah Abbas meninggal pada tahun 1629 M,kerajaan Safawi mengalami kemunduran.
[11]
Sepeninggal Abbas 1 kerajaan Safawi berturut-berturut di perintah oleh enam raja,yaitu Safi
Mirza(1628-1642 M),Abbas II (1642-1667 M),Sulaiman (1667-1694 M),Husain (1694-1722
M),Tahmasp II (1722-1732 M),dan Abbas III (1733-1736 M).Pada masa raja-raja tersebut
kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang,tetapi justru
memperlihatkan kemunduran dan akhirnya membawa kepada kehancuran.[12]
Pada masa Syah Hussein,karna kelemahanya,pemerintahan banyak diserahkan kepaa ulama
Syi’ah yang sangat fanatik,sehingga ulama tersebut banyak melakukan kekejaman terhadap
rakyat yang beraliran Sunni serta pembunuhan terhadap ulama-ulama Sunni.

 Faktor-Faktor Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Safawi


 
Faktor Intern

1. Timbulnya perselisihan yang berkepanjangan antara kerajaan Safawi dan kerajaan


Usmani.
2. Kerusakan moral yang melanda sebagian penguasa kerajaan Safawi disebabkan oleh
minuman yang memabukan dan candu narkotika seperti Syah Sulaiman dan Syah
Hussen.
3. Pasukan Ghulam yang telah di bentuk oleh Syah Abbas I,tidak memiliki semangat
berperang lagi sebagaimana pasukan Qizilbash.Hal ini disebabkan pasukan Ghulam tidak
disiapkan secara terlatih dan tidak dibekali secara mantap dengan pendididkan rohani.
4. Timbulnya konflik intern dalam perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
Faktor Ekstern
Dalam keadaan lemah demikian,kerajaan Safawi mendapat serangan dari raja Afghan,Mir
Mahmud yang berlainan paham dengan syah-syah Safawi yakni penganut
paham Sunni.Pada tahun 1721 M,Mir Mahmud mulai melakukan penyerangan ke Isfahan dan
selama peperangan Isfahan tersebut rakyat dan penduduk mengalami penderitaan.

Silsilah Raja-Raja Kerajaan Safawi

Safi Al-Din (1252-1334 M)

Sadar Al-Din Musa (1334-1399 M)

Khawaja Ali (1399-1427 M)

Ibrahim (1427-1447 M)

Juneid (1447-1460 M)

Haidar (1460-1494 M)

I                                               I

                 Ali                                        1. Ismail

        (1494-1501M)                          (1501-1524 M)

2.Tahmasp I (1524-1576 M)
                  I                                                I

           3.Ismail II                   4. Muhammad Khudabanda

       (1576-1577 M)                         (1577-1587 M)

                                                                     I

5.Abbas I (1588-1628 M)

6.Safi Mirza (1628-1642 M)

7.Abbas II (1642-1667 M)

8.Sulaman (1667-1694 M)

9.Hussein (1694-1722 M)

10.Tahmasp II (1722-1732 M)

11.Abbas III (1732-1736 M).

1. PERSIA (IRAN) PASCA RUNTUHNYA DINASTI SAFAWI


Sesudah runtuhnya dinasti safawi di persia sempat muncul atau berdiri beberapa dinasty kecil
yang tidak bertahan lama, dinasti-dinasty tersebut adalah:

 Dinasti Pashtun Hotaki (1722–1736)


Para Hotaki adalah seorang Pashtun (Afghanistan) suku dan dinasti yang memerintah
Kekaisaran Persia 1722-1729, setelah mengalahkan dan mengganti dinasti Safawi. Dinasti
Hotaki didirikan pada 1709 oleh Mirwais Hotak, kepala Pashtun Ghilzai Kandahar yang
berhasil memberontak melawan Dinasti Safawi. Setelah kematiannya pada 1715, monarki
diteruskan kepada saudaranya diikuti oleh anak-anaknya dan keponakannya sampai dinasti
akhirnya berakhir pada 1738 ketika Nader Shah dan Afsharids dikalahkan Hussain Hotaki di
Kandahar.

