Anda di halaman 1dari 16

“PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN PEMIKIRAN

ISLAM DI INDIA DAN PERSIA”

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perkembangan
Pemikiran Islam Program Studi Dirasah Islamiyah Konsentrasi Hukum
Islam

Oleh:

MUHAMMAD ADMIRAL
80100222028

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, wa al-Ṣalātu wa al-Salāmu ‘Alā Rasūlillah,


Kami memuji dan beryukur kepada Allah azza wa jalla serta Salawat dan
salam kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan ini
kami dapat menyelesaikan tugas Makalah dalam mata kuliah “Perkembangan
Pemikiran Islam” dengan Judul “Perkembangan Pemikiran Islam Di Persia dan
India”. Semoga apa yang telah kami susun dapat bermanfaat untuk Ummat dan
Bangsa.
Wassalāmu ‘alaīkum warahmatullahi wabarakātu

Gowa, 23 Oktober 2022

Penulis,
Muhammad Admiral

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pembentukan Daulah Shafawiyyah Dan Daulah Mughal...............................4
1. Daulah Shafawiyyah (906 –1148 H / 1501-1736 M)...................................4
2. Daulah Mughal ( 932-1273 H / 1526-1858 M)............................................5
B. Perkembangan Pemikiran Daulah Shafawiyyah Dan Daulah Mughal............7
1. Perkembangan Pemikiran Daulah Shafawiyyah..........................................7
2. Perkembangan Pemikiran Daulah Mughal..................................................8
KESIMPULAN......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penaklukan pertama yang dilancarkan Ummat Islam ke wilayah Persia
berawal pada masa kepemimpinan Khulafā’ al-Rāsyidīn Abu Bakar al-Ṣiddīq di
tahun 12 H/634 M dengan menunjuk Khalid bin Walid sebagai pemimpin pasukan
dan wakilnya yaitu al-Muṣanna bin al-Hāriṣah.1 Setelah selesai menaklukkan
Yamamah di Syam, Khalifah Abu Bakar al-Ṣiddiq memerintahkan Khalid bin
Walid berjalan menuju Iraq dan mulai menaklukkan Selat Hindia yang popular
dengan nama al-Ubullah.2
Selama Kepemimpinan Abu Bakar al-Ṣiddīq kurang lebih terdapat delapan
kali peperangan dalam upaya penaklukkan wilayah Persia, dan salah satu
penaklukan yang terkenal ialah pada peperangan Dzātu Salasil, Pertempuran yang
melibatkan raja Persia yang diwakili oleh Hurmuz dan berlokasi di Selat Hindia
yang merupakan pertahanan bangsa Persia yang paling kuat.3
Dari penaklukan tersebut, menjadi awal masuknya Islam ke Persia, yaitu
salah satu kekaisaran terbesar di dunia. Kekuasaanya meliputi wilayah Iraq,
Azerbaijan, hingga Afganistan, sebuah imperium yang memiliki kepercayaan
Penyembahan Api atau yang lebih dikenal dengan sebutan Majusi.4
Adapun di wilayah India, hubungan antara bangsa Arab dan India sudah
berlangsung sejak tahun sebelum masehi, yang telah dijalin oleh para pedagang
Arab, dan rute perjalanan dagang dimasa tersebut menggunakan perahu
menyeberangi Laut Merah yang secara geografis kedua wilayah tersebut hanya
berseberangan. Sedangkan dalam aspek kepercayaan yang dianut oleh penduduk

1
Muhammad Husain Haikal, al-Ṣiddīq Abī Bakr (t.Cet; Kairo: al-Hindawī, 2012), h. 181.
2
Abī Ja’far Muhammad ibn Jarīr al-Ṭabarī, Tārīkh al-Ṭabarī, Tārīkh al-Rasūl wa al-
Mulūk, Jilid 4 (Cet-II; Kairo: Dār al-Ma’ārif, 1962), h. 343.
3
Ibnu Kaśir, Tartīb wa Tahẓīb Kitāb al-Bidāyah wa al-Nihāyah, ter. Abu Ihsan al-Atsari,
al-bidayah wa al-Nihayah Masa Khulafa’ur Rasyidin (Cet-I; Jakarta: Darul Haq, 2004), h.120.
4
Ibrahim Muhammad Ibrahim, al-Adyān al-Waḍi’iyyah fī Maṣādiriha al-Muqaddasah
(Cet-I; Mesir: Maṭba’ah al-Amānah, 1985), h. 163.

1
2

India sebelum masuknya Islam ialah al-Hindūsīy (Hindu) dan al-Būziyyah


(Bhuddaism).5
Awal masa penaklukkan India yaitu pada masa kekuasaan Bani Umayyah,
dibawah Khilafah Abdul Malik bin Marwan namun diwakili oleh al-Hajjāj
binYūsuf al-Saqafī sebagai penanggung jawab untuk wilayah timur. Adapun yang
menjadi pemimpin pasukan pada saat itu ialah Muhammad bin Qāsim al-Śaqafī,
dan penaklukkan tersebut terjadi pada tahun 92 H/ 711M.6
Kekuasaan kaum Muslimin terus berlanjut dan berkembang di wilayah
Persia dan India, hingga masa Abbasiyah di tahun 132 H/ 750M. Namun setelah
Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran hingga sampai pada masa
kehancuran pada tahun 656 H/ 1258 M, setelah ekspansi yang lancarkan oleh
Bangsa Mongol dibawah kepemimpinan Jengis Khan. Pada saat itu pasukan
Mongol memasuki kota Bagdad dan menguasainya hanya dalam waktu sepekan,
mereka menghancurkan Mesjid-mesjid, dan membakar buku-buku yang ada
diperpustakaan, hingga membunuh para Ahli Ilmu dan para Imam-imam mesjid.7
Setelah penaklukkan Mongol, banyak peninggalan budaya dan peradaban
Islam yang hancur dan wilayah kekuasaan ummat Islam sudah terpecah dalam
bentuk kerajaan-kerajaan kecil yang saling bermusuhan dan saling berperang. 8
Namun, dari runtuhnya khilafah di Baghdad sekaligus menjadi awal tumbuhnya
kerajaan-kerajaan Islam di wilayah lainya, diantara Daulah yang terbentuk
tersebut ialah Daulah Shafawiyyah di Persia dan Daulah Mughal Di India.
Daulah Shafawiyyah merupakan kerajaan yang terletak di wilayah Persia
yang didirikan oleh seorang tokoh Muslim dari Azerbaijan yang cinta akan Sufi.
Adapun Daulah Mughal, merupakan kerajaan yang terletak di wilayah India, yang
didirikan oleh Zahiruddin Babur cucu dari Timur Lank, yaitu keturunan Mongol
yang telah memeluk Islam. Kedua kelompok tersebut merupakan Daulah dari

5
Muhammad al-Syalabī, Adyān al-Hindu al-Kubrā (Cet-11; Kairo: Maktabah al-Nahdatu
al-Miṣriyyah, 2000), h. 37.
6
Abdul Mun’im al-Namr, Tārīkh al-Islām fī al-Hindī (Cet-I; Beirut: al-Muassasah al-
Jam’iyyah liddirāsāh wa al-Nasyr wa al-Tauzī’i, 1981), h.105.
7
Muhammad Suhail Ṭaqūsy, Tārīkh al-Daulah al-‘Abbāsiyyah (Cet-VII; Beirut: Dār al-
Nafāis, 2009), h. 254.
8
Rita Mei Utami, “Peranan Kerajaan Shafawiyyah Dalam Membangun Perdaban Islam
Di Persia Tahun 1588-1628” Artikel Universitas PGRI Yogyakarta (2015), h. 1.
3

sekian Daulah yang tersebar, yang berusaha kembali membangkitkan Islam dari
masa kelamnya, baik dari aspek Peradaban, Ekonomi, Seni dan Pengetahuannya.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas dapat ditarik beberapa poin yang
dijadikan sebagai Rumusan Masalah:
1. Bagaimanakah awal mula berdirinya Daulah Shafawiyyah dan Daulah
Mughal?
2. Bagaimanakah Perkembangan Pengetahuan dan Seni Daulah Shafawiyyah
dan Daulah Mughal?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembentukan Daulah Shafawiyyah Dan Daulah Mughal


1. Daulah Shafawiyyah (906 –1148 H / 1501-1736 M)
Daulah Shafawiyyah merupakan Daulah yang berasal dari sebuah gerakan
Tarekat yang berdiri di Ardabil, yaitu sebuah kota di Azerbaijan. Daulah inilah
yang kelak menjadi awal mula terbentuknya Republik Iran. 9 Tarekat yang dianut
oleh Daulah ini diberi nama Tarekat Shafawiyyah, munculnya gerakan ini hampir
sama dengan terbentuknya Daulah Turki Utsmani (yang lebih dikenal dengan
Khilafah Utsmani).10
Nama Shafawiyyah diambil dari nama pendirinya yaitu Ṣafī al-Dīn Isḥāq
al-Ardabīl. Ṣafī al-Dīn merupakan seorang Sufi, namun merubah kepercayaannya
menjadi Syi’ah, diantara factor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran
pemahaman tersebut dikarenakan Ṣafī al-Dīn merupakan keturunan salah satu
Imam ketujuh Syi’ah Iśna ‘Asyariyah,11 namun terdapat Ahli Sejarah yang
berpendapat bahwah Ṣafīu al-Dīn merupakan Ahlussunnah yang bermadzhab
Syāfi’i12. Tarekat Shafawiyyah pada awalnya merupakan sebuah gerakan
keagamaan yang bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar, namun menjadi
gerakan Politik setelah pengaruhnya semakin besar hingga dapat menguasai
seluruh darat Persia dan mendeklarasikan berdirinya Daulah Shafawiyyah yang
kelak dipimpin oleh Ismail I, cucu kelima dari Ṣafī al-Dīn.13
Ismail I merupakan pemimpin pertama setelah terbentuknya Daulah
Shafawiyyah pada tahun 906 H/ 1501 M. Setelah mengumumkan berdirinya
Daulah Shafawiyyah disaat itupula Ismail I membuat dua kebijakan, yang pertama

9
Muhammad Rais, “Sejarah Perkembangan Islam Di Iran” Tasamuh: Jurnal Studi Islam
10, no.2 (2018), h. 276.
10
Harjoni Desky, “Kerajaan Shafawi Di Persia Dan Mughal Di India, Asal Usul,
Kemajuan, Dan Kehancuran” Tasamuh: Jurnal Studi Islam 8, no.1 (2016) , h. 123.
11
Siti Zubaedah, Sejarah Peradaban Islam (Cet-I; Medan: Perdana Publishing, 2016), h.
188.
12
Muhammad Suhail Ṭaqqūsy, Tārīkh al-Daulah al-Ṣafawiyyah (fī Irān) (Cet-I; Beirut:
Dār al-Nafāis, 2009), h. 37.
13
Siti Zubaedah, Sejarah Peradaban Islam, h. 188.

4
5

dengan melakukan ekspansi kebeberapa wilayah yang berada disekitar Daulah


Shafawiyyah14, dan yang kedua ialah dengan mendeklarasikan paham Syi’ah
Sebagai Paham Resmi di Daulah Shafawiyyah.
Pada pertengahan abad ke-10 Hijriyah telah ditetapkan undang-undang
Daulah Shafawiyyah bahwah paham Syi’ah merupakan paham resmi dan satu-
satunya paham yang dapat berjalan di Daulah tersebut. Diantara bentuk
pengamalan dari kebijakan baru Daulah, dapat dilihat bagaimana saat Khatib
berkhutbah pada Jum’at di pekan tersebut dengan menyebut nama para Imam
Ahlul Bait, dan ditambahkannya kalimat asyhadu anna ‘aliyyan waliyullah pada
setiap panggilan Azan.15 Adapun dalam segi perkembangan Daulah, dari sisi
pemikiran dan peradaban belum terlalu menonjol pada masa Ismail I dikarenakan
pemimpin Daulah Shafawiyya saat itu tersibukkan dengan peperangan-
peperangan yang berdampak pada stabilitas Daulah. Barulah pada masa Abbas I
yang menjadi awal tumbuhnya Daulah Shafawiyyah.
Setelah Abbas I (996 H) dipilih sebagai pemimpin Daulah Shafawiyyah,
Abbas I segera mengambil langkah untuk memperbaiki keadaan kekuasaanya.
Diantara kebijakan tersebut ialah dengan mengadakan perjanjian damai dengan
Khilafah Turki Utsmani dengan kesepakatan Abbass I harus menyerahkan
wilayah Azerbaijan, juga berjanji untuk tidak menghina Khulafā’ al-Rassyidīn
dalam khutbah-khutbah Jum’at. Dari langkah Abbas I tersebut dapat menjadikan
Daulah Shafawiyyah lebih maju bukan saja dari segi kekuasaan juga dari segi
Ekonomi dan pengetahuan.16
2. Daulah Mughal ( 932-1273 H / 1526-1858 M)
Ekspansi yang dilakukan ummat Islam ke India bermula pada masa
Khilafah Bani Umayyah yang dipimpin oleh Muhammad bin Qasim al-Śaqafī
pada tahun 92 H/ 711 M17, yang kemudian dilanjutkan oleh Daulah Gaznawiyyah
yang dipimpin oleh Mahmud al-Ghaznawi pada tahun 391 H/ 1000 M, pada masa
14
Zaenal Abidin, “Dinasti Shafawiyyah (Tahun 1501- 1736 M)” Tsaqafah 11 no.2
(Desember, 2013), h. 220.
15
‘Abbās Hasan al-Mūsawī, Nusyū’ wa Suqūṭu al-Daūlah al-Ṣafawiyyah (Cet-I; Qom:
Maktabah Fadk, 2005), h. 38.
16
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam (Cet-III; Pekanbaru: Yayasan Pustaka
Riau, 2013), h. 304.
17
Abdul Mun’im al-Namr, Tārīkh al-Islām fī al-Hindī , h.105.
6

