Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM

PADA MASA KERAJAAN MUGHAL DI INDIA

Muhammad Musyafaul Karim Al-Ala, Syaafii Hidayat Ahadu


Romadlon, Mochamad Rois, Moh. Ubaidillah

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.


Jalan Ahmad Yani 117. Surabaya East Java 60237. Telp. +62318410298.
syaphak@gmail.com, safihidayat3@gmail.com, mochamadrois13@gmail.com,
ubaidilizzah@gmail.com
2017

Abstract
There are three objectives to writing this article as follow, First
is to know the background of the rise of Mughal Empire, Second
to know growth and fall of the Mughal Empire, and the last
several Mughal legacies such as in the aspect of politic, social,
art, etc. The founding father of Mughal Empire is Kutbuddin
Aibak (1206-1211), who was able to establish Independence
Islamic Kingdom of India. There are several ruler: Sultan
Akbar, Syah Jahan, dan Aurangzeb. Sultan Akbar has reputation
as the ruler who was able to maintain stability of the empire as
well as to combine the Islamic and Hindus civilization.
Meanwhile Syah Jahan inherit some relics, such as the famous
Taj Mahal. Other ruler Aurangzeb was to expand his empire.
But the generation after Aurangzeb fail to maintain unity of his
empire and Mughal breakdown to several independence
kingdom. The Sepoy Mutiny in 1857 is the end of Mughal
Empire. British replace Mughal Empire and occupied whole
India until 1947.
Keywords: Mughal Empire, Mughal Inheritance, India.

2
3

A. Pendahuluan
India yang pada masa lalu meliputi negara India, Pakistan, dan
Bangladesh pada masa sekarang selalu menarik dikaji. Ketiga negara ini memiliki
kesinambungan sejarah yang satu hingga masa kolonialisme Barat. Secara
geografis India terpisah oleh benteng alam pegunungan Himalaya di sebelah utara
dan Hindu Kusy di sebelah Barat Laut. Pegunungan Himalaya merupakan benteng
terpanjang yang membujur dari Afghanistan hingga Assam sejauh 2.500 km.
Kondisi geografis inilah sebagai salah satu penyebab sulitnya pengaruh luar
masuk ke India. Walaupun begitu, berbagai bangsa silih berganti masuk ke daerah
India dan memberikan warna perkembangan kebudayaan India terutama melalui
celah Khyber yang menghubungkan dengan Afghanistan dan lintas Bolan yang di
Pakistan. Setidaknya di India telah lahir 4 agama dunia, yakni Hindu, Buddha,
Jain, dan Sikh. Selain keempat tersebut, warna sejarah India juga dipengaruhi oleh
pengaruh Islam yang berkembang pesat sejak pertengahan abad VII M dari jazirah
Asia Barat.1
Sejak awal abad XIII sampai dengan pertengahan XIX, dinasti Islam
berkembang di India. Masa pengaruh politik Islam telah dimulai sejak awal abad
VIII ketika Muhammad bin al-Qasim diutus Khalifah al-Walid I menyerbu daerah
Sind mulai tahun 708 M. Walaupun belum menguasai seluruh India, Qasim telah
berhasil menancapkan pengaruh politik Islam di daerah Punjab. Sejak masa itu
politik Islam terus merangsek di India. Dinasti Ghazni yang berkembang sejak
tahun 961 M berpusat di Afghanistan menjadi kekuatan politik kedua yang
berpengaruh di India, dan dinasti Ghuri adalah pengaruh politik ketiga dalam
sejarah kerajaan Islam di India. Akhir Dinasti Ghuri menandai mulainya
kekaisaran Islam di India ditandai dengan berdirinya Kesultanan Delhi oleh
Kutbuddin Aibak (1206-1211). Sejak saat itulah dinasti Islam berkembang di
India sampai dengan tahun 1857.2

1
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857,” Jurnal Istoria,
Vol. 5, No. 2, 2008, 88-89.
2
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, Cet. I, 2016),
162.
4

Mengkaji kekuasaan para dinasti Islam di India sangat menarik, selain


kekhasan sifat politik para dinasti Islam di India, juga akan ditemukan berbagai
peninggalan kebudayaan yang luar biasa tinggi. Ada lima dinasti Islam yang
berkuasa di India mulai tahun 1206-1857 M. Kelima Dinasti yang memerintah
tersebut adalah: dinasti Budak (1206-1290), dinasti Khilji (1290-1321), dinasti
Taghluk (1321-1388), dinasti Lodhi (1450-1526), dan dinasti Mughal (1526-
1857). Berbagai peninggalan baik kebudayaan, sistem sosial, ekonomi, politik,
hukum, dan pemerintahan masih dapat ditelusuri pada masa sekarang. Dinasti
Mughal adalah dinasti terakhir yang memerintah di India. Bagaimana
perkembangan dinasti Mughal dan pengaruhnya bagi sejarah peradaban bangsa
India?3

