Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.

PAPER MACAM-MACAM ALAT TES INTELEGENSI


Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas individu dalam mata kuliah Psikodiagnostik
IV (Intelegensi)

Kelas : Kamis, 05.20 – 17.50


Dosen : Febi Herdajani, S.Psi., M.Si.

Nama : Salsabilla Bunga Henita Putri Lausan (1824090172)

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM SARJANA PSIKOLOGI
JAKARTA
2020
Jenis-Jenis Tes Inteligensi
1. Tes Inteligensi Individual
· Stanford-Binet Intelligence Scale
Tes Binet dengan skala Stanford–Binet berisi materi berupa sebuah kotak yang berisi
berbagai macam mainan yang akan diperlihatkan pada anak-anak, dua buah buku kecil yang
berisi cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan yang berfungsi untuk mencatat jawaban beserta
skornya, dan sebuah petunjuk pelaksanaan dalam pemberian tes. Pengelommpokkan tes-tes
dalam skala Stanford–Binet dilakukan menurut berbagai level usia, dimulai dari usia 2 tahun
sampai dengan usia dewasa. Meski begitu, dari masing-masing tes yang berisi soal-soal
tersebut memiliki taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda untuk setiap level usianya.
Skala Stanford–Binet dikenakan secara individual dan pemberi tes memberikan soal-
soalnya secara lisan. Meski begitu, skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa,
sekalipun terdapat level usia dewasa dalam tesnya. Hal ini karena level tersebut merupakan
level intelektual dan hanya dimaksudkan sebagai batas-batas dalam usia mental yang mungkin
dicapai oleh anak-anak. Skala Stanford-Binet versi terbaru diterbitkan pada tahun 1986.
Konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran dalam revisi terakhir ini dan
masing-masing diwakili oleh beberapa tes
· Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WBIS)
· Wechsler-Intelligence Scale for Children (WISC)

Tes inteligensi Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) adalah salah
satu tes yang sering dan umum digunakan di dunia psikologi serta sering digunakan oleh para
psikolog. Wechsler Intelligence Scale for Children dikembangkan oleh David Wechsler yang
mempublikasikannya pada tahun 1939, dimana tes ini mengukur fungsi intelektual yang lebih
global. Tes inteligensi WISC digunakan untuk tes inteligensi pada anak usia 8-15 tahun. Tes
WISC terdiri atas tes verbal dan tes performance. Tes verbal terdiri atas materi perbendaharaan
kata, pengertian, informasi, hitungan, persamaan, rentangan angka. Sedangkan tes performance
terdiri atas mengatur gambar, melengkapi gambar, rancangan balok, merakit objek, mazes dan
simbol. (Mudhar & Rafikayati, 2017).

Melalui Tes WISC dapat mendeskripsikan berbagai aspek kecerdasan anak dan dapat
mengukur kemampuan kognitif seseorang dengan melihat pola-pola respon pada tiap-tiap
subtes. Andayani (2001) mengungkapkan bahwa kemampuan yang diukur oleh masing-masing
subtes antara lain:
- Operasi ingatan jangka-panjang, kemampuan untuk memahami, kapasitas berpikir asosiatif
dan juga minat dan bacaan anak.

- Kemampuan anak untuk menggunakan pemikiran praktis didalam kegiatan sosial sehari-hari,
seberapa jauh akulturasi sosial terjadi, dan perkembangan conscience atau moralitasnya.

- Kemampuan anak untuk menggunakan konsep abstrak dari angka dan operasi angka, yang
merupakan pengukuran perkembangan kognitif, fungsi non-kognitif yaitu konsentrasi dan
perhatian, kemampuan menghubungkan faktor kognitif dan nonkognitif dalam bentuk berpikir
dan bertindak.

- Kemampuan untuk menerjemahkan masalah dalam bentuk kata-kata ke dalam operasi


aritmatika.

- Penyerapan fakta dan gagasan dari lingkungan dan kemampuan melihat hubungan penting
yang mendasar dari hal-hal tersebut.

- Kemampuan belajar anak, banyaknya informasi, kekayaan ide, jenis dan kualitas bahasa,
tingkat berpikir abstrak, dan ciri proses berpikirnya.

- Identifikasi visual dari objek-objek yang dikenal, bentuk-bentuk, dan makhluk hidup, dan
lebih jauh lagi kemampuan untuk menemukan dan memisahkan ciri-ciri yang esensial dari
yang tidak esensial.

