Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidyahnya kepada pemakalah,sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah
tepat pada waktu yang ditentukan.
Kelompok
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Sayyid Ahmad Khan........................................................3
B. Gagasan Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan.................................4
C. Pemikiran Sayyid Ahmad Khan Dalam Keagamaan.....................7
D. Pro Dan Kontra Terhadap Ahmad Khan........................................9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia Islam dalam melakukan perkembangan tidaklah mudah, banyak
sekali kendala yang dapat menyebabkan dunia Islam mengalami pasang surut.
Sebagaimana tercantum dalam firman Allah dalam surah Ali „Imran [3] ayat
1401 sangat tepat menggambarkan dunia Islam pada saat itu. Secara tegas
dinyatakan bahwa kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun
kelompok pasti akan mengalami pasang surut.
Sekurang-kurangnya ada dua kejadian penting pada abad ke-18 yang
turut mewarnai suasana kaum Muslimin India secara politis seputar abad ke-
19 M. Pertama, merosotnya kekuasaan kerajaan Mughal yang diawali dengan
wafatnya Aurangzeb pada 1707 M. Kedua, seiring dengan itu, kekuasaan dan
kedudukan para pedagang Inggris di India pun semakin kokoh.
Dengan meninggalnya Aurangzeb, para gubernur di berbagai propinsi
melespaskan diri dari kekuasaan kerajaan Mughal, sehingga pada gilirannya
wilayah kekuasaan kerajaan ini hanya meliputi wilayah Delhi dan sekitarnya
saja. Perpecahan politik dalam pemerintahan ini menimbulkan kekacauan.
Kekacauan ini dimanfaatkan oleh kaum Maratha untuk menyusun kekuatan
di Daccan. Kelompok ini adalah orang-orang Hindu Militan di propinsi
Bombay. Dengan memanfaatkan kekacauan dan kelemahan kerajaan Mughal
mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sehingga menjadi
kerajaan yang kuat di daerah Daccan sekitar tahun 1737 M.
Dalam suasana instabilitas politik itu, orang-orang Inggris mengambil
kesempatan untuk memperkokoh kedudukannya sebagai pedagang dan
berusaha merebut posisi politik. Usaha mereka ini berhasil dengan jatuhnya
Benggala ke tangan mereka dalam pertempuran Plassey pada 1757 M.Sisa-
sisa kekuatan Mughal akhirnya habis setelah terjadi suatu pemberontakan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Harun Nasution, pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2014), h.158
2
M. Atiqul Haque, 100 pahlawan muslim yang mengubah dunia, jogjakarta: Diglossi, 2007), H.I73
4
ada perasaan anti Inggris. Tahun 1846 ia kembali ke Delhi untuk melanjutkan
pendidikannya. Suatu ketika dia sadar, kemudian mulai mengubah dan
memperbaiki kehidupannya. Dia mulai belajar lagi, kemudian mulai
menyusun beberapa buku, antara lain tentang sirah nabawiyah dan tarikh.3
B. Gagasan Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan
1. Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa kemunduran umat Islam India karena
mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik
telah hilang dan telah timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban
baru ini adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. dan inilah yang menjadi
sebab utama bagi kemajuan dan kekuatan orang barat.
2. Dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk didalamnya Inggris, ialah
ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk dapat maju, umat Islam
harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Jalan yang harus
diambil umat Islam bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam
menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik
dengan Inggris.4
Sayid Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam India mundur karena
mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban klasik telah hilang
dan telah timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban baru ini ialah ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bagi Ahmad Khan, tidak ada perbedaan antara
ilmu-ilmu Barat dengan ilmu-ilmu Islam, karena membuat dikotomi seperti
itu, secara historis tidak beralasan. Menurut Ahmad Khan, ketika umat Islam
berkuasa, mereka unggul dalam berbagai macam ilmu. Pada saat itu, umat
Islam berpikir bahwa ilmu, baik ilmu sekuler maupun yang agama sejalan
dengan spirit Islam. Pada masa kegelapan, orang Eropa tidak merasa enggan
untuk mempelajari ilmu-ilmu yang telah diwariskan oleh umat Islam sehingga
mereka unggul dalam berbagai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
3
Busthami Muhammad Sa’id, Gerakan pembaruan Agama antara Modernisasi dan
Tajdiduddin, (Bekasi: PT Wacanalazuardi Amanah, 1995), h.129
4
Harun Nasution, pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2014), h.159
5
menurut Ahmad Khan, kini giliran Eropa yang harus membayar kembali
hutangnya kepada umat Islam.
Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil kreasi manusia.
Oleh karena itu, akal mendapat penghargaan tinggi bagi Sayid Ahmad Khan.
Akan tetapi, sebagai umat Islam yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat
bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas.
Menurut Ahmad Khan, penafsiran ajaran-ajaran Islam itu sangat
terkait dengan waktu dan tempat. Yang langgeng dalam Islam ialah etika
dasar, sedangkan karakter luarnya selalu dapat berubah sesuai dengan
tuntutan waktu dan tempat. Berpijak pada prinsip di atas, Sayid Ahmad Khan
berpendapat bahwa sistem perkawinan dalam Islam adalah sistem monogami,
bukan sistem poligami sebagaimana dijelaskan oleh ulama pada masa itu.
Poligami, menurutnya, adalah pengecualian sistem monogamy. Poligami
tidak dianjurkan tetapi dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Dalam hal
potong tangan bagi pencuri, dia berpendapat bahwa hokum potong tangan
bagi pencuri bukan suatu hokum yang wajib dijalankan. Disamping potong
tangan, terdapat hokum penjara bagi pencuri.
Karena Ahmad Khan percaya pada kekuatan dan kebebasan akal,
walaupun kekuatan akal itu terbatas, ia percaya pada kebebasan manusia
dalam menetukan kehendak dan melakukan perbuatan. Dengan kata lain, ia
mempunyai paham qadariyah (free will and free act). Manusia, demikian
pendapatnya, dianugrahi Tuhan daya-daya, di antaranya ialah daya pikir,
yang disebut akal, dan daya fisik untuk mewujudkan kehendaknya. Manusia
mempunyai kebebasan untuk mempergunakan daya-daya yang telah
diberikan Tuhan kepadanya.
Berpijak pada prinsip di atas, Ahmad Khan melihat sistemsistem
kultur sebagai sesuatu yang tidak mapan, melainkan sebagai suatu proses.
Oleh karena itu, menurutnya, justifikasi keimanan dan prakteknya merupakan
suatu hal yang penting dan tidak ada justifikasi yang final, karena hasil kerja
akal seseorang itu potensial untuk dianggap salah oleh pihak lain, atau
generasi yang akan datang.
6
ialah merasakan kehadiran Tuhan. Dengan kata lain, doa diperlukan untuk
urusan spritual dan ketentraman jiwa. Paham bahwa tujuan doa ialah meminta
sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan permintaan itu,
ditolaknya. Menurutnya, kebanyakan doa seperti itu, tidak pernah dikabulkan
Tuhan.
Pandangan lain Sayid Ahmad Khan yang dianggap bertentangan
dengan pandangan ulama tradisional ialah bahwa umat Islam tidak dilarang
mengenakan sepatu pada saat mereka salat di mesjid. Mereka juga boleh
mengikuti perayaan keagamaan umat Hindu dan makan bersama dengan
orang Eropa
C. Pemikiran Sayyid Ahmad Khan Dalam Keagamaan
Sayyid Ahmad Khan adalah orang pertama di India baru yang
menyatakan pentingnya suatu penafsiran yang bebas, baru dan maju. Ia tidak
hanya sebagai pembangkit kecenderungan modernisme, tetapi sekaligus
sebagai contoh yang sempurna bagi modernisme. Orang-orang yang datang
setelahnya tidak menambahkan sesuatu yang baru, bahkan hanya mengulangi
pemikirannya dengan bentuk yang sama atau berlainan. Pemikirannya berdiri
diatas asas taqlid terhadap peradaban barat dan prinsip-prinsip materinya,
mengambil ilmu pengetahuan modern dengan seluruh isi dan landasannya,
lalu menafsirkan Islam serta al-Qur`an menggunakan tafsiran peradaban dan
ilmu pengetahuan modern di akhir abad ke-19 M. Tafsiran tersebut mengikuti
kehendak hawa nafsu, pemikiran dan presepsi orang-orang Barat, serta
meremehkan perkara-perkara ghaib yang tidak terjangkau oleh indera,
eksperimen, maupun ilmu alam (fisika).5 Adapun pemikiran-pemikiran
agamanya adalah sebagai berikut:
1. Sistem perkawinan dalam Islam adalah sistem monogami, dan bukan
sistem poligami sebagaimana dijelaskan oleh ulama-ulama di zaman itu.
