Anda di halaman 1dari 17

GERAKAN PEMBAHARUAN MODERNISME DI INDIA DAN

PAKISTAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Modern di Dunia Islam I

Dosen Pengampu:
Dr. Samsudin, M.Ag.
Asep Sandi Ruswanda, MA

Disusun oleh:

Hariri Jabal Syukur (1225010064)


Muhammad Azkia Al- Muzakie (1225010104)
Muhammad Chairul Arsal (1225010114)
Muhammad Farrel Fazrian (1225010117)
Muhammad Akbar Maulana (1225010092)
Lenny Salsha Amalia (1225010086)
Luqman Abdullah (1225010089)

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Bismillāhirrahmānirrahīm
Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah Taala, sang pencipta alam
semesta, pencipta manusia, dan kehidupan lainnya beserta segala aturan-Nya. Atas segala
kemudahan yang telah Allah berikan pula, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Tak lupa juga, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan setiap amal baiknya dicatat dan diterima oleh
Allah Taala.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini tidak lain adalah untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok mata kuliah Sejarah Pemikiran Modern di Dunia Islam I. Kami berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca, serta para
pembaca dapat memahami pembahasan materi tentang “Gerakan Pembaharuan Modernisme
di India dan Pakistan” ini.
Akhir kata, kami berharap dibalik ketidaksempurnaan penulisan makalah ini, dapat
ditemukan sesuatu yang sangat berharga yang dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Kami juga berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini kedepannya, dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Āmīn.

Bandung, 29 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Sejarah Modernisme di India dan Pakistan.......................................................................3
B. Faktor-faktor yang menyebabkan Modenisme di Indo-Pakistan......................................3
C. Pemikiran tokoh-tokoh pembaharuan di India-Pakistan...................................................4
BAB III.....................................................................................................................................13
KESIMPULAN........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah gerakan yang disebut pembaharuan ini memberi arah dan perspektif
keagamaan yang relatif berbeda dari pusat-pusat peradaban Islam di Timur Tengah. Diantara
beberapa negara yang melakukan gerakan pembaharuan adalah India dan Pakistan. Dimana
keduanya memiliki keterkaitan sejarah, bahkan merupakan satu kesatuan dalam sejarahnya.
Negara ini termasuk negara yang besar, luas daerahnya maupun kebudayaan dan
peradabannya, akhirnya menjadi suram dan bahkan hancur dengan kedatangan orang-orang
kulit putih.
Bangsa Inggris semenjak permulaan abad XVII telah datang sebagai pedagang dengan
angkatannya yang bernama “The East India Company.” Mengetahui pertentangan-
pertentangan antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di satu pihak, dan antara
Kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di pihak lain, akhirnya
bangsa Inggris melaksanakan politik mengail di air keruh. Selera mereka tumbuh hendak
menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang telah mereka dirikan.
Dengan politik adu domba yang lihai, mereka berhasil. Madras dikuasai pada tahun
1639. Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke tangan mereka. Demikianlah selanjutnya
dengan kekuatan bedil, politik adu-domba dan senjata uang, dilumpuhkannya kekuasaan
hakiki kesultanan Islam Mongol. Walupun sesekali memberontak, tetapi tetap bisa
dikalahakan oleh Inggris. Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja Hindu, seperti kerajaan
Maratha, yang mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818. Terjadi kesenjangan antara
Islam dan Hindu dan kesemenah-manahan Inggris terhadap masyarakat memunculkan
gerakan pembaharuan dari umat Islam diantaranya gerakan mujahidin dan lahirlah tokoh-
tokoh pembaharuan seperti: Abdul Azis (1746-1823), Sayid Ahmad Syahid (1786-1831),
Sayid Ahmad Khan (1817-1898), Syeh ahmad sirhindi dan Imam Waliyullah dimana secara
umum mereka meyuarakan persamaan derajat antara umat muslim dan umat hindu di dalam
pemerintahan kolonial Inggris.
Oleh karena itu, sebaiknya kita mengetahui lebih jauh tentang gerakan pembaharuan
modern islam di daerah India dan Pakistan.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah modernisme di India dan Pakistan?
iv
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya modernisme di India dan Pakistan?
3. Siapa saja Tokoh-tokoh Modernisme di India dan Pakistan?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan memahami sejarah perkembangan modernisme di India dan Pakistan.
2. Mengetahui dan memahami factor-faktor terjadinya modernisme di India dan
Pakistan.
3. Mengetahui dan memahami tokoh-tokoh serta pemikiranya dalam pembaharuan
modernisme islam di India dan Pakistan

