|
Di waktu Inggris telah memulai menanam kekuasaannya di India dan
kemajuan peradaban Barat telah mulai dirasakan rakyat India, baik yang beragama
Islam maupun yang beragama Hindu. Tetapi diantara kedua umat tersebut orang-
orang Hindu lah yang lebih banyak dipengaruhi oleh peradaban baru itu, sehingga
orang Hindu lebih maju dari orang Islam dan lebih dapat bekerja di kantor-kantor
Inggris.
Keterbelakangan umat Islam di segi-segi vital interval sangat menonjol;
kebodohan dari segi Iptek, kemiskinan ekonomi, ketertinggalan dalam peran-peran
politik pemerintahan, bahkan dari segi agama pun terlihat kejumudan dan kemadegan
berpikir, terutama berpikir rasional.1
Gambaran keadaan umat Islam umumnya dalam dimensi teologi rasional
kurang berkembang dengan baik, akidah Islam yang benar sesuai dengan Al-Qur¶an
dan Sunnah sangat sapuh. Praktek teologi yang sangat akultiratif dengan budaya asli
Hindu justru lebih menonjol. Gambaran pemuliaan yang sangat berlebihan terhadap
syikh tarekat baik semasa ia masih hidup maupun sesudah wafat sungguh merupakan
fenomena umum, sehingga kadang-kadang mengarah kepada pengultusan secara
individu. Permohonan doa tidak langsung kepada Tuhan melainkan melalui perantara
tidak langsung kepada Tuhan melainkan melalui perantara tokoh sufi (tarekat) yang
dimuliakan tersebut.2
Begitu pula soal peribadatan dan fikih rasional kurang mendapat tempat. Pintu
ijtihad sebagai lambang supremasi kemajuan pemahaman hukum Islam secara khusus
tidak menjadi dorongan yang kuat untuk menggali keluasan wawasan keagamaan,
dengan kata lain ijtihad mengalami ketertutupan rapat sehingga untuk mendapatkan
1
Abdul Sani,
(Jakarta : Raja Grafindo, 1998), edisi I,
cet. I, h. 135
2
h. 136
2
konsep pemahaman hukum yang lebih dinamis, berwawasan luas dan kematangan
intelektual secara syari¶at jelas kurang memungkinkan. Umat Islam India seakan
cukup merasa puas dengan bertaklid kepada mazhab-madzhab fiqh yang sudah
mapan dari warisan abad kedua dan ketiga Hijriah.
Fenomena begitu selama beberapa abad telah memberikan potret yang suram
dalam kebangkitan peradaban intelektual, bahkan ketika Inggris berkuasa di India pun
umat Islam di sana cukup lama terbelenggu dalam dunia penjajahan, yang seakan
mereka tidak merasa dirampas kemerdekaannya.3
Pada masa itulah seorang tokoh pembaharu dan pemikir modern Islam. Dia
adalah Sayyid Ahmad Khan.
Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 17 Oktober 1817 dan
menurut keterangan ia berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui
Fatimah bin Ali. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar Istana di zaman Alamghir
II (1754 - 1759). la mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan di
samping bahasa Arab ia juga belajar bahasa Persia dan sejarah.4 Ia orang yang rajin
membaca dan selalu memperluas pengetahuan enggan menelaah berbagai bidang
ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia delapan belas tahun ia memasuki lapangan
pekerjaan pada Serikat India Timur. Kemudian ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi
di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi. Selain pekerjaan
itu, ia iga amat cakap dalam menulis dan mengarang. Salah satu karyanya yang
mengantarkan namanya menjadi terkenal adalah
Untuk itu dalam makalah ini penulis akan memaparkan mengenai tentang
sejarah hidup, aktivitas serta pemikiran-pemikiran Sayyid Ahmad Khan dalam
melakukan pembaharuan modern dalam Islam di India.
3
h. 137
4
Abu Ali An-Nadawi,
terjemahan Mahyudin Syaf, (Bandung : Al-Ma¶arif, 1995), h. 69.
3
|
c
| c
Sayyid Ahmad Khan idalah seorang penulis, pemikir dan aktivis politik
modernis Islam India. la dilahirkan di Delhi pada lahun 1817 dan menurut keterangan
ia berasal dari keturunan Husein ibn Ali ibn Abi Thalib. la mendapat pendidikan
agama, bahasa Arab, dan bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan
memperluas pengetahuan melalui membaca buku berbagai ilmu pengetahuan.
Pendidikan formal Ahmad Khan, menurut John L. Esposito, sangar tradisional
dan tidak terselesaikan.5 Dia berhenti dari sekolah formal pada usia 18 tahun.
Pendidikan tradisional yang diperolehnya tidak komprehensif dan intensif. Hal ini
kemudian menjadi sasaran ejekan para kritikus konservatif, yang menganggapnya
tidak memenuhi kompetensi untuk melakukan modernisasi Islam. Namun, justru
kelemahan itulah yang merupakan kekuatan nyatanya: tidak terbelenggu oleh disiplin
pendidikan tradisional yang kaku, dan melalui studi personal dan pengkajian mandiri,
dia mendapatkan cakrawala baru dalam kreativitas intelektual dan
meletakkan landasan bagi tafsiran modern terhadap Islam.6
Sewaktu berusia 18 tahun, ia bekerja pada Serikat India Timur kemudian
menjadi hakim, tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan
studi. Di masa pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya
kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan.
Pihak Inggris menganggap ia telah
banyak berjasa bagi mereka dan ingin membala. jasanya, tetapi hadiah yang
dianugerahkan Inggris kepadanya ia tolak. Gelar c yang kemudian diberikan
kepadanya dapat ia terima. Hubungannya dengan Inggris menjadi baik dan ini ia
pergunakan untuk kepentingan umat Islam India. Memang Ahmad Khan termasuk
5
Jhon L. Esposito, à
(Bandung : Mizan, 2001), h. 46
6
h. 48
4
tokoh yang membangun hubungan baik kalau tidak disebut loyal pada penjajah
Inggris. la berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India dapat
diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa
yang terkuat di India, dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa kebaikan
bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan
jauh tertinggal dari masyarakat Hindu India.
Tidak lama setelah tahun 1857, Ahmad Khan menjalankan tiga proyek, yaitu:
a)| memprakarsai dialog untuk menciptakan saling pengertian antara kaum muslim
dan Kristen;
b)| mendirikan organisasi ilmiah yang membantu kaum muslim untuk memahami
kunci keberhasilan Barart;
c)| menganalisis secara objektif penyebab pemberontakan 1857.
ô |
Pada tahun 1859, tenaga dan pikirannya dicurahkan untuk meningkatkan
kehidupan umat di bidang intelektual, politik dan ekonomi melalui pendidikan.
Sarana ini efektif untuk mengubah sikap mental masyarakat. Karena perannya ini,
Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam India mundur karena mereka tidak
mengikuti perkembangan zaman. Peradaban klasik telah hilang dan celah timbul
peradaban baru di Barat. Dasar peradaban baru ini adalah ilmu pengetahuan dan
teknologi. Inilah yang menjadi sebab utama bagi kemajuan dan kekuatan orang
Barat.7
Kendati Ahmad Khan sendiri dididik dalam sekolah tradisional, ide-ide
pendidikan yang dilontarkannya bercorak modern, yaitu berupa sekolah-sekolah atau
perguruan tinggi yang mengajarkan sains tanpa melupakan pengajaran agama dan
institusi-institusi lainnya. Begitu besar perhatian Ahmad Khan di bidang pendidikan
7
Harun NAsution,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1998), h. 167
5
|
c
|
Pemikiran Ahmad Khan di bidang keislaman antara lain ia melihat bahwa
umat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman.
