TES INTELIGENSI
Nim : 1824090235
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020
TES INTELIGENSI
BAB 1 : PENDAHULUAN
Tes intelegensi adalah tes berupa kemampuan yang berhubungan dengan proses kognitif
berpikir, daya menghubungkan, serta kemampuan dalam menilai dan mempertimbangkan.
Inteligensi memiliki pengertian sebagai kemampuan individu untuk dapat menyelesaikan
permasalahan secara cepat dan tepat. Tes inteligensi bisa menggambarkan kapasitas umum
individu. Namun, pada dasarnya, tes intelegensi bukanlah sebuah tes karena di dalamnya
tidak ada pengertian lulus atau tidak. Salah satu yang ingin dilihat dari seorang individu
dalam proses pemeriksaan psikologi adalah inteligensi yang merupakan suatu bagian dari
keseluruhan kepribadian seorang individu. Intelegensi merupakan keahlian memecahkan
masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari pengalaman hidup
sehari-hari. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu,
inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Intelegensi
tecermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan
pemecahan masalah yang timbul daripadanya.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperkenalkan, memberitahukan lebih jauh
lagi tentang apa saja tes inteligensi.
Berdasarkan judul makalah di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penulisan
ini adalah: untuk mengetahui apa saja tes inteligensi, serta manfaat dari tes tsb.
BAB II : PEMBAHSAAN MACAM-MACAM TES INTELIGENSI
1. Tes Binet
Tes Binet Simon dipublikasikan pertama kali pada tahun 1905 di Paris-Prancis. Tes ini
digunakan untuk mengukur kemampuan mental seseorang. Inteligensi digambarkan oleh
Alfred Binet sebagai sesuatu yang fungsional. Komponen dalam inteligensi sendiri terdiri
dari tiga hal, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan
untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan
untuk mengkritik diri sendiri. Tes Binet yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Stanford
Binet Intelligence Scale Form L-M, di mana tes tersebut merupakan hasil revisi ketiga dari
Terman dan Merril pada tahun 1960 (Nuraeni, 2012).
Tes Binet dengan skala Stanford–Binet berisi materi berupa sebuah kotak yang berisi
berbagai macam mainan yang akan diperlihatkan pada anak-anak, dua buah buku kecil yang
berisi cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan yang berfungsi untuk mencatat jawaban
beserta skornya, dan sebuah petunjuk pelaksanaan dalam pemberian tes.
Pengelommpokkan tes-tes dalam skala Stanford–Binet dilakukan menurut berbagai level
usia, dimulai dari usia 2 tahun sampai dengan usia dewasa. Meski begitu, dari masing-
masing tes yang berisi soal-soal tersebut memiliki taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda
untuk setiap level usianya. Skala Stanford–Binet dikenakan secara individual dan pemberi
tes memberikan soal-soalnya secara lisan. Meski begitu, skala ini tidak cocok untuk
dikenakan pada orang dewasa, sekalipun terdapat level usia dewasa dalam tesnya. Hal ini
karena level tersebut merupakan level intelektual dan hanya dimaksudkan sebagai batas-
batas dalam usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak. Skala Stanford-Binet versi
terbaru diterbitkan pada tahun 1986. Konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe
penalaran dalam revisi terakhir ini dan masing-masing diwakili oleh beberapa tes (Rohmah,
2011).
Pendapat Pribadi : menurut saya tes binet ini sangat bagus untuk anak usia 2 tahun keatas
dan mengukur secara objektif kemampuan pemahaman dan penalaran seorang anak, Tes
inteligensi binet juga dilakukan berdasarkan basis individual. Peneliti pun dapat mengamati
bagaimana minat dan perhatian murid secara detil, tapi Tidak dapat mengukur kemampuan
kreatif dan hanya ada satu skor IQ untuk menunjukkan kompleksitas fungsi kognitif dan
aspek yang diukur tes ini terlalu umum.
Tes inteligensi Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) adalah salah satu tes yang
sering dan umum digunakan di dunia psikologi serta sering digunakan oleh para psikolog.