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Modernisme di India dan Pakistan

B. Faktor-faktor yang menyebabkan Modenisme di Indo-Pakistan


Memasuki awal abad ke- 18 M, wilayah India yang kala itu dikuasai oleh kerajaan M
ughal mulai memasuki masa kemunduran. Perang saudara di kalangan para penguasa demi m
endapatkan kekuasaan, diangkatnya raja lemah sebagai penguasa, pemborosan anggaran nega
ra yang digunakan demi gaya hidup mewah para elite politik, stagnasi dalam pembinaan
kekuatan militer, dan wilayah luas tetapi tidak dibarengi dengan sistem administrasi yang bai
k memberi celah untuk terjadinya disintegrasi, menjadi penyebab kemunduran kerajaan Mug
hal dari sisi internalnya. Adapun penyebab kemunduran kerajaan Mughal dari sisi eksternalny
a ialah adanya serangan dari Persia dan Afghanistan, tumbuh pesatnya gerakan revivalis Hind
u yang menampilkan diri sebagai gerakan anti Islam, hingga masuknya Inggris ke wilayah In
dia dan melakukan praktik imperialisme dan kolonialisme.1

Dinasti Mughal yang telah kehilangan kekuasaan politiknya pasca dikalahkan oleh In
ggris. Atas bantuan yang diberikan orang-orang Hindu pada Inggris hingga berhasil menjad
ikannya pemegang kekuasaan di India, membuat Inggris selalu memberikan dukungan pada
orang-orang Hindu hingga menjadikan mereka semakin dominan di India. Upaya-upaya
propaganda dan penindasan dilakukan oleh orang-orang Hindu pada umat Muslimin,
memunculkan keinginan umat Islam untuk membentuk wilayah tersendiri di Bengal yang
pada akhirnya ditolak Inggris. Akan tetapi, dengan didorongkan keinginan yang kuat untuk
terbebas dari berbagai penindasan yang dilakukan orang-orang Hindu pada umat Muslimin,
umat Islam India yang dibawah pimpinan Muhammad Ali Jinnah memproklamirkan negara
Pakistan pada tahun 1947.2

Dengan demikian, dapat disimpulkan beberapa faktor yang mendorong terjadinya


proses modernisme di Indo-Pakistan yang diantaranya:

1. Keruntuhan Dinasti Mughal: Dengan runtuhnya dinasti Mughal, umat Islam tidak
lagi mendapatkan keleluasaan dalam menjalankan kehidupan beragama.
1
Ismail Fahmi Arrauf. 2013. Pemikiran Modern di Dunia Islam. Banda Aceh: Pena. Hlm. 65-66, dan Munir
Subarman. 2015. Sejarah Kelahiran, Perkembangan, dan Masa Keemasan Peradaban Islam. Yogyakarta:
Deepublish. Hlm. 293-294
2
Ahmad Choirul Rofiq. 2019. Cara Mudah Memahami Sejarah Islam. Yogyakarta: IRCiSoD. Hlm. 362-363

vi
2. Terintimidasi dan Tertindas: Inggris yang menjadi penguasa pemerintahan di India
selalu memberikan dukungan pada orang-orang Hindu, termasuk dukungan pada
segala upaya penindasan yang dilakukan orang-orang Hindu pada umat Islam.

3. Keresahan Syah Waliyullah: Berangkat dari keterpurukan yang dialami umat Islam,
khususnya di wilayah India. Syah Waliyullah menyadarkan pemimpin-pemimpin
Islam di India mengenai penyebab kelemahan dan keterpurukan umat Islam.
Menurutnya, yang menyebabkan keterpurukan umat Islam ialah: Mengubah sistem
pemerintahan kekhalifahan yang demokratis di masa Khulafaurrasyidin menjadi
sistem kerajaan yang otokrasi, perpecahan (baik aliran teologi maupun madzhab-
madzhab fiqih) di kalangan umat Islam, tercampurnya adat istiadat dan ajaran non-
Muslim kepada ajaran Islam, dan adanya taklid.3