B. Asal Usul Kerajaan Mughal


Sebagai salah satu pusat peradaban dunia, India memilik sejarah panjang.
Diperkirakan the Indian subcontinent ini telah dihuni oleh manusia semenjak
7000 tahun SM. Namun baru 3200 tahun SM ditemukan perkampungan penduduk
di lembah Indus dan Sarasvati dimana keduanya merupakan sungai terbesar di
India yang mengalir dari Himalaya ke Asia selatan dan bermuara di Laut Arab.4
Secara ringkas, sejarah India dapat dibagi kepada beberapa etape, yaitu:
Pertama, peradaban di Lembah Indus (Indus Valley Civilization) yang dipelopori
oleh agama Hindu. Kedua, zaman kegemilangan Ashoka yang dipelopori oleh
agama Budha. Ketiga, di bawah kerajaan Islam, dimulai dari dinasti Lodhi
sehingga dinasti Mughal.5
Peletak dasar dinasti Islam di India adalah Kutbuddin Aibak (1206-1211)
yang berhasil mendirikan kerajaan Islam di India yang merdeka. Setelah merasa
cukup kuat untuk mendirikan kekuasaan di India, pada tahun 1206 ia mendirikan
Kesultanan Delhi di India yang berhasil dipertahankan hingga 1290. Dinasti

3
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 89.
4
Saidul Amin, “Pembaharuan Pemikiran Islam di India,” Jurnal Ushuluddin, Vol. 18, No. 1,
Januari 2012, 85.
5
Ibid, 85.
5

keturunan Aibak sering disebut dinasti keturunan hamba-hamba raja, karena


Aibak sendiri bukanlah keturunan raja. Sultan Balban adalah raja terakhir dinasti
keturunan hamba-hamba raja. Dia tidak meninggalkan keturunan dan
pemerintahan Kesultanan Delhi selanjutnya diambil alih oleh dinasti raja-raja
keturunan Khilji (1290-1321), kemudian dilanjutkan raja-raja keturunan Taghluk
(1321-1399), dinasti para Sayyid (1414-1451), dan dinasti raja-raja keturunan
Lodhi (1451-1526), kemudian yang terakhir adalah dinasti Mughal.6
Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi
sebagai ibu kotanya, berdiri antara tahun 1526-1858 M. Dinasti Mughal di India
didirikan oleh seorang penziarah dari Asia Tengah, bernama Zahiruddin
Muhammad Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis
Mongol, keturunan Jengis Khan yang telah masuk Islam dan pernah berkuasa di
Asia Tengah pada abad ke 15. Kerajaan ini berdiri pada saat di Asia Kecil berdiri
tegak sebuah kerajaan Turki Usmani dan di Persia kerajaan Safawi. Ketiganya
pada saat yang sama menjadi sebuah negara-negara adikuasa di dunia. Mereka
juga menguasai perekonomian, politik serta militer dan mengembangkan
kebudayaan.7
Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi
daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi
dan bertekad akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia
Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan, tetapi karena
mendapat bantuan dari raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan
Samarkand pada tahun 1494 M.8
Pada 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan. Dari sini, ia
memperluas kekuasaannya ke sebelah Timur (India). Saat itu, Ibrahim Lodhi,
penguasa India, dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau.
Daulah Khan, gubernur Lahore dan Alam Khan, paman Ibrahim sendiri

6
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 89-90.
7
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, Cet. I, 2016), 196-197.
8
Sugiyono, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia,
Cet. I, 2015), 22.
6

melakukan pembangkangan pada tahun 1524 terhadap pemerintahan Ibrahim


Lodhi, dan meminta bantuan Babur untuk merebut Delhi. Tiga kekuatan itu
bersatu untuk menyerang kekuatan Ibrahim, tetapi gagal memperoleh
kemenangan. Mereka melihat bahwa Babur tidak sungguh-sungguh membantu
mereka. Ketidakseriusan Babur menimbulkan kecurigaan di mata daulah Khan
dan Alam Khan, sehingga keduanya berbalik menyerang Babur. Kesempatan itu
tidak disia-siakan Babur, ia berusaha keras untuk mengalahkan gabungan dua
kekuatan tersebut. Daulah Khan dan Alam Khan dapat dikalahkan, Lahore
dikuasainya pada tahun 1525 M. Dari Lahore ia terus bergerak ke Selatan hingga
mencapai Panipat. Di sinilah ia berjumpa dengan pasukan Ibrahim maka terjadilah
pertempuran yang dahsyat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam
pertempuran itu. Babur memperoleh kemenangan yang amat dramastis dalam
pertempuran Panipat I (1526 M) itu, karena hanya dengan didukung 26.000
personel angkatan perang, ia dapat melumpuhkan kekuatan Ibrahim yang
didukung oleh 100.000 personel dan 1.000 pasukan gajah. Babur memasuki kota
Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan
demikian, berdirilah kerajaan Mughal di India.9
Kemenangannya yang begitu cepat mengundang reaksi dari para
penguasa Hindu setempat. Proklamasi 1526 M yang dikumandangkan Babur
mendapat tantangan dari Rajput dan Rana Sanga yang didukung oleh para kepala
suku India Tengah dan umat Islam setempat yang belum tunduk pada penguasa
yang baru tiba itu, sehingga ia harus berhadapan langsung dengan dua kekuatan
sekaligus. Tantangan tersebut dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 M di
Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput jatuh ke dalam
kekuasaannya. Setelah Rajput dapat ditundukkan, konsentrasi Babur diarahkan ke
Afghanistan, yang saat itu dipimpin oleh Mahmud Lodhi, saudara Ibrahim Lodhi.
Kekuatan Mahmud dapat dipatahkan oleh Babur tahun 1529 M, sehingga Gogra
dan Bihar jatuh ke bawah kekuasaannya. Pada tahun 1530 M, Babur meninggal

