Abstract
There are three objectives to writing this article as follow, First
is to know the background of the rise of Mughal Empire, Second
to know growth and fall of the Mughal Empire, and the last
several Mughal legacies such as in the aspect of politic, social,
art, etc. The founding father of Mughal Empire is Kutbuddin
Aibak (1206-1211), who was able to establish Independence
Islamic Kingdom of India. There are several ruler: Sultan
Akbar, Syah Jahan, dan Aurangzeb. Sultan Akbar has reputation
as the ruler who was able to maintain stability of the empire as
well as to combine the Islamic and Hindus civilization.
Meanwhile Syah Jahan inherit some relics, such as the famous
Taj Mahal. Other ruler Aurangzeb was to expand his empire.
But the generation after Aurangzeb fail to maintain unity of his
empire and Mughal breakdown to several independence
kingdom. The Sepoy Mutiny in 1857 is the end of Mughal
Empire. British replace Mughal Empire and occupied whole
India until 1947.
Keywords: Mughal Empire, Mughal Inheritance, India.
2
3
A. Pendahuluan
India yang pada masa lalu meliputi negara India, Pakistan, dan
Bangladesh pada masa sekarang selalu menarik dikaji. Ketiga negara ini memiliki
kesinambungan sejarah yang satu hingga masa kolonialisme Barat. Secara
geografis India terpisah oleh benteng alam pegunungan Himalaya di sebelah utara
dan Hindu Kusy di sebelah Barat Laut. Pegunungan Himalaya merupakan benteng
terpanjang yang membujur dari Afghanistan hingga Assam sejauh 2.500 km.
Kondisi geografis inilah sebagai salah satu penyebab sulitnya pengaruh luar
masuk ke India. Walaupun begitu, berbagai bangsa silih berganti masuk ke daerah
India dan memberikan warna perkembangan kebudayaan India terutama melalui
celah Khyber yang menghubungkan dengan Afghanistan dan lintas Bolan yang di
Pakistan. Setidaknya di India telah lahir 4 agama dunia, yakni Hindu, Buddha,
Jain, dan Sikh. Selain keempat tersebut, warna sejarah India juga dipengaruhi oleh
pengaruh Islam yang berkembang pesat sejak pertengahan abad VII M dari jazirah
Asia Barat.1
Sejak awal abad XIII sampai dengan pertengahan XIX, dinasti Islam
berkembang di India. Masa pengaruh politik Islam telah dimulai sejak awal abad
VIII ketika Muhammad bin al-Qasim diutus Khalifah al-Walid I menyerbu daerah
Sind mulai tahun 708 M. Walaupun belum menguasai seluruh India, Qasim telah
berhasil menancapkan pengaruh politik Islam di daerah Punjab. Sejak masa itu
politik Islam terus merangsek di India. Dinasti Ghazni yang berkembang sejak
tahun 961 M berpusat di Afghanistan menjadi kekuatan politik kedua yang
berpengaruh di India, dan dinasti Ghuri adalah pengaruh politik ketiga dalam
sejarah kerajaan Islam di India. Akhir Dinasti Ghuri menandai mulainya
kekaisaran Islam di India ditandai dengan berdirinya Kesultanan Delhi oleh
Kutbuddin Aibak (1206-1211). Sejak saat itulah dinasti Islam berkembang di
India sampai dengan tahun 1857.2
1
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857,” Jurnal Istoria,
Vol. 5, No. 2, 2008, 88-89.
2
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, Cet. I, 2016),
162.
4
3
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 89.
4
Saidul Amin, “Pembaharuan Pemikiran Islam di India,” Jurnal Ushuluddin, Vol. 18, No. 1,
Januari 2012, 85.
5
Ibid, 85.
5
6
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 89-90.
7
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, Cet. I, 2016), 196-197.
8
Sugiyono, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia,
Cet. I, 2015), 22.
6
9
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 197.
7
10
Ibid, 198.
11
Sugiyono, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam..., 23.
12
Junaidi, “Islam di Bawah Kendali Mughal di India,” Jurnal Tajdid, Vol. 11, No. 1, 2012, 70-71.
13
Alauddin, “Pendidikan Islam Masa Tiga Kerajaan Islam (Syafawi, Turki Usmani, dan Mughal),”
Jurnal Ulul Albab, Vol. 14, No. 1, Januari 2012, 103-104.
8
14
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 198.
15
Ibid, 198-199.
16
Ashari Mohamad Zulfazdlee Abul Hassan, dkk., “Akbar (1556-1605) dan Usaha Penyatuan
India di Bawah Kerajaan Mughal,” Jurnal Al-Muqaddimah Bil, Vol. 1, No. 2, 2013.