C. Pemikiran tokoh-tokoh pembaharuan di India-Pakistan


1. Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan merupakan seorang pendidik, reformis, politikus dan modernis
Islam dari India. Lahir di Delhi pada 17 Oktober 1817, memiliki nama lengkap Ahmad
bin Muhammad Muttaqi dan bergelar Sayyid. Menurut beberapa sumber nasabnya berasal
dari keturunan Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Neneknya, Sayyid Hadi,
merupakan salah satu pembesar istana Mughal pada masa pemerintaan Alamghir II
(1754-1759). Sedangkan, kakek dan ayah dari Sayyid Ahmad Khan bekerja di East India
Company, dengan posisi cukup penting. Singkatnya Sayyid Ahmad Khan berasal dari
keluarga berstatus tinggi, modernis, berorientasi Barat, dan cukup mengenal kehidupan
orang Inggris.4
Meskipun keluarganya banyak yang berkecimpung dengan pengaruh Barat, namun Ibu
dari Ahmad Khan adalah sosok muslim yang religius. Dia merupakan wanita yang
dihormati karena pengetahuan agamanya. Dia memasukkan Ahmad Khan ke dalam
madrasah dan memberikan pengaruh yang sepadan dengan pengaruh yang diberikan
kakek Ahmad Khan. Sehingga Ahmad Khan tumbuh dewasa dengan dua pengaruh yang
berlawanan, kesetiaan dengan sepenuh hati kepada komunitas muslim dan penghormatan
yang tinggi terhadap budaya Inggris.
Secara latar belakang dari aspek pendidikannya, Ahmad Khan bukanlah seorang
dengan berpendidikan tinggi, karena sejak kecil Khan dididik secara tradisional dan

3
Ismail Fahmi Arrauf. Op.cit. Hlm. 66-67
4
Rifai Shodiq Fathoni, Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) – Biografi Tokoh, https://wawasansejarah.com/sayyid-
ahmad-khan/. Diakses: 31 Oktober 2023.

vii
klasik (jameelah, 77) oleh keluarganya sendiri, dimana ibunyalah yang mempunyai peran
penting dalam pendidikannya. Kemahiran Ahmad Khan bertambah dan tumbuh sendiri
secara alami (Munawir, 448), Khan adalah pemuda yang rajin membaca dan menulis
dalam berbagai pengetahuan yang pernah khan pelajari antara lain: Ilmu retorika, filsafat,
aritmetika dan astronomi. (Aziz dan Fahal, 1999:72).
Pada usianya yang ke-17, Sayyid Ahmad Khan melangsungkan pernikahan yang
terbilang sangatlah muda, namun setahun kemudian bertepatan tahun 1835 Ahmad Khan
bekerja pada serikat India timur, sebagai juru tulis tingkat rendah. Kemudian, pada tahun
1841 Khan diangkat sebagai munsif (wakil hakim) di kota Fatih Pur Sikri, setelah
kakeknya meninggal dunia 1845 Ahmad Khan meminta untuk pindah ke Delhi, kota
kelahirannya yang masih terlihat banyak peninggalan-peninggalan kerajaan Islam
Mughal, selain itu Khan mendapatkanperhatian dalam masalah urusan-urusan keluarga.
Ahmad Khan melanjutkan pendidikannya, kemudian Khan banyak bergaul dengan
tokoh-tokoh dan pemuka-pemuka aristrokrat kerajaan tersebut, seperti Nawab Ahmad
Bakah dan Nawab Aminuddin dari Lahore (Fahal, 1999:72). Keduanya ahli administrasi,
hakim Mahmud Khan dan Nawab Musthofa Khan (filantropis). Dalam kesempatan itu
Ahmad Khan berusaha aktif menulis. Karya sastranya yang pertama dan besar berisikan
pujian, sanjungan terhadap kota Delhi kota kelahirannya, sastra pertamanya tersebut
berjudul Atsar al Sanadid atau “peninggalan-peninggalan lama dari Delhi”, diterbitkan
pada tahun 1847 (mukti ali, 1993:57) lalu, Ahmad Khan dipindahkan ke Bijnore 1855,
dan khan pun mencintai kerja intelektualnya ini. Di kota Bijnore ini Khan mulai
menyunting dan menerbitkan karma-karma sejarah pemerintahan Islam India (fahal,
1999:73). Selama bekerja di pengadilan, Ahmad Khan terkenal sebagai pejabat negara
yang adil dan cakap, disamping itu Khan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat dan
menghabiskan waktu senggangnya untuk menulis, oleh karena itu tuan Shakerspear,
kolektor dan megistraat distrik wilayah Bijnore sangat menghargainya sekaligus
memberikan kepercayaan kepada Khan untuk memimpin seluruh kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mensejahterakan Ahmad.
Hasil karya Sayyid yang berisikan sanjungan untuk Delhi yaitu Atsar Al-Sanadid
1874, merupakan hasil penelitian tentang arkeologi di Delhi dan sekitarnya, beberapa
karya Ahmad Khan lainnya antara lain adalah; Essay on Muhhamad 1870, tafsir al Qur’an
sebanyak 6 jilid, Ibthal Al-Ghulami 1890 dan tabyin al kalam 1860, selain itu juga
menulis dua buku tarikh sarkhasi bignaur 1858 dan asbab baghawat hindu 1858 (bahroni,