Poligami tidak dianjurkan tapi diperbolehkan dalam kasus-kasus tertentu.
5
Busthami Muhammad Sa’id, Gerakan pembaruan Agama antara Modernisasi dan
Tajdiduddin, (Bekasi: PT Wacanalazuardi Amanah, 1995), h.128
8
6
Harun Nasution, pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1996), h.171
9
ijtihad, ijmak dan qiyas baginya bukan sumber ajaran Islam yang bersifat
absolute. Hadis juga tidak semuanya dapat ia terima, karena ada hadis buat-
buatan. Hadis dapat ia terima sebagai sumber kecuali setelah diadakan
penelitiannya yang seksama tentang keasliannya.
Inilah pokok-pokok pemikiran sayyid ahmad khan mengenai
pembaharuan dalam Islam. Ide-ide yang dikemukakannya banyak
persamaannya dengan Muhammad Abduh di Mesir. Kedua pemuka
pembaharu ini sama-sama memberi pengahargaan tinggi pada akal manusia,
sama-sama menganut paham qadariah, sama-sama percaya kepada hukum
alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang taklid dan sama-sama membuka
pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh umat Islam pada umumnya pada
waktu itu. Karena kuat kepercayaannya pada hukum alam dan kerasnya ia
mempertahankan konsep hukum alam, ia dianggap kafir oleh golongan Islam
yang belum dapat menerima ide diatas.
BAB III
PENUTUP
11
Kondisi umat Islam India yang terbelakang di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan faktor pendorong munculnya ide-ide pembaruan Sayid Ahmad
Khan. Untuk mengatasi kebodohan umat Islam India pada dua bidang tersebut, dia
mempopulerkan pemikiran rasional dalam menginterpretasi ajaran-ajaran Islam. Hal ini
dimaksudkan agar umat Islam India tidak lagi terkungkung pada paham tradisional Islam
yang telah menyebabkan mereka statis di dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Oleh
sebab itu, gerakan pembaruan kegamaan yang dilakukan oleh Sayid Ahmad Khan
berpijak pada paham rasionalisme. Paham inilah yang membetuk corak pemikiran
kegamaannya yang cenderung bersebrangan dengan mainstrean pemikiran ulama
tradisional di India pada masa itu.
Perhatian Sayyid Ahmad Khan terhadap pendidikan umat Islam memang besar, tetapi
pengaruhnya tidak terbatas dalam bidang pendidikan saja. Melalui buku karangannya
dan tulisan-tulisannya di Tahzib Al-Akhlaq ide-ide pembaharuan yang dicetuskan
menarik perhatian golongan terpelajar Islam India. Penafsiran-penafsiran baru yang
diberikannya terhadap ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima golongan terpelajar ini
daripada tafsiran-tafsiran lama.
Yang menjadi dasar bagi sistem perkawinan dalam Islam, menurutnya pendapat,
adalah sistem monogami, dan bukan sistem poligami sebagaimana dijelaskan oleh
ulama-ulama di zaman itu. Poligami tidak dianjurkan tetapi dibolehkan dalam kasus-
kasus tertentu. Hukum pemotongan tangan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib
dijalankan, tetapi hanya merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan dalam keadaan
tertentu. Di samping hukum potong tangan terdapat hukum penjara bagi pencuri.
DAFTAR PUSTAKA
12