inilah Islam telah menyebar hampir keseluruh India.18 Peperangan yang dilakukan
oleh Mahmud al-Ghaznawi untuk menaklukkan India dengan melibatkan 12.000
pasukan berkuda, 30.000 pasukan Infantri dan 300 Pasukan Gajah, tercatat
terdapat tujuh kali peperangan dalam penaklukan wilayah India. Dari Ekspansi
yang dilakukan oleh Mahmud al-Ghaznawi tersebut kemudian diteruskan oleh
Zahiruddin Babur yang menjadi awal terbentuknya Daulah Mughal di India.19
Pendiri Daulah Mughal yang terkenal adalah Zahiruddin Muhammad
Babur, kedua orang tuanya merupakan keluarga turunan dari Jengis Khan.
Zahiruddin Babur banyak mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, dan juga
terampil dalam Seni Perang.20 Dalam perjalanan penaklukkanya, setelah
menaklukkan Kabul, dia kemudian melanjutkan ekspansinya ke wilayah India.
Yang melatar belakangi Zahiruddin Babur untuk masuk ke India, setelah adanya
permintaan bantuan dari Alam Khan untuk menggulingkan Ibrahim Lodi yaitu
penguasa India kala itu, maka Zahiruddin Babur menerima tawaran tersebut.
Pada tahun 931 H/ 1525 M, Zahiruddin Babur memimpin pasukanya
menuju Delhi, disaat itupun Ibrahim Lodi mengumpulkan pasukannya untuk
menemui Zahiruddin Babur, maka bertemulah kedua pasukan tersebut. Pasukan
Zahiruddin Babur berjumlah 12.000 pasukan, sedangkan jumlah pasukan Ibrahim
Lodi pasda saat itu sebanyak 100.000, akan tetapi pasukan Zahiruddin Babur
terkenal mahir berperang dikarenakan kebanyakan dari mereka keturunan Mongol
yang rekam jejak peperangannya tidak diragukan lagi. Sehingga hal tersebut yang
mengantarkan Zahiruddin Babur dapat menguasai Delhi, yang sekarang dikenal
sebagai Ibukota India.21 Zahiruddin Babur memasuki kota Delhi dan membangun
pemerintahan, yang dikenal Dengan Daulah Mughal.22
Pada masa Hamayun yaitu anak dari Zahiruddin Babur, terdapat dua
persoalan yang dihadapi setelah menggantikan kepemimpinan ayahnya, yaitu

18
Jamaluddin al-Syayāli, Tārīkh Daulah Abāṭirah al-Mūgūl al-Islāmiyyah fī al-Hindi
(Cet-I; Mesir: Maktabah al-Śaqāfah al-Dīniyyah, 2001), h. 14.
19
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, h. 314.
20
Abdul Mun’im al-Namr, Tārīkh al-Islām fī al-Hindī , h. 233.
21
Jamaluddin al-Syayāli, Tārīkh Daulah Abāṭirah al-Mūgūl Islāmiyyah fī al-Hindi, h. 24.
22
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, h. 315.
7

banyaknya kerajaan Hindu yang kembali bangit dan banyaknya penguasa Muslim
yang tidak mengakui berdirinya pemerintahan Zahiruddin Babur.23

B. Perkembangan Pemikiran Daulah Shafawiyyah Dan Daulah Mughal


Setelah Runtuhnya Khilafah Abbasiyah di Baghdad, banyak dari
peninggalan Ummat Islam yang turut dihancurkan oleh bangsa Mongol, baik dari
buku-buku pengetahuan hingga para ilmuannya, hal seupa juga dialami oleh
ummat Islam di Andalusia setelah runtuhnya Granada, hal tersebut menjadikan
ummat Islam setelah itu hilang arah dan mengalami kemunduran yang pesat.
Namun di lain sisi ummat Islam setelahnya berusaha bangkit kembali
mengembangkan pengetahuannya, seperti yang dilakukan oleh Daulah
Shafawiyyah di Persia dan Daulah Mughal di India.
1. Perkembangan Pemikiran Daulah Shafawiyyah
Perkembangan Pengetahuan, Dalam Sejarah bangsa Persia dikenal
dengan bangsa yang mencintai Ilmu Pengetahuan. maka dimana saja
mereka berkuasa, maka mereka tetap mengembangkan pemikiran
pengetahuannya.24 Pada masa Daulah Shafawiyyah Ilmu Penetahuan
berkembang pesat, terkhusus pada masa Abbas I. Hal tersebut dapat
terlihat dari banyaknya para tokoh pemikir yang sering datang ke majelis
istana, diantaranya ialah Baha al-Din, dan Muhammad Baqir.25
Dengan Hadirnya para tokoh pemikir Daulah Shafawiyyah
menunjukkan adanya usaha untuk pengembangan pemikiran dan
pengetahuan. Diantaranya ialah bagaimana Baha al-Dīn al-‘Āmilī dalam
upayanya menuntut ilmu dan berkarya sehingga dia dikenal sebagai
Seorang yang Faqih, Filsuf, dan Ahli Astronomi, juga seorang penyusun
Kitab Fikih yang diberi nama Jāmi’ ‘Abbās, begitupula dengan
Muhammad Bakir, seorang pemikir kelahiran Gorgan pada tahun 979 H,
yang hanya memfokuskan pikirannya pada ilmu Filsuf dan Ilmu Kalam.26
23
Harjoni Desky, “Kerajaan Shafawi Di Persia Dan Mughal Di India, Asal Usul,
Kemajuan, Dan Kehancuran” , h. 133.
24
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, h. 307.
25
Zaenal Abidin, “Dinasti Shafawiyyah (Tahun 1501- 1736 M, h. 229.
26
‘Abbās Hasan al-Mūsawī, Nusyū’ wa Suqūṭu al-Daūlah al-Ṣafawiyyah), h. 178 dan 180.
8