9
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 197.
7

dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun, dengan


meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang.10
Babur bukanlah orang India. Syed Mahmudunnasir menulis, “Dia bukan
orang Mughal. Di dalam memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki, akan
tetapi cukup aneh, dinasti yang didirikannya dikenal sebagai dinasti Mughal.
Sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang suka perang
dari Persia di Asia Tengah, dan meskipun Timur (Timur Lenk) dan semua
pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit,
nasib merekalah untuk dicap dengan nama itu, dan sekarang tampaknya terlambat
untuk memperbaiki kesalahan itu.”11 Berdasarkan pendapat tersebut, sesuatu yang
dapat disepakati bahwa kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur
Lenk dan bukan warisan keturunan India yang asli. Meskipun demikian, dinasti
Mughal telah memberikan warna tersendiri bagi peradaban India yang
sebelumnya sangat identik dengan peradaban dan memeluk agama Hindu.12
Sepeninggal Babur, tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang
bernama Humayun. Sekalipun Babur berhasil menegakkan Mughal dari serangan
musuh, namun Humayun tetap saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil
mengalahkan pemberontakan Bahadur Shah, penguasa Gujarat yang bermaksud
melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1540 M, Humayun mengalami kekalahan
dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afghanistan. ia
melarikan diri ke Persia. Di pengasingan ini, ia menyusun kekuatannya. Pada saat
itu, Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah
lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun
berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia
mengalahkan kekuatan Khan Shah.13 Setahun setelah itu (1556 M), ia meninggal

10
Ibid, 198.
11
Sugiyono, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam..., 23.
12
Junaidi, “Islam di Bawah Kendali Mughal di India,” Jurnal Tajdid, Vol. 11, No. 1, 2012, 70-71.
13
Alauddin, “Pendidikan Islam Masa Tiga Kerajaan Islam (Syafawi, Turki Usmani, dan Mughal),”
Jurnal Ulul Albab, Vol. 14, No. 1, Januari 2012, 103-104.
8

dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah. Sepeninggalnya,


kerajaan Mughal diperintah oleh anaknya yang bernama Akbar.14

C. Kemajuan dan Kejayaan Kerajaan Mughal


1. Sultan Akbar-The Great (1556-1605)
Masa kejayaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar (1556-
1605 M), dan tiga raja penggantinya, yaitu Jahangir (1605-1628 M), Shah Jahan
(1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuan kerajaan
Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.15
Nama sebenar Akbar ialah Muhammad, dan mempunyai beberapa
gelaran seperti Abu al-Fath, Jalal al-Din, dan Akbar. Namun begitu, Akbar
merupakan gelaran yang sinonim dan lebih dikenali apabila merujuk kepada diri
beliau. Malah, Akbar itu sendiri bermaksud seseorang yang agung. Beliau
dilahirkan pada 15 Oktober 1542 M di Umarkot, hasil perkawinan antara
pemerintah Mughal kedua, Nasir al-Din Humayun dan Hamidah Banu Begum.
Kelahiran Akbar telah menggembirakan hati Humayun karena beliau
dikaruniakan seorang anak lelaki yang akan mewarisi kekuasaannya. Hal tersebut
turut mengobati sedikit kekecewaan dan memberikan harapan kepada Humayun
untuk menguasai semula Delhi setelah ditewaskan oleh Sher Khan Shah pada
tahun 1540 M.16
Akbar menggantikan ayahnya pada saat ia berusia 14 tahun, sehingga
seluruh urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada
masa pemerintahannya, Akbar melancarkan serangan untuk memerangi
pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab.
Pemberontakan lain dilakukan oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra.
Pemberontakan tersebut disambut oleh Bairam Khan, sehingga terjadilah
peperangan dahsyat yang disebut Panipat I pada tahun 1556 M. Himu dapat

14
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 198.
15
Ibid, 198-199.
16
Ashari Mohamad Zulfazdlee Abul Hassan, dkk., “Akbar (1556-1605) dan Usaha Penyatuan
India di Bawah Kerajaan Mughal,” Jurnal Al-Muqaddimah Bil, Vol. 1, No. 2, 2013.
9

dikalahkan dan ditangkap kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan


Gwalior dapat dikuasai penuh.17
Setelah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang
sudah mempunyai pengaruh kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran
Syiah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di
Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar
mulai menyusun program ekspansi. Ia dapat menguasai Chundar, Ghond, Chitor,
Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu
diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.18
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal
sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India, yakni kota Kabul sebagai
gerbang ke arah Turkistan dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia,
dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu Suud, dengan keberhasilan ini,
Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara Bangsa (Nasional). Maka kebijakan
yang dijalankan tidak begitu menonjolkan spirit Islam, akan tetapi bagaimana
mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar
mengawali masa kemajuan kerajaan Mughal.19
Prestasinya yang luar biasa di dalam menyatukan India dalam lingkup
satu kesatuan sosial politik adalah suatu inovasi yang tiada tanding dan belum
pernah dicapai oleh para elit penguasa Islam India pada masa kekuasaan Islam di
India. Ia juga telah menunjukkan kecakapannya tidak hanya dalam bidang
kemiliteran, melainkan juga dalam berbagai bidang, antara lain bidang
administratif atau pemerintahan, ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan
arsitektur bangunan, dan sebagainya. Atas prestasi-prestasinya itu maka wajar jika

17
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 199.
18
Junaidi, “Islam di Bawah Kendali Mughal di India...,” 74.
19
Sugiyono, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam..., 24.
10

para sejarahwan menempatkan Akbar pada posisi tertinggi di antara sederetan


pemimpin Islam India.20
Tidak lama setelah Akbar melakukan ekspansi yang sangat luas sebagai
yang tersebut di atas, ia pun meninggal dunia pada tahun 1605 M.21 Keberhasilan
yang dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh penerusnya yang bernama Jahangir,
Syah Jahan, dan Aurangzeb yang mana mereka memang terhitung raja-raja yang
besar dan kuat.22
2. Sultan Jahangir (1605-1628)
Salim, putra Akbar dinobatkan sebagai raja Mughal dengan gelar Sultan
Nuruddin Muhammad Jahangir Pasha Ghazi.23
Kepemimpinan Akbar dilanjutkan oleh Jahangir pada tahun (1605-1628
M) yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan
gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup
dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jahangir berhasil
menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M), dan Kangra. Usaha-usaha
pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas
kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.24
Jahangir kontras dengan bapaknya dalam menegakkan pemerintahan
Mughal, terutama dalam menghadapi kelompok Hindu. Dia menghadapi konflik
luar biasa dengan anaknya sendiri, sampai kemudian meninggal tahun 1627,
menyisakan konflik kerajaan. Kedua putranya bernama Shah Jahan dan Azaf
Khan sama-sama berhasrat menggantikan ayahnya.25
3. Sultan Shah Jahan (1628-1658)

20
Anwarsyah Nur, DIN-I-ILAHI: Pemikiran Sinkretis Keagamaan Sultan Akbar The Great (1556-
1605), (Bandung: Citapustaka Media, Cet. I, 2014), 8.
21
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, Cet. III,
2013), 319.
22
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 199.
23
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 93.
24
Junaidi, “Islam di Bawah Kendali Mughal di India...,” 74.
25
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, Cet. I, 2016,
166-167.
11

Setelah Jahangir wafat, kerajaan diperebutkan putranya, Shah Jahan dan


Azaf Khan. Perselisihan tersebut akhirnya dapat dimenangi oleh Shah Jahan, yang
kemudian digelari, Abul Muzaffar Shahabuddin Muhammad Sahib Qiran-e Sani
Shah Jahan Padsah Ghazi. Pemerintahan masa Shah Jahan masih menghadapi
berbagai gejolak dalam negeri dan ancaman perebutan kekuasaan dari negara-
negara lain. Pada periode ini dikembangkan kembali penaklukan wilayah sampai
melampaui batas-batas India, seperti Kandahar, Balkh, Badakhsan, dan
Samarkand. Pada saat perluasan kekuasaan permaisurinya yang bernama Mumtaz-
Mahal, istri yang amat dicintainya meninggal pada saat perang. Shah Jahan begitu
kehilangan istri yang amat cantik dan dicintainya. Peninggalan makam dan masjid
Taj Mahal yang saat ini merupakan salah satu 7 keajaiban dunia merupakan tanda
kasih Shah Jahan kepada istrinya.26
Shah Jahan memiliki putra bernama Aurangzeb yang diberi kekuasaan di
Decaan. Aurangzeb berhasil membuat stabilitas di Decaan terutama dalam
menghadapi kekuatan kerajaan Hindu yang masih berusaha menolak kekuasaan
Islam. Persaingan paling kuat adalah antara Aurangzeb dengan Dara Sikhoh.
Dalam persaingan tersebut, Aurangzeb berhasil mengalahkan Dara Sikhoh dan
mengambil alih kekuasaan sultan Mughal tahun 1658. Sementara selama 7 tahun
Shah Jahan menghabiskan waktunya di dalam benteng Agra hingga wafat
menjemputnya. Shah Jahan, raja yang berambisius telah meninggalkan berbagai
bangunan penting pada masa kesultanan Mughal yang menandai kebesaran
kebudayaan kerajaan Mughal.27
4. Sultan Aurangzeb (1658-1707)
Sultan Aurangzeb Alamgir (penakluk dunia) dinobatkan di Delhi tahun
1659 segera melakukan kontrol keamanan dalam negeri dengan memantapkan
kembali kekuasaan di Decaan. Usahanya tidak sia-sia dengan semakin banyaknya
wilayah yang dikuasai. Tahun 1685 kerajaan Bijabur tunduk, disusul Golkonda
tahun 1687, Tanjore dan Trichinopoly tahun 1689. Aurangzeb berhasil
memperluas kekuasaan di India secara utuh melebihi daerah yang berhasil