viii
185), dari hasil karyanya ini terlihat pula bahwa Sayyid Ahmad Khan termasuk penulis
yang produktif.
Banyak hal-hal yang merugikan umat Islam India dibawah pemerintah Inggris ketika
itu, Hal ini berdampak pada kerusuhan dan kekerasan yang terjadi terus menerus akibat
ketidakpuasan umat Islam dibawah pemerintahan penjajah (Mukti Ali, 1996:50). Salah
satu fakta akan kerugian itu adalah kasus bengal nama salah satu daerah di India. Dimana
penjajah dengan kekuatannya meruntuhkan bangunan-bangunan yang ada di daerah
tersebut, keadaan ini di perparah ketika mereka membiarkan rakyat muslim terlilit hutang
terhadap para rentenir Hindu yang berujung pada penyitaan barang-barang mereka (Mukti
Ali, 1996:51).
Dampak dan kerugian pun dirasakan umat Islam dalam hal politik, dimana kursi yang
diduduki dalam setiap kantor Parlemen, tidak satu pun dihuni oleh kaum muslim,
melainkan lebih dominan oleh orang-orang hindu dan inggris sendiri (Mukti Ali,
1996:51). Disinilah terlihat jelas, bagaimana umat Hindu lebih dipilih oleh pemerintah
ketika dibanding umat Islam sendiri. Umumnya para pakar sepakat bahwa, ini terjadi tak
lain adalah karena orang-orang Hindu lebih bisa beradaptasi dengan apa yang dibawa
barat “dalam hal ini inggris”. Situasi ini pula yang oleh G W Choudhury sebagai masa
suram India dibawah peraturan-peraturan Inggris (Choudhury, 1994:90)5.
Ahmad Khan berpendapat bahwa Islam adalah agama akal, Khan menolak segala hal
dalam agama yang bertentangan dengan fakta-fakta ilmu pengetahuan yang sudah
terbukti kebenarannya. Khan melihat bahwa umat Islam India mundur karena mereka
tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah
timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban baru adalah IPTEK barat dan bangsa
Eropa yang mengolah demikian rupa IPTEK untuk memudahkan mewujudkan keinginan-
keinginan mereka, termasuk dalam menaklukkan umat Islam. Penaklukan dapat
dilakukan dengan mudah, karena umat Islam tidak memiliki kelebihan di bidang yang
dikuasai bangsa barat.
IPTEK modern adalah hasil olah pemikiran manusia, karena itu dunia barat mendapat
penghargaan yang tinggi. Kalau umat Islam mau maju harus mau menghargai akal
pikiran. Sayyid Ahmad Khan sangat menghargai akal pikiran rasional, Khan percaya
bahwa kekuatan dan kebebasan serta kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak
dan perbuatan, akan diserahkan sepenuhnya kepada manusia itu sendiri. Mengenai bahwa

5
Fuad Noorzeha, Pemikiran Sir Sayyid Ahmad Khan “Pembaharuan di India” Relevansinya Dengan Ideologi
Islam Puritan, Moderat dan Sinkritisme Dalam Masyarakat. Vol. 2 No.1, (Mei 2019), Hal. 64-67.

