AHMAD RIFA’I
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Islam
Indonesia Masa Kolonial
Disusun oleh:
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Peranan K.H. Ahmad Rifa‟i”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia Masa Kolonial.
Sholawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.,
pembawa dan penyampai risalah Islam yang kita nanti-nantikan
pertolongannya di akhirat nanti.
Terselesaikannya makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Herawati, S.Ag., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Islam
Indonesia Masa Kolonial, dan pihak yang membantu dalam proses
penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Peranan K.H. Ahmad Rifa‟i” dengan baik. Namun demikian penulis tetap
memohon kritik dan saran demi membangun makalah ini kedepannya.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada akhir abad ke-19 dikenal sebagai babak baru penjajahan di nusantara,
yakni adanya alienasi pihak-pihak kerajaan dari panggung politik nusantara
yang kemudian dikuasai oleh kolonialisme Belanda. Hal tersebut secara tidak
langsung menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat, oleh karena itu
banyak rakyat yang lebih memilih mencari perlindungan di luar kekuasaan
pihak-pihak kerajaan.1
Para kiai dan ulama menjadi sasaran masyarakat untuk mencari
perlindungan. Salah satunya adalah K.H. Ahmad Rifa‟i seorang ulama yang
berasal dari Kendal Jawa Tengah. Ia mempelopori gerakan melawan penjajah.
Dalam dakwahnya ia memberikan motivasi untuk melakukan perlawanan
terhadap para penjajah dan antek-anteknya. Gerakan tersebut akhirnya
membentuk organisasi bernama Rifa‟iyah. 2
Gerakan sosial-keagamaan Rifa‟iyah yang bernuansa penolakan terhadap
kolonialisme menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk ikut bergabung dan
mendalami ajaran agama Islam dan karya-karya K.H. Ahmad Rifa‟i. Bahkan
ketika K.H. Ahmad Rifa‟i meninggal, organisasi tersebut menjadi semakin
berkembang dan teroganisir. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk
meneliti dan mengkaji lebih jauh tentang peran K.H. Ahmad Rifa‟i pada masa
kolonial.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang K.H. Ahmad Rifa‟i?
2. Mengapa K.H. Ahmad Rifa‟i melakukan perjuangan melawan
kolonialisme Belanda?
3. Bagaimana pemikiran-pemikiran K.H. Ahmad Rifa‟i?
1
Ma‟mun, “Teologi Eksklusif Era kolonial-Potret Pemikiran KH. Ahmad Rifa’I tentang
Konsep Iman”, dalam Jurnal Religia Vol. 21 No.2 2018, hlm. 175.
2
Dahrul Muftadin, “Fikih Perlawanan kolonialisme Ahmad Rifa’I”, dalam jurnal
Penelitian vol. 14 No. 2 2017, hlm. 248.
3
C. Tujuan
1. Untuk mendiskripsikan latar belakang K.H. Ahmad Rifa‟i
2. Untuk menganalisis perjuangan K.H. Ahmad Rifa‟i dalam melawan
kolonialisme Belanda
3. untuk menganalisis pemikiran-pemikiran K.H. Ahmad Rifa‟i
4
BAB II
PERANAN K.H. AHMAD RIFA’I
3
M. Adib Misbachul Islam, Puisi Perlawanan dari Pesantren Nazam Tarekat karya KH
Ahmad Ar-Rifa’I Kalisalak, (Tangerang: Transpustaka, 2016), hlm. 21.
4
Ibid, hlm. 22.
5
teguran dan peringatan keras dari pemerintah Belanda akibat sikap kritisnya.
Namun hal ini tidak menyurutkan keinginannya untuk berdakwah dan justru
malah semakin gencar. Akibatnya, Kiai Ahmad ar-Rifa‟i ditahan oleh
pemerintah Belanda di penjara selama beberapa hari tanpa adanya proses
pengadilan.
5
Abdul Djamil, Perlawanan Kiai Desa Pemikiran dan Gerakan Islam K.H Ahmad Rifa’i
Kalisalak, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, Cet I, 2001), hlm. 14.
6
meresahkan masyarakat. Akhirnya Kiai Ahmad ar-Rifa‟i tidak diperbolehkan
lagi tinggal di Kendal, lalu beliau memutuskan untuk hijrah ke Kalisalak,
sebuah desa terpencil di wilayah Kabupaten Batang, Jawa Tengah dan
mendirikan pondok pesantren di desa tersebut.
7
ia semakin semangat menulis kitab nazam yang isinya seperti yang tercermin
dalam banyak karyanya, mengajak masyarakat untuk menjaga jaeak denegan
pemerintah.
Ahmad Rifa‟i adalah tokoh yang sejak masa mudanya sudah menolak
berbagai macam unsur modernisme. Ia mengaku pada karesidenan Kalisalak
bahwa pernah dipenjarakan di Kendal sebelum kepergiannya ke Makkah,
6
M. Adib Misbachul Islam, Puisi Perlawanan dari Pesantren Nazam Tarekat karya KH
Ahmad Ar-Rifa’I Kalisalak, (Tangerang: Transpustaka, 2016), hlm. 28.
7
Ibid, hlm. 29.
8
dengan alasan menyebarkan ajaran palsu. Tuduhan ini tidak berlangsung
lama, sebab ia akhirya dibebaskan. 8
8
Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad Ke-19, (Jakarta:
P.T Bulan Bintang, Cet.I, 1984), hlm. 109.
