Anda di halaman 1dari 10

ALAT TES INTELEGENSI YANG MENGUKUR SPECIAL ABILITY (S FACTOR)

1. INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST)


1.1 Sejarah

Intelligenz Struktur Test (IST) dan Standard Progressive Matrices (SPM)


merupakan alat untuk mengukur tingkat inteligensi seseorang. Menurut Spearman,
inteligensi berarti penggunaan kekuatan mental secara nyata, dan mengandung pengertian
bahwa inteligensi merupakan kekuatan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu
(Azwar, 1996). Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan alat tes inteligensi yang
dikembangkan oleh Rudolf Amthaeur di Frankfrurt Main Jerman pada tahun 1953 dan
telah diadaptasi di Indonesia. Intelligenz Struktur Test (IST) berdasarkan pada teori
inteligensi yang menyatakan bahwa inteligensi merupakan suatu gestalt yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling berhubungan secara bermakna (Wiratna, 1993). Amthauer
mendefinisikan inteligensi sebagai keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-rohani
manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali
(dilihat) melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes.

IST terdiri dari 176 soal yang terbagi menjadi 9 sub tes. Proses skoring dalam IST
adalah memberikan nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah pada
masing-masing subtes kecuali pada sub tes GE menggunakan panduan nilai tersendiri
yaitu skor 2, 1 dan 0. Dengan menghitung skor yang diperoleh pada masing-masing
subtes akan diperoleh Skor Kasar pada setiap sub tes IST. Dengan menjumlahkan skor
kasar dari 9 sub tes akan diperoleh Skor Total.

Tes IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para koleganya,
berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga 2000-an.
a. IST 1953
IST yang pertama ini pada awalnya hanya diperuntukan untuk usia 14 sampai dengan
60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada tahun 1953.
b. IST 1955
IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 range untuk subjek
diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan norma
bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis kelamin
dan kelompok usia.
c. IST 70
IST 70 disusun berdasarkan permintan dan tuntutan pengguna yang menyarankan
pengkoreksian dengan mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan lebih dari 10
tahun. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak perubahan, tes ini memiliki 6 bentuk,
setiap pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1 dan B2, atau C3
dan D4. Dua bentuk lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi penggunaan khusus.
Pada IST 70,range kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun. Disamping
itu telah ditambah table kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada IST 70
terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan menggunkan
kalimat dalam subtes RA sehingga Universitas Sumatera Utara jika subjek gagal
dalam subtes ini dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal
hitungannya atau tidak mengerti kalimatnya.
d. IST 2000
IST 2000 tidak mengandung soal kalimat pada soal hitungan sebagai koreksi dari IST
70.
e. IST 2000-Revised
IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan subtes. IST
ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut :
1) Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes :
Satzergänzung (SE), Analogien (AN), Gemeinsamkeiten (GE), Rechenaufgaben (RE),
Zahlenreihen (ZR), Rechenzeichen (RZ), Figurenauswahl (FA), Würfelaufgaben
(WÜ), dan Matrizen (MA)
2) Modul Merkaufgaben; terdiri dari subtes Merkaufgaben Verbal dan Merkaufgaben
Figural
3) Erweiterungmodul (Modul "menguji pengetahuan"); terdiri dari subtes Wissentest
(tes pengetahuan) Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan alat ukur inteligensi
terstruktur yang disusun oleh Rudolf Amthauer pada tahun 1953). Adaptasi dilakukan
kepada IST-70. IST terbagi dalam sembilan subtes dengan total 176 item dan waktu
penyelesaian 72 menit. Kecuali subtes GE (Gemeinsamkeiten / Pengelompokan Kata)
yang memiliki kata kunci khusus dengan ketentuan penilaian dengan rentang antara 0
sampai 2 tergantung dengan jawaban yang diberikan subjek, sedangkan subtes lain
hanya memiliki jawaban benar atau salah. Skor inteligensi diperoleh dengan cara
menjumlahkan skor masing – masing subtes dan mengkonversikan skor total
keseluruhan yang masih berupa raw score ke dalam nilai atau taraf inteligensi
(weighted score) dengan membandingkan dengan norma. Taraf inteligensi ini bila
dibandingkan dengan norma umum akan menunjukkan kelompok taraf inteligensi
tertentu.

1.2 Tujuan
Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian- bagian
yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur intelegensi tertentu
meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk profesi atau pekerjaan
tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan untuk memahami diri dan
pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan karier serta membantu
pengambilan keputusan dalam hidup individu. 

1.3 Aspek yang Diukur


Tes ini mampu mengungkap sembilan aspek dan tiap-tiap aspek terdiri dari sub-
tes. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. SE (Melengkapi Kalimat). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
1) Pembentukan keputusan, mengukur pembentukan keputusan (dapatkah
seseorang Ringkasan Laporan Penelitian 2007 5 berprestasi);
2) Rasa realitas atau menilai yang mendekati realitas;
3) Common sense (memanfaatkan pengalaman masa lalu) yang mengungkap
kemampuan seseorang berpikir berdikari;
4) Berpikir konkrit praktis dalam kehidupan sehari-hari.
2. WA (Melengkapi Kata-Kata). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
1) Intelektual, rasa bahasa, kemampaun menghayati masalah bahasa, perasaan
empati;
2) Berpikir induktif dengan menggunakan bahasa, memahami pengertian;
3) Pada remaja, komponen intuisi;
4) Pada orang dewasa, komponen bahasa untuk mengetahui motif tertentu;
5) Bila skor tinggi, dapat menangkap pengertian dari suatu isi melalui/ dengan
bahasa
3. AN (Persamaan Kata). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
1) Kemampuan mengkombinasi;
2) Fleksibilitas berpikir;
3) Berpikir logis/menggunakan pikiran sebagai dasar berpikir (kedalaman
berpikir);
4) Tidak suka menyelesaikan sesuatu dengan dengan perkiraan saja;
5) Bila skor tinggi berarti mampu menangkap hubungan permasalahan .
4. GE (Sifat yang dimiliki bersama). Kemampuan yang diukur pada aspek ini
adalah
1) Kemampuan abstraksi, pembentukan pengertian;
2) Kemampuan untuk menyatakan/ pengertian dalam bahasa;
3) Membentuk suatu pengertian atau mencari inti persoalan;
4) Pada remaja menunjukkan kemampuan rohaniah (gestig).
5. RA (Berhitung). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah:
1) Berpikir induktif praktis hitungan;
2) Kemampuan berhitung;
3) Menggunakan bilangan-bilangan secara praktis masalah hitungan.
6. ZR (Deret Angka). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
1) Ada momentmoment ritmis;
2) Berpikir induktif bilangan teoritis (dengan angka-angka);
3) Penggunaan bilangan secara (agak) teoritis (dapat dilihat pula pada AN
dan GE);
4) Berpikir teoritis dengan hitungan disertai dengan moment-moment ritmis.
7. FA (Memilih Bentuk). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
1) Kemampuan membayangkan;
2) Kemampuan mengkonstruksi (sintesa dan analisa);
3) Berpikir konkrit menyeluruh;
4) Memasukkan bagian pada suatu keseluruhan;
5) Kaya akan tanggapan;
6) Cara berpikir menyeluruh yang konkrit, dalam sub tes ini terhadap
moment-moment konstruktif.
8. WU (Latihan Balok). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
1) Daya bayang ruang, kemampuan tiga dimensi;
2) Dapat disertai moment-moment analitis.
9. ME (Latihan Simbol). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
1) Mengukur daya ingatan;
2) Dapat melihat konsentrasi yang menetap;
3) Kemampuan konsentrasi lama;
4) Tanda ketahanan.
1.4 Bentuk Tes
1.5 Norma IST
Norma tes IST diperlukan untuk mengubah skor kasar maupun skor total ke
dalam weighted score yang akan menghasilkan nilai inteligensi seseorang dalam bentuk
angka,. dan apabila nilai inteligensi ini dibandingkan dengan norma kelompok akan
diketahui kategori inteligensi seseorang tersebut yaitu:
a. Angka IST untuk Penjurusan
NORMA IST UNTUK SARJANA DAN SARJANA MUDA
Norma IST untuk calon mahasiswa (lanjutan):

Norma Ideal untuk jurusan psikologi:


b. Angka IST berdasarkan Usia

1.6 Contoh Soal

1.7 Pelaksanaan Tes


1.8 Waktu Pelaksanaa Tes
1.9 Skoring
Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan memeriksa
setiap jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan. Untuk semua
subtes  (SE, WA, AN, RA, ZR, FA, WU, & ME), kecuali subtes 04-GE, setiap jawaban
benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai 0. Khusus untuk subtes 04-GE,
tersedia nilai 2, 1, dan 0; karena subtes ini berbentuk isian singkat maka nilai yang  akan
diberikan tergantung dengan jawaban yang diberikan oleh subjek.

Total nilai benar yang sesuai dengan kunci jawaban merupakan Raw Score (RW);
nilai ini belum dapat diinterpretasi sesuai dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang
sudah dibandingkan dengan norma disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW
inilah yang dapat menjadi materi untuk tahap selanjutnya, yaitu interpretasi dan norma.

1.10 Interpretasi

Setelah didapatkan Standardized Score, maka tahap interpretasi dapat dilakukan.


Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan
interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer dalam Diktat Kuliah IST
UNPAD, 2009).
Interpretasi yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut: 

1. Taraf kecerdasan. Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat
diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan
perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu
dihubungkan dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok
seusianya. 
2. Dimensi Festigung-Flexibilität. Dimensi Festigung-Flexibilität menggambarkan corak
berpikir yang dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilität merupakan dua
kutub yang ekstrim, Keduanya menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula.
Kutub Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub
Flexibilität memiliki arti corak berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini
merupakan hasil perkembangan (pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke
salah satu kutub seiring bertambahnya usia. Cara menentukan seseorang subjek
apakah memiliki kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah dengan
membandingkan nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila GE+RA lebih besar
maka subjek memiliki kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih
besar maka subjek memiliki kecenderungan Flexibilitat. 
3. Profil M-W. Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau
praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat
dilihat dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika grafik
menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya adalah M
(verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah W
(praktis-konkrit).

1.11 Validitas dan Reliabilitas


Mangestuti, ,Retno dan Rahmat Aziz. 2007. VALIDASI TES INTELIGENSI SPM DAN IST
PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN MALANG.
http://repository.uin-malang.ac.id/364/1/Validasi%20%20Tes%20Kecerdasan.pdf .
Diakses pada tanggal 17 Maret 2020
Prabowo, Adhyatman. 2012. Cara Skoring dan Norma IST.
https://adhyatmanprabowo.files.wordpress.com/2010/12/cara-skoring-dan-norma-
ist.pdf. Diakses pada tanggal 17 Maret 2020
https://www.psychologymania.com/2013/01/tes-ist-intelligenz-struktur-test.html . Diakses pada
tanggal 17 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai