Anda di halaman 1dari 11

PSIKODIAGNOSTIK IV (INTEL)

ALAT-ALAT TES INTELEGENSI

Nama/NIM
Marsya Sukma Ardini
1824090127

Dosen:
Febi Herdajani, S.Psi., M.Si., Psi

Kelas:
Kamis, 15:20 - 17:50

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I


2020
TES INTELEGENSI
Menurut David Wchsler inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. , Intelegensi didefinisikan sebagai
kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-
situasi baru atau problem yang sedang dihadapi. Intelegensi merupakan keahlian memecahkan
masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Intelegensi tecermin dari tindakan yang terarah pada
penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.

Sedangkan tes intelegensi itu sendiri antara lain;


1. Suatu pengukuran yang standar dan obyektif terhadap sampel perilaku.
2. Suatu kegiatan pengukuran atau penilaian melalui upaya yang sistematik untuk
mengungkap aspek-aspek psikologi tertentu dari individu.
3. Seperangkat alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pikiran,
perasaan, persepsi dan perilaku seseorang guna membuat keputusan penilaian tentang
seseorang.
4. Tes untuk mengukur aspek individu secara psikis (tes dapat berbentuk tertulis, visual,
atau evaluasi secara verbal yang teradministrasi untuk mengukur fungsi kognitif dan
emosional) tes dapat diaplikasikan kepada anak-anak maupun dewasa.
5. Suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkapkan tarap kemampuan dasar
seseorang yaitu kemampuan dalam berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya secara
efektif.

MACAM-MACAM TES INTELEGENSI

1. IST (INTELLIGENZ STRUKTUR TEST)


IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi individu. Tes ini
dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953.
Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian- bagian yang saling
berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur intelegensi tertentu meggambarkan pola
kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal
tersebut IST umum digunakan untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan
pendidikan dan karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.

Sub Test IST :

• SE (Satzerganzng) — Melengkapi kalimat


• WA (Wortausuahl)— mencari kata yang berbeda

• AN (Analogien) — mencari hubungan kata


• GE (Gmeinsamkeiten) — mencari kata yang mencakup dua pengertian
• RA (Rechen Aufgaben) — Hitungan sederhana

• ZR (Zahlen Reihen) — deret angka


• FA (Form Ausuahl) — Menyusun bentuk

• WU (Wurfal Aufgaben) — Kubus


• ME (Merk Aufgaben) — Mengingat kata

Cara Skoring IST

• Telah disediakan kunci jawaban.


• Untuk subtes GE ada kunci jawaban tersendiri dengan penilaian 0 ,1, 2.
• RW — SW, dari jumlah benar — norma.

• Norma — IQ
• Norma IST didasarkan pada USIA dan TARAF PENDIDIKAN.

Langkah-langkah skoring IST

1. Cocokkan jawaban testee dengan kunci jawaban IST


2. Hitung jawaban yang benar (RW)

3. Jumlahkan ke bawah.
4. Lihat norma untuk mendapatkan skor SW

5. Lihat norma jumlah


6. Lihat norma IQ

IST adalah tes intelegensi dengan maksud untuk memahami diri dan pengembangan diri,
merencanakan pendidikan dan karir, mengambil keputusan dalam hidup individu dengan
mengerjakan sembilan subtes yang terdiri dari 176 item soal.

2. CFIT (CULTURE FAIR INTELLIGENCE TEST)


CFIT mengukur Intelegensi individu dalam suatu cara yang direncanakan untuk mengurangi
pengaruh percakapan verbal, iklim budaya, tingkat pendidikan (Cattel dalam Kumara, 1989). Tes
ini terdiri dari 3 skala yang disusun dalam form A dan B secara pararel. Tes ini dikembangkan
oleh Raymond B. Cattell dan sejumlah staf penelitian dari Institute of Personality and Ability
Testing (IPAT) di Universitas Illinois, USA Tes CFIT yang akan digunakan adalah skala 3 yang
biasa ditujukan pada individu yang berusia 13 tahun ke atas (sampai dewasa)
Tes CFIT skala 3 terdiri atas 4 sub tes dengan waktu yang digunakan berbeda-beda

Klasifikasi Inteligensi

CFIT dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan faktor kemampuan mental
umum/kecerdasan. Tes ini mengukur Intelegensi individu dalam suatu cara yang direncanakan
untuk mengurangi pengaruh percakapan verbal, iklim budaya, tingkat pendidikan. Tes ini
dikembangkan sebagai tes non verbal untuk mengukur fluid intelligence (Gf).
3. SPM (Standard Progressive Matrices)
Merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan secara individual
ataupun kelompok. Skala ini dirancang oleh J.C. Raven pada tahun 1960. SPM merupakan tes
yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan
ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar.
SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level
intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:
Grade I : Kapasitas intelektual Superior.
Grade II : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata

Grade III : Kapasitas intelektual Rata-rata.


