Anda di halaman 1dari 18

Sejarah

Peradaban Islam
Masa Turki Utsmani
Hingga Nusantara
Kelompok 5:
Fabian Akmal Arkandion
Jason Irvine Mahendra Putra

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Materi 01 Kerajaan Utsmani

02 Islam di Nusantara
Kerajaan Utsmani
Disintegrasi Umat Islam Pasca
Keruntuhan Dinasti Abbasiyah
Sejak jatuhnya Daulah Abbasiyah ke tangan Hulagu Khan dari
bangsa Mongol, dunia Islam mengalami desentralisasi dan
disintegrasi. Disebut desentralisasi, karena tak ada lagi ibu kota
daulah dan khalifah yang menjadi rujukan bagi umat Islam. Hal yang
terjadi justru adalah disintegrasi. Umat Islam yang direpresentasikan
dinasti-dinasti kecil Islam terpecah-pecah dan saling serang satu
sama lain.

Minimnya persatuan umat Islam menyebabkan disintegrasi politik


terjadi. Dinasti Abbadi, Dinasti Murabith, Dinasti Muwahhid, dan
Dinasti Bani Nasr di Spanyol saling serang satu sama sama lain.
Akibat dari tipisnya persatuan umat Islam, beberapa daerah yang
menjadi wilayah kekuasaan dinasti-dinasti kecil Islam jatuh ke tangan
raja- raja Kristen. Cordova jatuh tahun 1238, Seville di tahun 1248
dan akhirnya Granada jatuh di tahun 1491. Orang-orang Islam saat
itu dihadapkan pada dua pilihan sulit; masuk Kristen atau keluar dari
Spanyol. Di tahun 1609 M, Spanyol sudah bersih dari umat Islam.
Mereka akhirnya menetap di pantai utara Afrika Utara (Harun
Nasution, 2005: 81).
Munculnya Kesultanan Turki Utsmani
Umat Islam kembali bangkit dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang baru. Kerajaan yang paling maju adalah
Kesultanan Turki Utsmani atau Ottoman. Kesultanan ini mulai didirikan pada abad ke-12. Di abad ke-12, suku Qayi dari
keturunan Oghus lari dari serangan tentara Mongol yang dipimpin Genghis Khan. Mereka kemudian mengembara ke Iran.
Dari Iran, mereka pindah ke Asia Kecil atau Anatolia yang kelak menjadi negara Turki. Anatolia tadinya berada di bawah
Kesultanan Rum. Namun, setelah Dinasti Seljuk membubarkan Kesultanan Rum, Anatolia terpecah menjadi beberapa
negara. Salah satu anggota suku Qayi yang pindah ke Anatolia adalah Utsman (1258-1326), putra Sulaiman dan cucu
Erthogul. Utsman memimpin pasukan tentara muslim Turki yang disebut ghazi. Di bawah Utsman, para Ghazi memerangi
tentara Mongol yang menyerang Anatolia dan tentara Seljuk pada 1293.

Atas jasanya, Utsman dijadikan penguasa di wilayah Iskisyahr dekat Bursa oleh
Sultan Alauddin pemimpin Seljuk. Seljuk terus berperang dengan Mongol dan
akhirnya melemah. Tak lama setelah Dinasti Seljuk bubar, Utsman memimpin
kerajaan Islam yang kuat. Kehadiran kerajaan Islam yang dipimpin Utsman menarik
orang untuk masuk Islam dan ikut berjuang dalam kerajaan yang dipimpin olehnya.
Utsman bersama pasukannya berperang melawan Kekaisaran Byzantium untuk
memperluas daerah kekuasaannya.

