Anda di halaman 1dari 12

Psikodiagnostik IV (Intel)

Makalah Alat-Alat Tes Psikologi Intelegensi

Dosen Pengajar :
FEBI HERDAJANI, S.Psi., M.Si., Psi

Disusun Oleh :
Nazmi Fredella (1824090200)

Psikodiagnostik Iv (Intel)
Kamis - 15:20 - 17:50

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

2018
 Tes Binat

Tes inteligensi yang pertama sekali dipublikasikan adalah Tes Binet-Simon


yaitu pd thn 1905 di Paris (Prancis). Tes ini disusun oleh ALFRED BINET,
dibantu oleh THEODORE SIMON sehingga disebut Tes Binet-Simon.
Digunakannya Tes Binet-Simon pada waktu itu karena dorongan pemerintah
Prancis yang merasa rugi dengan biaya pendidikan anak-anak Sekolah
Dasar.Pemerintah ingin memisahkan pendidikan anak yang cerdas & yang
kurang cerdas agar proses belajar di sekolah lancar.

Komponen dalam inteligensi sendiri terdiri dari tiga hal, yaitu kemampuan
untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah
tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk
mengkritik diri sendiri.

FAKTOR KECERDASAN YANG DIUKUR (Robert E. Valett) :


1. General Comprehension

2. Visual-motor Ability

3. Arithmetic reasoning

4. Memory & Concentration

5. Vocabulary & Verbal Fluency

6. Judgement & Reasoning

Metode pelaksanaan tes

Penyajian Tes dalam bentuk tes Stanford-Binet Bentuk L-M dan Prosedur
penyajian tepat seperti penyusunan norma. Kondisi yang menentukan tes valid
atau tidak dapat dilihat apakah
Mengikuti prosedur standard, Usaha subjek /testee yang maksimal harus
diciptakan melalui rapport yang baik/memadai, dan juga Jawaban atau respon
diskor secara tepat dan segera.
o Mengawali Tes -> Normanya dimulai dr 1 tingkat di bawah CA
(Chronological Age).
o Tidak Semua Item Disajikan -> mencari “Umur Basal” s.d. “Umur
Ceiling”.
o Pertanyaan yang dapat diulang adalah pertanyaan yang bukan
mengungkap ingatan (non memory)
o Melakukan inquary thd jawaban yg meragukan.
o Menghindari “Halo Effect” dg menguasai skoring.
o Urutan dalam menyajikan tes persis seperti manual dan record booklet.

UMUR BASAL = Jumlah soal dalam tingkat tertentu dimana


testee/subjek dapat menjawab semua dengan benar atau mendapat skor (+) tepat
sebelum kelompok umur dimana kegagalan pertama terjadi.

UMUR CEILING = Jumlah soal dalam tingkat umur tertentu dimana


testee/subjek gagal menjawab semua dengan benar atau mendapat skor (-)
sesudah keberhasilan terakhir

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan selama penyajian:


Memelihara rapport untuk menjaga keberanian dan rasa percaya diri
anak.Untuk anak-anak prasekolah sebaiknya : tempat duduk dan meja
disesuaikan, kondisi ruangan dibuat senyaman mungkin, kehadiran significant
person.Penggunaan bahan-bahan tes.Lama tes + 1 jam (kondisi normal

 Tanggapan

Menurut saya, tes binet menggunakan umur mental sebagai dasar untuk
menentukan tingkat berfungsinya mental seorang anak. Seorang anak mungkin
berusia 9 tahun tetap anak tersebut memiliki umur mental 12 tahun jika ia dapat
menjawab pertanyaan yang dapat dijawab oleh anak-anak yang berumur 12
tahun. Tes binet juga menilai bahwa kecerdasan seorang anak bukan hanya
dilihat dari seberapa pintar anak tersebut, tetapi melihatnya dengan mengukur
penalaran abstrak dari anak tersebut. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa usia
kronologis tidak menentukan seberapa level mental yang dimiliki seorang anak.
 Tes Intelegensi Wechsler

Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan tentang pengukuran inteligensi


melalui tes Binet (1937) sebagai pendahulu dalam tes inteligensi.