9
Ibid, hlm. 109.
10
Abdul Djamil, Perlawanan Kiai Desa Pemikiran Dan Gerakan Islam K.H Ahmad
Rifa’i Kalisalak, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, Cett.I, 2001), hlm. 181.
11
Ibid, hlm. 179-181.
9
Dari Desa Kalisalak, Ahmad Rifa‟i mulai mengajarkan ilmu agama yang
sejalan dengan pemikirannya. Ahmad Rifa‟i membangun sebuah pesantren di
Kalisalak yang awalnya ditujukan untuk anak-anak saja, pesantren ini
kemudian lambat laun ramai dikunjungi juga oleh orang dewasa hingga
masyarakat dari luar desa Kalisalak. 12 Kegiatan mencari ilmu di pesantren
Kalisalak perlahan berubah menjadi komunitas keagamaan. komunitas ini
pada akhirnya menamakan diri mereka sebagai Rifa‟iyyah, merujuk pada
nama guru besar mereka.
12
Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad Ke-19,
(Jakarta: P.T Bulan Bintang, 1984), hlm. 110.
13
Dahrul Muftadin, “Fikih Perlawanan kolonialisme Ahmad Rifa’I”, dalam jurnal
Penelitian vol. 14 No. 2 2017, hlm.252.
14
Abdul Djamil, Perlawanan Kiai Desa Pemikiran Dan Gerakan Islam K.H Ahmad
Rifa’i Kalisalak, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, Cett.I, 2001), hlm. 224.
10
Islam. Pemikirannya ini menjadikannya mendapat banyak kecaman dari
berbagai pihak yang tidak setuju dengan penolakannya terhadap pengaruh
orang non-Islam. Hal ini pula yang menjadikan nanti Ahmad Rifa‟i
diasingkan lebih jauh lagi, yaitu ke Ambon. Meski begitu keras mengecam
praktik islam yang dilakukan untuk pemerintah yang bukan islam,
gerakannya tidak mengancam fisik berupa perang maupun pemberontakan,
hal ini disampaikan lansung oleh Ahmad Rifa‟i.
15
Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad Ke-19,
(Jakarta: P.T Bulan Bintang, 1984), hlm. 114-115.
16
M. Adib Misbachul Islam, Puisi Perlawanan dari Pesantren Nazam Tarekat karya KH
Ahmad Ar-Rifa’i Kalisalak, (Tangerang: Transpustaka, 2016), hlm. 3.
11
menggubrisnya dan hasilnya dia dipenjara oleh pihak kolonil. 17 Sikap yang
ditanjukkan oleh Ahmad Rifa‟i mengindikasikan bahwa ia seorang
pendakwah yang tidak takut akan ancaman dan tetap teguh akan pendiriannya
dalam penyebaran ajaran Islam.
Sepanjang abad 19 dan akhir abad 20, menurut Sartono Kartodirjo, sejarah
nusantara ditandai dengan berbagai pergolakan dan perlawanan yang silih
berganti oleh para pribumi. Ini terjadi karena konflik dengan pihak pribumi
dengan kolonial. 18
Kritik yang dilontarkan Ahmad Rifa‟i dapat dijumpai pada salah satu
syairnya yang ada di kitab Tarekat Nazam Tarajjumah.
Bupati demang lurah dosa bejat semua itu maksiatnya bertambah kuat)19
17
Ibid. hlm. 22.
18
Sartono Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984),
hlm. 207.
19
M. Adib Misbachul Islam, Puisi Perlawanan dari Pesantren Nazam Tarekat karya KH
Ahmad Ar-Rifa’i Kalisalak, (Tangerang: Transpustaka, 2016), hlm. 463.
12
Alasan Ahmad Rifa‟i sering melakukan kritik kepada birokrat pemerintah
dan kolonial Belanda karena ia ingin menghapus Tahayul, bid‟ah, dan
khurafat di Nusantara. Dalam masalah pernikahan, menurut Ahmad Rifa‟i
syarat menjadi saksi nikah adalah bukan orang fasik, sehingga pernikahan
yang di dalamnya ada orang fasik maka harus diulang. 20 Dalam kitab tabyin
al iislah disebutkan bahwa pernikahan yang dilakukan oleh penghulu yang
bukan pengikut Rifaa‟iyyah tidak sah. Pengikut yang ingin menikah
diharuskan untuk mempelajari kitab ini sebagai syarat sah pernikahan agar
pernikahannya shahih secara fiqh. 21 Ahmad Rifa‟i mengolongkan penghulu
atau pemuka agama yang setuju atau diangkat oleh pemerintah Belanda
adalah termasuk orang fasik karena telah membantu dan mendukung
pemerintahan orang kafir.
20
Dahrul Muftadin, “Fikih Perlawanan kolonialisme Ahmad Rifa’I”, dalam jurnal
Penelitian vol. 14 No. 2 2017 hlm. 258-259.
21
Hanif Ahmad Saifuddin, Tradisi Pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah Di Desa Jetis
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, Skripsi, Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, 2015.
22
Ibid, hlm. 259-260.
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Djamil, Abdul. 2001. Perlawanan Kiai Desa Pemikiran dan Gerakan Islam K.H
Ahmad Rifa’i Kalisalak. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Steenbrink, Karel A. 1984. Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad Ke-
19. Jakarta: P.T Bulan Bintang.
15