Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMIKIRAN SAYYID AHMAD KHAN

Oleh:

1. Alvin Syaputra (1711210244)


2. Bagus Permadin (1711210079)
3. Redho Rahmad Hidayah (1711210245)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020


ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidyahnya kepada pemakalah,sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah
tepat pada waktu yang ditentukan.

Makalah ini di susun dengan judul “Pemikiran Sayyid Ahmad Khan”


sebagai tugas mata kuliah Sejarah Islam Modern yang diberikan oleh Ibu Epa
Kristina, M.Pd.

Mengingat keterbatasan pengetahuan, serta sumber materi yang pemakalah


ambil, pemakalah sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu pemakalah membutuhkan saran dan kritik dari pembaca
yang sifatnya membangun.

Bengkulu, maret 2020

Kelompok
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Sayyid Ahmad Khan........................................................3
B. Gagasan Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan.................................4
C. Pemikiran Sayyid Ahmad Khan Dalam Keagamaan.....................7
D. Pro Dan Kontra Terhadap Ahmad Khan........................................9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia Islam dalam melakukan perkembangan tidaklah mudah, banyak
sekali kendala yang dapat menyebabkan dunia Islam mengalami pasang surut.
Sebagaimana tercantum dalam firman Allah dalam surah Ali „Imran [3] ayat
1401 sangat tepat menggambarkan dunia Islam pada saat itu. Secara tegas
dinyatakan bahwa kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun
kelompok pasti akan mengalami pasang surut.
Sekurang-kurangnya ada dua kejadian penting pada abad ke-18 yang
turut mewarnai suasana kaum Muslimin India secara politis seputar abad ke-
19 M. Pertama, merosotnya kekuasaan kerajaan Mughal yang diawali dengan
wafatnya Aurangzeb pada 1707 M. Kedua, seiring dengan itu, kekuasaan dan
kedudukan para pedagang Inggris di India pun semakin kokoh.
Dengan meninggalnya Aurangzeb, para gubernur di berbagai propinsi
melespaskan diri dari kekuasaan kerajaan Mughal, sehingga pada gilirannya
wilayah kekuasaan kerajaan ini hanya meliputi wilayah Delhi dan sekitarnya
saja. Perpecahan politik dalam pemerintahan ini menimbulkan kekacauan.
Kekacauan ini dimanfaatkan oleh kaum Maratha untuk menyusun kekuatan
di Daccan. Kelompok ini adalah orang-orang Hindu Militan di propinsi
Bombay. Dengan memanfaatkan kekacauan dan kelemahan kerajaan Mughal
mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sehingga menjadi
kerajaan yang kuat di daerah Daccan sekitar tahun 1737 M.
Dalam suasana instabilitas politik itu, orang-orang Inggris mengambil
kesempatan untuk memperkokoh kedudukannya sebagai pedagang dan
berusaha merebut posisi politik. Usaha mereka ini berhasil dengan jatuhnya
Benggala ke tangan mereka dalam pertempuran Plassey pada 1757 M.Sisa-
sisa kekuatan Mughal akhirnya habis setelah terjadi suatu pemberontakan
2

pada tahun 1857 M. Peristiwa ini merupakan babak terakhir keruntuhan


politis seluruh kaum Muslimin di anak benua India. Namun demikian dalam
periode keruntuhan politik kaum Muslimin itu, masih muncul beberapa tokoh
pemikir dikalangan umat Islam India. Salah seorang tokoh yang akan kita
diskusikan ialah Sayyid Ahmad Khan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Sayyid Ahmad Khan?
2. Apa saja gagasan pembaharuan sayyid ahmad khan?
3. Bagaimana pemikiran sayyid ahmad khan dalam keagamaan?
4. Bagaimana pro dan kontra terhadap gerakan pembaharuan Sayyid Ahman
Khan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana biografi Sayyid Ahmad Khan?
2. Untuk mengetahui Apa saja gagasan pembaharuan sayyid ahmad khan?
3. Untuk mengetahui Bagaimana pemikiran sayyid ahmad khan dalam
keagamaan?
4. Untuk mengetahui Bagaimana pro dan kontra terhadap gerakan
pembaharuan Sayyid Ahman Khan?
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Sayyid Ahmad Khan