Wechsler Intelligence Scale for Children dikembangkan oleh David Wechsler yang
mempublikasikannya pada tahun 1939, dimana tes ini mengukur fungsi intelektual yang
lebih global. Tes inteligensi WISC digunakan untuk tes inteligensi pada anak usia 8-15 tahun.
Tes WISC terdiri atas tes verbal dan tes performance. Tes verbal terdiri atas materi
perbendaharaan kata, pengertian, informasi, hitungan, persamaan, rentangan angka.
Sedangkan tes performance terdiri atas mengatur gambar, melengkapi gambar, rancangan
balok, merakit objek, mazes dan simbol. (Mudhar & Rafikayati, 2017).
Melalui Tes WISC dapat mendeskripsikan berbagai aspek kecerdasan anak dan dapat
mengukur kemampuan kognitif seseorang dengan melihat pola-pola respon pada tiap-tiap
subtes. Andayani (2001) mengungkapkan bahwa kemampuan yang diukur oleh masing-
masing subtes antara lain:
- Kemampuan anak untuk menggunakan pemikiran praktis didalam kegiatan sosial sehari-
hari, seberapa jauh akulturasi sosial terjadi, dan perkembangan conscience atau
moralitasnya.
- Kemampuan anak untuk menggunakan konsep abstrak dari angka dan operasi angka, yang
merupakan pengukuran perkembangan kognitif, fungsi non-kognitif yaitu konsentrasi dan
perhatian, kemampuan menghubungkan faktor kognitif dan nonkognitif dalam bentuk
berpikir dan bertindak.
- Penyerapan fakta dan gagasan dari lingkungan dan kemampuan melihat hubungan penting
yang mendasar dari hal-hal tersebut.
- Kemampuan belajar anak, banyaknya informasi, kekayaan ide, jenis dan kualitas bahasa,
tingkat berpikir abstrak, dan ciri proses berpikirnya.
- Identifikasi visual dari objek-objek yang dikenal, bentuk-bentuk, dan makhluk hidup, dan
lebih jauh lagi kemampuan untuk menemukan dan memisahkan ciri-ciri yang esensial dari
yang tidak esensial.
Setelah itu, akan dibuat profil berdasarkan skala Bannatyne dari skor masing-masing subtes.
Profil ini menunjuk pada empat kelompok kemampuan yaitu; (1) Kemampuan spatial yang
mencakup skor pada subtes-subtes yaitu melengkapi gambar, rancangan balok, dan merakit
objek; (2) Kemampuan konsep yang meliputi skor pada subtes-subtes pengertian,
persamaan, dan perbendaharaan kata; (3) Pengetahuan serapan yang meliputi skor pada
subtes subtes informasi, hitungan, dan perbendaharaan kata; dan (4) Kemampuan
mengurutkan yang mencakup skor pada subtes-subtes rentang angka, mengatur gambar,
dan coding (Andayani, 2001).
Melalui profil tersebut dapat memberikan gambaran secara umum bagaimana kemampuan
seorang anak serta dapat digunakan untuk mendeteksi kesulitan belajar anak (Andayani,
2001). Beberapa penelitian juga telah menggunakan WISC untuk mengungkap gejala-gejala
gangguan klinis pada anak, di antaranya seperti main brain disfunction/brain damage,
emotional disturbance, learning disabilities, anxiety, delinquency, dan lain-lain (Mudhar &
Rafikayati, 2017).
Pendapat pribadi : test wiscr ini sangat bagus untuk program intervensi bagi anak
keterbelakangan mental, baik yang berupa pendidikan, pendampingan, atau pelatihan. Hal
ini dapat memaksimalkan potensi anak keterbelakangan mental sehingga diharapkan
mereka dapat berfunggsi secara lebih optimal dalam masyarakat.
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) dikembangkan oleh Weschler.
Sesuai dengan namanya, alat tes ini dirancang dan ditujukan untuk anak-anak pada usia
sebelum masuk sekolah atau anak-anak yang ada pada tingkat taman kanak-kanak,
perkiraan usia dimulai dari 2 tahun atau saat anak mulai masuk ke taman kanak-kanak
hingga umur 6 tahun saat anak mulai masuk ke sekolah dasar. Alat tes ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kecerdasan anak secara keseluruhan serta dapat juga digunakan untuk
mengidentifikasi karakteristik keterlambatan atau kesulitan anak tersebut (Cloudida, 2018).
