Disusun oleh:
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran gerakan dan usaha
untuk mengubah paham-paham,adat istiadat dan sebagainya agar disesuiakan dengan
suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi
modern.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern merupakan alternative menuju umat
Islam yang selama ini diperdebatkan di kalangan ulama Klasik yang kurang setuju
dengan ide pembaharuan dalam Islam. Periode Modern (1800 M dan seterusnya)
merupakan zaman kebangkitan umat islam.
Salah satu pengaruh modernitas hasil interaksi dunia Islam dengan dunia Barat adalah
munculnya ide komunalisme, yang selanjutnya melahirkan sebuah Negara tersendiri bagi
sebuah komunitas-komunitas masyarakat Islam di anak benua India, yang kelak bernama
Pakistan.
Jika sebelumnya India mempunyai kaum revivalis seperti Shah Waliyullah, maka pada
masa kebangkitan, India memiliki Sayyid Ahmad Khan dengan gerakan Aligarh yang
dipimpinnya, yang kemudian ide komunalnya direalisasikan oleh penerusnya yaitu
Muhammad Iqbal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tinjauan atas Pemikiran Sayyid Ahmad Khan?
2. Bagaimana Tinjauan atas Pemikiran Muhammad Iqbal?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Tinjauan Pemikiran Sayyid Ahmad Khan
2. Untuk Mengetahui Tinjauan Pemikiran Muhammad Iqbal
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat pemberontakan rakyat terhadap Inggris di tahun 1875 ia dianggap berjasa oleh
pihak Inggris, karena berusaha mencegah pemberontakan itu, sehingga ia diberi hadiah
gelar dengan Sir dan hubungan dengan Inggris menjadi baik, hal itu diusahakannya dengan
sebaik-baiknya untuk kemajuan ummat Islam. Tetapi usaha Sayyid Ahmad Khan itu tidak
dipahami oleh kebanyakan kaum Muslim.
Menurut pemikiran Sayyid Ahmad Khan kemajuan ummat Islam bkan cara memusuhi
Inggris dan bekerja sama dengan Hindu, tetapi harus dekat dengan orang-orang Inggris,
karena kemajuan Islam tidak terlepas dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern lebih banyak dihasilkan oleh
orang-orang Inggris. Di tahun 1861 ia dirikan Sekolah Inggris di Muradabad. Di tahun
1876 ia minta berhenti sebagai pegawai pemerintah Inggris dan sampai akhir hayatnya di
tahun 1898, ia mementingkan pendidikan umat Islam India.
Sebelumnya di tahun 1869/70 Sayyid Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggris, antara lain
untuk mempelajari sistem pendidikan Barat. Sekembalinya dari kunjungan itu ia
membentuk panitia peningkatan pendidikan Umat Islam. Salah satu tujuan panitia ialah
menyelidiki sebabnya umat Islam India sedikit sekali memasuki sekolah-sekolah
pemerintah. Di samping itu dibentuk lagi Panitia dana Pembentukan Perguruan Tinggi
Islam. Di tahun 1886 ia bentuk Muhammedan Educational Conference dalam usaha
mewujudkan pendidikan nasional dan seragam untuk Islam India. Progam dari lembaga ini
ialah menyebarluaskan pendidikan Barat di kalangan Umat Islam, menyelidiki pendidkan
agama yang diberikan di sekolah-sekolah Inggris yang didirikan oleh golongan Islam dan
menunjang pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah swasta. Perhatiannya
terhadap ilmu pengetahuan, bukan hanya terbatas dalam bidang pendidikan saja, tetapi juga
melalui karya tulisnya antara lain dalam Tahzib al Akhlak, telah dimasukkan ide-ide
pembaharuannya, dan lewat buku itu golongan terpelajar sangat menaruh perhatian.
Penafsiran dan interpretasi yang diberikannya terhadap ajar-ajaran Islam lebih dapat
diterima oleh golongan terpelajar (Islam) dibanding dari hasil penafsiran yang lama atau
sebelumnya.
Pada tahun 1874, setelah dua tahun sebelumnya mengundurkan diri dari kepegawaian
pemerintahan Inggris, Ahmad Khan mendirikan Muhammadan Anglo-Oriental
College (MAOC) di Aligarh (Esposito, 1990:74), Model pendidikan di sini mengacu
pada pendidikan di Cambridge Universty, sebuah perguruan tinggi yang pernah
dikunjunginya.
Pada perkembangan selanjutnya college ini lebih terkenal dengan nama Aligarh
Muslim Society atau Muslim University of Aligarh. Tujuannya adalah untuk mencetak
tenaga pendidik yang akan menciptakan generasi baru yang dididik ala Barat maupun
Timur sekaligus, berwawasan luas, berperilaku baik,dan memiliki toleransi tinggi.
Tahun 1886 Ahmad Khan mendirikan Muhammedan Educational Conference yang
bertujaun mewujudkan pendidikan nasional yang seragam untuk umat Islam India.
Ahmad Khan sangat berjasa dalam bidang pendidikan dan pengajaran demi kemajuan
uamt Islam India. Namun dalam masalah politik praktis, Ahmad Khan membatasi
geraknya. Ia bahkan tidak mau terlibat dalam pertemuan-pertemuan politik atau
menggabungkan diri dengan partai politik manapun. Bahkan ketika pada tahun 1835
terbentuk Partai Kongres Nasional India, Ahmad Khan lebih memilih untuk tidak
terlibat didalamnya. Ia lebih memilih menjadi real politik loyalis, yaitu sikap loyal
(Kepada Inggris) berdasarkan politik sepanjang kenyataan.
Ahmad Khan juga memiliki perhatian yang sangat besar terhadap masalah-maslah
teologi. Ia dikenal memiliki corak pemikiran rasional ala Muktazilah qadariyah, yang
menyakini kekuatan akal dalam menentukan nasib seorang manusia. Menurut pendapat
Sayyid Ahmad Khan, faktor yang menjadikan umat Islam India mengalami
kemunduran adalah karena umat Islam tidak mengikuti perkembangan zaman.
Peradaban Islam Klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat. Ilmu
pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiaran manusia. Oleh karena itu,
bagi Sayyid Ahmad Khan akal memilki peran yang sangat signifikasi. Manusia juga
memilki kebebasan dalam berbuat dan berkendak sesuai
dengan sunnatullah. Gabungan antara kemampauan akal, kebebasan manusia
berkendak dan berbuat, juga sunnatullah inilah yang sumber kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ahmad Khan memang penganut ajaran qadariyah (free will
and free act) dan menyangkal paham jabariyah atau fatalism. Karena menurutnya,
manusia dianugerahkan Tuhan daya, diantaranya daya berpikir, yang disebut akal, daya
fisik untuk melakukan kehendaknya.
Untuk menyebarkan ide-idenya ini, pada tahun 1870 Sayyid Ahmad Khan menerbitkan
sebuah majalah yang benama Tahzib al-Akhalq (Penyempurna Akhlak) yang ia tulis
dalam bentuk buku dan artikel-artikel, berisi tentang pentingnya perubahan sikap
mental. Ia menginginkan sikap mental untuk percaya kepada kekuatan akal, kebebasan
manusia dan percaya pada adanya hokum alam. Adapun pembaharuan yang dilakukan
Sayyid Ahmad Khan dalam bidang pendidikan ialah dengan mendirikan sekolah
Inggris di Muradab pada tahun 1861. Pada tahun 1876 ia pun berhenti sebagai pegawai
pemerintahan Inggris, karena ia mementingkan pendidikan umat Islam India sampai
akhir hayatnya. Di tahun 1878,ia mendirikan sekolah Muhammedan Anglo Oriental
College (MAOC) di Aligarh yang merupakan cita-citanya untuk memajukan umat
Islam India, yang kelak bernama Muslim University of Aligarh. Juga lembaga-lembaga
lainnya yang berkaitan dengan dunia pendidikan dan pengajaran.
Tentang dunia Barat dan Timur, Iqbal memilki obsensi besar bagi terciptanya perdamaian
antara dua entitas yang selama ini, dikenal tidak ‘akur’. Ia menginginkan kehidupan, indah
dibangun atas dasar cinta (‘Isyaq). Dalam kehidupan cinta sebagai ornament penting
terciptanya perdamaian peradaban, jelas terlihat bahwa Iqbal merindukan Barat dan Timur
tidak pada format dikotomis, tetapi dalam posisi saling mengisi. Obsesi tersebut tidak lain
bertolak dari doktrin al-Qur’an tenteng persaudaraan universal umat manusia (QS. Al.