Sir sayyid ahmad khan lahir di Delhi pada tahun 1817 M (1232 H)
dan meninggal dunia pada 27 Maret 1898 M (1315 H) dalam usia 81 tahun,
dari keluarga terpandang-sekalipun miskin yang memiliki hubungan kuat
dengan pemerintahan mongol. Berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi
Muhammad melalui Fatimah dan Ali, oleh karena itu ia boleh memakai gelar
sayyid. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamghir
(1754-1759).1Dia dibesarkan dalam lingkungan tasawwuf. Di masa kecilnya,
dia telah mempelajari al-Qur`an, bahasa arab dan persia. Akan tetapi, tidak
lama kemudian ia membenci pelajaran tersebut dan meninggalkannya.
Kemudian ia mempelajari matematika dan astronomi kepada salah seorang
anggota keluarganya. Akan tetapi ia pun membenci pelajaran yang kedua
seperti ia membenci pelajaran yang pertama. Akhirnya dia terputus belajar
pada umur 18 tahun. Kehidupan remajanya penuh hura-hura, ia sering
menghadiri pesta dansa dan lagu, yang tersebar di lingkungan pergaulannya.
Pada tahun 1837 sayyid ahmad khan bekerja kepada pemerintah
Inggris sebagai sheristadar (pembaca). Bahadur shah, raja mughal terakhir,
menawari jabatan seperti kakeknya dan akan memberi posisi tinggi di
pengadilan, tetapi terganjal dengan menjelang runtuhnya kekuasaan Mughal,
dia lebih memilih bekerja untuk Inggris.2 Pada usia 22 tahun, peristiwa
kematian ayahnya pada 1838 M membawa perubahan besar dalam hidupnya.
Kenyataan ini berdampak sikologi dan financial terhadap keluarganya,
akhirnya dia terpaksa bekerja pada pemerintahan Inggris dibagian pengadilan
meskipun keluarganya tidak menyetujuinya, karena di antara mereka masih

1
Harun Nasution, pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2014), h.158
2
M. Atiqul Haque, 100 pahlawan muslim yang mengubah dunia, jogjakarta: Diglossi, 2007), H.I73
4

ada perasaan anti Inggris. Tahun 1846 ia kembali ke Delhi untuk melanjutkan
pendidikannya. Suatu ketika dia sadar, kemudian mulai mengubah dan
memperbaiki kehidupannya. Dia mulai belajar lagi, kemudian mulai
menyusun beberapa buku, antara lain tentang sirah nabawiyah dan tarikh.3
B. Gagasan Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan
1. Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa kemunduran umat Islam India karena
mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik
telah hilang dan telah timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban
baru ini adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. dan inilah yang menjadi
sebab utama bagi kemajuan dan kekuatan orang barat.
2. Dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk didalamnya Inggris, ialah
ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk dapat maju, umat Islam
harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Jalan yang harus
diambil umat Islam bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam
menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik
dengan Inggris.4
Sayid Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam India mundur karena
mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban klasik telah hilang
dan telah timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban baru ini ialah ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bagi Ahmad Khan, tidak ada perbedaan antara
ilmu-ilmu Barat dengan ilmu-ilmu Islam, karena membuat dikotomi seperti
itu, secara historis tidak beralasan. Menurut Ahmad Khan, ketika umat Islam
berkuasa, mereka unggul dalam berbagai macam ilmu. Pada saat itu, umat
Islam berpikir bahwa ilmu, baik ilmu sekuler maupun yang agama sejalan
dengan spirit Islam. Pada masa kegelapan, orang Eropa tidak merasa enggan
untuk mempelajari ilmu-ilmu yang telah diwariskan oleh umat Islam sehingga
mereka unggul dalam berbagai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,