ix
umat Islam harus berkiblat ke barat dalam masalah sains modern, beliau berpendapat
bahwa hal ini tidak ada bedanya dengan saat umat muslim di abad ke 19 menerjemahkan
karya aristoteles dan galenus (Masood, 2009:158). Dengan kata lain, Khan mempunyai
kesamaan paham Qodariyyah “free will and free act” dan tidak berpaham Jabariyyah atau
fatalisme. Sejalan dengan faham Qodariyyah, Ahmad Khan percaya bahwa bagi tiap
makluk tuhan telah menentukan tabi’at atau naturnya (Masood, 2009:168). Natur yang
ditentukan tuhan ini dan yang di dalam Al-Quran disebut Sunatullah. Segalanya dalam
alam terjadi menurut hukum sebab akibat “kausalitas”. Karena, kuatnya kepercayaan pada
hukum alam dan pengembagan sastra urdu (masood, 2009:148).
Puncak usaha Ahmad Khan di bidang pendidikan adalah pendirian Muhammad Anglo
Oriental College “MAOC”, pada tahun 1875 di Aligarh, kemudian pada tahun 1920
berganti nama menjadi Aligarh Muslim University. Setelah University Aligarh sudah
berdiri megah, sayyid Ahmad Khan mencari ide untuk meningkatkan taraf pendidikan
masyarakat Islam di India, beliau sadar bahwa universitas itu tidak cukup untuk
menampung lebih 70 juta orang ketika itu, maka pada tahun 1886 Khan membentuk
Mohammaden Educational Conference melalui persidangan di kalangan cendekiawan
Islam untuk membahas masalah masyarakat Islam India. Conference ini sebagai alat
kebangkitan intelektual dan penyebaran ilmu pengetahuan secara lebih luas. Kalangan
intelek ada yang menggunakan pertemuan tersebut untuk membangkitkan semangat bagi
pembaharuan sosial, kemajuan ekonomi dan intelektual masyarakat Islam di India
(Ahmad aziz, 1969:13).
Ahmad Khan memilih sendiri Bahasa pengantar Universitas Aligarh, dengan bahasa
inggris yang dijadikan sebagai pengantarnya, dari pada bahasa Urdu, Arab maupun Farsi
yang notabene menjadi bahasa keseharian orang India. Karena menurut Khan adanya
ketidak seimbangan antara bahasa-bahasa tersebut. Corak Eropa pun semakin kental
dalam pengajaran di Aligarh. Ini disebabkan oleh banyaknya bantuan yang diberikan oleh
bangsa tersebut dalam memperhatikan pendidikan Aligarh, termasuk para pengajarnya,
bisa disebutkan beberapa diantaranya adalah Theodore Beck, Sir Walter Raleigh, ahli
kritik sastra Inggris terkenal, Sir Thomas Arnold, penulis buku terkenal yang berjudul the
preachings of Islam (Mukti Ali,1996:74), dan lain sebagainya.
Disinilah kemudian, Ahmad Khan menuangkan pemikirannya mengenai integritas
antara agama dan sains, maka tak heran apabila Khan sendiri disebut sebagai salah satu
tokoh pembaharuan Islam dalam bidang pendidikan (fahmy zarkasyi, 2004:44),
khususnya pada hal penanaman sains modern pada umat Islam (Osman Bakar, 1994:224).
x
Sebenarnya model pembelajaran di Aligarh Khan mengambilnya dari model Universitas
Cambridge, yang menurut Osman bakar bertujuan antara lain untuk liberalisasi ide-ide
dan mempromosikan ide-ide humanisme yang luas dalam pandangan ilmiah (Osman
Bakar, 1994:224).
Sebenarnya, hal ini tidak aneh apabila kita melihat kilas sejarah Ahmad Khan, dimana
pada tahun 1869 pergi ke inggris, karena ada yang mengatakan bahwa Khan merupakan
orang muslim India pertama yang mengunjungi Britania, karena memperoleh beasiswa
agar mendapatkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi di Universitas Cambridge,
disinilah Khan melihat sendiri secara langsung sumber-sumber bangsa Inggris, dan pada
akhirnya ia terapkan setelah kembali ke India. Pada saat bersamaan pula ide-ide mengenai
sainsnya dapat kita perkuat memang terpengaruh dari sana, karna sains modern itu sendiri
diajarkan pertama kali di Inggris6.
2. Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal adalah tokoh terkemuka dalam gerakan modernis di anak benua
Indo Pakistan. Kontribusinya terhadap pemikiran modernis Islam dan perannya dalam
pembentukan Pakistan telah menjadikannya tokoh penting dalam sejarah dan budaya
kawasan. Berikut beberapa poin penting tentang Iqbal dan keterlibatannya dalam
modernisme:
a. Latar Belakang: Muhammad Iqbal adalah seorang penyair dan filsuf Muslim India,
lahir pada tahun 1877 dan meninggal pada tahun 1938. Ia dianggap sebagai penyair
nasional Pakistan dan terkenal karena karya filosofis dan puisinya, yang seringkali
bernuansa politik.7
b. Pengaruh Pemerintahan Inggris : Karya-karya Iqbal dipengaruhi oleh lingkungan
politik British India pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Seperti kebanyakan
intelektual pada masa itu, ia terlibat dalam perjuangan kemerdekaan, yang
membentuk puisi dan prosanya.
c. Nasionalisme Pan-India : Awalnya, karya-karya Iqbal mencerminkan rasa
nasionalisme pan-India, dengan puisi-puisi yang mengungkapkan pemikiran dan
filosofi pertamanya. Namun, ide-idenya mengalami perubahan signifikan setelah
tahun 1908, dan ia muncul sebagai salah satu Pan-Islamis terbesar abad ini.