 Dinasti Afshariyah (1736–1802)
 Dinasti Zand (1750–1794)
Dinasti (‫ )سلسله زندیه‬adalah dinasti di Iran yang menguasai Iran selatan dan tengah Iran (1750–
1794) pada abad ke-18. Dengan ibu kota shiraz, sistem pemerintahan monarki, dinasti ini
pernah dipimpin oleh dua orang khalifah yaitu :
 Karim khan zand (1750-1779), khalifah pertama sekaligus pendiri dinasti zand.
 Lotf Ali Khan Zand (1789-1794).
 Dinasti Qajar (1781–1925)
Dinasti Qajar (juga dikenal sebagai Ghajar atau Kadjar), (bahasa Persia: ‫ – سلسله قاجاریه‬atau
‫ار‬ZZZZ‫ان قاج‬ZZZZ‫ )دودم‬adalah sebutan umum untuk menggambarkan Iran(kemudian dikenal
sebagai Persia) dibawah keluarga kerajaan Qajar yang berkuasa[1] yang memerintah Iran sejak
1794 hingga 1925. Tahun 1794 keluarga Qajar mengambil alih Iran sepenuhnya setelah
mereka menyingkirkan semua pesaingnya, termasuk Lotf ‘Ali Khan, yang terakhir
dari dinasti Zand, dan telah mengembalikan kedaulatan Persia di bekas teritori Iran
di Georgia dan Kaukasus. Tahun 1796 Ā ghā Moḥ ammad Khā n ditetapkan
sebagai shah (kaisar atau raja).
 Dinasti Pahlevi (1925–1979)
Dinasti Pahlavi (bahasa Persia:  ‫ )دودمان پهلوی‬menguasai Iran sejak dimahkotainya Reza
Shah tahun 1925 hingga dijatuhkannya putra Reza Shah Mohammad Reza
Pahlavi pada Revolusi Iran tahun 1979. Keruntuhan Dinasti Pahlavi menandai keretakan
tradisi kuno monarki Iran.
Shah:
 Reza Shah Pahlavi 1925-1941
 Mohammad Reza Pahlavi 1941-1979
Perdana mentri :

 Mohammad-Ali Foroughi 1925-1926
 Shapour Bakhtiar 1979
 Revolusi Iran (1979)
Revolusi iran (juga dikenal dengan sebutan Revolusi Islam,  Persia: ‫انقالب اسالمی‬, Enghelā be
Eslā mi) merupakan revolusi yang mengubah Iran dari Monarki di bawah Shah Mohammad
Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah
Khomeini, pemimpin revolusi dan pendiri dari Republik Islam.[7] Sering disebut pula
“revolusi besar ketiga dalam sejarah,” setelah Perancis dan Revolusi Bolshevik.[8]
Walapun beberapa orang berpendapat bahwa revolusi masih berlangsung, rentang-waktu
terjadinya revolusi terjadi pada Januari 1978 dengan demonstrasi besar pertama,[9] dan ditutup
dengan disetujuinya konstitusi teokrasi baru – dimana Khomeini menjadi Pemimpin
Tertinggi negara – pada Desember 1979. Sebelumnya, Mohammad Reza
Pahlavi meninggalkan Iran dan menjalani pengasingan pada Januari 1979 setelah pemogokan
dan demonstrasi melumpuhkan negara, dan pada 1 Februari 1979 Ayatullah Khomeini
kembali ke Teheran yang disambut oleh beberapa juta Bangsa Iran.[10] Kejatuhan
terakhir Dinasti Pahlavi segera terjadi setelah 1 Februari dimana Angkatan Bersenjata
Iran menyatakan dirinya netral setelah gerilyawan dan pasukan pemberontak mengalahkan
tentara yang loyal kepada Shah dalam pertempuran jalanan. Iran secara resmi
menjadi Republik Islam pada 1 April 1979 ketika sebagian besar Bangsa Iran menyetujuinya
melalui referendum nasional.[11]
Revolusi ini memiliki keunikan tersendiri karena mengejutkan seluruh dunia.[12]Tidak seperti
berbagai revolusi di dunia, Revolusi Iran tidak disebabkan oleh kekalahan dalam perang,
krisis moneter, pemberontakan petani, atau ketidakpuasan militer; [13] menghasilan perubahan
yang sangat besar dengan kecepatan tinggi ;[14] mengalahkan sebuah rejim, walaupun rejim
tersebut dilindungi oleh angkatan bersenjata yang dibiayai besar-besaran dan pasukan
keamanan;[15][16] dan mengganti monarki kuno dengan ajaran teokrasi yang didasarkan
atas Guardianship of the Islamic Jurists (atau velayat-e faqih). Hasilnya adalah sebuah
Republik Islam “yang dibimbing oleh ulama berumur 80 tahun yang diasingkan ke luar
negeri dari Qom,” sebagaimana seorang cendekiawan menyatakan, “jelas sebuah kejadian
yang harus dijelaskan. …”[17]
Revolusi ini terjadi kepada dua peringkat. Peringkat pertama bermula pada pertengahan 1977
hingga tahun 1979 yang dipimpin oleh pihak liberal, golongan haluan kiri dan kumpulan
agama. Kesemua mereka memberontak menentang Shah Iran. Peringkat kedua yang turut
dikenali sebagai Revolusi Islammenyaksikan naiknya Ayatollah menjadi pemimpin revolusi.
 Pemerintahan Sementara (1979–1980)
 Republik Islam Iran (1980–sekarang)
Iran (atau Persia) (bahasa Persia: ‫ران‬Z‫ )ای‬adalah sebuah negara Timur Tengah yang terletak
di Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri negara ini telah dikenal sebagai Iran sejak zaman
kuno, hingga tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia di dunia Barat. Pada
tahun 1959, Mohammad Reza Shah Pahlavi mengumumkan bahwa kedua istilah tersebut
boleh digunakan. Nama Iran adalah sebuah kognatperkataan “Arya” yang berarti “Tanah
Bangsa Arya”.
Iran berbatasan dengan Azerbaijan (500 km) dan Armenia (35 km) di barat laut dan Laut
Kaspia di utara, Turkmenistan (1000 km) di timur laut, Pakistan (909 km)
dan Afganistan (936 km) di timur, Turki (500 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan
perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.
Pada tahun 1979, sebuah Revolusi Iran yang dipimpin Ayatollah Khomeinimendirikan
sebuah Republik Islam teokratis sehingga nama lengkap Iran saat ini adalah Republik Islam
Iran (‫)جمهوری اسالمی ایران‬.[15]

Kesimpulan

Dengan demikian dapat dipahami bahwa penggegas awal berdirinya kerajaan Safawi adalah
Syeh Ishak Safiuddin yang semula hanya sebagai murid tarekat dengan tugas dakwah agar
umat Islam secara murni berpegang teguh pada ajaran agama.Namun,pada tahun selanjutnya 
setelah memperoleh banyak pengikut  fanatik akhirnya aliran tarekat ini berubah menjadi
gerakan politik dan awal memperoleh kekuasaan secara kongkret pada masa Juneid.Kerajaan
Safiuddin beraliran Syi’ah dan menjadikanya sebagai dasar negara.
Raja dari kerajaan Safawi  yang terkenal yaitu di masa pemerintahan Syah Abbas Masa
kekuasaan Abbas 1 merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi.Secara politik ia mampu
menyelesaikan bebagai kemelut didalam negri yang mengganggu stabilitas Negara dan
merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-raja
sebelumnya.
Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas  di bidang politik.Dibidang yang
lain,kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan,diantaranya di bidang ekonomi,di bidang
ilmu pengetahuan,dan bidang perkembangan fisik dan seni.
Kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi disebabkan oleh faktor intern dan ekstern.

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA


MODERN

A.   Sekilas tentang Dunia Islam pada Masa Modern


Masa pembaharuan (modern) bagi dunia Islam adalah masa yang dimulai dan tahun
1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran umat Islam
terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan dalam
berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masa
pembaharuan ini, telah muncul tokoh tokoh pembaharu dan pemikir Islam di berbagai negara
Islam. Pada awal masa pembaharuan, kondisi dunia Islam, secara politis berada dibawah
penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M, dunia Islam bangkit
memerdekakan negaranya dan penjajahan bangsa Barat (Eropa). 
Di antara negara-negara Islam atau negara-negara berpenduduk mayoritas umat Islam,
yang memerdekakan dirinya dari penjajahan, seperti :
o   Indonesia, memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. 
o   Pakistan pada tanggal 15 Agustus 1947.
o   Mesir secara formal memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1922 M. Namun, bangsa
Mesir baru merasa benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952, yakni setelah Jamal
Abdul Nasir menjadi penguasa, karena dapat menggulingkan Raja Faruq yang dalam masa
pemerintahannya pengaruh Inggris sangat besar. 
o   Irak merdeka secara formal dari penjajah Inggris tahun 1932 M, tetapi sebenarnya baru benar-
benar merdeka tahun 1958 M.
o   Syria dan Libanon, merdeka dari penjajah Prancis tahun 1946 M.
o   Beberapa negara di Afrika merdeka dari penjajah Prancis, seperti Lybia tahun 1951 M, Sudan
dan Maroko tahun 1956 M, dan Aijazair tahun 1962 M.
o   Di Asia Tenggara, negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam, yang merdeka dari
penjajah Inggris adalah Malaysia tahun 1957 M dan Brunei Darussalam tahun 1984 M.
o   Di Asia Tengah, negara-negara yang merdeka dari Uni Soviet tahun 1992 M adalah
Uzbekistan, Kirghistan, Kazakhtan, Tajikistan, dan Azerbaijan sedangkan Bosnia merdeka
dari penjajah Yogoslavia juga tahun 1992 M.
Setelah negara-negara yang berpenduduk mayoritas umat Islam tersebut memperoleh
kemerdekaan, maka umat Islam bersama-sama dengan pemerintah negaranya melakukan
usaha-usaha pembangunan dalam berbagai bidang, demi terwujudnya masyarakat bangsa
yang adil dan makmur di bawah naungan rida Allah SWT.