Atribut psikologis dan kemampuan-kemampuan yang diukur oleh alat tes ini terdiri dari dua
penilaian besar, yaitu tes verbal yang mencangkup atas tes kemampuan menerima
informasi, kemampuan pemahaman, kemampuan berhitung, kemampuan melihat
persamaan dan pengertian; serta tes prestasi yang terdiri atas rumah binatang dengan
mencocokan nama binatang dan tempat tinggalnya, penyelesaian gambar
dengan melengkapi gambar yang kosong, mencari jejak, bentuk geomteris, labirin dan
puzzle balok (Siswina et al., 2016).
1. Informasi
Subtest informasi ini terdiri dari 23 pertanyaan, dimana pertanyaan tersebut merupakan
pertanyaan umum yang sudah dipahami oleh anak – anak usia 4 hingga 6.5 tahun. Misalnya
adalah “dimana letak mata kamu?”
2. Pengertian
Subtest ini terdiri dari 22 kata. Anak – anak diminta untuk menjelaskan, arti dari masing –
masing kata tersebut. tentu saja kata – kata tersebut merupakan kata – kata yang mudah
dipahami dan sudah dimengerti oleh anak – anak usia 4 tahunan. 14 kata diantaranya
diambil dari subtest pengertian pada WISC.
3. Hitungan
Merupakan subtest yang berisi soal – soal hitungan, terdiri dari 20 soal. Anak – anak diminta
untuk menghitung tanpa menggunakan bantuan apapun. terdiri beberapa bentuk, mulai
dari menggunakan kartu, menggunakan balok, dan kemudian menggunakan jawaban yang
bersifat oral.
4. Persamaan
Subtest persamaan ini digunakan untuk melihat bagaimana seorang anak menjalankan
logika berpikirnya. Subtest ini terdiri dari 16 pertanyaan yang membutuhkan analogi berpikir
yang sederhanna. Anak – anak diminta untuk memberitahukan persamaan antara padanan
kata yang diberikan oleh tester.
5. Pemahaman
Subtest ini terdiri dari 15 pertanyaan, dimana anak – anak diminta untuk memberikan
definisi atau arti dari beberapa kata dan juga bagaimana pemahaman anak – anak terhadap
suatu kondisi sehari – hari.
Subtest performance :
1. Animal House
Merupakan bentuk subtest performance pertama pada WPPSI. Pada subtest ini, anak – anak
diminta untuk mencocokan antara nama binatang dengan rumah atau tempat tinggal dari
binatang menggunakan sebuah papan bergambar, dengan silinder – silinder kayu. Tugas dari
si anak adalah meletakkan silinder – silinder kayu tersebut sesuai dengan rumah atau lokasi
dimana binatang tinggal.
2. Melengkapi Gambar
Sama seperti subtest melengkapi gambar pada WAIS ataupun WISC, subtest ini
menghadirkan 23 gambar, dimana pada masing – masing gambar terdapat bagian – bagian
penting yang hilang, tugas anak adalah mencari dan menyebutkan bagian penting apa yang
hilang dari masing – masing gambar yang diberikan.
3. Mazes / Labirin
Subtest ini miripp seperti permainan labirin pada majalah anak – anak. Terdapat 10 buah
labirin dimana anak dituntut untuk mencari jalan yang tepat sehingga anak bisa keluar dari
labirin tersebut dan mengikuti tanda yang sudah disediakan. Kemampuan berpikir secara
logis dan juga pemecahan masalah sangat dibutuhkan dalam subtest ini.
4. Geometric Design
Geometric Design merupakan test menggambar bentuk, dimana anak – anak nantinya akan
diberikan 10 buah desain geometris, seperti lingkaran, kotak, dan sebagainya. Tugas si anak
adalah membut ulang desain yang diberikan kepada mereka. penilaian dilakukan dari
kemiripan desain yang dibuat.
Rancangan balok merupakan subtest yang sama seperti subtest rancangan balok pada WAIS
ataupun WISC. Perbedaannya hanya pada bentuk balok yang datar. Anak – anak diminta
untuk membuat desain yang sama seperti apa yang tergambar pada kartu menggunakan
balok yang sudah disediakan.
Skoring, Penilaian, dan juga interpretasi pada WPPSI (Test Inteligensi Anak)
Secara umum, skoring dan juga penilaian pada WPPSI dilakukan sesuai dengan prosedur
yang ada pada buku manual WPPSI. Skoring dan penilaian dilakukan dengan menjumlahkan
skor pada masing – masing subtest. Setelah itu, dilakukan perubahan dari Raw Score
menjadi Scaled Score pada masing – masing subtest. Setelah itu, Scaled Score pada subtest
verbal di jumlahkan, begitu pula Scale Score pada subtest performance. Keduanya akan
menghasilkan masing – masing Verbal Score, Performance Score, dan Total Score. Gunakan
Tabel pada buku manual untuk merubah nilai tersebut menjadi IQ Verbal, IQ Perfomance,
dan juga IQ Total, dan tentukan kategori sesuai dengan kategori IQ dari David Wechsler,
yaitu :
Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan alat tes inteligensi yang telah diadaptasi di
Indonesia. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthaeur di Frankfrurt Main Jerman pada
tahun 1953. Intelligenz Struktur Test (IST) terdiri dari sembilan subtes antara lain:
Satzerganzung (SE) yaitu melengkapi kalimat, Wortauswahl (WA) yaitu melengkapi kata-
kata, Analogien (AN) yaitu persamaan kata, Gemeinsamkeiten (GE) yaitu sifat yang dimiliki
bersama, Rechhenaufgaben (RA) yaitu kemampuan berhitung, Zahlenreihen (SR) yaitu deret
angka, Figurenauswahl (FA) yaitu memilih bentuk, Wurfelaufgaben (WU) yaitu latihan balok,
dan Merkaufgaben (ME) yaitu latihan simbol. Tes IST terdiri dari sembilan sub tes terdiri dari
176 item soal. Waktu pengerjaan yang dibutuhkan dalam penyajian tes IST ini kurang lebih
selama 90 menit dengan instruksi yang berbeda-beda pada setiap sub tesnya. Tes IST ini
membutuhkan seorang tester yang memiliki keterampilan dalam menyajikan tes dan proses
skoring serta interpretasi yang memakan waktu. Tes ini dapat dilakukan secara individual
maupun klasikal (Kumolohadi & Suseno, 2012).
Kumolohadi & Suseno (2012) menjelaskan bahwa melalui tes IST, dapat diperoleh skor
inteligensi umum dan skor kemampuan khusus secara mendetail yang diungkap dengan
sembilan sub tes dalam IST, di antaranya yaitu:
- Sub tes Satzerganzung (SE) mengungkap kemampuan berpikir kongkrit praktis, mengukur
keinginan berprestasi, pengambilan keputusan, kemampuan memahami realitas, common
sense, pembentukan pendapat/penilaian, dan kemandirian dalam berpikir.
- Sub tes Wortauswahl (WA) mengungkap kemampuan bahasa dengan menangkap inti
kandungan makna dari sesuatu yang disampaikan, kemampuan empati serta kemampuan
berpikir induktif dengan menggunakan bahasa.
- Sub tes Analogien (AN) mengungkap kemampuan berpikir secara fleksibilitas, kemampuan
menghubung-hubungkan atau mengkombinasikan, resistensi, serta kemampuan untuk
berubah dan berganti dalam berpikir.
- Sub tes Gemeinsamkeiten (GE) mengukur kemampuan memahami esensi pengertian suatu
kata untuk kemudian dapat menemukan kesamaan esensial dari beberapa kata, serta
mengukur kemampuan menemukan ciri-ciri khas yang terkandung pada dua objek dalam
upaya menyusun suatu pengertian yang mencakup kekhasan dari dua objek tersebut.
- Sub tes Zahlenreihen (ZR) mengukur kemampuan berhitung dengan didasari pada
pendekatan analisis atas informasi faktual yang berbentuk angka sehingga ditemukan suatu
kesimpulan.