3
Busthami Muhammad Sa’id, Gerakan pembaruan Agama antara Modernisasi dan
Tajdiduddin, (Bekasi: PT Wacanalazuardi Amanah, 1995), h.129
4
Harun Nasution, pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2014), h.159
5

menurut Ahmad Khan, kini giliran Eropa yang harus membayar kembali
hutangnya kepada umat Islam.
Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil kreasi manusia.
Oleh karena itu, akal mendapat penghargaan tinggi bagi Sayid Ahmad Khan.
Akan tetapi, sebagai umat Islam yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat
bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas.
Menurut Ahmad Khan, penafsiran ajaran-ajaran Islam itu sangat
terkait dengan waktu dan tempat. Yang langgeng dalam Islam ialah etika
dasar, sedangkan karakter luarnya selalu dapat berubah sesuai dengan
tuntutan waktu dan tempat. Berpijak pada prinsip di atas, Sayid Ahmad Khan
berpendapat bahwa sistem perkawinan dalam Islam adalah sistem monogami,
bukan sistem poligami sebagaimana dijelaskan oleh ulama pada masa itu.
Poligami, menurutnya, adalah pengecualian sistem monogamy. Poligami
tidak dianjurkan tetapi dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Dalam hal
potong tangan bagi pencuri, dia berpendapat bahwa hokum potong tangan
bagi pencuri bukan suatu hokum yang wajib dijalankan. Disamping potong
tangan, terdapat hokum penjara bagi pencuri.
Karena Ahmad Khan percaya pada kekuatan dan kebebasan akal,
walaupun kekuatan akal itu terbatas, ia percaya pada kebebasan manusia
dalam menetukan kehendak dan melakukan perbuatan. Dengan kata lain, ia
mempunyai paham qadariyah (free will and free act). Manusia, demikian
pendapatnya, dianugrahi Tuhan daya-daya, di antaranya ialah daya pikir,
yang disebut akal, dan daya fisik untuk mewujudkan kehendaknya. Manusia
mempunyai kebebasan untuk mempergunakan daya-daya yang telah
diberikan Tuhan kepadanya.
Berpijak pada prinsip di atas, Ahmad Khan melihat sistemsistem
kultur sebagai sesuatu yang tidak mapan, melainkan sebagai suatu proses.
Oleh karena itu, menurutnya, justifikasi keimanan dan prakteknya merupakan
suatu hal yang penting dan tidak ada justifikasi yang final, karena hasil kerja
akal seseorang itu potensial untuk dianggap salah oleh pihak lain, atau
generasi yang akan datang.
6