B.   Perkembangan Ajaran Islam pada Masa modern


Menjelang dan pada awal-awal masa pembaharuan yaitu sebelum dan sesudah tahun
1800 M, umat Islam di berbagai negara, telah menyimpang dari ajaran Islam yang bersumber
kepada Al-Qur’an dan Hadis. Penyimpangan itu terdapat dalam hal :
ü   Ajaran Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan. Hal ini ditandai
dengan banyaknya umat Islam yang selain menyembah Allah SWT juga memuja makam
yang dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib kepada dukun-dukun dan
orang-orang yang dianggap sakti. Selain itu, ada juga kelompok umat Islam yang meng
kultuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah orang suci yang segala perintahnya harus
ditaati.
ü   Adanya kelompok umat Islam, yang selama hidup di dunia ini, hanya mementingkan urusan
akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan hahwa memiliki harta benda yang
banyak, kedudukan yang tinggi dan ilmu pengetahuan tentang dunia adalah tidak perlu,
karena hidup di dunia ini hanya sebentar dan sementara, sedangkan hidup di akhirat bersifat
kekal dan abadi. Selain itu, banyak umat Islam yang menganut paham fatalisme, yaitu paham
yang mengharuskan berserah diri kepada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup
manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib.
Penvimpangan-penyimpangan umat Islam terhadap ajaran agamanya seperti tersebut,
mendorong lahirnya para tokoh pembaharu, yang berusaha menyadarkan urnat Islam agar
kembali kepada ajaran Islam yang benar, yang bersumber kepada Al-Quran dan As-Sunnah
(Hadis). Tokoh-tokoh pembaharu yang dimaksud antara lain:
1.    Muhammad bin Abdul Wahhab lahir di Nejd (Arab Saudi) pada tahun 1115 H (1703 M)
dan wafat di Daryah tahun 1201 H (1787 M). Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang
ulama besar yang produktif, karena buku-buku karangannya tentang Islam, mencapai puluhan
judul. Di antara buku bukunya berjudul “Kitab At-Tauhid” yang isinya antara lain tentang
pemberantasan syirik, khurafat, takhayul, dan bid’ah yang terdapat di kalangan umat Islam
dan mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang murni. Para pengikut
Muhammad bin Abdul Wahhab, menamakan kelompoknya dengan “A1-Muwahhidun” atau
“Al-Muslimun”, yang artinya kelompok yang berusaha mengesakan Allah SWT semurni-
murninya. Gerakan pemurnian ajaran Islam yang dilakukan oleh para pengikut Muhammad
bin Abdul Wahhah ini, dinamakan juga gerakan “Wahabi”.
2.    Rifa’ah Badawi Rafi’ At-Tahtawi, atau At-Tahtawi, lahir di Tahta pada tahun 1801 M dan
meninggal di Mesir. Pemikirannya yang berkaitan dengan ajaran Islam, antara lain, beliau
menyerukan agar umat Islam dalam hidup di dunia ini tidak hanya mementingkan urusan
akhirat, tetapi juga harus mementingkan urusan dunia, agar umat Islam tidak dijajah oleh
hangsa lain.
3.    Jamahiddin Al-Afghani, lahir di Asadabad tahun 1838 M dan wafat di Istanbul rahun 1897
M. Di antara pemhaharuan pemikiran yang dimunculkan beliau adalah :
o   Agar kejayaan umat Islam dapat diraih kembali dan mampu menghadapi dunia modern, umat
Islam harus kembali kepada ajaran agamanya yang murni dan harus memahami Islam dengan
rasio dan kebebasan.
o   Jamaluddin menginginkan agar kaum wanira juga meraih kemajuan dan bekerja sama dengan
pria untuk mewujudkan masyarakat Islam yang dinamis dan maju.
o   Kepemimpinan otokrasi hendaknya diubah menjadi demokrasi Menurut pendapatnya Islam
menghendaki pemerintahan republik yang di dalamnya terdapat kebebasan mengemukakan
pendapat dan kewajiban negara untuk tunduk kepada undang undang.
o   Ajarannya tentang Pan-Islamisme yakni persatuan dan kerjasama seluruh umat Islam harus
diwujudkan. Karena persatuan dan kerja sama seluruh umat Islam sangat penting dan di atas
segalanya.
Selain tokoh-tokoh pembaharuan tersebut, masih banyak lagi tokoh-tokoh pembaharuan
lainnya, seperti Muhammad Abduh di Mesir (1849-1905 M), Muhammad Rasyid Ridla
(1865-1935 M), Sayid Ahmad Khan di India (1817- 1898 M), dan Muhammad Iqbal di
Pakistan (1876-1938 M).
Pada masa pembaharuan jumlah penduduk beragama Islam berkembang terus ke
seluruh pelosok dunia. Penduduk Muslim terbanyak terdapat di Benua Asia dan Afrika.
Mengacu kepada data penduduk tahun 1991 M, negara-negara yang penduduk Muslimnya
lebih dan 90 % adalah Mauritania, Sahara Barat, Maroko, Aijazair, Tunisia, Libia, Mesir,
Somalia, Turki, Irak, Yordania, Arab Saudi, Yaman, Oman, Qatar, Bahrain, Iran,
Afghanistan, dan Pakistan.
Sedangkan negara-negara yang jum!ah umat Islamnya mencapai 50—90 % adalah
Tanzania (Afrika), Turkemenistan, Uzbekistan, Kirghistan, Tajikistan (Rusia), Bangladesh,
Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Kepulauan Mindanou di Filipina. Negara-negara
yang umat Islamnya 10—50 % antara lain seperti Guinea (Afrika), Albania, Suriah, India,
Gina, dan Myanmar.
Untuk mengikat negara-negara Islam di seluruh dunia, pada bulan Zulhijjah tahun 1381
H (Mei 1962), telah didirikan Rabithah Al-Alam Al-Islami (Muslim world League atau Liga
Dunia Islam) sebuah organisasi Islam internasional non-pemerintah yang tidak berpihak
kepada suatu partai atau golongan dan mewakili umat Islam sedunia. Liga Dunia Islam ini
berkantor pusat di Mekah (Saudi Arabia), sedangkan kantor perwakilannya tersebar di
seluruh dunia, seperti Indonesia, Amerika, Kanada, Denmark, Malaysia, dan Prancis.
Di Benua Eropa dalam Conference of Islamic Cultural Centre and Organization of
Europe (Konferensi Pusat Kebudayaan dan Organisasi Islam Eropa) di London pada bulan
Mei 1973, dengan diprakarsai oleh Sekretariat Islam di Jeddah telah didirikan Dewan Islam
Eropa, yang bertujuan untuk mengorganisir dan memajukan usaha-usaha dakwah islamiah.

C.   Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Modern


Pada masa pembaharuan, perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kemajuan. Hal
ini dapat dilihat di berbagai negara, seperti Turki, India, dan Mesir.
Sultan Muhammad II (1785-1839 M) dan kesultanan Turki Usmani, melakukan
berbagai usaha agar umat Islam di negaranya dapat menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Usaha-usaha tersebut seperti :
1.    Melakukan modernisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, dengan memasukkan
kurikulum pengetahuan umum kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam (madrasah).
2.    Mendirikan Lembaga Pendidikan “Mektebi Ma’arif’, untuk mencetak tenaga-tenaga ahli di
bidang administrasi, juga membangun lembaga “Mektebi Ulumi Edebiyet,” untuk
menyediakan tenaga-tenaga ahli di bidang penterjemah.
3.    Mendirikan perguruan-perguruan tinggi di bidang kedokteran, militer, dan teknologi.
Setelah kesultanan Turki dihapuskan pada tanggal 1 November 1923 M, dan Turki
diproklamirkan sebagai negara berbentuk Republik dengan Presiden pertamanya Mustafa
Kemal At-Turk, pendiri Turki Modern (1881-1938M), maka kemajuan Turki di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi terus meningkat. Di India ketika masih dijajah Inggris, telah
bermunculan para cendekiawan Muslim berpikiran modern, yang melakukan usaha-usaha
agar umat Islam mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat
melepaskan diri dari belenggu penjajah. Para cendekiawan Muslim dimaksud, seperti Syah
Waliyullah (1703-1762 M), Sayid Ahmad Khan (1817-1898 M), Sayid Amir Ali (1849-
1928), Muhammad Iqbal (1873-1938 M), Muhammad Ali Jinnah (1876-1948 M), dan Abdul
Kalam Azad (1888-1956 M).
Di antara cendekiawan Muslim tersebut, yang besar jasanya terhadap umat Islam di
India adalah Sayid Ahmad Khan.
Setelah India dan Pakistan merdeka dari Inggris pada tahun 1947 M, umat Islam terbagi
dua, ada yang masuk ke Republik Islam Pakistan dan ada juga yang tetap di India ± 40 juta
jiwa. Umat Islam di kedua negara tersebut terus berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, agar kualitas hidup mereka meningkat ke arah yang lebih maju.
Pada masa pembaharuan, terutama setelah ekspansi Napoleon ke Mesir (1798 M), umat
Islam Mesir, khususnya para penguasa dan kaum cendekiawannya menyadari akan
keterbelakangan mereka dalam urusan dunia jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa Eropa.
Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai usaha agar menguasai berbagai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah dimiliki oleh bangsa-bangsa Eropa.
Muhammad Ali, penguasa Mesir tahun 1805-1849 M, mengirim para mahasiswa untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi ke Prancis. Setelah kembali ke Mesir, mereka
mengajar di berbagai perguruan tinggi, terutama di Universitas A1-Azhar. Karena yang
belajar di Universitas A1-Azhar ini bukan hanya para mahasiswa Islam dan Mesir, tetapi para
mahasiswa dan berbagai negara dan wilayah Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diajarkan di Universitas Al-Azhar ini pun dengan cepat menyebar ke seluruh dunia Islam.
Selain Universitas Al-Azhar, di Mesir telah didirikan universitas-universitas, yang di
dalamnya terdapat berbagai fakultas seperti: Kedokteran, Farmasi, Teknik, Pertanian,
Perdagangan, Hukum, dan Sastra. Universitas-universitas dimaksud adalah Universitas
Iskandariyah di kota Iskandariyah, Universitas Ainusyams (1950 M) di kota Kairo,
Universitas Hilwan, Universitas Assiut (1957 M), Universitas Suez (1976 M), dan
Universitas Amerika yang bernama “The American University in Cairo (AUC)”, yang
didirikan bagi orang Mesir dengan tenaga pengajar dari Amerika.