- Adanya kemampuan mengikuti komponen irama dalam berpikir. Sub tes Figurenauswahl
(FA) mengungkap kemampuan membayangkan secara menyeluruh dengan cara dengan
menggabung-gabungkan potongan suatu objek visual secara konstruktif sehingga
menghasilkan suatu bentuk tertentu.
- Sub tes Wurfelaufgaben (WU) mengukur kemampuan analisis yang turut disertai dengan
kemampuan membayangkan perubahan keadaan ruang secara antisipasif. Dalam
kemampuan ini terdapat peran imajinasi, kreativitas, fleksibilitas berpikir dan kemampuan
menyusun atau mengkonstruksi perubahan.
- Sub tes Merkaufgaben (ME) mengukur daya ingat seseorang yang di dalamnya terdiri dari
kemampuan memperhatikan, kemampuan menyimpan atau mengingat dalam waktu lama.
IST adalah alat tes yang kompleks dan memiliki tingkat kesulitan pada tugas-tugas di setiap
bagian yang tinggi. Meski begitu, melalui tes IST individu dapat mengetahui IQ total dan per
bagian (Kumolohadi & Suseno, 2012).
Pendapat Pribadi : Tes IST sangat familiar digunakan oleh biro-biro psikologi, IST juga umum
digunakan untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan
karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.
Tes Standard Progressive Matrices (SPM). Tes ini pertama kali diciptakan oleh John. C
Raven tahun 1938. Walaupun demikian, tes ini baru digunakan sejak tahun 1954 dan
pertama kali digunakan untuk Angkatan Bersenjata Inggris dalam Perang Dunia II. Jenis tes
ini dikelompokkan sebagai tes non verbal artinya materi soalnya tidak diberikan dalam
bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Tes ini digunakan
untuk mengukur kemampuan dalam hal pengertian dan melihat hubungan bagian bagian
gambar yang disajikan serta mengembangkan pola berpikir yang sistematis. Tes ini dianggap
sebagai culture fair test (adil untuk semua budaya) karena mampu meminimalkan pengaruh
budaya tertentu. Tes ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan memahami figur yang
tidak berarti dengan mengobservasi dan berfikir jernih pada saat mengerjakan tes,
kemudian melihat hubungan antara figur-figur yang ada yang pada gilirannya mampu
mengembangkan penalaran. Disamping itu untuk mengukur kemampuan seseorang untuk
membentuk hubungan persepsi. Tes ini biasa digunakan pada anak SD maupun SMP.
Tes ini dapat diselenggarakan secara individual ataupun kelompok. Tes ini bersifat non-
verbal dan untuk mengukur kecerdasan orang dewasa. SPM tidak memberikan suatu angka
IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa
kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:
Grade II : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata
Grade III : Kapasitas intelektual Rata-rata.
Grade IV : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata.
Grade V : Kapasitas intelektual Terhambat.
Tes SPM disusun berdasarkan teori faktor ”g” yang dikemukakan oleh Spearman yang
bertujuan untuk mengungkap kemampuan intelektual (inteligensi umum) individu. Aspek-
aspek yang diungkap dalam tes ini adalah:
1. Kemampuan penalaran ruang yaitu kemampuan seseorang dalam memahami
konsep ruang (spasial).
2. Kemampuan dalam hal ketepatan yaitu kemampuan seseorang dalam
menghitung.
3. Daya Abstraksi, yaitu kemampuan menangkap, membayangkan, dan
menganalisa suatu hal yang dilihat atau ditangkap indera kita secara abstrak.
4. Berpikir Sistematis, yaitu kemampuan untuk mengerjakan atau
menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah,
atau perencanaan yang tepat, efektif, dan efisien.
5. Kecepatan & Ketelitian, yaitu kemampuan untuk menangkap, mengolah
informasi dengan cepat dan teliti.
6. Konsentrasi, yaitu kemampuan untuk memberi atensi atau perhatian
terhadap suatu hal dalam suatu waktu dengan baik.