6
Fuad Noorzeha, Pemikiran Sir Sayyid Ahmad Khan “Pembaharuan di India” Relevansinya Dengan Ideologi
Islam Puritan, Moderat dan Sinkritisme Dalam Masyarakat. Vol. 2 No.1, (Mei 2019), Hal. 69-71.
7
Meehan, M. W. (2015). An Islamic Response to Modernism. CrossCurrents, 65(1), 79-90.

xi
d. Korelasi antara Konsensus, Demokratisasi, dan Ijtihad: Pada tahun 1930-an, Iqbal
menyebutkan korelasi antara konsensus, demokratisasi, dan Ijtihad, menekankan
perlunya kekuatan, peneguhan hidup untuk melawan kekuatan yang bertujuan
memecah belah komunal Muslim India.
e. Peran dalam Pembentukan Pakistan: Visi dan gagasan Iqbal memainkan peran penting
dalam pembentukan Pakistan. Konsepnya tentang tanah air terpisah bagi umat Islam
di Asia Selatan kemudian diwujudkan dengan berdirinya Pakistan pada tahun 1947.8
f. Gerakan Reformasi dan Perkembangan Intelektual : Sebelum pengaruh intelektual
Inggris terhadap Islam India, gerakan reformasi agama telah melanda Muslim India.
Meskipun gerakan ini sendiri tidak masuk dalam cakupan esai ini, namun gerakan ini
membuka jalan bagi perkembangan intelektual selanjutnya, termasuk gagasan Iqbal. 9
3. Muhammad Ali Jinnah
Muhammad Ali Jinnah adalah tokoh utama Gerakan Pembaharuan Modernisme Indo-
Pakistan dan menjadi salah satu pemimpin terpenting dalam sejarah modern Pakistan.
Seorang pemimpin utama gerakan kemerdekaan Islam dan salah satu tokoh utama
berdirinya Pakistan, yang dikenal sebagai "Qaid-e-Azam", yaitu Pemimpin Agung oleh
bangsa Pakistan.10 Sebelumnya, Ali Jinnah diberi nama Mahomedali Jinnahbha oleh
orang tuanya saat ia lahir sebagai anak kedua pada tahun 1876. Ali Jinnah memiliki 6
saudara kandung yang terdiri dari 3 saudara laki-laki dan 3 saudara perempuan.
Muhammad Ali Jinnah lahir pada tanggal 25 Desember 1876 di Karachi, Pakistan. Lalu,
ayahnya adalah seorang pengusaha atau saudagar dan tumbuh dalam keluarga Muslim
yang taat. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Karachi berkembang pesat setelah dibukanya
terusan Suez pada tahun 1986.
Keluarga Jinnah berasal dari suku Gujarat beragama Syiah, dan bermazhab
Ismailiyah, meskipun Ali Jinnah sendiri bahkan akhirnya Ali Jinnah hanya sendiri
mengikuti mazhab dua belas Imam Syiah.11 Muhammad Ali Jinnah menikah dua kali,
yang pertama dengan Embai Jinnah pada tahun 1892-1893. Setelah kematian Embai
Jinnah, Ali Jinnah menikah lagi dengan Maryam Jinnah pada tahun 1918 dan dikenal
sebagai "Kembang Bombay", lalu Maryam Jinnah ini menjadi yang berpengaruh dalam
8
Rahman, F. (1958). Modernisme Muslim di anak benua Indo-Pakistan. Buletin Sekolah Studi Oriental dan
Afrika , 21 (1), 82-99.
9
Masud, MK (2009). modernisme Islam. Islam dan modernitas: Isu dan perdebatan utama , 237-260.
10
Saidul Amin, /Pembaharuan Pemikiran Islam di India/, Jurnal Ushuluddin, Vol. 18 No. 1, 2012, hlm. 94.
11
Wisnu Satria Bharata dkk, /Sejarah Peradaban Islam di Pakistan dan Ide Pembaharuan Muhammad Ali
Jinnah/, Innovative Education Journal, Vol. 5 No.2, 2023, hlm. 497.