Grade IV : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata.

Grade V : Kapasitas intelektual Terhambat.

Tujuan dari SPM, yaitu :


1) kemampuan penalaran ruang yaitu kemampuan seseorang dalam memahami konsep
ruang (spasial),
2) kemampuan menganalisis, mengintegrasikan, mencari dan memahami sistem hubungan
diantara bagian-bagian, dan
3) kemampuan dalam hal ketepatan yaitu kemampuan seseorang dalam menghitung.

Tes SPM mengukur kecerdasan orang dewasa. Tes ini mengungkapkan faktor general (G faktor)
atau kemampuan umum seseorang. Tes SPM digunakan secara individual atau kelompok dan
bentuk soalnya berupa gambar.

4. SB (Skala Binet)
Tes Binet dipublikasikan pertama kali pada tahun 1905 di Paris, Perancis oleh Binet – Simon.
Pertama menggunakan 30 soal yang disajikan secara urut. Revisi 1 (1916) di Stanford
University Amerika Serikat oleh Terman (revisi yang paling terkenal). Revisi 2 (1937), bersama
Merril, tes direvisi menjadi 2 bentuk, yaitu L & M. Revisi 3 (1960), menggabungkan bentuk L &
M menjd L-M. Pada tahun 1972 restandardisasi tabel IQ. Revisi 4 (1986) oleh Thorndike dkk.
Tes Binet yang digunakan di Indonesia: revisi ke 3 dari Terman & merril pada tahun 1960, yaitu
Stanford Binet Intellegence Scale Form L-M. Hasil tes berupa IQ yang dapat dilihat pd tabel IQ
atau dengan melihat perbandingan antara MA & CA.

Klasifikasi IQ Tes Binet:

140 ke atas → Very Superior


120-139 → Superior

110-119 → Rata-rata Atas


90-109 → Normal atau Rata-rata
80-89 → Rata-rata Bawah

70-79 → Borderline Deffective


69-ke bawah → Cacat Mental (Mentally Detective)

Tes Binet dikenakan secara individual dan pemberi tes memberikan soal-soalnya secara lisan.
Meski begitu, skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa, sekalipun terdapat level
usia dewasa dalam tesnya. Hal ini karena level tersebut merupakan level intelektual dan hanya
dimaksudkan sebagai batas-batas dalam usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.

5. WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale)


Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) tes adalah instrumen klinis utama yang digunakan
untuk mengukur kecerdasan orang dewasa dan remaja.WAIS asli (Formulir I) diterbitkan pada
bulan Februari 1955 oleh David Wechsler , sebagai revisi yang Wechsler Bellevue Intelligence-
Skala. WAIS diciptakan dengan dasar pikiran bahwa inteligensi terdiri dari aspek-aspek verbal,
abstrak, numerical, dan faktor G. WAIS bertujuan untuk mengungkap intelligensi orang dewasa.
Tujuan pemisahan verbal dan performence IQ adalah untuk keperluan diagnosa jika misalnya
seseorang mendapat handicap dalam bidang verbal atau cultural. WAIS mengukur 2 aspek
kemampuan potensial subyek yaitu aspek verbal dan aspek performance.

WAIS terdiri dari 2 skala dari 12 subtes yaitu:

· SKALA VERBAL

 Information (Informasi)
 Comprehension (Pemahaman)
 Arithmetic (Hitungan)
 Similarities (Kesamaan)
 Vocabulary (Kosakata)
 Digit span (Rentang angka)

· SKALA PERFORMANSI

 Picture Completion (Kelengkapan gambar)


 Picture Arrangement (Susunan gambar)
 Block Design (Rancangan balok)
 Object Assembly (Perakitan Objek)
 Coding (Sandi)
 Mazes (Taman sesat)

WAIS mengukur 2 aspek kemampuan potensial subyek yaitu aspek verbal dan aspek
performance. Tes ini digunakan oleh orang dewasa usia 16-75 tahun atau lebih. Pelaksanaan tes
ini dilakukan secara individu.

6. Tes Pauli
Tes Pauli dikembangkan pada tahun 1983, oleh Dr.Richard Pauli bersama dengan Dr. Wilhem
Arnold dan Prof. Dr. Van Hiss. Pada dasarnya, Richard Pauli tergolong dalam suatu aliran yang
ingin membuat psikologi menjadi bidang ilmu pasti, yaitu membuat psikologi sebagai suatu
bidang eksperimen. Di dalam penyusunan atau pembuatan test pauli ini, Richard Pauli
mengambil cara yang dipergunakan oleh Kraeplin, yaitu menggunakan suatu metode dengan cara
mengerjakan penghitungan sederhana di mana yang hendak dilihat adalah kurva kerja dari testee.
Kraeplin adalah seorang psikiater atau dokter jiwa yang menggunakan metode dengan menyuruh
testee menghitung.

 Adapun ciri dari test Pauli antara lain adalah: penjumlahan yang mengalir, angka yang
ditulis hanya satuan, hasil penjumlahan tidak dijumlahkan dengan angka berikutnya.
 Tujuan pengukuran tes Pauli adalah mengetahui batas perbedaan kondisi individu,
melihat prestasi dengan tepat, dan mengetahui pengaruh sikap kerja terhadap prestasi.
 Aspek kepribadian yang diukur dalam tes Pauli antara lain:
 Kekuatan kemauan
 Daya tahan dan keuletan
 Ketekunan dan konsentrasi
 Daya penyesuaian
 Vitalitas/energi (dengan asumsi, energi = prestasi)
 Kecermatan dan ketelitian
 Stabilitas emosi
 ikap terhadap tugas, sikap dalam menghadapi tantangan, dan cara mengendalikan
diri.

Tes Pauli menggunakan suatu metode dengan cara mengerjakan penghitungan sederhana di
mana yang hendak dilihat adalah kurva kerja dari testee. Tes Pauli mengukur kekuatan kemauan,
daya tahan dan keuletan, ketekunan dan konsentrasi, daya penyesuaian, vitalitas/energi,
kecermatan dan ketelitian, stabilitas emosi, sikap terhadap tugas, sikap dalam menghadapi
tantangan, dan cara mengendalikan diri

7. TIKI (Tes Intelegensi Kolektif Indonesia)


TIKI merupakan akronim dari Tes Intelegensi Kolektif Indonesia. Tes ini diciptakan
berdasarkan kerjasama antara Indonesia dan Belanda. Tujuan dari dibuatnya tes ini adalah
untuk melihat standar intelegensi di Indonesia serta membuat alat tes intelegensi
yang berdasarkan norma Indonesia (Nuraeni, 2012).Tes ini secara keseluruhan dibagi menjadi
tiga tes, TIKI Dasar, TIKI Menengah dan TIKI Tinggi.
a) TIKI Dasar
TIKI Dasar merupakan tes intelegensi yang paling awal dari ketiga tes yang
ada. Tes intelegensi ini diperuntukan untuk anak-anak yang ada pada tingkat
sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama kelas dua. TIKI Dasar mengukur
intelegensi dengan berhitung angka, penggabungan bagian, eksklusi gambar,
hubungan kata, membandingkan beberapa gambar, labirin/maze, berhitung huruf,
mencari pola, eksklusi kata dan terakhir mencari segitiga (Nuraeni, 2012).
b) TIKI Menengah
TIKI Menengah merupakan alat tes intelegensi kedua dalam rangkai TIKI
yang diperuntukkan untuk anak yang berada pada tingkat sekolah menengah pertama
kelas tiga hingga sekolah menengah atas. Pada TIKI Menengah, peserta tes
akan diminta untuk berhitung angka, penggabungan bagian, menghubungkan kata,
eksklusi gambar, berhitung soal, meneliti, membentuk benda, eksklusi kata,
bayangan cermin, berhitung huruf, membandingkan beberapa benda dan terakhir
adalah pembentukan kata (Nuraeni, 2012).
c) TIKI Tinggi
TIKI Tinggi menjadi ala tes intelegensi yang termasuk ke dalam rangkaian TIKI yang
berada paling akhir dan memiliki tingkat kesusahan yang paling kompleks dalam TIKI.
TIKI Tinggi sendiri diperuntukan bagi individu yang ada pada tingkat
perguruan tinggi serta orang dewasa. Pada TIKI Tinggi, peserta tes akan diminta
untuk berhitung angka, penggabungan bagian, menghubungkan kata, abstraksi non
verbal, deret angka, meneliti, membentuk benda, eksklusi kata, bayangan cermin,
menganalogi kata, bentuk tersembunyi dan terakhir adalah pembentukan kata.
Tujuan dari dibuatnya tes ini adalah untuk melihat standar intelegensi di Indonesia serta
membuat alat tes intelegensi yang berdasarkan norma Indonesia. Tes ini secara keseluruhan
dibagi menjadi tiga tes, TIKI Dasar, TIKI Menengah dan TIKI Tinggi.

8. CPM (Coloured Progressive Matrices)


CPM atau Coloured Progressive Matrices merupakan salah satu alat tes yang dibuat oleh
Raven. CPM sendiri merupakan alat tes yang dibuat dikarenakan adanya keperluan
pengetesan intelegensi pada anak-anak yang tidak dapat menggunakan alat tes
Raven sebelumnya yaitu SPM atau Standart Progressive Matrices. Hal tersebut menjadikan
CPM dapat digunakan pada anak-anak dengan rentang usia lima sampai sebelas tahun dan orang
dewasa namun dengan syarat memiliki tingkat pendidikan yang rendah. perbedaan
yang mendasar antara SPM dan CPM adalah adanya warna pada alat tes CPM.

CPM dapat digunakan pada anak-anak dengan rentang usia lima sampai sebelas tahun dan orang
dewasa namun dengan syarat memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Tes yang dibuat
dikarenakan adanya keperluan pengetesan intelegensi pada anak-anak yang tidak dapat
menggunakan alat tes Raven sebelumnya yaitu SPM.

9. SON
SON merupakan akronim dari Snijders Oomen Non Verbal Scale. SON merupakan salah satu
tes inteligensi non verbal digunakan untuk individu dengan rentan usia 3 – 16 tahun. Alat tes
ini juga tidak hanya sebatas untuk individu dalam kondisi normal namun juga
dapat digunakan untuk individu dengan disabilitas seperti tunarungu. Alat tes ini dapat
digunakan oleh individu dengan tunarungu dikarenakan tes SON berbentuk puzzle dan
rangkaian gambar yang perlu dicocokan dan peserta tidak dituntut untuk menjawab
perintah yang diberikan. SON sendiri dirancang mulai pada tahun 1939 – 1942, di
Amsterdam dan kemudian dalam perkembangannya banyak dilakukan revisi-revisi pada
aitem alat tes ini.

Alat tes ini dapat digunakan oleh individu dengan tunarungu dikarenakan tes SON berbentuk
puzzle dan rangkaian gambar yang perlu dicocokan dan peserta tidak dituntut untuk menjawab
perintah yang diberikan. Digunakan untuk individu dengan rentang usia 3 – 16 tahun.

10. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children)


Tes inteligensi Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) adalah salah satu tes
yang sering dan umum digunakan di dunia psikologi serta sering digunakan oleh para
psikolog. Wechsler Intelligence Scale for Children dikembangkan oleh David Wechsler yang
mempublikasikannya pada tahun 1939, dimana tes ini mengukur fungsi intelektual yang lebih
global. Tes inteligensi WISC digunakan untuk tes inteligensi pada anak usia 8-15 tahun. Tes
WISC terdiri atas tes verbal dan tes performance. Tes verbal terdiri atas materi
perbendaharaan kata, pengertian, informasi, hitungan, persamaan, rentangan angka.
Sedangkan tes performance terdiri atas mengatur gambar, melengkapi gambar, rancangan
balok, merakit objek, mazes dan simbol. (Mudhar & Rafikayati, 2017) Melalui Tes WISC
dapat mendeskripsikan berbagai aspek kecerdasan anak dan dapat mengukur kemampuan
kognitif seseorang dengan melihat pola-pola respon pada tiap-tiap subtes. Andayani (2001)
mengungkapkan bahwa kemampuan yang diukur oleh masing-masing subtes antara lain:

a) Operasi ingatan jangka-panjang, kemampuan untuk memahami, kapasitas berpikir


asosiatif dan juga minat dan bacaan anak.
b) Kemampuan anak untuk menggunakan pemikiran praktis didalam kegiatan
sosial sehari-hari, seberapa jauh akulturasi sosial terjadi, dan perkembangan conscience
atau moralitasnya.
c) Kemampuan anak untuk menggunakan konsep abstrak dari angka dan operasi angka,
yang merupakan pengukuran perkembangan kognitif, fungsi non-kognitif yaitu
konsentrasi dan perhatian, kemampuan menghubungkan faktor kognitif dan
nonkognitif dalam bentuk berpikir dan bertindak.
d) Kemampuan untuk menerjemahkan masalah dalam bentuk kata-kata ke dalam operasi
aritmatika.
e) Penyerapan fakta dan gagasan dari lingkungan dan kemampuan melihat hubungan
penting yang mendasar dari hal-hal tersebut.
f) Kemampuan belajar anak, banyaknya informasi, kekayaan ide, jenis dan
kualitas bahasa, tingkat berpikir abstrak, dan ciri proses berpikirnya.
g) Identifikasi visual dari objek-objek yang dikenal, bentuk-bentuk, dan makhluk hidup, dan
lebih jauh lagi kemampuan untuk menemukan dan memisahkan ciri-ciri yang
esensial dari yang tidak esensial.

Setelah itu, akan dibuat profil berdasarkan skala Bannatyne dari skor masing-masing
subtes. Profil ini menunjuk pada empat kelompok kemampuan yaitu (1) Kemampuan
spatial yang mencakup skor pada subtes-subtes yaitu melengkapi gambar, rancangan
balok, dan merakit objek; (2) Kemampuan konsep yang meliputi skor pada subtes-subtes
pengertian, persamaan, dan perbendaharaan kata; (3) Pengetahuan serapan yang meliputi skor
pada subtes subtes informasi, hitungan, dan perbendaharaan kata; dan (4)
Kemampuan mengurutkan yang mencakup skor pada subtes-subtes rentang angka,
mengatur gambar, dan coding (Andayani, 2001). Melalui profil tersebut dapat memberikan
gambaran secara umum bagaimana kemampuan seorang anak serta dapat digunakan untuk
mendeteksi kesulitan belajar anak (Andayani, 2001). Beberapa penelitian juga telah
menggunakan WISC untuk mengungkap gejala-gejala gangguan klinis pada anak, di
antaranya seperti main brain disfunction/brain damage, emotional disturbance, learning
disabilities, anxiety, delinquency, dan lain-lain (Mudhar & Rafikayati, 2017).
Tes WISC dapat mendeskripsikan berbagai aspek kecerdasan anak dan dapat mengukur
kemampuan kognitif seseorang dengan melihat pola-pola respon pada tiap-tiap subtes. WISC
digunakan untuk tes inteligensi pada anak usia 8-15 tahun. Tes WISC terdiri atas tes verbal dan
tes performance.

11. WPPSI (Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence)


Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) dikembangkan oleh
Weschler. Sesuai dengan namanya, alat tes ini dirancang dan ditujukan untuk anak-anak pada
usia sebelum masuk sekolah atau anak-anak yang ada pada tingkat taman kanak- kanak,
perkiraan usia dimulai dari 2 tahun atau saat anak mulai masuk ke taman kanak-kanak hingga
umur 6 tahun saat anak mulai masuk ke sekolah dasar. Alat tes ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kecerdasan anak secara keseluruhan serta dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik keterlambatan atau kesulitan anak tersebut (Cloudida, 2018).

Atribut psikologis dan kemampuan-kemampuan yang diukur oleh alat tes ini terdiri dari 2
penilaian besar, yaitu tes verbal yang mencangkup atas tes kemampuan menerima
informasi, kemampuan pemahaman, kemampuan berhitung, kemampuan melihat
persamaan dan pengertian; serta tes prestasi yang terdiri atas rumah binatang dengan
mencocokan nama binatang dan tempat tinggalnya, penyelesaian gambar dengan
melengkapi gambar yang kosong, mencari jejak, bentuk geomteris, labirin dan puzzle
balok (Siswina et al., 2016).

Alat tes WPPSI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan anak-
anak dengan keterlambatan kemampuan kognitif, mengevaluasi keterlambatan
kemampuan kognitif, gangguan intelektual dan autisme. WPPSI juga dapat digunakan untuk
menentukan jenis sekolah yang tepat bagi anak hingga melihat apakah anak
mengalami kerusakan pada otak (Wechsler, 2012).

Alat tes WPPSI dirancang dan ditujukan untuk anak-anak pada usia sebelum masuk sekolah atau
anak-anak yang ada pada tingkat taman kanak-kanak. Alat tes ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kecerdasan anak secara keseluruhan serta dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik keterlambatan atau kesulitan anak tersebut

Anda mungkin juga menyukai