Setelah kematian Utsman atau Osman I, kekuasaan Utsmaniyah mulai meluas


sampai Mediterania Timur dan Balkan. Putra Osman, Orhan, menaklukkan kota
Bursa pada tahun 1324 dan menjadikannya ibu kota negara Utsmaniyah. Di
kesultanan ini, sempat terjadi perang saudara saat masa kepemimpinan Sultan
Bayezid I akibat para putranya yang saling berebut tahta. Perang saudara pun
berakhir saat Mehmed I naik tahta sekaligus mengakhiri masa "interregnum" atau
masa kekosongan tahta
Lalu saat masa kepemimpinan Mehmed II atau yang terkenal dengan nama
Muhammad Al-Fatih, Kesultanan Utsmaniyah berhasil merebut ibu kota
Kekaisaran Byzantium, Konstantinopel atau yang sekarang bernama Istanbul
pada tanggal 29 Mei 1453. Al-Fatih mengizinkan Gereja Ortodoks
mempertahankan otonomi dan tanahnya dengan imbalan mengakui
pemerintahan Utsmaniyah. Pada abad ke-15 dan 16, Kesultanan Utsmaniyah
memasuki periode ekspansi. Kesultanan ini berhasil makmur di bawah
kepemimpinan sejumlah Sultan yang tegas dan efektif. Ekonominya juga maju
karena pemerintah mengendalikan rute-rute perdagangan darat utama antara
Eropa dan Asia.
Masa Kemajuan Terbesar
Kesultanan Turki Utsmani
Sejarah mencatat, kemajuan besar Kerajaan Utsmani salah satunya ditorehkan oleh Sultan
Sulaiman al-Qanuni (1520-1566). Ia digelari “al-Qanuni” sebagai penghormatan atas jasanya dalam
menyusun Qanun Nameh. Di masa kekuasaannya, Kerajaan Utsmani mencakup Asia Kecil, Armenia,
Irak, Suria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hungaria, dan Rumania di Eropa. Karena itu, warga negara Kerajaan Utsmani
terdiri dari beragam suku bangsa; Arab, Suria, Irak, Mesir, Berber, Kurdi, Armenia, Slavia, Yunani,
dan Albania. Mereka hidup dalam beragam agama-keyakinan dan bahasa di bawah naungan
Kerajaan Utsmani. Tak heran, jika pada masa kekuasaannya umat Islam dan Kristen dapat hidup
berdampingan secara aman dan damai (Hasan Ibrahim Hasan, 1989: 334).

Kemajuan yang terjadi pada masa kepemimpinan Sulaiman Al-Qanuni, yaitu:


1. Pengaturan administrasi peradilan, promisi jabatan, sistem perpajakan, dan
relasi adat dan qanun.
2. Perbaikan sistem keamanan negara.
3. Pembaharuan hukum melalui Majallah al-Ahkam al-‘Adliyyah (Himpunan
Undang-Undang Hukum Perdata) yang dikeluarkan antara tahun 1869 dan 1876.
4. Pembangunan madrasah dan perguruan tinggi. Madrasah tingkat terendah
mengajarkan nahwu (tata bahasa Arab) dan sharaf (sintaksis), manthiq (logika),
teologi, astronomi, geometri, dan retorika. Madrasah tingkat kedua menekankan
pengajuan literatur dan retorika. Sedangkan perguruan tinggi mengajarkan
hukum dan teologi.
5. Pembangunan fasilitas publik seperti jalur kereta, sekolah, rumah sakit,
jembatan, terowongan, dan lain-lain.
Masa Runtuhnya
Kesultanan Turki Utsmani
Abad ke enam merupakan ekspansi paling agresif imperium ini.
Sedangkan abad ke-17 merupakan periode pertahanan. Artinya, abad
ke 16 dan 17 merupakan puncak kemajuan Turki Usmani. Karena
sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, Kerajaan Ustmani mengalami
sejumlah kegagalan dan kemunduran. (Ira M Lapidus, 1988: 479).
Pada awal abad ke-20, Turki Usmani sudah sulit dipertahankan.
Mustafa Kemal Attaturk berhasil menumbangkan pasukan Turki
Utsmani dalam perang kemerdekaan. Tak pelak lagi, Kemal Attaturk
membubarkan kesultanan Turki Utsmani pada tanggal 1 November
1922 dan membubarkan kekhalifahan Turki Utsmani pada tanggal 3
Maret 1924.

Sejak pembubaran itu khilafah islamiyah hingga sekarang tak bisa


tumbuh lagi. Berbagai upaya untuk menghidupkan khilafah islamiyah
terus gagal karena tak mendapatkan sambutan luas dari dunia Islam.
Bahkan, berbagai kelompok yang hendak membangun khilafah
islamiyah mendapat penentangan keras dari sejumlah negara dan
tokoh-tokoh Islam dunia. Walau begitu, umat Islam tetap bisa
mengekspresikan keislamannya di berbagai negara bangsa.
Islam di Nusantara
Masuknya Is-
lam di Nusan-
Diperkirakan pada 1258 M, runtuhnya kejayaan Daulah Abbasiyah oleh
Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Pasca jatuhnya
Baghdad menyebabkan para ulama bermigrasi ke berbagai lokasi dan
dunia Islam masuk dalam masa kemunduran (1200 M -1500 M).

tara
Persebaran para ulama ini menyebabkan Islam terbawa ke segala penjuru
dunia.

Pada abad ke-13 M diperkirakan Islam sudah masuk ke Nusantara.


Teori masuknya Islam dalam tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat. Islam
dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para
pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah.
Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa
para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia.
Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang
dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar
abad ke-13 M. Menariknya Islam masuk ke Nusantara ketika Kerajaan
Hindu-Buddha dalam fase kejayaannya. Penyebaran Islam di Nusantara
ini tidak menimbulkan peperangan dan menyebarkan semangat
“Rahmatan lil’ Alamin”.
Munculnya Karena kepulauan Melayu merupakan pintu gerbang bagi kapal-kapal

Walisongo
dagang dari barat sehingga Islam dapat masuk ke Nusantara. Kerajaan-
kerajaan Islam seperti Samudera Pasai dan Malaka berdiri.