Contoh Item
Tes ini terdiri dari lima (5) kelompok soal (A, B, C, D, E), dimana masing-
masing kelompok soal berisi 12 soal. Dengan demikian, jumlah keseluruhan soal
adalah sebanyak 60 soal (A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10, A11, A12, B1, B2,
B3, B4, B5, B6, B7, B8, B9, B10, B11, B12, C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9, C10,
C11, C12, D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7, D8, D9, D10, D11, D12, E1, E2, E3, E4, E5, E6,
E7, E8, E9, E10, E11, E12).
Pada masing-masing kelompok soal, setiap soal akan bergerak dari soal yang
mudah hingga soal yang sulit, dimana kondisi ini menunjukkan bahwa dibutuhkan
kapasitas kognitif yang lebih besar untuk memasukkan dan menganalisa informasi
di dalam otak kita. Semua kelompok soal pada tes ini disajikan dengan dicetak tinta
hitam pada latar putih (hitam putih).
Tes ini dirancang khusus untuk testee berusia 6 hingga 65 tahun, dimana tes
ini dapat disajikan secara individual ataupun klasikal. Waktu untuk mengerjakan tes
ini adalah kurang lebih 30 menit. Di bawah ini merupakan contoh tes SPM dan
instruksi untuk mengerjakan tes tersebut.
Pendapat Pribadi : Tes SPM mengukur kecerdasan orang dewasa, yang paling banyak
diungkap adalah faktor general (G faktor) atau kemampuan umum seseorang. Menurut saya
tes SPM ini merupakan tes yang sederhana dan tergolong tes yang mudah, tapi dari tes ini
seseorang hanya dapat mengetahui tingkatan (grade) rata-rata dari inteligensinya Tes SPM
mengukur kecerdasan orang dewasa, yang paling banyak diungkap adalah faktor general (G
faktor) atau kemampuan umum seseorang. tes SPM juga sangat memuaskan untuk
mengukur inteligensi dan mempunyai validitas yang meyakinkan.
• Untuk mengukur kemampuan intelektual orang normal, tanpa batasan waktu umur dan
dipakai diatas 11 tahun.
• Digunakan untuk kemampuan observasi.
• Untuk mengukur tingkat inteligensi.
• Untuk analisis tujuan klinis.
Pendapat pribadi : Tes APM ini dimaksudkan untuk mengungkap kemampuam efisiensi
intelektual. Tes APM ini sesungguhnya untuk membedakan secara jelas antara individu-
individu yang berkemampuan intelektual lebih dari normal bahkan yang berkemampuan
intelektual superior dan juga untuk mengukur kemampuan intelektual orang normal, tanpa
batasan waktu umur dan dipakai diatas 11 tahun serta tes ini mampu membedakan secara
tajam antara mereka yang tergolong memiliki inteligensi unggul dari yang lainnya.
➢ Jenis tes
CFIT termasuk dalam jenis tes profiensi karena tidak tergantung pada satu intervensi secara
eksklusif, materinya relatif lebih luas, item-item di susun berdasarkan spsifikasi yang
ditentukan. CFIT juga masuk dalam jenis tes individu dan kelompok serta jenis tes speed
karena mengukur kecepatan/ketangkasan dalam mengatasi masalah.
➢ Jumlah soal
Tes CFIT memiliki soal sebanyak 50 soal yang terdiri dari 4 subtest soal. Dimana subtest
pertama memiliki 3 soal sebagai contoh bagaimana pengerjaannya
dan 13 soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta. Lalu pada subtest yang kedua terdapat 3
soal sebagai contoh dan 14 soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta. Untuk subtest ketiga
terdapat 3 soal untuk contoh dan13 soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta tes. Lalu
padasubtest terakhir yaitu subtest ke empat, terdapat 3 soal untuk contoh dan 10 soal
tesuntuk dikerjakan sendiri atau tanpa didampingi pengetes.
➢ Waktu
· Pada subtest pertama waktu yang diberikan untuk mengerjakan adalah 3 menit,
sedangkanuntuk instruksi waktu yang diberikan adalah 5 menit.
· Pada substest kedua waktu yang diberikan untuk mengerjakan 4 menit, sedangkan
untukinstruksi waktu adalah 5 menit.
· Pada subtest ketiga diberikan waktu3 menit untuk mengerjakan soal, dan 5 menit
untuk memberikan instruksi.
· Pada subtest keempat waktu yang diberikan untuk pengerjaan soal adalah 2,5 menit
dan untuk instruksi adalah 5 menit.
➢ Prosedur pengerjaan
ü Instruksi : mengisi identitas pada lembar kerja, dan mendengarkan petunjuk dari tester,
dan tanda waktu berhenti dari tester
ü Skoring : menjumlahkan semua jawaban yang benar dari ke empat subtest tersebut, lalu
dimasukan ke dalam skor mentah atau RS. Pada tabel klasifikasi cocokan RS dengan umur
kita lalu lihatlah hasil I.Q. yang tertera pada tabel
· Setiap nomor soal dari masing-masing sub tes yang dikerjakan btul oleh subyek, dinilai
=1
· Kemudian jumlah jawaban yang dikerjakan betul dari masing-masing sub tes tersebut
dijumlahkan seluruhnya
· Seluruh jumlah jawaban yang betul ini diubah ke dalam skala I.Q.
Ø Interpretasi skala deviasi I.Q. menurut Stanford-Binet Tes tersebut adalah sebagai
berikut.
o 120-139 = Superior
o 90-109 = Avarage
o 70-79 = Borderline
Pendapat Pribadi : CFIT merupakan salah satu tes inteligensi yang sering digunakan oleh
psikolog dan lembaga psikologi di Indonesia. CFIT bisa dibilang merupakan test inteligensi
sederhana yang mudah dan juga simple, baik dalam mengerjakan, menskoring, dan juga
melakukan interpretasi, sama seperti test Matrices (APM, SPM, dan CPM). Hal ini membuat
CFIT banyak digunakan dalam rangkaian psikotes singkat, misalnya rekrutmen, tes
kecerdasan awal, assesmen awal. Namun tentu saja CFIT cenderung terbatas, sehingga
jarang digunakan sebagai alat test dalam tujuan assesmen klinis, karena hasilnya yang
kurang detail dan tidak kompleks.
Maarif (2017) menjelaskan materi tes WAIS terbagi menjadi 11 subtes. Ada pun sub-sub tes
tersebut terdiri atas:
a. Bentuk Verbal:
1. Informasi
2. Pemahaman
3. Hitungan
4. Persamaan
5. Rantang Angka
6. Perbendaharaan Kata
b. Bentuk Performance:
1. Simbol Angka
2. Melengkapi Gambar
3. Rancang Balok
4. Mengatur Gambar
5. Merakit Objek
Pendapat Pribadi : tes ini dapat mendiagnosis kesulitan belajar, karena tes ini mencakup
aspek verbal dan performance sehingga hasilnya dapat mendiagnosis kesulitan belajar klien
pada aspek performance atau verbal. Dari sini juga dapat diketahui kecerdasan verbal dan
non-verbalnya.
a. TIKI Dasar.
TIKI Dasar merupakan tes intelegensi yang paling awal dari ketiga tes yang ada. Tes
intelegensi ini diperuntukan untuk anak-anak yang ada pada tingkat sekolah dasar hingga
sekolah menengah pertama kelas dua. TIKI Dasar mengukur intelegensi dengan berhitung
angka, penggabungan bagian, eksklusi gambar, hubungan kata, membandingkan beberapa
gambar, labirin/maze, berhitung huruf, mencari pola, eksklusi kata dan terakhir mencari
segitiga (Nuraeni, 2012).
b. TIKI Menengah.
TIKI Menengah merupakan alat tes intelegensi kedua dalam rangkai TIKI yang diperuntukkan
untuk anak yang berada pada tingkat sekolah menengah pertama kelas tiga hingga sekolah
menengah atas. Pada TIKI Menengah, peserta tes akan diminta untuk berhitung angka,
penggabungan bagian, menghubungkan kata, eksklusi gambar, berhitung soal, meneliti,
membentuk benda, eksklusi kata, bayangan cermin, berhitung huruf, membandingkan
beberapa benda dan terakhir adalah pembentukan kata (Nuraeni, 2012).
c. TIKI Tinggi.
TIKI Tinggi menjadi ala tes intelegensi yang termasuk ke dalam rangkaian TIKI yang berada
paling akhir dan memiliki tingkat kesusahan yang paling kompleks dalam TIKI. TIKI Tinggi
sendiri diperuntukan bagi individu yang ada pada tingkat perguruan tinggi serta orang
dewasa. Pada TIKI Tinggi, peserta tes akan diminta untuk berhitung angka, penggabungan
bagian, menghubungkan kata, abstraksi non verbal, deret angka, meneliti, membentuk
benda, eksklusi kata, bayangan cermin, menganalogi kata, bentuk tersembunyi dan terakhir
adalah pembentukan kata (Nuraeni, 2012).
Pendapat Pribadi : tes ini untuk melihat standar intelegensi di Indonesia serta membuat alat
tes intelegensi yang berdasarkan norma Indonesia. Tes ini secara keseluruhan dibagi
menjadi tiga tes, TIKI Dasar diperuntkkan untuk anak-anak yang ada pada tingkat sekolah
dasar hingga sekolah menengah pertama kelas dua, TIKI Menengah untuk anak yang berada
pada tingkat sekolah menengah pertama kelas tiga hingga sekolah menengah atas dan TIKI
Tinggi diperuntukan bagi individu yang ada pada tingkat perguruan tinggi serta orang
dewasa.
– Dikeluarkan pada tahun 1938 M. CPM merupakan salah satu tes Raven’s Progressive
Matrices (sering disebut hanya sebagai Matriks Raven’s) dari 2 tes lainnya, yaitu Standar
Progressive Matrices (SPM) dan Advanced Progressive Matrices (APM).
– Pertama kali digunakan di Britania Raya pada tahun 1938 dalam penelitian mengenai asal
usul genetik dan lingkungan dari “kemampuan kognitif”.
– Peserta tes CPM adalah anak-anak berusia 5-11 tahunbaik normal maupun bagi anak
abnormal, dapat juga digunakan untuk orang-orang yang lanjut usia dan bahkan untuk anak-
anak defective.
– Skoring :
CPM terdiri dari 36 gambar, gambar-gambar tersebut dikelompokkan menjadi 3 kelompok
atau 3 set yaitu set A, set Ab, dan set B yang masing-masing terdiri dari 12 soal. Persoalan
CPM bergerak dari mudah ke sulit, yang menuntut keakuratan diskriminasi. Soal-soal yang
lebih sulit melibatkan analogi, permutasi, perubahan poin dan hubungan yang logis
(Anastasi & Urbina, 2003).Tiap item terdiri dari sebuah gambar besar yang berlubang dan
dibawahnya terdapat 6 gambar penutup. Tugas testi adalah memilih salah satu diantara
gambar ini yang tepat untuk menutupi kekosongan pada gambar besar.
Cara penilaian (skoring) pada tes ini adalah memberi nilai 1 pada jawaban yang benar, dan
nilai 0 pada jawaban yang salah. Sehingga skor mentah atau Raw Scored maksimal yang
dapat diperoleh adalah 36 (RS maksimal= 36). Setelah Raw Score diperoleh, maka tester
perlu mengubah skor tersebut ke dalam bentuk persentil, sesuai dengan Usia Kronologis
(CA) testee. Jika sudah diubah menjadi persentil, maka tester akan dapat menggolongkan
testee ke dalam Grade dan Kapasitas Intelektual.
Pendapat Pribadi : tes CPM sangat berguna untuk mengungkapkan taraf kecerdasan atau
mengukur inteligensi umum, dimana CPM dapat mendeskripsikan kemampuan abstrak atau
pemahaman non verbal. Peserta tes CPM adalah anak-anak berusia 5-11 tahun baik normal
maupun bagi anak abnormal, dapat juga digunakan untuk orang-orang yang lanjut usia dan
bahkan untuk anak-anak defective dan waktu untuk mengerjakan tes ini adalah tidak
dibatasi.