• WPPSI , Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence ( Usia dibawah


dibawah 5 tahun )

• WISC, Wechsler Intelligence Children Scale ( Usia 5–15 tahun )

• WB, Wechsler Bellevue ( Usia 10–65 tahun )

• WAIS, Wechsler Adult Intelligence Scale ( revisi beberapa beberapa item dari
beberapa beberapa subtes )

Metode pelaksanaan tes

SKALA TERDIRI ATAS 11 SUBTES YANG MENGUKUR KEMAMPUAN


YANG BERBEDA DAN MERUPAKAN KOMBINASI BERBAGAI
KECAKAPAN (factors) :

1. VERBAL SCALE : ability to work with abstract verbal symbol ; perceptual


skills included (auditory)

2. PERFORMANCE SCALE : ability to work in concrete situasion ; perceptual


skills included (visual)

o Subtes 1 – informarsi

a. Aspek Intelektual = Luas pengalaman, Luas wawasan/ pengetahuan , Daya


simpan (retention) , Daya ingat (long term memory)-remote memory Latar
belakang budaya

B. Aspek kepribadian = minat terhadap lingkungan sekitar

o Subtes 2 - Comprehension

a. aspek intelektual = Akal sehat , Judgement praktis terhadap situasi sosial

b. aspek kepribadian = stabilisasi emosi dengan cara menjawab


o Subtes 3 - Digit Span

a. Aspek intelektual = Atensi, Konsentrasi Short term memory (immediate


auditory memory)

b. Aspek kepribadian = Anxiety

o Subtes 4 Arithmetic

A. Aspek intelektual = Kemampuan konsentrasi Daya nalar hitung

B. Aspek kepribadian = Minat hitungan, motivasi, keyakinan memecahkan


masalah, keterampilan menghitung, pengetahuan berhitung

o Subtes 5 similarities

a. aspek intelektual = Berpikir abstrak (konkrit, fungsional,abstrak/logik) Formasi


konsep verbal

b. aspek kepribadian = Cara menelaah masalah (praktis, kegunaan,


simbolik/abstrak)

o Subtes 6 vocabulary

a. aspek intelektual = Pengetahuan perbendaharaan kata, Latar belakang


pendidikan, Konsep formasi Kemampuan deskripsi kata, Rentang gagasan

b. aspek kepribadian = Pengalaman masa anak di rumah dan di sekolah

o Subtes 7 - picture arrangement

a. aspek intelektual Kemampuan mengamati keseluruhan, Kecermatan


menangkap isi persoalan, kemampuan merencanakan/planning ability, Mengerti
hubungan sebab akibat hubungan sosial (non verbal), Reasoning

b. aspek kepribadian = Kepekaan sosial dan interpersonal content

o Subtes 8 picture completion

a. aspek intelektual = Kemampuan membedakan hal esensial , Daya konsentrasi


visual , Visual alertness, Visual organization Visual memory
b. aspek kepribadian = Persepsi, kognisi, jugement, penundaan impuls,
pengalaman kontak lingkungan

o Subtes 9 Block Design

a. ASPEK INTELEKTUAL = Kemampuan mengamati tanda dengan cermat,


Analisa spatial relationship , Nonverbal concept formation, Abstract reasoning ,
Integrasi fungsi visual motoric, Konsentrasi

b. ASPEK KEPRIBADIAN = Keinginan berprestasi dan kemampuan


membedakan

o Subtes 10 Object Assembly

A. aspek intelektual = Kemampuan menangkap part-whole relationship


Perceptual organization Analisa visual

B. aspek kepribadian= Keinginan untuk produktif Kemampuan konstruktif

o Subtes 11 digit symbol

A. aspek intelektual = Ketelitian Kecepatan, Kemampuan mempelajari


persoalan umum Visual motor speed (Dexterity)

B. aspek kepribadian = Pengalaman tugas komprehensif, keterampilan tangan


dalam bekerja, motivasi belajar

 Dua subtes tambahan (khusus) pada WISC

o Subtes Mazes = berisi 8 maze , dua yang pertama diberikan hanya pada
anak usia dibawah 8 atau yang lebih tua dengan mengalami gangguan
mental. Subtes ini berdasar pada konsep bahwa kemampuan untuk
merencanakan kedepan dan bergerak secara akurat dapat diprediksikan
melalui kertas yang berisi maze.
Kelebihan tes ini adalah subtes tidak menggunakan kata-kata (non verbal),
anak-anak merasa seperti bermain dalam subtes ini. Sementara
kekurangannya subtes ini kurang terstandarisasi sebagai bagian dari WISC.
Korelasi dengan skor total agak kurang.

o Subtes coding = menuntut anak untuk menemukan symbol yang sama dan
memberikan tanda yang sesuai pada kotak kosong yang disediakan. Tes ini
berdasar pada konsep bahwa kemampuan untuk mempelajari simbol dan
bentuk atau simbol dan angka, juga untuk mengkreasi ulang kombinasi ini
dengan kertas dan pensil dalam limit waktu adalah salah satu kriteria
intelegensi.

Subtes ini mengukur visual motor dexterity (ketangkasan/kecekatan visual


motor). Juga kemampuan untuk menyerap material baru yang disajikan
didalam konteks hubungan. Kecepatan dan ketepatan juga dibutuhkan.
Subtes ini merupakan yang dapat paling cepat diadministrasikan.

Kekurangan subtes ini adalah anak sering memandang subtes ini tidak
bermutu, tidak inspiratif dan anak-anak cepat bosan. Anak dengan kordinasi
visualmotor yang rendah akan mengalami kesulitan dalam subtes ini.

 Tanggapan

Alat- alat tes yang diciptakan oleh Wechsler ini sangat bervariasi, yang
membedakan hanyalah subjek yang akan di tes berdasarkan usia nya tetapi tujuan
nya sama, yaitu mengukur kemampuan kognitif seorang individu. Menurut saya tes
ini tidak hanya dapat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif saja tetapi
hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tes Wechsler ini juga membantu dalam
mendeteksi keterlambatan kognitif seseorang seperti misalnya gangguan
pemahaman Bahasa, keterlambatan berpikir, sulit konsentrasi, gangguan emosi, dan
gejala klinis lainnya.
 CFIT (Culture Fair Intelligence Test)

Culture Fair Intelligence Test (CFIT) merupakan salah satu tes inteligensi yang
sering digunakan oleh psikolog dan lembaga psikologi di Indonesia. Pertama kali
Tes inteligensi CFIT ini dikembangkan oleh Raymond B. Cattell pada tahun 1940.
Dalam proses administrasinya, Tes CFIT relatif tidak memakan waktu yaitu hanya
sekitar 30 menit.

Tes inteligensi CFIT mengukur general intelligence (g) yang terdiri dari dua
faktor, yaitu fluid intelligence dan crystallized intelligence . Fluid intelligence
merupakan kecerdasan yang berasal dari sifat bawaan lahir atau hereditas.
Sedangkan crystallized intelligence adalah kecerdasan yang sudah dipengaruhi
oleh lingkungan, misalnya kecerdasan yang didapat melalui proses pembelajaran di
sekolah. Tes ini dikembangkan sebagai tes non verbal untuk mengukur fluid
intelligence.

3 Jenis skala CFIT :

o skala 1 ditujukan untuk usia 4 sampai 8 tahun


o skala 2 ditujukan untuk usia 8 sampai 13 tahun
o dan skala 3 ditujukan untuk individu dengan kecerdasan di atas rata-rata.

Skala 2 dan 3 berbentuk paralel (A dan B) sehingga tes ini yang dapat digunakan
untuk pengetesan kembali. Umumnya tes-tes ini dapat diberikan pada
sekelompok individu secara kolektif, namun terkecuali beberapa subtes dari
skala 1. Skala 1 memiliki delapan subtes, namun yang benar-benar adil secara
budaya hanya separuhnya. Terdapat kemiripan antara skala 2 dan 3 tes CFIT,
yang membedakan hanya tingkat kesukarannya. Suwandi (2015) menjelaskan
bahwa skala ini terdiri dari empat subtes, yaitu:

o Series terdiri dari 13 item, peserta diinstruksikan untuk melanjutkan


gambar secara logis dari 3 gambar yang telah disajikan sebelumnya.
o Classification terdiri dari 14 item, peserta diinstruksikan untuk
mencocokan 2 gambar dari setiap seri. Kemudian pada gambar yang
cocok dipasangkan bersama.
o Matrice terdiri dari 13 item, peserta diinstruksikan untuk menentukan
mana dari 5 alternatif yang paling logis untuk melengkapi pola matriks
yang telah disajikan.
o Topology terdiri dari 10 item, peserta diinstruksikan untuk mencari
aturan umum dimana titik ditempatkan dengan menyimpulkan aturan
dan memilih gambar yang berlaku.

 Tanggapan

Tes yang dibuat oleh Raymond ini juga terkait sebagai alat ukur kemampuan
inteligensi. Pelaksanaan tes ini disesuaikan dengan kategorisasi usia, sehingga
tes ini memiliki skala 1 – 3 .

 SPM ( The Standard Progresive Matrices )

SPM merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan
secara individual maupun secara kelompok. Skala ini dirancang oleh J. C. Raven
dan diterbitkan terakhir kali oleh H. K. Lewis & Co. Ltd. London pada tahun 1960.
SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan
tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-
gambar. Karena instruksi pengerjaannya diberikan secara lisan maka skala ini dapat
digunakan untuk subjek yang buta huruf.

Standard Progressive Matrixes, merupakan salah satu tes inteligensi yang


dikenal luas di Indoensia. SPM merupakan tes non verbal yang menyajikan soal-
soal dengan menggunakan gambar-gambar yang berupa figur dan desain abstrak,
hingga diharapkan tidak tercemari oleh faktor budaya. Tes ini tidak menghasilkan
IQ, melainkan skor yang dapat dibandingkan dengan norma untuk menunjukkan
tingkat kemampuan mental seorang anak.