Setelah itu, akan dibuat profil berdasarkan skala Bannatyne dari skor masing-masing subtes.
Profil ini menunjuk pada empat kelompok kemampuan yaitu; (1) Kemampuan spatial yang
mencakup skor pada subtes-subtes yaitu melengkapi gambar, rancangan balok, dan merakit
objek; (2) Kemampuan konsep yang meliputi skor pada subtes-subtes pengertian, persamaan,
dan perbendaharaan kata; (3) Pengetahuan serapan yang meliputi skor pada subtes subtes
informasi, hitungan, dan perbendaharaan kata; dan (4) Kemampuan mengurutkan yang
mencakup skor pada subtes-subtes rentang angka, mengatur gambar, dan coding (Andayani,
2001).

Melalui profil tersebut dapat memberikan gambaran secara umum bagaimana kemampuan
seorang anak serta dapat digunakan untuk mendeteksi kesulitan belajar anak (Andayani, 2001).
Beberapa penelitian juga telah menggunakan WISC untuk mengungkap gejala-gejala
gangguan klinis pada anak, di antaranya seperti main brain disfunction/brain damage,
emotional disturbance, learning disabilities, anxiety, delinquency, dan lain-lain (Mudhar &
Rafikayati, 2017).

· Wechsler Ault Intelligence Scale (WAIS)


· Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI)
Kelebihan pada tes ini antara lain penguji dapat menilai dengan jelas bagaimana individu
yang sedang menjalani tes tersebut. Misalnya mengamati bagaimana individu menyusun
laporan, minat dan perhatian individu, kecemasan dalam pengerjaan tugas, serta tingkat
toleransi menghadapi rasa frustasi. Kekurangan tes ini adalah kurang begitu nyaman.

Anak Kecil Anak Usia Sekolah Usia 16 Tahun Ke Atas


(WPSSI-R) (WISC-R) (WAIS-R)
VERBAL
Informasi Informasi Informasi
Pemahaman Pemahaman Pemahaman
Aritmatika Aritmatika Aritmatika
Persamaan Persamaan Persamaan
Kosakata Kosakata Kosakata
(Kalimat) (Selisih Digit) (Selisih Digit)
PERFORMANSI
Mendesain Balok Mendesain Balok Mendesain Balok
Menyempurnakan Menyempurnakan Menyempurnakan
Gambar Gambar Gambar
Merangkai Obyek Menata Gambar Menata Gambar
(Memasang Hewan) Merangkai Obyek Merangkai Obyek
Jaringan Koding Simbol Digit
Desain Geometrik Jaringan

2. Tes Inteligensi Kelompok


· Printer Cunningham Primary Test
· The Californa Test of Mental Matturity
· The Henmon-Nelson Test Mental Ability
· Otis-Lennon Mental Ability Test
· Progressive Matrices
Tes kelompok diklaim lebih efisien dalam hal waktu pengadministrasian dan skoringnya.
Material-material yang digunakan juga lebih simpel, biasanya berupa: booklet, lembar jawaban
pilihan ganda, pensil, dan kunci jawaban. Tes jenis ini biasanya juga memberikan informasi
yang lebih normatif, karena data jenis ini lebih mudah dikumpulkan dalam seting kelompok.
Pengembangan tes kelompok didorong oleh kebutuhan untuk mengklasifikasikan hampir
dua juta tentara Amerika yang direkrut selama Perang Dunia I. Tes Army Alpha (untuk tentara
yang dapat membaca) dan Army Beta (untuk tentara yang tidak dapat membaca) saat itu
dikembangkan untuk keperluan militer. Berikutnya, dikembangkan pula tes inteligensi
kelompok untuk keperluan pendidikan dan personalia, dengan memodel kedua tes tersebut.
Sekarang, beberapa jenis tes kelompok telah digunakan di setiap tingkat pendidikan, dari TK
hingga pascasarjana. Tes kelompok juga digunakan secara luas oleh industri, militer, dan dalam
penelitian-penelitian. Supaya tidak kabur dengan istilah tes inteligensi, karena istilah
inteligensi seringkali disalahpahami dan disalahartikan, tes-tes kelompok tersebut lebih sering
disebut dengan tes kematangan mental, tes kecakapan kognitif, tes kesiapan sekolah, atau tes
kecakapan mental.
Kelebihan pada tes ini antara lain rasa nyaman. Tes ini juga memiliki kekurangan antara
lain peneliti tidak dapat menyusun laporan individu, tidak dapat menentukan tingkat
kecemasan individu, instruksi yang kurang jelas karena ribut atau peserta yang satu diganggu
oleh peserta lainnya.