Kehadiran Islam di abad ke-13 M ini dibuktikan dengan fakta arkeologis


berupa batu nisan Sultan Malik-al Shalih yang meninggal pada 1297 M di
Gampong Samudera, Lhokseumawe. Dan pada abad ke-14 M, Walisongo
sudah masuk ke tanah Jawa. Ini dibuktikan dengan ditemukannya makam
Maulana Malik Ibrahim pada 1419 M.

Saat kedatangan Sunan Ampel, terbentuk masyarakat Muslim di dekat ibu


kota Majapahit dan sekitarnya.

Setelah Majapahit jatuh, muncul Walisongo lain, yaitu Syaikh Nuruddin ibn
Ibrahim ibn Maulana Izra’il yang dikenal dengan sebutan Sunan Gunung
Jati. Ia kemudian mendakwahkan Islam di Kesultanan Cirebon.

Sejak itu Islam berkembang pesat, seperti abad ke 15 hingga akhir abad
ke 16 dianggap sebagai tahap derasnya proses Islamisasi dan tersebar
luasnya Islam ke berbagai pelosok Nusantara.
Pengembangan You can simply impress your audience and add a unique
zing and appeal to your Presentations.

Ilmu Keislaman Berkah dakwah Islam yang ramah yang menyebarkan semangat
“Rahmatan lil ‘Alamin” yang dijalankan para wali songo, kehadiran Islam di
tanah Jawa disambut dengan riang, gembira, dan tanpa peperangan.

di Nusantara Pada abad ke-17 hingga abad ke-19 adalah fase pengembangan ilmu-
ilmu keislaman di Nusantara. Banyak karya-karya akademik yang
bermunculan, ada yang karya utuh atau terjemahan dari Timur Tengah.
Hamzah Fansuri menulis buku berjudul Syarab al-Asyiqin, Asrar al-Arifin
dan Syaikh Nawawi Banten menulis kitab tafsir dengan judul Marah
Labidz, ia juga menulis puluhan karya lain di bidang lain seperti fikih,
hadits, tasawuf.

Pesantren banyak bermunculan di berbagai daerah Nusantara.


Contohnya, Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon yang berdiri pada
tahun 1705 M, Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur tahun 1745 M,
dan lain-lain. Jumlah pesantren juga terus meningkat seiring berjalannya
waktu.
Islam di Nusan-
tara pada abad
Pada abad ke 20 merupakan fase di mana umat Islam memiliki banyak
ulama hebat dan mendirikan organisasi Islam. Seperti, Jami’at Khair
(tahun 1905 M), Sarekat Dagang Islam (tahun 1905 M), Muhammadiyah
(1912 M), Persis (1920), Nahdhatul Ulama (1926 M), dan lain-lain.

ke 20 Kemampuan Islam berdialektika dengan kebudayaan lokal Nusantara


menyebabkan terjadinya penerimaan Islam yang luas di kalangan
masyarakat Nusantara.
Daftar Pustaka

- Nailufar, Nibras. (2020). Sejarah Berdirinya Turki Usmani. Diakses pada tanggal 3 Oktober
2021, dari https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/14/160000569/sejarah-berdirinya-turki-
usmani?page=all.
- Wikipedia. (2021). Kesultanan Utsmaniyah. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2021, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Utsmaniyah.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia
- Buku Ajar Agama Islam UI
- https://www.uii.ac.id/menengok-bagaimana-penyebaran-islam-di-nusantara/
- https://www.youtube.com/watch?v=v-FucEVlfcw
SESI KUIS

Soal no. 1: Siapakah yang memimpin gerakan kemerdekaan Turki


yang berhasil menumbangkan Kesultanan Utsmaniyah?

Soal no. 2: Pada tanggal berapakah Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil


merebut Konstantinopel dari Kekaisaran Byzantium?

Soal no. 3: Masa kejayaan Kesultanan Utsmaniyah terjadi saat masa


kepemimpinan siapa?

Soal no. 4: Sebutkan tiga teori munculnya Islam di Nusantara?

Soal no. 5: Dimanakah Sunan Gunung Jati menyebarkan agama islam?


KUNCI JAWABAN

Soal no. 1
Mustafa Kemal Attaturk

Soal no. 2
29 Mei 1453

Soal no. 3
Sulaiman Al-Qanuni (Sulaiman I)

Soal no. 4
Teori Gujarat, Teori Mekkah, dan Teori Persia

Soal no. 5
Cirebon, Jawa Barat
Silakan jika
ada hal yang
ingin
ditanyakan

SESI
PERTANYAAN
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai