Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Tinjauan Atas Pemikiran Sayyid Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. H. Kholis Mukhlis, M.Pd

Disusun oleh:

Veny Marcelia 1801286

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
yang berjudul Tinjauan atas Pemikiran Sayyid Ahamd Khan Muhammad Iqbal
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak yang telah berjasamembantu
dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan
dan kekhilafan, karena itu, demi perbaikan makalah ini segala kritik, saran, tegur dan masukan
yang membangun akan senantiasa penulis terima dengan lapang hati. Semoga makalah ini
bermanfaat, khususnya bagi para mahasiswa.

Tasikmalaya, Juni 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran gerakan dan usaha
untuk mengubah paham-paham,adat istiadat dan sebagainya agar disesuiakan dengan
suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi
modern.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern merupakan alternative menuju umat
Islam yang selama ini diperdebatkan di kalangan ulama Klasik yang kurang setuju
dengan ide pembaharuan dalam Islam. Periode Modern (1800 M dan seterusnya)
merupakan zaman kebangkitan umat islam.
Salah satu pengaruh modernitas hasil interaksi dunia Islam dengan dunia Barat adalah
munculnya ide komunalisme, yang selanjutnya melahirkan sebuah Negara tersendiri bagi
sebuah komunitas-komunitas masyarakat Islam di anak benua India, yang kelak bernama
Pakistan.
Jika sebelumnya India mempunyai kaum revivalis seperti Shah Waliyullah, maka pada
masa kebangkitan, India memiliki Sayyid Ahmad Khan dengan gerakan Aligarh yang
dipimpinnya, yang kemudian ide komunalnya direalisasikan oleh penerusnya yaitu
Muhammad Iqbal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tinjauan atas Pemikiran Sayyid Ahmad Khan?
2. Bagaimana Tinjauan atas Pemikiran Muhammad Iqbal?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Tinjauan Pemikiran Sayyid Ahmad Khan
2. Untuk Mengetahui Tinjauan Pemikiran Muhammad Iqbal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemikiran Sayyid Ahmad Khan


Sayyid Ahmad Khan lahir pada 17 Oktober 1817 M di Delhi, India. Menurut salah satu
riwayat, ia berasal dari keturunan Husein Cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah
dan Ali.Oleh karena itu ia bergelar sayyid. Nenek moyangnya yang berasal dari
semenanjung Arab hijrah ke Heart, Persia, dan kemudian pindah ke India (Hindustan)
akibat tekanan dari penguasa Umayah ketika itu. Ayah Ahmad Khan, al-Muttaqi,adalah
ulama yang memilki pengaruh besar di Kerajaan Moghul masa Akbar Syah II (1806-1837),
sedangkan kakeknya pernah menjadi komandan militer pada masa pemerintahan Alamgir
II (1754-179).
Ia memperoleh pendidikan agama secara tradisional, dan juga mempelajari bahasa Persia
dan Arab, Matematika, mekanika,sejarah,dan ilmu-ilmu lain. Pada tahun 1838, Ahmad
Khan bekerja pada Serikat India. Ia bekerja sebagai hakim di Fatehpur dan kemudian
pindah ke Bignaur. Tetapi pada tahun 1846 ia pulang kembali ke Deihi untuk meneruskan
studi (A.Syaukani,2001;70).
Dengan beberapa pembaharuan sebelumnya yang menentang penjajahan, Ahmad Khan
lebih bersifat kooperatif dengan kolonial Inggris. Ia berupaya mendamaikan umat Islam
dengan penjajahan Inggris agar tidak saling curiga. Terhadap penjajahan Inggris Ahmad
Khan berusaha menjelaskan bahwa umat Islam tidak berperan aktif dalam peristiwa 1857
itu. Untuk itu, dalam rangka membela umat Islam. Ahmad Khan kemudian menulis dua
buah buku yang berjudul Tarikhi Sarkhasi Baijnaur (1858) yang berisi kronolgis
pemberontakan, dan Asbab. Baghawat-i-Hind (Sebab-sebab Revolusi India) yang sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Causes of The Indian
Revolt. Ahmad Khan juga menyebarkan pamplet-pamflet yang berisi hal-hal yang
menjelaskan sebab-sebab pemberontakan tahun 1857, antara lain: (Nasotion,2001; 159):
1. Intervensi Inggris dalam masalah keagamaan, seperti pembentukan sekolah-
sekolah missi Kristen, penghapusan pendidikan agama di perguruan tinggi dan
sebagainya.
2. Inggris tidak mengikutsertakan orang India,baik Hindu maupun Islam dalam
lembaga-lembaga perwakilan rakyat, sehingga rakyat tidak paham dengan tujuan
dan niat Inggris sebenarnya, dan sebaliknya, Inggris tidak tahu keluhan dan
masalah-masalah masyarakat India.
3. Pemerintah Inggris tidak berusaha untuk mengikat tali persahabatan dengan rakyat
India, hal ini berakibat tidak harmonisnya hubungan Inggris dengan rakyat India.[2]

Pada saat pemberontakan rakyat terhadap Inggris di tahun 1875 ia dianggap berjasa oleh
pihak Inggris, karena berusaha mencegah pemberontakan itu, sehingga ia diberi hadiah
gelar dengan Sir dan hubungan dengan Inggris menjadi baik, hal itu diusahakannya dengan
sebaik-baiknya untuk kemajuan ummat Islam. Tetapi usaha Sayyid Ahmad Khan itu tidak
dipahami oleh kebanyakan kaum Muslim.

Menurut pemikiran Sayyid Ahmad Khan kemajuan ummat Islam bkan cara memusuhi
Inggris dan bekerja sama dengan Hindu, tetapi harus dekat dengan orang-orang Inggris,
karena kemajuan Islam tidak terlepas dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern lebih banyak dihasilkan oleh
orang-orang Inggris. Di tahun 1861 ia dirikan Sekolah Inggris di Muradabad. Di tahun
1876 ia minta berhenti sebagai pegawai pemerintah Inggris dan sampai akhir hayatnya di
tahun 1898, ia mementingkan pendidikan umat Islam India.

Sebelumnya di tahun 1869/70 Sayyid Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggris, antara lain
untuk mempelajari sistem pendidikan Barat. Sekembalinya dari kunjungan itu ia
membentuk panitia peningkatan pendidikan Umat Islam. Salah satu tujuan panitia ialah
menyelidiki sebabnya umat Islam India sedikit sekali memasuki sekolah-sekolah
pemerintah. Di samping itu dibentuk lagi Panitia dana Pembentukan Perguruan Tinggi
Islam. Di tahun 1886 ia bentuk Muhammedan Educational Conference dalam usaha
mewujudkan pendidikan nasional dan seragam untuk Islam India. Progam dari lembaga ini
ialah menyebarluaskan pendidikan Barat di kalangan Umat Islam, menyelidiki pendidkan
agama yang diberikan di sekolah-sekolah Inggris yang didirikan oleh golongan Islam dan
menunjang pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah swasta. Perhatiannya
terhadap ilmu pengetahuan, bukan hanya terbatas dalam bidang pendidikan saja, tetapi juga
melalui karya tulisnya antara lain dalam Tahzib al Akhlak, telah dimasukkan ide-ide
pembaharuannya, dan lewat buku itu golongan terpelajar sangat menaruh perhatian.

Penafsiran dan interpretasi yang diberikannya terhadap ajar-ajaran Islam lebih dapat
diterima oleh golongan terpelajar (Islam) dibanding dari hasil penafsiran yang lama atau
sebelumnya.

Pemikirannya dalam keagamaan itu antara lain:

1. Perkawinan menganut asas monogami, pologami bertentangan dengan semangat


Islam dan hal ini tidak akan diizinkan kecuali dalam keadaan memaksa.
2. Islam dengan tegas melarang perbudakan, termasuk perbudakan dari tawanan
perang, meskipun syariat memperkenankannya.
3. Bank Modern, transaksi perdagangan, pinjaman serta perdagangan internasional
yang meliputi ekonomi modern, meskipun semua itu mencakup pembayaran bunga,
tidkalah dianggap riba, karena hal itu tidak bertentangan dengan hukum al-Qur’an.
4. Hukum potong tangan yang didasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah bagi pencuri,
lemparan batu serta cambukan 100 kali bagi pezina hanya sesuai dengan
masyarakat primitive yang kekurangan tempat penjara atau tidak mempunyai
penjara.
5. Jihad itu dilarang kecuali dalam keadaan memaksa untuk mempertahankan diri.

Pada tahun 1874, setelah dua tahun sebelumnya mengundurkan diri dari kepegawaian
pemerintahan Inggris, Ahmad Khan mendirikan Muhammadan Anglo-Oriental
College (MAOC) di Aligarh (Esposito, 1990:74), Model pendidikan di sini mengacu
pada pendidikan di Cambridge Universty, sebuah perguruan tinggi yang pernah
dikunjunginya.

Pada perkembangan selanjutnya college ini lebih terkenal dengan nama Aligarh
Muslim Society atau Muslim University of Aligarh. Tujuannya adalah untuk mencetak
tenaga pendidik yang akan menciptakan generasi baru yang dididik ala Barat maupun
Timur sekaligus, berwawasan luas, berperilaku baik,dan memiliki toleransi tinggi.
Tahun 1886 Ahmad Khan mendirikan Muhammedan Educational Conference yang
bertujaun mewujudkan pendidikan nasional yang seragam untuk umat Islam India.
Ahmad Khan sangat berjasa dalam bidang pendidikan dan pengajaran demi kemajuan
uamt Islam India. Namun dalam masalah politik praktis, Ahmad Khan membatasi
geraknya. Ia bahkan tidak mau terlibat dalam pertemuan-pertemuan politik atau
menggabungkan diri dengan partai politik manapun. Bahkan ketika pada tahun 1835
terbentuk Partai Kongres Nasional India, Ahmad Khan lebih memilih untuk tidak
terlibat didalamnya. Ia lebih memilih menjadi real politik loyalis, yaitu sikap loyal
(Kepada Inggris) berdasarkan politik sepanjang kenyataan.

Gagasan Pembaharuan Ahmad Khan

Ahmad Khan juga memiliki perhatian yang sangat besar terhadap masalah-maslah
teologi. Ia dikenal memiliki corak pemikiran rasional ala Muktazilah qadariyah, yang
menyakini kekuatan akal dalam menentukan nasib seorang manusia. Menurut pendapat
Sayyid Ahmad Khan, faktor yang menjadikan umat Islam India mengalami
kemunduran adalah karena umat Islam tidak mengikuti perkembangan zaman.
Peradaban Islam Klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat. Ilmu
pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiaran manusia. Oleh karena itu,
bagi Sayyid Ahmad Khan akal memilki peran yang sangat signifikasi. Manusia juga
memilki kebebasan dalam berbuat dan berkendak sesuai
dengan sunnatullah. Gabungan antara kemampauan akal, kebebasan manusia
berkendak dan berbuat, juga sunnatullah inilah yang sumber kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ahmad Khan memang penganut ajaran qadariyah (free will
and free act) dan menyangkal paham jabariyah atau fatalism. Karena menurutnya,
manusia dianugerahkan Tuhan daya, diantaranya daya berpikir, yang disebut akal, daya
fisik untuk melakukan kehendaknya.

Untuk menyebarkan ide-idenya ini, pada tahun 1870 Sayyid Ahmad Khan menerbitkan
sebuah majalah yang benama Tahzib al-Akhalq (Penyempurna Akhlak) yang ia tulis
dalam bentuk buku dan artikel-artikel, berisi tentang pentingnya perubahan sikap
mental. Ia menginginkan sikap mental untuk percaya kepada kekuatan akal, kebebasan
manusia dan percaya pada adanya hokum alam. Adapun pembaharuan yang dilakukan
Sayyid Ahmad Khan dalam bidang pendidikan ialah dengan mendirikan sekolah
Inggris di Muradab pada tahun 1861. Pada tahun 1876 ia pun berhenti sebagai pegawai
pemerintahan Inggris, karena ia mementingkan pendidikan umat Islam India sampai
akhir hayatnya. Di tahun 1878,ia mendirikan sekolah Muhammedan Anglo Oriental
College (MAOC) di Aligarh yang merupakan cita-citanya untuk memajukan umat
Islam India, yang kelak bernama Muslim University of Aligarh. Juga lembaga-lembaga
lainnya yang berkaitan dengan dunia pendidikan dan pengajaran.

B. Pemikiran Muhammad Iqbal


Iqbal lengkapnya Sir Allama Muhammad Iqbal, adalah fenomena legendaris
intelektualisme dunia Islam di abad ke -20. Dialah tokoh bsar yang menggabungkan
potensi mistisme, budaya dan pemikiran dalam dirinya. Bahkan tokoh sufi dan Islamolog
Jerman ternama, Prof. Annemarie Schimel, hanya menyebut dua sufi dan pemikir besar
muslim yang pemikiran dan karyanya sampai kini masih berpengaruh di dunia keilmuan
Barat, yakni Jalaluddin Rumi dan Muhammad Iqbal. Muhammad Iqbal dilahirkan di
Sialkot, Punjab Pakistan. Tidak ada informasi pasti tanggal dan tahun berapa ia dilahirkan.
Tiga pendapat menyatakan, Iqbal dilahirkan pada 22 Februari 1873, antara lain
dikemukakan oleh Miss-Luce Claudde Maitre, Osman Raliby dan Bachrum Rangkuti.
Yang kedua menyatakan Iqbal dilahirkan apada 1876. Pendapat terakhir menyatakan Iqbal
dilahirkan pada 9 November 1877 (2 Dzulqa’dah 1294). (Ensiklopedi Tokoh
Islam,2003;256).
Iqbal sejak kecil sudah terbiasa lingkungan religius dengan suasana keilmuan yang kental.
Kakeknya, Rafi adalah tokoh sufi terkenal. Sementara ayahnya seorang yang shaleh yang
mendorong Iqbal untuk dapat menghafal al-Qur’an. Kecenderungan spiritual dalam
keluarga yang kelak sangat mempengaruhi pemikirannya. Sebelum menempuh pendidikan
formal, Iqbal menjalankan penedidikannya di surau, di tempat inilah kelak menjadi
landasan di sekolah dasar Scottish Mission School Sialkot. Setelah tamat dari sekolah ini ia
melanjutkan study di Murray College di Lahore. Di tempat inilah ia berguru pada Sir
Thomas Arnold, seorang orientalis asal Inggris yang juga guru besar di Allgarh University.
Pada 1905 Iqbal berangkat ke Cambridge University Inggris untuk mendalami filsafat. Dua
tahun kemudian ia pindah ke Munich, Jerman dan disanalah ia mendapat gelar Ph.D.dalam
studi tasawuf dengan mengajukan disertai berjudul The Development of Metaphysics in
Persia (Perkembangan Metafisik di Persia). Setelah meraih gelar itu ia bertandang ke
London mendalami bidang advokat sambil mengajar Bahasa dan Sastra Arab di University
London. Di tahun 1908 ia kembali ke Lahore, disamping sebagai pengacara ia menjadi
dosen filsafat. Kemudian ia memasuki dalam bidang politik. Pada tahun 1930 ia terpilih
menjadi presiden Liga Muslim dan dalam Perundingan Meja Bundar ia dua kali mengambil
bagian. Ia juga pernah menghadiri Konferensi Islam di Yerussalem.
Muhammad Iqbal adalah seorang penyair dan seorang filosof, tetapi pemikirannya
mengenai kemunduran dan kemajuan Islam mempunyai pengaruh pada gerakan
pembaharuan dalam Islam. Menurutnya sama dengan pemikiran yang lain, bahwa
kemunduran umat Islam itu disebabkan kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam
telah sampai kepada keadaan statis. Sebab lain menurut Iqbal karena adanya pengaruh
zuhud yang terdapat dalam ajaran tasawuf. Namun sebab utama adalah karena hancurnya
Bagdad sebagai pusat kemajuan Islam di pertengahan abab ketigabelas. Menurut Iqbal,
sebenarnya hukum Islam itu tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup, Islam sebenarnya mengajarkan
dinamisme. Islam menolak konsep lama yang mengatakan bahwa alam ini bersifat statis.
Paham dinamisme Islam yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan penting dalam
pembaharuan di India. Dalam syair-syairnya ia mendorong ummat Islam supaya bergerak
dan jangan tinggal diam. Iqbal berseru kepada ummat Islam, bangun dan ciptakanlah
sesuatu yang baru.
Iqbal salah seorang pelopor pendirinya Negara Pakistan, sebagaimana ditegaskannya
dalam Rapat Tahunan Liga Muslim di tahun 1930: “Saya ingin melihat Punjab, Daerah
Perbatasan Utara, Sindi dan Balukhistan, bergabung menjadi satu Negara”. Dan di sinilah
diumumkan secara resmi ide dan tujuan membentuk Negara tersendiri Pakistan. Pengaruh
Iqbal dalam pembaharuan India ialah menimbulkan paham dinamisme di kalangan umat
Islam dan menunjukkan jalan yang harus mereka tempuh masa depan agar sebagai umat
minoritas di anak benua itu mereka dapat hidup bebas dari tekanan-tekanan luar. Karirnya
semakin memuncak ketika pemerintah Inggris memberikannya gelar Sir atas usulan
wartawan yang concern menggeluti pemikiran Iqbal. Pemberian ini menunjukan
pengakuan Inggris akan kemampuan intelektualitas Iqbal dan memperkuat bargaining
position politik bagi perjuangan umat Islam India saat itu (Syekh Abdul Vahid,tt;5).

Gagasan Pembaruan: Tentang Barat dan Timur

Tentang dunia Barat dan Timur, Iqbal memilki obsensi besar bagi terciptanya perdamaian
antara dua entitas yang selama ini, dikenal tidak ‘akur’. Ia menginginkan kehidupan, indah
dibangun atas dasar cinta (‘Isyaq). Dalam kehidupan cinta sebagai ornament penting
terciptanya perdamaian peradaban, jelas terlihat bahwa Iqbal merindukan Barat dan Timur
tidak pada format dikotomis, tetapi dalam posisi saling mengisi. Obsesi tersebut tidak lain
bertolak dari doktrin al-Qur’an tenteng persaudaraan universal umat manusia (QS. Al.
Hujuraat 49;13).

Bagi Barat, penalaran (akal) merupakan instrument kehidupan, bagi Timur alam semesta
terletak dalam cinta. (Isyaq). Dengan bantuan cinta akal akan berkenalan dengan realitas,
sedamgkan cinta akan menerima kekuatan dari akal sebagai penguatan fondasinya. Bila
cinta dan akal berpadu, akan terciptalah sebuah dunia baru. Iqbal berkata: “bangkitlah dan
bangunlah sebuah dunia baru itu, dengan mengawinkan cinta dan penalaran”.

Iqbal memiliki semangat nasionalisme dan gigih melawan kolonialisme dan inperialisme
yang telah memecah persaudaraan universal. Hal ini terlihat dalam surat yang disampaikan
DR. Nicholson terhadap Ernest Renan yang menyatakan bahwa penjajahan adalah musuh
besar Islam (Timur). Pernyataan itu adalah gagasan tentang ras, al-Qur’an sendiri
mengabaikan perbedaan-perbedaan kecil antara sesama.

Kajian Islam Menurut Iqbal

Dalam pengantar buku The Recontrucion of Religius in Islam, terlihat Iqbal begitu sadar
akan pentingnya peninjauan kritis dan penataan kembali terhadap pemahaman-pemahaman
keagamaan dan ajaran-ajaran Islam dengan memperhatikan tradisi-tradisi filsafat Islam dan
perkembangan-perkembangan paling akhir diberbagai wilayah pengetahuan manusia.
Sebagai refleksi terhadap hal ini maka Iqbal mewancanakan perlunya ijtihad (Ali
Audah,1996;28).

Bagi Iqbal, agar hukum itu sesuai dengan konteksnya,maka ijtihad adalah solusi yang tepat.
Pendekatan yang disuarakan Iqbal adalah kontekstual dan sosio-historis, bukan taglid
kepada produk klasik. Sama hanya dengan gerak social yang mengalami perubahan, yang
berarti pintu ijtihad harus tetap terbuka. Dengan ijtihad dan menjauhi fatalisme inilah,
manusia akan senantiasa dinamis. Dan inilah yang dikendaki al-Qur’an, al-Qur’an selalu
mengajak manusia untuk berfikir, menggunakan akalnya terhadap seluruh tanda-tanda
alam.

Iqbal dan Nasionalisme Islam

Muhammad Iqbal adalah seorang nasionalis India. Syair-syairnya banyak menyuarakan


dukungannya dan anjuran agar umat Hindu dan Islam bersatu memperjuangkan
kemerdekaan. Iqbal, penyair dan filosof Islam, telah mengukir hidupnya sedemikian rupa
sehingga akan selalu dikenang umat manusia dimasa-masa yang akan datang. Seluruh
karyanya dalam bentuk puisi dan prosa dalam bahasa Urdu, Parsi dan Inggris telah
terkodifikasi dengan baik. Ia meninggal pada 21 April tahun 1938, dalam usia 62 tahun.
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Keduanya adalah inspirator bagi terbentuknya Negara Islam yang terpisah dariumat Hindu India,
yaitu Pakistan. Semula mereka bersikap kooperatif terhadap penjajahan colonial Inggris, namun
gagasan komunalisme yang mereka unsung pada akhirnya menyulut rasa nasionalisme muslim
India untuk menentukan nasibnya sendiri dan keluar dari baying-bayang umat Hindu India.

Sir Ahmad Khan adalah orang yang mampu menggugah kesadaran umat Islam India akan
pentingnya pendidikan. Karena baginya, selama masih dalam kebodohan, umat Islam tidak akan
mungkin bisa menentukan hak-hak hidup dan kemerdekaannya sendiri. Untuk itulah, sepak
terjangnya banyak difokuskan pada masalah pendidikan dan memilih menjauhi politik praktis.

Sementara itu, Sir Muhammad Iqbal adalah sosok pribadi muslim yang menggabarkan hasil
produk dua warisan, yaitu aspek India dan aspek Islam sekaligus. Iqbal juga adalah seorang
penyair dan filosof yang tidak hanya disegani kalangan muslim saja, tapi juga kalangan Hindu dan
Inggris. Ia yang semula pengajur kesatuan persatuan umat Islam dan Hindu di bawah satu Negara
India. Sebagaimana pendahuluanya, Ahmad Khan, Muhammad Iqbal pada akhirnya mengeluarkan
ide komunaisme, bahwa umat Islam tidak mungkin bisa bersatu dengan umat Hindu di bawah satu
atap Negara. Ide dan pemikiran keduanya inilah yang kelak menjadi dasar pijakan bagi generasi
setelahnya dengan berdirinya Negara Islam Pakistan pada tahun 1947.

DAFTAR PUSTAKA
Fattah. Wibisono, Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam, Jakarta: Rabbani
Press, 2009.

Yusran. Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia
Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1998.

Nasution. Harun, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan
Bintang, 2001.

Anda mungkin juga menyukai