 TIKI (Tes Intelegensi Kolektif Indonesia).

TIKI merupakan akronim dari Tes Intelegensi Kolektif Indonesia. Tes ini diciptakan
berdasarkan kerja sama antara Indonesia dan Belanda. Tujuan dari dibuatnya tes ini adalah
untuk melihat standar intelegensi di Indonesia serta membuat alat tes intelegensi yang
berdasarkan norma Indonesia (Nuraeni, 2012).Tes ini secara keseluruhan dibagi menjadi tiga
tes, TIKI Dasar, TIKI Menengah dan TIKI Tinggi.

a. TIKI Dasar.

TIKI Dasar merupakan tes intelegensi yang paling awal dari ketiga tes yang ada. Tes
intelegensi ini diperuntukan untuk anak-anak yang ada pada tingkat sekolah dasar hingga
sekolah menengah pertama kelas dua. TIKI Dasar mengukur intelegensi dengan berhitung
angka, penggabungan bagian, eksklusi gambar, hubungan kata, membandingkan beberapa
gambar, labirin/maze, berhitung huruf, mencari pola, eksklusi kata dan terakhir mencari
segitiga (Nuraeni, 2012).

b. TIKI Menengah.

TIKI Menengah merupakan alat tes intelegensi kedua dalam rangkai TIKI yang diperuntukkan
untuk anak yang berada pada tingkat sekolah menengah pertama kelas tiga hingga sekolah
menengah atas. Pada TIKI Menengah, peserta tes akan diminta untuk berhitung angka,
penggabungan bagian, menghubungkan kata, eksklusi gambar, berhitung soal, meneliti,
membentuk benda, eksklusi kata, bayangan cermin, berhitung huruf, membandingkan
beberapa benda dan terakhir adalah pembentukan kata (Nuraeni, 2012).

c. TIKI Tinggi.

TIKI Tinggi menjadi ala tes intelegensi yang termasuk ke dalam rangkaian TIKI yang berada
paling akhir dan memiliki tingkat kesusahan yang paling kompleks dalam TIKI. TIKI Tinggi
sendiri diperuntukan bagi individu yang ada pada tingkat perguruan tinggi serta orang dewasa.
Pada TIKI Tinggi, peserta tes akan diminta untuk berhitung angka, penggabungan bagian,
menghubungkan kata, abstraksi non verbal, deret angka, meneliti, membentuk benda, eksklusi
kata, bayangan cermin, menganalogi kata, bentuk tersembunyi dan terakhir adalah
pembentukan kata (Nuraeni, 2012).

3. Tes Intelegensi Dengan Tindakan/Perbuatan


Untuk tujuan program layanan Bimbingan disekolah yang akan dibahas selanjutnya
adalah tes intelegensi kelompok, berupa :
· The california tests of mental maturity (CTMM)
· The henmon-nelson tests mental ability
Tes Kecakapan Mental Henmon-Nelson terdiri dari empat level yang didesain untuk
memenuhi kebutuhan taman kanak-kanak hingga kelas XII, di mana setiap levelnya dapat
digunakan untuk tiga atau empat tingkat. Tes berisikan item jenis verbal dan numerikal, dan
kemudian menghasilkan raw score yang akan dikonversikan ke dalam IQ deviasi dan persentil.
· Otis-lennon mental ability tests
Tes Kesiapan Sekolah Otis-Lennon (Otis-Lennon School Ability Test) berisi lima level
tes untuk kelas satu hingga kelas XII. Tes terbagi dalam dua bentuk R dan S. Tes ini merupakan
revisi terkini dari seri tes Otis terdahulu. Norma Tes Kesiapan Sekolah Otis-Lennon sama
dengan the Metropolitan Achievement Tests dan the Stanford Achievement Test.
· Standars Progressive Matrices
· The Coloured Progresive Matrices
CPM atau Coloured Progressive Matrices merupakan salah satu alat tes yang dibuat oleh
Raven. CPM sendiri merupakan alat tes yang dibuat dikarenakan adanya keperluan pengetesan
intelegensi pada anak-anak yang tidak dapat menggunakan alat tes Raven sebelumnya yaitu SPM atau
Standart Progressive Matrices. Hal tersebut menjadikan CPM dapat digunakan pada anak-anak
dengan rentang usia lima sampai sebelas tahun dan orang dewasa namun dengan syarat memiliki
tingkat pendidikan yang rendah. perbedaan yang mendasar antara SPM dan CPM adalah adanya
warna pada alat tes CPM (Nuraeni, 2012).

Anda mungkin juga menyukai