Diantara perkembangan pemikiran lainya adalah dalam ilmu


Tarekat yang mulanya dibawa oleh Ṣafī al-Dīn, gerakan Tarekat tersebut
tidak hanya dalam bentuk pengetahuan Agama, juga dalam bidang Politik
dan Pemerintahan.27 Dari keseluruhan terjadinya proses perkembangan
pengetahuan tersebut Daulah Shafawiyyah merealisasikannya dengan
mendirikan Madrasah Mulla Abdullah.
Perkembangan Seni, Setelah kembalinya stabilitas Daulah
Shafawiyyah, Abbas I dapat mengembangkan kekuasaanya dalam bidang
Seni. Abbas I telah menjadikan kota Ishafan ibukota dari Daulah
Shafawiyyah menjadi kota yang Indah, Mesjid- Mesjid, Sekolah-Sekolah,
Jembatan-Jembatan diperindah dan ditata dengan baik.28
Diantara Mesjid yang dibangun ialah Mesjid Jami’ Abbas, selesai
dibangun pada tahun 416 H/ 1025 M dengan dibiayai langsung oleh Abbas
I.29 kemajuan Seni tidak hanya dalam bidang Arsitektur, kemajuan tersebut
juga dapat dilihat dari kerajinan tangan , keramik, karpet, permadani,
pakaian dan tenunan.30
2. Perkembangan Pemikiran Daulah Mughal
Perkembangan Pengetahuan, Pesatnya Pengetahuan di India sudah
berlangsung sebelum berdirinya Daulah Mughal, diantara keterampilan yang
terkenal di wilayah tersebut adalah dalam Ilmu Perhitungan, Ilmu Astronomi, dan
Kedokteran. Adapun setelah kedatangan Islam, hal yang pertama dilakukan oleh
Mahmud al-Gaznawi adalah dengan menyebarkan pengetahuan terkait Syariat
Islam, salah satu cara yang dilakukan dengan mendirikan Mesjid Jāmi’ dan
sekaligus menjadikannya sebagai Madrasah. Dan diantara bentuk perhatian
Mahmud al-Gaznawi dalam mengembangan pemikiran ialah dengan
mendatangkan para ahli Filsafat diantaranya Abū Rayḣān Muhammad bin Ahmad
al-Bīrūnī.31
27
Suzana Fitri, “Peranan Tarekat Shafawiyyah Dalam Membangun Kerajaan Shafawi Di
Persia”, Skripsi (Aceh: Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Ar-Raniry, 2018), h. 50.
28
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, h. 308.
29
Abbās Hasan al-Mūsawī, Nusyū’ wa Suqūṭu al-Daūlah al-Ṣafawiyyah), h. 162.
30
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, h. 308.
31
‘Aṣāmuddīn ‘Abdu al-Raūf al-Faqī, Bilād al-Hindi fī al-‘Aṣri al-Islāmī (t.Cet; Kairo:
‘Ālim al-Kutub, 1980), h.. 236.
9

Perkembangan Seni, Kemajuan terbesar dari Pemikiran Daulah Mughal


lainya ialah dalam bidang seni, Karya Seni yang paling menonjol ialah karya
Sastra Gubahan para penyair istana, penyair india yang terkenal ialah Muhammad
Jayazi, seorang sastrawan Sufi yang menghasilkan karya besar yang berjudul
Padmayat berisi tentang kebajikan jiwa manusia. Juga pada masa Daulah Mughal
muncul seorang sejarawan yang bernama Abu Fadl dengan karyanya Aini
Akhbari.32
Adapun ragam Seni yang mengalami perkembangan pada masa Zahiruddin
Babur yang juga merupakan penguasa Mughal yang sangat mencintai seni ialah
dalam segi Arsitektur, dapat dilihat bagaimana nilai Arsitektur yang terdapat di
Delhi. Juga dalam Seni Sya’ir, bagaimana Zahiruddin babur menulis buku Sya’ir
dalam bahasa Turki, begitupun dengan seni-seni lain yang dapat dijumpai dimasa
Daulah Mughal semisal Lukisan, dan Musik.33

32
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, h. 308.
33
Jamaluddin al-Syayāli, Tārīkh Daulah Abāṭirah al-Mūgūl al-Islāmiyyah fī al-Hindi, h.
27.
KESIMPULAN

Dari pemaparan pembahasan diatas, maka penyusun dapat mengambil


sebuah kesimpulan:
1. Daulah Shafawiyyah merupakan Daulah yang berasal dari sebuah gerakan
Tarekat yang berdiri di Ardabil, yaitu sebuah kota di Azerbaijan. Nama
Shafawiyyah diambil dari nama pendirinya yaitu Ṣafī al-Dīn Isḥāq al-
Ardabīl. Ṣafī al-Dīn merupakan seorang Sufi. Tarekat Shafawiyyah pada
awalnya merupakan sebuah gerakan keagamaan yang bertujuan
memerangi orang-orang yang ingkar, namun menjadi gerakan Politik
setelah pengaruhnya semakin besar hingga dapat menguasai seluruh darat
Persia dan mendeklarasikan berdirinya Daulah Shafawiyyah.
Ekspansi yang dilakukan ummat Islam ke India bermula pada masa
Khilafah Bani Umayyah. Pada tahun 931 H/ 1525 M, Zahiruddin Babur
memimpin pasukanya menuju Delhi, disaat itupun Ibrahim Lodi
mengumpulkan pasukannya untuk menemui Zahiruddin Babur, maka
bertemulah kedua pasukan. Zahiruddin Babur meraih kemenangan dari
pertempuran tersebut, setelah itu dia memasuki kota Delhi dan
membangun pemerintahan, yang dikenal Dengan Daulah Mughal.
2. Dengan Hadirnya para tokoh pemikir Daulah Shafawiyyah menunjukkan
adanya usaha untuk pengembangan pemikiran dan pengetahuan.
Diantaranya ialah bagaimana Baha al-Dīn al-‘Āmilī. Adapun dalam
bidang Seni, kemajuan Seni tidak hanya dalam bidang Arsitektur,
kemajuan tersebut juga dapat dilihat dari kerajinan tangan , keramik,
karpet, permadani, pakaian dan tenunan.
Pesatnya Pengetahuan di India sudah berlangsung sebelum berdirinya
Daulah Mughal, diantara keterampilan yang terkenal di wilayah tersebut
adalah dalam Ilmu Perhitungan, Ilmu Astronomi, dan Kedokteran. Dan
diantara bentuk perhatian Mahmud al-Gaznawi dalam mengembangan
pemikiran ialah dengan mendatangkan para ahli Filsafat diantaranya Abū
Rayḣān Muhammad bin Ahmad al-Bīrūnī. Sedangkan perkembangan dari

10
11

aspek kesenian diantaranya dalam bidang Arsitektur, dapat dilihat


bagaimana nilai Arsitektur yang terdapat di Delhi. Juga dalam Seni
Sya’ir, bagaimana Zahiruddin babur menulis buku Sya’ir dalam bahasa
Turki, begitupun dengan seni-seni lain yang dapat dijumpai dimasa Daulah
Mughal semisal Lukisan, dan Musik.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. “Dinasti Shafawiyyah Tahun 1501- 1736 M” Tsaqafah 11 no.2


Desember, 2013.
Al-Faqī, ‘Aṣāmuddīn ‘Abdu al-Raūf. Bilād al-Hindi fī al-‘Aṣri al-Islāmī t.Cet;
Kairo: ‘Ālim al-Kutub, 1980.
Al-Mūsawī, ‘Abbās Hasan. Nusyū’ wa Suqūṭu al-Daūlah al-Ṣafawiyyah Cet-I;
Qom: Maktabah Fadk, 2005.
Al-Namr, Abdul Mun’im, Tārīkh al-Islām fī al-Hindī Cet-I; Beirut: al-Muassasah
al-Jam’iyyah liddirāsāh wa al-Nasyr wa al-Tauzī’i, 1981.
Al-Syalabī, Muhammad. Adyān al-Hindu al-Kubrā Cet-11; Kairo: Maktabah al-
Nahdatu al-Miṣriyyah, 2000.
Al-Syayāli, Jamaluddin. Tārīkh Daulah Abāṭirah al-Mūgūl al-Islāmiyyah fī al-
Hindi Cet-I; Mesir: Maktabah al-Śaqāfah al-Dīniyyah, 2001.
Al-Ṭabarī, Abī Ja’far Muhammad ibn Jarīr. Tārīkh al-Ṭabarī, Tārīkh al-Rasūl wa
al-Mulūk, Jilid 4 Cet-II; Kairo: Dār al-Ma’ārif, 1962.
Desky, Harjoni. “Kerajaan Shafawi Di Persia Dan Mughal Di India, Asal Usul,
Kemajuan, Dan Kehancuran” Tasamuh: Jurnal Studi Islam 8, no.1 2016.
Fitri, Suzana. “Peranan Tarekat Shafawiyyah Dalam Membangun Kerajaan
Shafawi Di Persia”, Skripsi Aceh: Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Ar-
Raniry, 2018.
Haikal, Muhammad Husain. al-Ṣiddīq Abī Bakr t.Cet; Kairo: al-Hindawī, 2012.
Ibn Kaśir, Ismail ibn Umar, Tartīb wa Tahẓīb Kitāb al-Bidāyah wa al-Nihāyah,
ter. Abu Ihsan al-Atsari, al-bidayah wa al-Nihayah Masa Khulafa’ur
Rasyidin Cet-I; Jakarta: Darul Haq, 2004.
Ibrahim, Muhammad Ibrahim. al-Adyān al-Waḍi’iyyah fī Maṣādiriha al-
Muqaddasah Cet-I; Mesir: Maṭba’ah al-Amānah, 1985.
Nasution, Syamruddin. Sejarah Peradaban Islam Cet-III; Pekanbaru: Yayasan
Pustaka Riau, 2013, h. 304.
Rais, Muhammad. “Sejarah Perkembangan Islam Di Iran” Tasamuh: Jurnal Studi
Islam 10, no.2 2018, h. 276

12
13

Ṭaqūsy, Muhammad Suhail. Tārīkh al-Daulah al-‘Abbāsiyyah Cet-VII; Beirut:


Dār al-Nafāis, 2009.
Utami, Rita Mei. “Peranan Kerajaan Shafawiyyah Dalam Membangun Perdaban
Islam Di Persia Tahun 1588-1628” Artikel Universitas PGRI Yogyakarta
2015.
Zubaedah, Siti. Sejarah Peradaban Islam Cet-I; Medan: Perdana Publishing,
2016.

Anda mungkin juga menyukai