Peradab Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat. Dasar
peradaban baru ia ialah iptek. Barat dan bangsa Eropa mengolah demikian rupa iptek
untuk memudahkan dan mewujudkan keinginan-keinginan mereka, termasuk dalam
hal ketika mereka mau menaklukkan umat Islam, tentu dapat dengan mudah umat
Islam tidak memiliki kelebihan di bidang yang mereka kuasai.
Iptek modern adalah hasil olah pemikiran manusia. Oleh karena itu akal di
dunia Barat mendapat penghargaan yang tinggi. Untuk itu, kalau umat Islam mau
maju juga harus menghargai akal pikiran. Dalam persoalan ini, Sayid Ahmad Khan
sangat menghargai akal pikiran rasional. Walaupun ia percaya pada kekuatan dan
kebebasan akal yang dianggapnya masih terbatas, namun dalam hal kebebasan dan
kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan perbuatan, akan diserahkan
sepenuhnya kepada manusia itu sendiri. Dengan kata lain ia mempunyai paham
j
(free will and free act) dan tidak paham Jabariah atau fatalisme. Manusia,
demikian pendapatnya, telah dianugerahi Tuhan daya kekuatan, di antaranya daya
berpikir, yang disebut akal, dan daya fisik untuk mewujudkan kehendaknya. Manusia
mempunyai kebebasan untuk mewujudkan daya yang dimilikinya sesuai dengan apa
yang diberikan Tuhan kepadanya. Dengan paham itu, manusia wajar bertanggung
jawab kepada Tuhan atas apa yang ia ia lakukan.9
8
JMS. Baljon, ³ dalam Gibb, dkk ., à
(Leiden:EJ.Brill,1986), vol.3, h. 287
9
h. 168
6
10
Ahmad Amin, !
!
" Kairo: Maktabah al-Nahdah, 1979,
him. 42.
7
rakyat India dan terutama kaum muslimin untuk semakin mantap menancapkan cita-
cita nasionalisme mereka.
a |
Dari hasil pemaparan makalah di atas, maka dapat penulis ambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.| Ahmad Khan adalah pemikir pembaru Islam di India yang peduli terhadap
kemajuan umat Islam India. Dapat dikatakan bahwa dia adalah pelopor
modernisasi Islam di India.
2.| Pemikiran Ahmad Khan antara lain adalah dalam bidang pendidikan, ia ingin
kaum muslim India tidak sekadar belajar ilmu agama tetapi juga sains; dalam
bidang teologi, ia lebih dekat kepada paham j dalam bidang politik ia
menjalin kerja sama dengan Inggris tanpa konfrontasi dengannya; sedangkan
dalam bidang hukum, ia berpendapat bahwa dasar perkawinan dalam Islam adalah
monogami, hukum potong tangan dalam Qur'an adalah hukum maksimal, dan
perbudakan hanya boleh sebelum futuh Mekkah.
3.| Ahmad Khan dan pemikirannya menjadi inspirasi bagi penerusnya untuk
melakukan gerakan pembaruan Islam di India. Wujud dari inspirasi itu adalah
adanya Gerakan Aligarh di India yang kemudian menjadi basis pembaruan
pemikiran Islam di India. Gerakan ini kemudian mendirikan Universitas Islam
Aligarh di India sebagai pusat pendidikan calon intelek yang berwatak modern.
11
c
Abdul Sani,
(Jakarta : Raja Grafindo, 1998),
edisi I, cet. I.
Abu Ali An-Nadawi,
terjemahan Mahyudin Syaf, (Bandung : Al-Ma¶arif, 1995).
Ahmad Amin, !
!
" Kairo: Maktabah al-Nahdah,
1979.
Harun NAsution,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1998).
Jhon L. Esposito, à
(Bandung : Mizan,
2001).
JMS. Baljon, ³ dalam Gibb, dkk ., à
(Leiden:EJ.Brill,1986).