Selanjutnya, sejalan dengan paham qadariyah yang dianutnya, ia


percaya bahwa bagi tiap makhluk Tuhan telah ditetapkan tabiat atau naturnya.
Natur yang telah ditetapkan Tuhan inilah yang dalam bahasa Alquran disebut
sunnatullah, yang tidak berubah. Islam adalah agama yang mempunyai paham
hukum alam (hukum alam buatan Tuhan). Antara hukum alam, sebagai
ciptaan Tuhan dan Alquran sebagai firman Tuhan, tidak ada pertentangan
antara keduanya. Oleh karena itu keduanya harus sejalan.
Terpengaruh kuat oleh rasionalisme dan filsafat kealaman Eropa abad
kesembilan belas, Ahmad Khan menggariskan apa yang diistilahkannya
sebagai kriteria „kesesuaian dengan alam‟ untuk menilai kandungan sistem-
sistem kepercayaan agama dan menyimpulkan bahwa Islam secara gemilang
memberikan jastifikasi pada dirinya sendiri dengan prinsip ini. Dengan
demikian, menurutnya, akal adalah standar yang lebih tinggi. Dalam
menyuguhkan kandungan posistif Islam, sambil mencoba mengintegrasikan
pandangan hidup ilmiah modern dengan doktrin Islam, Ahmad Khan
membangkitkan dan bersandar kepada ajaranajaran dasar filosof Islam zaman
pertengahan.
Untuk merealisasikan ide-ide pembaruannya, Ahmad Khan
menempuh jalur pendidikan. Bahkan karena perhatiannya yang begitu besar
terhadap pendidikan bagi umat Islam India pada masa itu, dia memperoleh
gelar sebagai seorang pembaru pendidikan dan peletak dasar modernisme di
India.
Perjuangan Ahmad Khan dalam melakukan pembaruan pemahaman
kegamaan melalui jalur pendidikan, telah mengundang sikap pro-kontra di
kalangan umat Islam India. Sayid Ahmad Khan berpengaruh dan dihargai di
kalangan intelegensia Islam India, tetapi mendapat tantangan dari kalangan
ulama, bahkan dia dijuluki Nechari. Atas upaya kaum ulama India, muncullah
fatwa dari ulama Mekkah yang menentang pembentukan M.A.O.C.. Namun
demikian, Sayid Ahmad khan tetap tidak menggubris fatwa tersebut.
Hal ini, tentu saja, dapat dimaklumi karena mereka khawatir program-
program M.A.O.C. akan merusak keimanan umat Islam. Misalnya, tujuan doa
7

ialah merasakan kehadiran Tuhan. Dengan kata lain, doa diperlukan untuk
urusan spritual dan ketentraman jiwa. Paham bahwa tujuan doa ialah meminta
sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan permintaan itu,
ditolaknya. Menurutnya, kebanyakan doa seperti itu, tidak pernah dikabulkan
Tuhan.
Pandangan lain Sayid Ahmad Khan yang dianggap bertentangan
dengan pandangan ulama tradisional ialah bahwa umat Islam tidak dilarang
mengenakan sepatu pada saat mereka salat di mesjid. Mereka juga boleh
mengikuti perayaan keagamaan umat Hindu dan makan bersama dengan
orang Eropa
C. Pemikiran Sayyid Ahmad Khan Dalam Keagamaan
Sayyid Ahmad Khan adalah orang pertama di India baru yang
menyatakan pentingnya suatu penafsiran yang bebas, baru dan maju. Ia tidak
hanya sebagai pembangkit kecenderungan modernisme, tetapi sekaligus
sebagai contoh yang sempurna bagi modernisme. Orang-orang yang datang
setelahnya tidak menambahkan sesuatu yang baru, bahkan hanya mengulangi
pemikirannya dengan bentuk yang sama atau berlainan. Pemikirannya berdiri
diatas asas taqlid terhadap peradaban barat dan prinsip-prinsip materinya,
mengambil ilmu pengetahuan modern dengan seluruh isi dan landasannya,
lalu menafsirkan Islam serta al-Qur`an menggunakan tafsiran peradaban dan
ilmu pengetahuan modern di akhir abad ke-19 M. Tafsiran tersebut mengikuti
kehendak hawa nafsu, pemikiran dan presepsi orang-orang Barat, serta
meremehkan perkara-perkara ghaib yang tidak terjangkau oleh indera,
eksperimen, maupun ilmu alam (fisika).5 Adapun pemikiran-pemikiran
agamanya adalah sebagai berikut:
1. Sistem perkawinan dalam Islam adalah sistem monogami, dan bukan
sistem poligami sebagaimana dijelaskan oleh ulama-ulama di zaman itu.
Poligami tidak dianjurkan tapi diperbolehkan dalam kasus-kasus tertentu.

5
Busthami Muhammad Sa’id, Gerakan pembaruan Agama antara Modernisasi dan
Tajdiduddin, (Bekasi: PT Wacanalazuardi Amanah, 1995), h.128
8

2. Hukum pemotongan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib


dijalankan, tetapi merupakan hukuman maksimal yang dijalankan dalam
keadaan tertentu. Selain hukuman potong masih ada hukum penjara bagi
pencuri.6
3. lemparan batu serta cambukan 100 kali bagi pezina hanya sesuai dengan
masyarakat primitive yang kekurangan tempat penjara atau tidak
mempunyai penjara.
4. Kemudian tujuan sebenarnya dari doa ialah merasakan kehadiran Tuhan,
maksudnya doa diperlukan untuk urusan spritual dan ketentraman jiwa. Ia
menolak pemahaman bahwa doa untuk meminta sesuatu dari Tuhan dan
Tuhan akan mengabulkan permintaan itu. Bahkan ia menjelaskan bahwa
kebanyakan doa tidak pernah dikabulkan Tuhan.
5. Bank Modern, transaksi perdagangan, pinjaman serta perdagangan
internasional yang meliputi ekonomi modern, meskipun semua itu
mencakup pembayaran bunga, tidaklah dianggap riba, karena hal itu tidak
bertentangan dengan hukum al-Qur’an.
6. Sayyid ahmad khan percaya pada kekuatan dan kebebasan akal, sunggguh
pun mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan
manusia dalam menentukan kehendak dan melakukan perbuatan. Dalam
kata lain ia memiliki paham qadariyah (free will and free act)dan bukan
paham jabariah atau fatalisme. Manusia, demikian pendapatnya,
dianugerahi Tuhan daya-daya. Diantaranya daya berpikir, yang disebut
akal, dan daya fisik untuk melakukan kehendaknya. Manusia mempunyai
kebebasan untuk mempergunakan daya-daya yang diberikan Tuhan
kepadanya itu.
Bahkan ia menolak paham taqlid dan tidak segan-segan menyerang
paham ini. Menurutnya, sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur`an dan Hadis.
Pendapat ulama dimasa lampau sudah tidak sesuai lagi dengan zaman modern
karena sudah banyak perubahan pada perubahan ini. Dalam mengadakan

6
Harun Nasution, pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1996), h.171
9

ijtihad, ijmak dan qiyas baginya bukan sumber ajaran Islam yang bersifat
absolute. Hadis juga tidak semuanya dapat ia terima, karena ada hadis buat-
buatan. Hadis dapat ia terima sebagai sumber kecuali setelah diadakan
penelitiannya yang seksama tentang keasliannya.
Inilah pokok-pokok pemikiran sayyid ahmad khan mengenai
pembaharuan dalam Islam. Ide-ide yang dikemukakannya banyak
persamaannya dengan Muhammad Abduh di Mesir. Kedua pemuka
pembaharu ini sama-sama memberi pengahargaan tinggi pada akal manusia,
sama-sama menganut paham qadariah, sama-sama percaya kepada hukum
alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang taklid dan sama-sama membuka
pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh umat Islam pada umumnya pada
waktu itu. Karena kuat kepercayaannya pada hukum alam dan kerasnya ia
mempertahankan konsep hukum alam, ia dianggap kafir oleh golongan Islam
yang belum dapat menerima ide diatas.

D. Pro dan Kontra Terhadap Gerakan Pembaharuan Sayyid Ahman Khan


Perjuangan Ahmad Khan dalam melakukan pembaruan pemahaman
kegamaan melalui jalur pendidikan, telah mengundang sikap pro-kontra di
kalangan umat Islam India. Sayid Ahmad Khan berpengaruh dan dihargai di
kalangan intelegensia Islam India, tetapi mendapat tantangan dari kalangan
ulama, bahkan dia dijuluki Nechari. Atas upaya kaum ulama India, muncullah
fatwa dari ulama Mekkah yang menentang pembentukan M.A.O.C.. Namun
demikian, Sayid Ahmad khan tetap tidak menggubris fatwa tersebut.
Hal ini, tentu saja, dapat dimaklumi karena mereka khawatir
program-program M.A.O.C. akan merusak keimanan umat Islam. Misalnya,
tujuan doa ialah merasakan kehadiran Tuhan. Dengan kata lain, doa
diperlukan untuk urusan spritual dan ketentraman jiwa. Paham bahwa tujuan
doa ialah meminta sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan
permintaan itu, ditolaknya. Menurutnya, kebanyakan doa seperti itu, tidak
pernah dikabulkan Tuhan.
10