Biografi Sayid Ahmad Khan

Sayid Ahmad Khan lahir di Delhi (India), pada tanggal 17 Oktober 1817 M dan wafat
juga di Delhi tahun 1898 M. Masa mudanya dipergunakan untuk mempelajari berbagai
macam ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan tentang Islam, bahasa Persia, bahasa Arab,
Matematika, Mekanika, Sejarah dan berbagai cabang ilmu pengetahuan lainnya. Atas jasa-
jasanya kepada lnggris pada tahun 1869 M beliau diberi kesempatan untuk berkunjung ke
Inggris. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk mengadakan penelitian tentang sistem
pendidikan dan pengajaran serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris. 
Jasa-jasa Sayid Ahmad Khan antara lain :
o Sumbangan pemikirannya yang modern, yang menyatakan bahwa umat Islam terbelakang,
bodoh, miskin, dan dijajah, karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi
modern yang dimiliki oleh bangsa-bangsa Eropa.
o Untuk merealisasikan idenya tersebut Sayid Ahmad Khan mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan dan ilmu pengetahuan, seperti Sekolah Inggris di Mudarabad tahun 1861 M,
lembaga penterjemah ilmu pengetahuan modern ke dalam bahasa Urdu yang disebut dengan
nama lembaga “The Scientific Society” atau “Translation Society” dan mendirikan
sekolah Muhammaden Anglo Oriental College (MAOC) pada tahun 1878 M, yang kemudian
berkembang menjadi “Muslim University Of Aligar”. Untuk keseragaman pendidikan bagi
umat Islam India, Sayid Ahmad Khan pada tahun 1886 M membentuk Muhammedan
Educational Conference. Sumbangan pemikiran Sayid Ahmad Khan yang bersifat politis,
beliau menyatakan bahwa umat Islam tidak mungkin bersatu dengan umat Hindu dalam satu
negara, karenanya umat Islam India harus mempunyai negara sendiri terpisah dari umat
Hindu.

D.   Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa modern

Kebudayaan umat Islam pada masa pembaharuan berkembang ke arah yang lebih maju.
Hal ini dapat dipelajari di berbagai negara Islam atau negara yang berpenduduk mayoritas
umat Islam, seperti Saudi Arabia, Mesir, Irak, Iran, Kuwait, Pakistan, Malaysia, Brunei, dan
Indonesia.
1.   Arsitektur
Arsitektur ada yang berfungsi melayani keagamaan, seperti masjid, makam, madrasah
dan ada pula yang berfungsi melayani kepentingan sekuler, seperti istana, benteng, pasar,
karavan serai (sejenis hotel), jalan-jalan raya, rel-rel kereta api, dan banyak lagi lainnya. 
Setelah ditemukannya ladang minyak pada tahun 1933, Saudi Arabia tidak lagi sebagai
negara miskin tetapi termasuk salah satu negara kaya. Dengan kekayaannya yang melimpah,
Saudi Arabia banyak membangun jalan raya antarkota, jalan kereta api antara Kota Riyad
dengan Kota Pelabuhan Ad-Dammam di pantai Teluk Persia. Juga membangun Maskapai
Penerbangan Internasional (Saudi Arabia Air Lines) di Jeddah, Zahran, dan Riyad. Di bidang
perhotelan telah dibangun hotel-hotel mewah bertaraf internasional, antara lain terdapat di
sekitar Masjidil Haram Mekah dan Masjid Nabawi Madinah. 

Masjidil Haram artinya masjid yang dihormati atau dimuliakan. Masjid ini berbentuk
empat persegi terletak di tengah-tengah kota Mekah, serta merupakan masjid tertua di dunia.
Di tengah-tengah masjid itu terdapat Ka’bah, yang juga disebut Baitullah (Rumah Allah)
dan Baitul Atiq (Rumah Kemerdekaan), yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai kiblat
umat Islam di seluruh dunia dalam mengerjakan salat. Selain itu, terdapat pula Hajar
Aswad (batu hitam yang terletak di dinding Kakbah), makam Ibrahim, Hijr Ismail, dan sumur
Zamzam yang letaknya tidak jauh dan Kakbah. 
Keadaan Masjidil Haram pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, dengan
keadaan Masjidil Haram sekarang ini jauh berbeda. Pada masa Nabi SAW masih hidup,
keadaan Masjidil Haram tidak begitu luas dan bersifat sederhana. Sekarang ini, keadaan
Masjidil Haram sangat luas dan merupakan bangunan yang begitu megah dan indah. Masjidil
Haram sekarang ini berlantai empat yang untuk naik dan lantai dasar ke lantai di atasnya
sudah disediakan eskalator. 

Masjid Nabawi adalah sebuah masjid yang megah dan indah juga sangat luas. Kalau
pada masa Nabi Muhammad SAW luas Masjid Nabawi ± 2.500 m2kini luasnya menjadi ±
165.000 m2 (luas seluruh kota Madinah pada masa Rasulullah SAW). Hal ini mengakibatkan
makam Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar r.a., dan Umar bin Khatthab r.a. yang dulu
berada di luar masjid sekarang berada di dalam masjid. Demikian juga tempat pemakaman
umum (maqbarah) baqi yang dulu berada di pinggir kota Madinah, sekarang ini berada di
samping atau di pinggir halaman masjid. 
Masjid Nabawi bertambah indah dan megah dengan adanya sepuluh buah menara yang
menjulang tinggi, 95 buah pintu masjid yang lebar dan indah. juga kubah masjid yang dapat
terbuka dan tertutup.  
Selain itu, pada atap Masjid Nabawi bagian belakang yaitu di atas pintu Al-Majidi dari
sebe!ah barat memanjang ke timur, telah dibangun tingkat dua yang dimanfaatkan untuk
perkantoran, perpustakaan. gudang, peralatan dan selebihnya digunakan sebagai tempat salat,
apabila jamaah di lantai bawah terlalu padat. Perlu pula diketahui bahwa seluruh ruangan dari
lantai bawah (dasar) Masjid Nabawi sekarang ini memakai pendingin ruangan (AC). 
Arsitektur yang berfungsi untuk melayani kepentingan agama dan kepentingan sekuler,
selain terdapat di Saudi Arabia, juga terdapat di negara lain, terutama di negara berpenduduk
mayoritas Islam. Misalnya di Turki sekarang ini memiliki tidak kurang dari 62.000 masjid
dan pembangunan masjid mencapai 1.500 buah per tahun. Selain itu, telah dibangun lebih
dari 2.000 unit sekolah Al-Qur’an. 
Di Iran ketika Dinasti Qatar berkuasa (pada tahun 1794-1925) telah dibangun kota
Teheran sebagai ibukota Iran (dibangun pada abad ke-18 M). Perkembangan kota ini sangat
pesat, terutama pada masa kekuasaan Dinasti Pahlevi (1925-1979). Sekarang ini Teheran
merupakan salah satu kota terbesar di Asia. Bangunan arsitektur peninggalan Dinasti Qatar
antara lain :
Þ     Istana Niavarand, tempat kediaman Syah Muhammad Reza Pahlevi dan keluarganya. 
Þ     Pekuburan Behesyti Zahra’ (bahasa Persia yang artinya Taman Zahra, putri Rasulullah
SAW). Pekuburan ini tempat dimakamkannya puluhan ribu syuhada (pahlawan) Revolusi
Islam. Di pekuburan ini juga dimakamkan pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Khomaeni
(wafat 1989 M).
Pada masa pembaharuan di Irak, selain terdapat arsitektur yang berfungsi melayani
keagamaan, seperti masjid, madrasah, dan makam, juga terdapat arsitektur yang berfungsi
melayani kepentingan sekuler misalnya bangunan-bangunan industri, jalan kereta api yang
menghubungkan Basrah dan Bagdad. jalan-jalan yang beraspal antarkota, dua bandara
internasional di Basrah dan Bagdad, serta dua pelabuhan internasional di Basra dan Um Al-
Qasar.

2. Sastra 
Pada masa pembaharuan telah bermunculan para sastrawan yang karya-karya sastranya
bersifat islami di berbagai negara, misalnya :
Þ     Seorang sastrawan dan pemikir besar, menjelang abad ke-20 telah lahir di Pakistan (1877-
1938) yang bernama Muhammad Iqbal. Beliau telah mengungkapkan filsafatnya dalam
bentuk puisi dengan menggunakan bahasa Urdu dan Persi. Dan karya puisinya, yang penting
adalah Asrari Khudi, di samping karya filsafatnya yang berjudul “The Reconstruction of
Religious Thoughs in Islam” (kedua buku ini sudah diterjemahkan dan diterbitkan dalam
Bahasa Indonesia). Beliau juga telah menulis beberapa prosanya dalam Bahasa Inggris dan
Arab.
Þ     Mustafa Luffi Al-Manfaluti (1876-1926) seorang sastrawan dan ulama Al-Azhar (Mesir)
termasuk pengarang cerita pendek bergaya semi klasik dan semi modern.
Þ     Dr. Muhammad Husain Haekal (1888-1956) pengarang Mesir terkenal, yang telah
menulis Hayatu Muhammad (Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW, telah terbit dalam
terjemahan Bahasa Indonesia) adalah juga seorang sastrawan dan dianggap perintis karya
sastra modern setelah novelnya yang berjudul Zainab terbit tahun 1914. Beliau juga banyak
menulis kritik sastra dan cerita pendek.
Þ     Jamil Siqdi Az-Zahawi (1863-1936) di Irak terkenal sebagai perintis sajak modern dan
seorang penyair tua yang bernada keras dan dikenal sebagai pembela hak-hak wanita
bersama-sama dengan Ma’ruf Ar-Rasafi (1877-1945).
Þ     Abdus Salam Al-Ujaili (lahir 1918) adalah seorang sastrawan di Suriah yang juga seorang
dokter medis, aktif dalam penulisan novel dan cerita pendek.
Þ     Peranan perempuan dalam perkembangan sastra modern ternyata tidak banyak. Dari yang
sedikit itu, misalnya Binti Syati’ yang sebenarnya bernama Aisyah Abdurrahman. Beliau
meraih gelar doktor dalam sastra klasik, terkenal sebagai sastrawati, wartawati dan editor
harian Al-Ahram Mesir. Selain itu, beliau banyak menekuni Al-Qur’an, lalu menulis tafsir
Al-Qur’an dari segi sastra. Sastrawati lainnya seperti Fatwa Tawqan dan Nazek Al-Malaikah
(Palestina) serta Layla Ba’albaki (Lebanon).

3. Kaligrafi
Kata kaligrafi berasal dan Bahasa Yunani : kaligrafia atau kaligraphos. Kallos berarti
indah dan grapho berarti tulisan. Jadi, kaligrafi berarti tulisan (aksara) indah yang
mempunyai nilai estetis. Dalam Bahasa Arab kaligrafi disebut khatt, yang dalam pengertian
sehari-hari berarti tulisan indah yang memiliki nila estetis. 
Kaligrafi (khatt) merupakan satu-satunya seni Islam, yang murni dihasilkan oleh orang
Islam, berbeda dengan seni Islam lainnya seperti seni lukis dan ragam hias yang terpengaruh
unsur non-Islam. 
Kaligrafi terdiri dari bermacam-macam gaya antara lain enam macam gaya yang
disebut Al-Aqlam As-Sittah (The Six Hands/Styles). 
Seni kaligrafI berkembang sangat cepat ke seluruh pelosok dunia, khususnya ke negara-
negara yang penduduknya mayoritas umat Islam seperti Indonesia.
Seni kaligrafi dipakai sebagai hiasan di masjid-masjid, penyekat ruang, hiasan dinding
rumah, kotak penyimpanan perhiasan, alat-alat rumah tangga dan lain-lain. Media yang
digunakannya pun beragam yakni dan kertas, kain, kulit, kaca, emas, perak, tembaga, kayu,
dan keramik. 
Perhatian umat Islam Indonesia terhadap seni kaligrafi cukup bagus. Hal in ditandai
antara lain :
ü   Diadakannya pameran lukisan kaligrafi bertaraf nasional, yakni pada acara MTQ Nasional XI
di Semarang (1979), pada Muktamar Pertama Media Massa Islam sedunia di Jakarta (1980),
pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh (1981), dan pada pameran kaligrafi Islam di Balai
Budaya Jakarta dalam rangka menyambut tahun baru Hijriah 1405 (1984).
ü   Diselenggarakannya Musabaqah Khatt Indah Al-Quran (MKQ) dalam setiap MTQ. MKQ ini
mulai diselenggarakan pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh (1981) dan MTQ Nasional
XIII di Padang (1983).
NABILA GEBBY CAHYANI
XI IPA 3
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH TENTANG:

 PERKEMBANGAN ISLAM ABAD PERTENGAHAN


 PERKEMBANGAN ISLAM ABAD MODERN

Anda mungkin juga menyukai