Hujuraat 49;13).
Bagi Barat, penalaran (akal) merupakan instrument kehidupan, bagi Timur alam semesta
terletak dalam cinta. (Isyaq). Dengan bantuan cinta akal akan berkenalan dengan realitas,
sedamgkan cinta akan menerima kekuatan dari akal sebagai penguatan fondasinya. Bila
cinta dan akal berpadu, akan terciptalah sebuah dunia baru. Iqbal berkata: “bangkitlah dan
bangunlah sebuah dunia baru itu, dengan mengawinkan cinta dan penalaran”.
Iqbal memiliki semangat nasionalisme dan gigih melawan kolonialisme dan inperialisme
yang telah memecah persaudaraan universal. Hal ini terlihat dalam surat yang disampaikan
DR. Nicholson terhadap Ernest Renan yang menyatakan bahwa penjajahan adalah musuh
besar Islam (Timur). Pernyataan itu adalah gagasan tentang ras, al-Qur’an sendiri
mengabaikan perbedaan-perbedaan kecil antara sesama.
Dalam pengantar buku The Recontrucion of Religius in Islam, terlihat Iqbal begitu sadar
akan pentingnya peninjauan kritis dan penataan kembali terhadap pemahaman-pemahaman
keagamaan dan ajaran-ajaran Islam dengan memperhatikan tradisi-tradisi filsafat Islam dan
perkembangan-perkembangan paling akhir diberbagai wilayah pengetahuan manusia.
Sebagai refleksi terhadap hal ini maka Iqbal mewancanakan perlunya ijtihad (Ali
Audah,1996;28).
Bagi Iqbal, agar hukum itu sesuai dengan konteksnya,maka ijtihad adalah solusi yang tepat.
Pendekatan yang disuarakan Iqbal adalah kontekstual dan sosio-historis, bukan taglid
kepada produk klasik. Sama hanya dengan gerak social yang mengalami perubahan, yang
berarti pintu ijtihad harus tetap terbuka. Dengan ijtihad dan menjauhi fatalisme inilah,
manusia akan senantiasa dinamis. Dan inilah yang dikendaki al-Qur’an, al-Qur’an selalu
mengajak manusia untuk berfikir, menggunakan akalnya terhadap seluruh tanda-tanda
alam.
PENUTUP
Simpulan
Keduanya adalah inspirator bagi terbentuknya Negara Islam yang terpisah dariumat Hindu India,
yaitu Pakistan. Semula mereka bersikap kooperatif terhadap penjajahan colonial Inggris, namun
gagasan komunalisme yang mereka unsung pada akhirnya menyulut rasa nasionalisme muslim
India untuk menentukan nasibnya sendiri dan keluar dari baying-bayang umat Hindu India.
Sir Ahmad Khan adalah orang yang mampu menggugah kesadaran umat Islam India akan
pentingnya pendidikan. Karena baginya, selama masih dalam kebodohan, umat Islam tidak akan
mungkin bisa menentukan hak-hak hidup dan kemerdekaannya sendiri. Untuk itulah, sepak
terjangnya banyak difokuskan pada masalah pendidikan dan memilih menjauhi politik praktis.
Sementara itu, Sir Muhammad Iqbal adalah sosok pribadi muslim yang menggabarkan hasil
produk dua warisan, yaitu aspek India dan aspek Islam sekaligus. Iqbal juga adalah seorang
penyair dan filosof yang tidak hanya disegani kalangan muslim saja, tapi juga kalangan Hindu dan
Inggris. Ia yang semula pengajur kesatuan persatuan umat Islam dan Hindu di bawah satu Negara
India. Sebagaimana pendahuluanya, Ahmad Khan, Muhammad Iqbal pada akhirnya mengeluarkan
ide komunaisme, bahwa umat Islam tidak mungkin bisa bersatu dengan umat Hindu di bawah satu
atap Negara. Ide dan pemikiran keduanya inilah yang kelak menjadi dasar pijakan bagi generasi
setelahnya dengan berdirinya Negara Islam Pakistan pada tahun 1947.
DAFTAR PUSTAKA
Fattah. Wibisono, Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam, Jakarta: Rabbani
Press, 2009.
Yusran. Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia
Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1998.
Nasution. Harun, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan
Bintang, 2001.