Pandangan lain Sayid Ahmad Khan yang dianggap bertentangan


dengan pandangan ulama tradisional ialah bahwa umat Islam tidak dilarang
mengenakan sepatu pada saat mereka salat di mesjid. Mereka juga boleh
mengikuti perayaan keagamaan umat Hindu dan makan bersama dengan
orang Eropa

BAB III

PENUTUP
11

Kondisi umat Islam India yang terbelakang di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan faktor pendorong munculnya ide-ide pembaruan Sayid Ahmad
Khan. Untuk mengatasi kebodohan umat Islam India pada dua bidang tersebut, dia
mempopulerkan pemikiran rasional dalam menginterpretasi ajaran-ajaran Islam. Hal ini
dimaksudkan agar umat Islam India tidak lagi terkungkung pada paham tradisional Islam
yang telah menyebabkan mereka statis di dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Oleh
sebab itu, gerakan pembaruan kegamaan yang dilakukan oleh Sayid Ahmad Khan
berpijak pada paham rasionalisme. Paham inilah yang membetuk corak pemikiran
kegamaannya yang cenderung bersebrangan dengan mainstrean pemikiran ulama
tradisional di India pada masa itu.

Untuk mewujudkan cita-cita pembaruannya, Sayid Ahmad Khan mengambil jalur


pendidikan dengan mendirikan lembaga-lembaga seperti Mohammaden Anglo Oriental
College (M.A.O.C.); Muhammadan Educational Conference; Scientific Society. Selain itu,
agar program pembaruannya dapat diketahui oleh khalayak banyak, dia juga
menerbitkan jurnal Tahdib al-Akhlaq.

Perhatian Sayyid Ahmad Khan terhadap pendidikan umat Islam memang besar, tetapi
pengaruhnya tidak terbatas dalam bidang pendidikan saja. Melalui buku karangannya
dan tulisan-tulisannya di Tahzib Al-Akhlaq ide-ide pembaharuan yang dicetuskan
menarik perhatian golongan terpelajar Islam India. Penafsiran-penafsiran baru yang
diberikannya terhadap ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima golongan terpelajar ini
daripada tafsiran-tafsiran lama.

Yang menjadi dasar bagi sistem perkawinan dalam Islam, menurutnya pendapat,
adalah sistem monogami, dan bukan sistem poligami sebagaimana dijelaskan oleh
ulama-ulama di zaman itu. Poligami tidak dianjurkan tetapi dibolehkan dalam kasus-
kasus tertentu. Hukum pemotongan tangan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib
dijalankan, tetapi hanya merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan dalam keadaan
tertentu. Di samping hukum potong tangan terdapat hukum penjara bagi pencuri.

DAFTAR PUSTAKA
12

Nasution, Harun. 2014. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan


Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang.

Haque, M. Atiqul. 2007. 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia.


Jogjakarta: Diglossi.

Sa’id,Busthami Muhammad. 1995. Gerakan pembaruan Agama antara


Modernisasi dan Tajdiduddin. Bekasi: PT Wacanalazuardi Amanah.

Rais, Dr. M. Amin. 1995. Islam dan Pembaharuan Ensiklopedia Masalah-


masalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syaukani, Ahmad. 1997. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam.


Bandung: Pustaka Setia.

Lapidus,Ira. M. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: : PT RajaGrafindo


Persada.

Anda mungkin juga menyukai