26
Ibid, 167.
27
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 93.
12

ditaklukkan sultan Akbar. Tinggal bangsa Maratha yang belum benar-benar bisa
ditaklukkan Aurangzeb.28
Perlawanan bangsa Maratha merupakan ancaman paling berat pada
masa-masa selanjutnya. Sampai Aurangzeb wafat tahun 1707 bangsa Maratha
masih memberikan perlawanan sengit terhadap kesultanan Mughal. Tahun 1707
merupakan akhir pemerintahan Aurangzeb yang tutup mata pada usia 90 tahun.
Kekuasaan Aurangzeb merupakan anti klimaks pemerintahan Mughal di India.
Masa sesudahnya, kekuasaan Mughal terus mengalami kemunduran. Konflik
saudara dari anak-anak Aurangzeb menyebabkan kekuatan negara kian keropos.
Apalagi pada masa pemerintahan Aurangzeb, bangsa-bangsa Barat sudah giat
melakukan perjalanan ke timur. Inggris adalah salah satu bangsa barat yang
berhasil menduduki Surat, pelabuhan di Gujarat pada masa pemerintahan
Aurangzeb. Inilah cikal bakal kolonialisme dan imperialisme Barat di India yang
akan mempengaruhi babak baru perjalanan sejarah bangsa India. Aurangzeb
menghidupkan kembali jizya yang pernah dicabut oleh Sultan Akbar, dan
melakukan sikap keras terhadap orang-orang Hindu.29

D. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal


Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak
kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran
yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini
memasuki masa-masa kemundurannya. Kekuasaan politiknya mulai merosot,
suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis
Hindu di India tengah, Sikh di belahan utara, dan Islam di bagian timur semakin
lama semakin mengancam. Sementara itu para pedagang Inggris dengan didukung
oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.30
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat
memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari

28
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam..., 168.
29
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 94.
30
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam..., 168-169.
13

tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran


puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu
menghadapi problema yang ditinggalkannya. Sepeninggal Aurangzeb (1707 M),
tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya
menjadi penguasa di Kabul. Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Shah
(1707-1712 M). Ia menganut aliran Syiah. Pada masa pemerintahannya yang
berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore,
karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syiah kepada mereka.31
Setelah Bahadur Shah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama,
terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, Bahadur Shah diganti
oleh anaknya, Azimus Shah. Akan tetapi, pemerintahannya ditantang oleh
Zulfiqar Khan, putra Azad Khan, Wazir Aurangzeb. Azimus Shah meninggal
tahun 1712 M, dan diganti oleh putranya, Jahandar Shah, yang mendapat
tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri. Jahandar Shah dapat disingkirkan
oleh Farukh Siyar tahun 1713 M.32
Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Farukh Siyar keluar
sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang
raja meninggal terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan
Ali. Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Shah (1719-1748). Ia
kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Shah.
Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan
kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat
tidak terurus secara baik. Akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk
melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.33
Setelah Muhammad Shah meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh
Ahmad Shah (1748-1754 M), kemudian diteruskan oleh Alamgir II (1754-1759
M), dan kemudian diteruskan oleh Shah Alam (1761-1806 M). Pada tahun 1761
M, kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan

31
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 201.
32
Ibid, 201-202.
33
Sugiyono, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam..., 26.
14

Mughal tidak dapat bertahan dan sejak itu Mughal berada di bawah kekuasaan
Afghan, meskipun Shah Alam tetap diizinkan memakai gelar Sultan.34
Shah Alam meninggal tahun 1806 M, tahta kerajaan selanjutnya
dipegang oleh Akbar II (1806-1837 M). Pada masa pemerintahannya, Akbar
memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di anak benua
India sebagaimana yang diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan harus
menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan sudah
berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar Sultan dipertahankan.
Bahadur Shah II (1837-1858 M), penerus Akbar II, tidak menerima isi perjanjian
antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik antara kedua kekuatan
tersebut.35
Pada tahun 1858 M, Inggris menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap
para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak
yang dihancurkan, dan Bahadur II, Sultan terakhir daulah Mughal diusir Inggris
dari istananya. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan daulah Mughal di
daratan India dan yang tinggal di sana adalah umat Islam yang mesti
mempertahankan eksistensi mereka.36
Sejalan dengan perkembangan politik Inggris yang sudah menguasai
bangsa India pada saat itu, mereka ternyata dapat merespon berbagai tuntutan di
masyarakat India, terutama setelah berdirinya sebuah organisasi Kongres Nasional
India pada tahun 1885 M. Akhirnya lambat laun, berbagai kebaikan Inggris
terutama persoalan politik dan falsafahnya merupakan sebuah penghargaan yang
sangat berharga terhadap bangsa India, sehingga dapat mengantarkan pula
kemerdekaannya 15 Agustus 1947 M. Itulah barangkali fakta sejarah bahwa
berbagai kebaikan bangsa Inggris yang dapat dipersembahkan terhadap bangsa
India.37

34
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 202-203.
35
Ibid, 203.
36
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam..., 321-322.
37
Mohammad Asrori, “Menyingkap Peradaban Islam Kontemporer di Anak Benua India,” Jurnal
el-Harakah, Vol. 11, No. 3, 2009, 237.
15

Jatuhnya kerajaan Mughal secara mendasar disebabkan oleh dua faktor,


internal dan eksternal. Faktor internal tersebut adalah kurang terencananya proses
suksesi yang menyebabkan perebutan kekuasaan dan perang saudara. Begitu juga
faktor lemahnya pengawasan di pemerintahan tingkat daerah yang berkibat
terjadinya disintegrasi. Sedangkan dari faktor eksternal adalah munculnya
pemberontakan-pemberontakan oleh orang-orang Hindu dan Sikh, dan serangan
Raja Ahmad Khan dari Afghanistan. Begitu pula kebijakan menaikkan pajak yang
sangat tinggi serta terjangkitnya kehidupan biros dan bermewah-mewahan di
kalangan kerajaan. Puncaknya saat masuknya kerajaan Britania pada tahun 1600
M dan menaklukkan kerajaan Mughal pada tahun 1757 M.38
Tentu saat ini, gaung kebesaran Islam warisan dinasti Mughal sudah
tidak terdengar lagi. Namun perlu diketahui bahwa lahirnya negara Islam Pakistan
tidak terlepas dari perkembangan Islam pada masa dinasti tersebut. Bahkan sisa-
sisa kemegahan dinasti Mughal masih bisa terlihat dari bangunan-bangunan
bersejarah yang masih bertahan hingga sekarang, seperti Taj Mahal dan Red Fort
(Benteng Merah) yang merupakan artefak peninggalan Shah Jahan.39

E. Berbagai Peninggalan Kerajaan Mughal


a. Sistem Politik dan Ekonomi
1. India sebagai negara merdeka
Kebesaran dinasti Mughal tidak hanya ditunjukkan luasnya daerah yang
disatukan dalam satu imperium, tetapi juga berbagai pembaruan sistem politik.
Apabila dicermati, penetrasi politik Islam pada masa sebelum dinasti Mughal
masih memiliki ikatan kuat dengan dinasti Islam di Asia Barat. Dinasti Mughal
dengan raja pertamanya Kutbuddin Aibak telah mendirikan dasar pemerintahan
Islam secara merdeka di India, lepas dari kesultanan di Asia Barat. Hal ini sebagai
hal yang unik mengingat wilayah Asia Selatan (India) bergandengan langsung
dengan wilayah Asia Barat, walaupun secara geografis dipisahkan oleh

38
M. Djamaluddin Miri, “Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal,” Jurnal el-Harakah,
Vol. 11, No. 3, 2009, 224.
39
Ibid, 217.
16

pegunungan yang sulit dilalui. Sebagai sebuah negara, wilayah kesultanan Mughal
mencapai wilayah terluas di India sepanjang sejarah sejajar dengan masa
pemerintahan Ashoka.40
2. Pembagian wilayah kerajaan
Kerajaan Mughal memiliki pemerintah pusat yang beribukota di Delhi,
sedangkan wilayah-wilayah di bawahnya identik dengan sistem provinsi dengan
raja muda yang mengepalainya. Hal ini sebagai bentuk langsung pengaruh sistem
pemerintahan Islam di Asia Barat. Gelar Sultan juga sebagai bentuk nyata
pengaruh sistem politik Islam di Asia Barat. Walaupun secara politik kerajaan
Mughal tidak memiliki ikatan secara langsung, tetapi hukum Islam yang
diterapkan di berbagai kerajaan Islam memiliki peran kuat dalam sistem
pemerintahan Mughal. Sebagai bentuk dinasti, kerajaan Mughal memiliki
kelemahan seperti halnya sistem kedinastian lain. Dalam kerajaan berbentuk
dinasti, penguasa tertinggi dilakukan turun-temurun. Akibatnya keadaan kerajaan
sangat tergantung pada kecakapan seorang raja dalam memerintah. Hal ini dapat
dilihat dalam perjalanan sejarah kerajaan Mughal. Sultan Akbar dapat dinilai
sebagai raja yang cakap dalam memantapkan stabilitas pemerintahan dan
melakukan akomodasi berbagai kekuatan politik yang menyebabkan
perpecahan.41
3. Sumber pendapatan negara
Pajak merupakan salah satu sumber utama keuangan kerajaan. Pada masa
pemerintahan Islam di India, jizya diterapkan sejak pemerintahan dinasti Taghluk
(1321–1388). Jizya adalah pajak kepala untuk orang-orang non muslim.
Sementara untuk orang Islam, zakat merupakan bentuk pajak menurut syariat
Islam. Dengan demikian pada dasarnya baik muslim maupun non muslim
memiliki tanggung jawab sama dalam masalah pajak. Kaum non muslim tetap
mendapat perlindungan dari kerajaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
maupun dalam menjalankan ibadahnya. Pada masa sultan Akbar, jizya ini
dihapuskan dan digantikan dengan pajak tanah. Dengan dibantu seorang Hindu

40
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 96.
41
Ibid, 96.
17

bernama raja Todar Mall, sultan Akbar menerapkan pajak tanah yang nilainya
disesuaikan dengan tingkat kesuburan dan luas tanah. Pada masa Aurangzeb, jizya
kembali diberlakukan.42
b. Perubahan Sosial
Semenjak Islam masuk ke India, pengaruh mendasar yang utama adalah
masalah penghapusan kasta yang telah mendarah daging ratusan tahun lamanya.
Islam tidak mengenal kasta, sehingga oleh sebagian masyarakat Islam di India
terutama pada kasta rendah, kedatangan Islam disambut dengan senang hati.
Dampaknya adalah terjadinya transformasi sosial karena kesetaraan penduduk
dalam memperoleh akses ekonomi dan untuk bagian tertentu adalah menjadi
pegawai pemerintah dan tentara.43
Perubahan menonjol lainnya adalah masalah kesetaraan gender.
Keberadaan kaum wanita yang selama ratusan tahun menjadi kelompok kelas dua
terangkat oleh masuknya Islam di India. Upacara Sati (menceburkan diri ke api
seorang perempuan dalam pembakaran mayat suaminya) terus terkikis oleh
pengaruh Islam di India. Namun demikian bukan berarti upacara Sati ini terhapus
begitu saja di India. Sampai dengan abad XX upacara Sati masih dilakukan oleh
sebagian masyarakat India.44
c. Seni dan Bangunan
1. Karya sastra
Berbagai karya sastra banyak muncul di India pada masa dinasti Mughal.
Dalam syariat Islam tidak ada pemisahan antara politik dan ibadah, antara imam
dan pemimpin pemerintahan. Tiap sendi kehidupan manusia terintegrasi dalam
nilai-nilai agama. Pemimpin kerajaan bukan sekadar melaksanakan roda
pemerintahan, tetapi sekaligus sebagai imam yang berpengetahuan keagamaan
tinggi dan pantas diteladani. Tidak heran bila karya seni dan sastra yang muncul
tidak sebatas ditulis para ulama, tetapi juga para raja.45

42
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam..., 171-172.
43
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 97.
44
Ibid, 97.
45
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam..., 173.
18

2. Bangunan
Pada tahun 1636, sultan Shah Jahan berhasil menguasai dua kerajaan
penting, yakni Ahmadnagar dan Bijabur. Pada saat perluasan kekuasaan tersebut
permaisurinya Mumtaz Mahal meninggal tahun 1631. Begitu cintanya pada
istrinya, Shah Jahan mengenangnya dengan membuat mega proyek makam
Mumtaz Mahal yang artinya mutiara istana yang dibangun tahun 1631-1648
dengan melibatkan 20.000 pekerja. Bangunan makam tersebut dilengkapi dengan
masjid dan taman dengan arsitek tinggi. Kemasyhurannya sampai di penjuru
benua, dan saat ini merupakan salah satu keajaiban dunia. Shah Jahan juga telah
membuat rencana bangunan makam untuk dirinya yang rencananya tidak kalah
indahnya dengan Mumtaz Mahal. Tetapi wasiat itu tidak dilaksanakan
penggantinya Aurangzeb yang tidak menyukai kemegahan bangunan. Jenazah
Shah Jahan dimakamkan berdampingan dengan istri tercintanya, Mumtaz
Mahal.46
d. Perkembangan Kepercayaan dan Aliran Keagamaan
Masuknya Islam di India bukan tidak menimbulkan masalah konflik
kepercayaan. Hal ini sangat wajar mengingat di wilayah tersebut berkembang dua
agama besar, terutama Hindu dan Islam. Sikap para penguasa Islam yang berusaha
membuat keadilan dalam menjalankan ibadah kadang sulit dilakukan oleh
munculnya berbagai kecurigaan dan kesalahpahaman politik. Upaya melakukan
akomodasi kedua agama ini pernah dilakukan oleh sultan Akbar dengan
melahirkan ajaran baru Din-I-Ilahi tahun 1582, namun tidak mendapat respon
positif dari para ulama Islam.47
Akbar juga memperistri seorang Hindu dengan maksud menghilangkan
pertentangan dua pemeluk agama terbesar di India tersebut. Islam dan Hindu yang
kadang memunculkan pertentangan tersebut kemudian mendorong munculnya
aliran kepercayaan baru yang kemudian berkembang menjadi salah satu agama
besar di India. Pada abad XV muncul agama Sikh yang merupakan sinkritisme
Islam dan Hindu dengan pemimpinnya yang terkenal dengan sebutan Guru Nanak

46
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 99.
47
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam..., 175.
19

(1469-1539). Sikh (murid) terus berkembang, dan Guru Nanak laksana sebagai
Rasul yang kemudian dilanjutkan oleh guru-guru selanjutnya sampai guru ke
sepuluh yakni Guru Govind Singh (1675-1708). Agama Sikh terus berkembang
dan mendapat tentangan, baik umat Islam maupun Hindu. Lambat laun penganut
Sikh membuat kelompok tersendiri dan berhasil membangun kekuatan baru di
Asia Selatan.48

F. Kesimpulan
Secara ringkas, sejarah India dapat dibagi kepada beberapa etape, yaitu:
Pertama, peradaban di Lembah Indus (Indus Valley Civilization) yang dipelopori
oleh agama Hindu. Kedua, zaman kegemilangan Ashoka yang dipelopori oleh
agama Budha. Ketiga, di bawah kerajaan Islam, dimulai dari dinasti Lodhi
sehingga dinasti Mughal.
Adapun urutan-urutan penguasa kerajaan Mughal, sebagai berikut: (1)
Zahiruddin Babur (1482-1530 M), (2) Humayun (1530-1539 M), (3) Akbar Shah I
(1556-1605 M), (4) Jahangir (1605-1628 M), (5) Shah Jahan (1628-1658 M), (6)
Aurangzeb (Alamghir I) (1658-1707 M, (7) Muazzam (Bahadur Shah I) (1707-
1712 M), (8) Azimus Shah (1712 M), (9) Jahandar Shah (1712 M), (10) Farukh
Siyar (1713-1719 M), (11) Muhammad Shah (1719-1748 M), (12) Ahmad Shah
(1748-1754 M), (13) Alamghir II (1754-1759 M), (14) Shah Alam II (1759-1806
M), (15) Akbar II (1806-1837 M), (16) Bahadur Shah II (1837-1858 M).
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kehancuran daulah Mughal,
di antaranya sultan-sultan yang diangkat setelah sultan Aurangzeb adalah orang-
orang lemah yang tidak mampu membenahi pemerintahan, ditambah lagi
kemerosotan moral, hidup bermewah-mewahan di kalangan elit politik yang
mengakibatkan pemborosan dalam pengeluaran uang negara.

48
Ibid, 175.
20

DAFTAR PUSTAKA

Alauddin. Pendidikan Islam Masa Tiga Kerajaan Islam (Syafawi,


Turki Usmani, dan Mughal). Jurnal Ulul Albab. Vol. 14. No.
1. Januari 2012.
Amin, Saidul. Pembaharuan Pemikiran Islam di India. Jurnal
Ushuluddin. Vol. 18. No. 1. Januari 2012.
Ashari, Mohamad Zulfazdlee Abul Hassan., dkk. Akbar (1556-
1605M) dan Usaha Penyatuan India di Bawah Kerajaan
Mughal. Jurnal Al-Muqaddimah Bil. Vol. 1. No. 2. 2013.
Asrori, Mohammad. Menyingkap Peradaban Islam Kontemporer di
Anak Benua India. Jurnal el-Harakah. Vol. 11. No. 3. 2009.
Junaidi. Islam di Bawah Kendali Mughal di India. Jurnal Tajdid. Vol.
11. No. 1. 2012.
Miri, M. Djamaluddin. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan
Mughal. Jurnal el-Harakah. Vol. 11. No. 3. 2009.
Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Cet. III.
Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau.
Nur, Anwarsyah. 2014. (Seri: Sejarah Peradaban Islam: Imperium
Mughal India 1526-1858), DIN-I-ILAHI: Pemikiran Sinkretis
Keagamaan Sultan Akbar The Great (1556-1605). Cet. I.
Bandung: Citapustaka Media.
Sugiyono., dkk. 2015. Sejarah Kebudayaan Islam. Cet. I. Jakarta:
Kementerian Agama Republik Indonesia.
Supardi. Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India
1525-1857. Jurnal Istoria. Vol. 5. No. 2. April 2008.
Syauqi, Abrari., dkk. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Cet. I.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Zubaidah, Siti. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Cet. I. Medan:
Perdana Publishing (Kelompok Penerbit Perdana Mulya
Sarana).

Anda mungkin juga menyukai