Materi tes berupa gambar dengan sebagian yang terpotong, tujuannya subjek
mencari potongan gambar yang cocok dari alternatif gambar yang disediakan.
Penyajian tes dapat dilakukan secara klasikal atau individual yang hasilnya
berupa persentil dan grade dari inteligensi. Tes ini terdiri dari 60 soal yang
dikelompokkan dalam lima seri yaitu: A, B, C, D, dan E, setiap seri terdiri dari 12
item. Total waktu yang dibutuhkan tidak terbatas, tetapi biasanya disediakan waktu
30 menit. Tes ini biasa digunakan pada anak SD maupun SMP.

Tujuan Tes SPM disusun berdasarkan teori faktor ”g” yang dikemukakan oleh
Spearman yang bertujuan untuk mengungkap kemampuan intelektual (inteligensi
umum) individu. Aspek-aspek yang diungkap dalam tes ini adalah:

1. Kemampuan penalaran ruang yaitu kemampuan seseorang dalam memahami


konsep ruang

2. Kemampuan menganalisis, mengintegrasikan, mencari dan memahami


sistem hubungan diantara bagian-bagian.

3. Kemampuan dalam hal ketepatan yaitu kemampuan seseorang dalam


menghitung.

Jenis tes

SPM dikelompokkan sebagai tes non verbal artinya materi soalnya tidak
diberikan dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-
gambar. Selain itu juga SPM masuk dalam jenis tes speed karena bertujuan untuk
mengukur kecepatan/ketangkasan dalam mengatasi masalah, skor biasanya
menunjukan frekuensi masalah yang diatasi. SPM juga masuk dalam jenis tes
individual maupun kelompok karena tes ini bisa dilakukan sendiri atau kelompok.

 Tanggapan

Tes SPM adalah jenis tes nonverbal yang menggunakan gambar didalam materinya,
ini mampu mengasah kecepatan dan ketepatan subjek, dan juga mampu
mengembangkan pola sistematis dari subjek yang melakukan tes tersebut. tapi
menurut saya dengan keterbatasan waktu yang disediakan menjadi hambatan dalam
menghasilkan interprestasi hasil tes yang memuaskan.
 IST (Intelligenz Struktur Test)

Tes IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi
individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada
tahun 1953. Tes ini untuk mengukur individu berusia 14-60 tahun. Dalam test IST
terdapat beberapa aspek yang digunakan sebagai acuan dalam mengetahui
Intelegensi individu.

Pandangan Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori
bifaktor, teori multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori hirarki
faktor. Berdasarkan teori faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang
diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara
subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor
yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak berhubungan
karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor). Sedangkan
kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor subtes-subtes.

Fungsi dan tujuan IST

Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian- bagian
yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur intelegensi
tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk profesi atau
pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan untuk
memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan karier
serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.

Subtes-subtes dalam IST :

Sembilan subtes dalam IST, yaitu:


1. SE: melengkapi kalimat. Pada subtes ini yang diukur adalah pembentukan
keputusan, common sense (memanfaatkan pengalaman masa lalu), penekanan pada
praktis-konkrit, pemaknaan realitas, dan berpikir secara berdikari/ mandiri.
2. WA: melengkapi kalimat. Pada subtes ini akan diukur kemampuan bahasa,
perasaan empati, berpikir induktif menggunakan bahasa, dan memahami pengertian
bahasa.
3. AN: persamaan kata. Pada subtes ini yang diukur adalah kemampuan
fleeksibilitas dalam berpikir, daya mengkombinasikan, mendeteksi dan
memindahkan hubungan- hubungan, serta kejelasan dan kekonsekuenan dalam
berpikir.
4. GE: sifat yang dimiliki bersama. Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah
kemampuan abstraksi verbal, kemampuan untuk menyatakan pengertian akan
sesuatu dalam bentuk bahasa, membentuk suatu pengertian atau mencari inti
persoalan, serta berpikir logis dalam bentuk bahasa.
5. RA: berhitung. Dalam subtes ini aspek yang dilihat adalah kemampuan berpikir
praktis dalam berhitung, berpikir induktif, reasoning, dan kemampuan mengambil
kesimpulan.
6. ZR: deret angka. Dalam subtes ini akan dilihat bagaimana cara berpikir teoritis
dengan hitungan, berpikir induktif dengan angka-angka, serta kelincahan dalam
berpikir.
7. FA: memilih bentuk. Pada subtes ini akan mengukur kemampuan dalam
membayangkan, kemampuan mengkonstruksi (sintesa dan analisa), berpikir
konkrit menyeluruh, serta memasukkan bagian pada suatu keseluruhan.
8. WU: latihan balok. Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah daya bayang
ruang, kemampuan tiga dimensi, analitis, serta kemampuan konstruktif teknis.
9. ME: latihan simbol. Subtes ini mengukur daya ingat, konsentrasi yang menetap,
dan daya tahan

 Tanggapan

Tes IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi
individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada
tahun 1953. Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari
bagian- bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur
intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk
profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan
untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan
karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.

Anda mungkin juga menyukai