xii
berdirinya Pakistan dan dari pernikahan keduanya, Ali Jinnah dikaruniai seorang putri
bernama Dina Jinnah Wadia.12 Selain itu, Muhammad Ali Jinnah terpilih memimpin
politik umat Islam di bawah Liga Muslim, dan di bawah kepemimpinan Ali Jinnah
banyak terjadi perubahan di partai Liga Muslim. Sebelumnya, Liga Muslim India
merupakan organisasi yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak politik dan sosial
masyarakat Muslim di India sejak tahun 1913 hingga kemerdekaan Pakistan pada 14
Agustus 1947. Kepemimpinan Liga Muslim di bawah Jinnah mengalami tantangan
tentang pergantian partai. Pada pertemuan tahunan yang diadakan di Bombay pada tahun
1936, Konstitusi partai politik diubah untuk menjadikan organisasi lebih demokratis dan
dinamis. Untuk pertama kalinya, organisasi tersebut bersiap untuk mengikuti pemilu atas
nama Liga Muslim. Suatu badan pemilihan pusat dengan cabang di provinsi didirikan
untuk menyelenggarakan pemilihan provinsi berdasarkan Undang-Undang Pemerintah
India 1935 (govermen of India act of 1935).
Ali Jinnah melakukan perjalanan ke seluruh negeri untuk menarik dukungan bagi
kandidat Liga Muslim, namun usahanya hanya berhasil sebagian. Pada tahun 1937,
pemilihan daerah diadakan di India, dalam pemilihan kali ini Liga Muslim gagal meraih
suara signifikan, sementara Partai Kongres meraih kemenangan besar. Akibat kegagalan
tersebut, Liga Muslim mulai diabaikan oleh partai Kongres dan dalam hal ini Nerhu
pernah mengatakan bahwa di India hanya ada dua kekuatan politik, Partai Kongres dan
pemerintah Inggris. Dengan menghadapi kenyataan tersebut, umat Islam India semakin
sadar dan mulai melihat perlunya memperkuat barisan mereka dengan mendukung Liga
Muslim sebagai satu-satunya organisasi Islam terbesar di dunia. Perdana Menteri negara
bagian Punjab, Bengal dan Sindi bekerja sama dengan Jinnah. Jinnah terus berusaha
mendamaikan pemahaman dengan Partai Kongres mengenai masa depan India. Ia
memimpin berbagai perundingan antara Liga Muslim dan Partai Kongres, namun selalu
berakhir dengan kegagalan.13
Golongan Nasional India tidak mengakui Liga Muslim sebagai satu-satunya
organisasi politik Muslim India. Melalui kepahitan dan kekecewaan, Jinnah akhirnya
mengubah cara politiknya, kepercayaannya pada Partai Kongres hilang dan dalam dirinya
timbul keyakinan bahwa kepentingan umat Islam India tidak bisa lagi dijamin melalui
perundingan dan membawa hasil perundingan ke dalam konstitusi akan disusun.

12
Sri Mulyati dkk, /Perjuangan Muhammad Ali Jinnah Dalam Sejarah Pembaharuan di Pakistan/, Jurnal Sambas,
Vol. 6 No. 1, 2023, hlm. 20-21.
13
Ibid ., hlm. 25-26.