9
17
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 199.
18
Junaidi, “Islam di Bawah Kendali Mughal di India...,” 74.
19
Sugiyono, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam..., 24.
10
20
Anwarsyah Nur, DIN-I-ILAHI: Pemikiran Sinkretis Keagamaan Sultan Akbar The Great (1556-
1605), (Bandung: Citapustaka Media, Cet. I, 2014), 8.
21
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, Cet. III,
2013), 319.
22
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 199.
23
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 93.
24
Junaidi, “Islam di Bawah Kendali Mughal di India...,” 74.
25
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, Cet. I, 2016,
166-167.
11
26
Ibid, 167.
27
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 93.
12
ditaklukkan sultan Akbar. Tinggal bangsa Maratha yang belum benar-benar bisa
ditaklukkan Aurangzeb.28
Perlawanan bangsa Maratha merupakan ancaman paling berat pada
masa-masa selanjutnya. Sampai Aurangzeb wafat tahun 1707 bangsa Maratha
masih memberikan perlawanan sengit terhadap kesultanan Mughal. Tahun 1707
merupakan akhir pemerintahan Aurangzeb yang tutup mata pada usia 90 tahun.
Kekuasaan Aurangzeb merupakan anti klimaks pemerintahan Mughal di India.
Masa sesudahnya, kekuasaan Mughal terus mengalami kemunduran. Konflik
saudara dari anak-anak Aurangzeb menyebabkan kekuatan negara kian keropos.
Apalagi pada masa pemerintahan Aurangzeb, bangsa-bangsa Barat sudah giat
melakukan perjalanan ke timur. Inggris adalah salah satu bangsa barat yang
berhasil menduduki Surat, pelabuhan di Gujarat pada masa pemerintahan
Aurangzeb. Inilah cikal bakal kolonialisme dan imperialisme Barat di India yang
akan mempengaruhi babak baru perjalanan sejarah bangsa India. Aurangzeb
menghidupkan kembali jizya yang pernah dicabut oleh Sultan Akbar, dan
melakukan sikap keras terhadap orang-orang Hindu.29
28
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam..., 168.
29
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 94.
30
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam..., 168-169.
13
31
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 201.
32
Ibid, 201-202.
33
Sugiyono, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam..., 26.
14
Mughal tidak dapat bertahan dan sejak itu Mughal berada di bawah kekuasaan
Afghan, meskipun Shah Alam tetap diizinkan memakai gelar Sultan.34
Shah Alam meninggal tahun 1806 M, tahta kerajaan selanjutnya
dipegang oleh Akbar II (1806-1837 M). Pada masa pemerintahannya, Akbar
memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di anak benua
India sebagaimana yang diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan harus
menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan sudah
berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar Sultan dipertahankan.
Bahadur Shah II (1837-1858 M), penerus Akbar II, tidak menerima isi perjanjian
antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik antara kedua kekuatan
tersebut.35
Pada tahun 1858 M, Inggris menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap
para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak
yang dihancurkan, dan Bahadur II, Sultan terakhir daulah Mughal diusir Inggris
dari istananya. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan daulah Mughal di
daratan India dan yang tinggal di sana adalah umat Islam yang mesti
mempertahankan eksistensi mereka.36
Sejalan dengan perkembangan politik Inggris yang sudah menguasai
bangsa India pada saat itu, mereka ternyata dapat merespon berbagai tuntutan di
masyarakat India, terutama setelah berdirinya sebuah organisasi Kongres Nasional
India pada tahun 1885 M. Akhirnya lambat laun, berbagai kebaikan Inggris
terutama persoalan politik dan falsafahnya merupakan sebuah penghargaan yang
sangat berharga terhadap bangsa India, sehingga dapat mengantarkan pula
kemerdekaannya 15 Agustus 1947 M. Itulah barangkali fakta sejarah bahwa
berbagai kebaikan bangsa Inggris yang dapat dipersembahkan terhadap bangsa
India.37
34
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 202-203.
35
Ibid, 203.
36
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam..., 321-322.
37
Mohammad Asrori, “Menyingkap Peradaban Islam Kontemporer di Anak Benua India,” Jurnal
el-Harakah, Vol. 11, No. 3, 2009, 237.
15
38
M. Djamaluddin Miri, “Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal,” Jurnal el-Harakah,
Vol. 11, No. 3, 2009, 224.
39
Ibid, 217.
16
pegunungan yang sulit dilalui. Sebagai sebuah negara, wilayah kesultanan Mughal
mencapai wilayah terluas di India sepanjang sejarah sejajar dengan masa
pemerintahan Ashoka.40
2. Pembagian wilayah kerajaan
Kerajaan Mughal memiliki pemerintah pusat yang beribukota di Delhi,
sedangkan wilayah-wilayah di bawahnya identik dengan sistem provinsi dengan
raja muda yang mengepalainya. Hal ini sebagai bentuk langsung pengaruh sistem
pemerintahan Islam di Asia Barat. Gelar Sultan juga sebagai bentuk nyata
pengaruh sistem politik Islam di Asia Barat. Walaupun secara politik kerajaan
Mughal tidak memiliki ikatan secara langsung, tetapi hukum Islam yang
diterapkan di berbagai kerajaan Islam memiliki peran kuat dalam sistem
pemerintahan Mughal. Sebagai bentuk dinasti, kerajaan Mughal memiliki
kelemahan seperti halnya sistem kedinastian lain. Dalam kerajaan berbentuk
dinasti, penguasa tertinggi dilakukan turun-temurun. Akibatnya keadaan kerajaan
sangat tergantung pada kecakapan seorang raja dalam memerintah. Hal ini dapat
dilihat dalam perjalanan sejarah kerajaan Mughal. Sultan Akbar dapat dinilai
sebagai raja yang cakap dalam memantapkan stabilitas pemerintahan dan
melakukan akomodasi berbagai kekuatan politik yang menyebabkan
perpecahan.41
3. Sumber pendapatan negara
Pajak merupakan salah satu sumber utama keuangan kerajaan. Pada masa
pemerintahan Islam di India, jizya diterapkan sejak pemerintahan dinasti Taghluk
(1321–1388). Jizya adalah pajak kepala untuk orang-orang non muslim.
Sementara untuk orang Islam, zakat merupakan bentuk pajak menurut syariat
Islam. Dengan demikian pada dasarnya baik muslim maupun non muslim
memiliki tanggung jawab sama dalam masalah pajak. Kaum non muslim tetap
mendapat perlindungan dari kerajaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
maupun dalam menjalankan ibadahnya. Pada masa sultan Akbar, jizya ini
dihapuskan dan digantikan dengan pajak tanah. Dengan dibantu seorang Hindu
40
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 96.
41
Ibid, 96.
17
bernama raja Todar Mall, sultan Akbar menerapkan pajak tanah yang nilainya
disesuaikan dengan tingkat kesuburan dan luas tanah. Pada masa Aurangzeb, jizya
kembali diberlakukan.42
b. Perubahan Sosial
Semenjak Islam masuk ke India, pengaruh mendasar yang utama adalah
masalah penghapusan kasta yang telah mendarah daging ratusan tahun lamanya.
Islam tidak mengenal kasta, sehingga oleh sebagian masyarakat Islam di India
terutama pada kasta rendah, kedatangan Islam disambut dengan senang hati.
Dampaknya adalah terjadinya transformasi sosial karena kesetaraan penduduk
dalam memperoleh akses ekonomi dan untuk bagian tertentu adalah menjadi
pegawai pemerintah dan tentara.43
Perubahan menonjol lainnya adalah masalah kesetaraan gender.
Keberadaan kaum wanita yang selama ratusan tahun menjadi kelompok kelas dua
terangkat oleh masuknya Islam di India. Upacara Sati (menceburkan diri ke api
seorang perempuan dalam pembakaran mayat suaminya) terus terkikis oleh
pengaruh Islam di India. Namun demikian bukan berarti upacara Sati ini terhapus
begitu saja di India. Sampai dengan abad XX upacara Sati masih dilakukan oleh
sebagian masyarakat India.44
c. Seni dan Bangunan
1. Karya sastra
Berbagai karya sastra banyak muncul di India pada masa dinasti Mughal.
Dalam syariat Islam tidak ada pemisahan antara politik dan ibadah, antara imam
dan pemimpin pemerintahan. Tiap sendi kehidupan manusia terintegrasi dalam
nilai-nilai agama. Pemimpin kerajaan bukan sekadar melaksanakan roda
pemerintahan, tetapi sekaligus sebagai imam yang berpengetahuan keagamaan
tinggi dan pantas diteladani. Tidak heran bila karya seni dan sastra yang muncul
tidak sebatas ditulis para ulama, tetapi juga para raja.45
42
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam..., 171-172.
43
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 97.
44
Ibid, 97.
45
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam..., 173.
18
2. Bangunan
Pada tahun 1636, sultan Shah Jahan berhasil menguasai dua kerajaan
penting, yakni Ahmadnagar dan Bijabur. Pada saat perluasan kekuasaan tersebut
permaisurinya Mumtaz Mahal meninggal tahun 1631. Begitu cintanya pada
istrinya, Shah Jahan mengenangnya dengan membuat mega proyek makam
Mumtaz Mahal yang artinya mutiara istana yang dibangun tahun 1631-1648
dengan melibatkan 20.000 pekerja. Bangunan makam tersebut dilengkapi dengan
masjid dan taman dengan arsitek tinggi. Kemasyhurannya sampai di penjuru
benua, dan saat ini merupakan salah satu keajaiban dunia. Shah Jahan juga telah
membuat rencana bangunan makam untuk dirinya yang rencananya tidak kalah
indahnya dengan Mumtaz Mahal. Tetapi wasiat itu tidak dilaksanakan
penggantinya Aurangzeb yang tidak menyukai kemegahan bangunan. Jenazah
Shah Jahan dimakamkan berdampingan dengan istri tercintanya, Mumtaz
Mahal.46
d. Perkembangan Kepercayaan dan Aliran Keagamaan
Masuknya Islam di India bukan tidak menimbulkan masalah konflik
kepercayaan. Hal ini sangat wajar mengingat di wilayah tersebut berkembang dua
agama besar, terutama Hindu dan Islam. Sikap para penguasa Islam yang berusaha
membuat keadilan dalam menjalankan ibadah kadang sulit dilakukan oleh
munculnya berbagai kecurigaan dan kesalahpahaman politik. Upaya melakukan
akomodasi kedua agama ini pernah dilakukan oleh sultan Akbar dengan
melahirkan ajaran baru Din-I-Ilahi tahun 1582, namun tidak mendapat respon
positif dari para ulama Islam.47
Akbar juga memperistri seorang Hindu dengan maksud menghilangkan
pertentangan dua pemeluk agama terbesar di India tersebut. Islam dan Hindu yang
kadang memunculkan pertentangan tersebut kemudian mendorong munculnya
aliran kepercayaan baru yang kemudian berkembang menjadi salah satu agama
besar di India. Pada abad XV muncul agama Sikh yang merupakan sinkritisme
Islam dan Hindu dengan pemimpinnya yang terkenal dengan sebutan Guru Nanak
46
Supardi, “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857...,” 99.
47
Abrari Syauqi, dkk., Sejarah Peradaban Islam..., 175.
19
(1469-1539). Sikh (murid) terus berkembang, dan Guru Nanak laksana sebagai
Rasul yang kemudian dilanjutkan oleh guru-guru selanjutnya sampai guru ke
sepuluh yakni Guru Govind Singh (1675-1708). Agama Sikh terus berkembang
dan mendapat tentangan, baik umat Islam maupun Hindu. Lambat laun penganut
Sikh membuat kelompok tersendiri dan berhasil membangun kekuatan baru di
Asia Selatan.48
F. Kesimpulan
Secara ringkas, sejarah India dapat dibagi kepada beberapa etape, yaitu:
Pertama, peradaban di Lembah Indus (Indus Valley Civilization) yang dipelopori
oleh agama Hindu. Kedua, zaman kegemilangan Ashoka yang dipelopori oleh
agama Budha. Ketiga, di bawah kerajaan Islam, dimulai dari dinasti Lodhi
sehingga dinasti Mughal.
Adapun urutan-urutan penguasa kerajaan Mughal, sebagai berikut: (1)
Zahiruddin Babur (1482-1530 M), (2) Humayun (1530-1539 M), (3) Akbar Shah I
(1556-1605 M), (4) Jahangir (1605-1628 M), (5) Shah Jahan (1628-1658 M), (6)
Aurangzeb (Alamghir I) (1658-1707 M, (7) Muazzam (Bahadur Shah I) (1707-
1712 M), (8) Azimus Shah (1712 M), (9) Jahandar Shah (1712 M), (10) Farukh
Siyar (1713-1719 M), (11) Muhammad Shah (1719-1748 M), (12) Ahmad Shah
(1748-1754 M), (13) Alamghir II (1754-1759 M), (14) Shah Alam II (1759-1806
M), (15) Akbar II (1806-1837 M), (16) Bahadur Shah II (1837-1858 M).
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kehancuran daulah Mughal,
di antaranya sultan-sultan yang diangkat setelah sultan Aurangzeb adalah orang-
orang lemah yang tidak mampu membenahi pemerintahan, ditambah lagi
kemerosotan moral, hidup bermewah-mewahan di kalangan elit politik yang
mengakibatkan pemborosan dalam pengeluaran uang negara.
48
Ibid, 175.
20
DAFTAR PUSTAKA