xiii
Kepentingan umat Islam India hanya dapat dijamin dengan pembentukan negara yang
berbeda dari negara Hindu dan Islam. Liga Muslim, yang telah memiliki tujuan yang
jelas, mendapat lebih banyak dukungan dari umat Islam dan posisinya semakin kuat.14
Para pemuka Muslim yang bergabung dengan partai Kongres Nasional India
kehilangan pengaruhnya. Sebagian ada yang bergabung dengan Liga Muslim, ada yang
tetap di Partai Kongres seperti Abu Kalam Azad, ada pula yang keluar dari dunia politik.
Organisasi Islam India lainnya akhirnya mendukung Liga Muslim dalam tuntutannya
untuk pembentukan Pakistan. Pada tahun 1942, Inggris berjanji akan memberikan
kemerdekaan kepada India setelah Perang Dunia II berakhir. Implementasinya mulai
dibahas sejak tahun 1945, namun diskusi selalu gagal dan akhirnya pemerintah Inggris
memutuskan untuk membentuk pemerintahan sementara yang terdiri dari orang-orang
yang diputuskan oleh Inggris sendiri. Jinnah menentang upaya ini dan pemerintah Inggris
menunjuk presiden partai Kongres Nasional India Pandit Neru untuk membentuk
pemerintahan sementara.15 Kerusuhan pecah dan Jinnah diundang untuk bergabung
dengan pemerintahan sementara, ia menunjuk lima pemimpin Liga Muslim untuk
bergabung dengan pemerintah, namun kerusuhan itu tidak dapat dikendalikan. Kemudian
diputuskan untuk mengadakan sidang Dewan Konstitusi pada bulan Desember 1946, dan
Jinnah menyadari bahwa dalam kondisi seperti itu sidang tidak dapat diadakan, dan
akhirnya memutuskan untuk menundanya. Permintaannya tidak didengarkan dan dia
menyatakan tidak akan diboikot oleh Dewan Konstitusi. Pemerintah Inggris mengubah
sikapnya dan memutuskan untuk menyerahkan kedaulatannya di lain waktu, sebelum Juni
1948. Setahun kemudian, keputusan Inggris diumumkan menyerahkan kedaulatan pada
dua majelis konstitusi, satu untuk Pakistan dan satu lagi untuk India.16
Muhammad Ali Jinnah kemudian memimpin perundingan negosiasi dengan
pemerintah Inggris dan memimpin perjuangan mendirikan Pakistan merdeka bagi umat
Islam di India, kemudian juga memperjuangkan hak-hak politik dan ekonomi umat Islam
di India dan menentang rencana pembagian India menjadi dua negara. Ia juga
memperjuangkan pendidikan modern dan mengembangkan Aligarh Muslim University
menjadi lembaga pendidikan modern bagi umat Islam, kemudian memperjuangkan hak-
hak perempuan dan kesetaraan gender, serta mengkritik cara berpikir yang konservatif
dan menekankan pentingnya interpretasi kontekstual dalam memahami ajaran Islam.
14
Saidul Amin, op.cit ., hlm. 95.
15
Wisnu Satria Bharata dkk, op.cit ., hlm. 502.
16
Awang Dhany Armansyah & Akbar Nur Aziz, /Perkembangan Tokoh dan Agama Islam di Pakistan/, Jurnal
Studi Islam dan Kemuhammadiyahan, Vol. 3 No. 1, 2023, hlm. 33.

xiv
Hingga akhirnya Pakistan meraih kemerdekaan pada 14 Agustus 1947 dan Muhammad
Ali Jinnah menjadi Gubernur Jenderal Pakistan pertama hingga kematiannya pada 11
September 1948.17

17
Asriyah, /Perkembangan Islam di Pakistan/, Jurnal Rihlah, Vol. 5 No.2, 2017, hlm. 106.

xv
BAB III
KESIMPULAN

xvi
DAFTAR PUSTAKA
Arrauf, Ismail Fahmi. 2013. Pemikiran Modern di Dunia Islam. Banda Aceh: Pena

Subarman, Munir. 2015. Sejarah Kelahiran, Perkembangan, dan Masa Keemasan Perad
aban Islam. Yogyakarta: Deepublish

Rofiq, Ahmad Choirul. 2019. Cara Mudah Memahami Sejarah Islam. Yogyakarta: IRCi
SoD

Fathoni, Rifai, S. (2016). Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) – Biografi Tokoh. Diakses
dari https://wawasansejarah.com/sayyid-ahmad-khan/.

Noorzeha, Fuad. (2019). Pemikiran Sir Sayyid Ahmad Khan “Pembaharuan di India”
Relevansinya Dengan Ideologi Islam Puritan, Moderat dan Sinkritisme Dalam
Masyarakat. Diakses 1 November 2023, dari STIKES Kusuma Husada.

Amin, S. (2012). Pembaharuan Pemikiran Islam di India. Jurnal Ushuluddin, 18(1), 94.

Asriyah. (2017). Perkembangan Islam di Pakistan. Jurnal Rihlah, 5(2), 106.

Aziz, A. D. (2023). Perkembangan Tokoh dan Agama Islam di Pakistan. Jurnal Studi
Islam dan Kemuhammadiyahan, 3(1), 33.

Sri Mulyati,dkk. (2023). Perjuangan Muhammad Ali Jinnah Dalam Sejarah Pembaharuan
di Pakistan. Jurnal Sambas, 6(1), 20-21.

Wisnu Satria Bharata,dkk. (2023). Sejarah Peradaban Islam di Pakistan dan Ide
Pembaharuan Muhammad Ali Jinnah. Innovative Education Journal, 5(2), 497.

xvii

Anda mungkin juga menyukai