Dosen Pengajar :
FEBI HERDAJANI, S.Psi., M.Si., Psi
Disusun Oleh :
Nazmi Fredella (1824090200)
Psikodiagnostik Iv (Intel)
Kamis - 15:20 - 17:50
FAKULTAS PSIKOLOGI
2018
Tes Binat
Komponen dalam inteligensi sendiri terdiri dari tiga hal, yaitu kemampuan
untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah
tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk
mengkritik diri sendiri.
2. Visual-motor Ability
3. Arithmetic reasoning
Penyajian Tes dalam bentuk tes Stanford-Binet Bentuk L-M dan Prosedur
penyajian tepat seperti penyusunan norma. Kondisi yang menentukan tes valid
atau tidak dapat dilihat apakah
Mengikuti prosedur standard, Usaha subjek /testee yang maksimal harus
diciptakan melalui rapport yang baik/memadai, dan juga Jawaban atau respon
diskor secara tepat dan segera.
o Mengawali Tes -> Normanya dimulai dr 1 tingkat di bawah CA
(Chronological Age).
o Tidak Semua Item Disajikan -> mencari “Umur Basal” s.d. “Umur
Ceiling”.
o Pertanyaan yang dapat diulang adalah pertanyaan yang bukan
mengungkap ingatan (non memory)
o Melakukan inquary thd jawaban yg meragukan.
o Menghindari “Halo Effect” dg menguasai skoring.
o Urutan dalam menyajikan tes persis seperti manual dan record booklet.
Tanggapan
Menurut saya, tes binet menggunakan umur mental sebagai dasar untuk
menentukan tingkat berfungsinya mental seorang anak. Seorang anak mungkin
berusia 9 tahun tetap anak tersebut memiliki umur mental 12 tahun jika ia dapat
menjawab pertanyaan yang dapat dijawab oleh anak-anak yang berumur 12
tahun. Tes binet juga menilai bahwa kecerdasan seorang anak bukan hanya
dilihat dari seberapa pintar anak tersebut, tetapi melihatnya dengan mengukur
penalaran abstrak dari anak tersebut. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa usia
kronologis tidak menentukan seberapa level mental yang dimiliki seorang anak.
Tes Intelegensi Wechsler
• WAIS, Wechsler Adult Intelligence Scale ( revisi beberapa beberapa item dari
beberapa beberapa subtes )
o Subtes 1 – informarsi
o Subtes 2 - Comprehension
o Subtes 4 Arithmetic
o Subtes 5 similarities
o Subtes 6 vocabulary
o Subtes Mazes = berisi 8 maze , dua yang pertama diberikan hanya pada
anak usia dibawah 8 atau yang lebih tua dengan mengalami gangguan
mental. Subtes ini berdasar pada konsep bahwa kemampuan untuk
merencanakan kedepan dan bergerak secara akurat dapat diprediksikan
melalui kertas yang berisi maze.
Kelebihan tes ini adalah subtes tidak menggunakan kata-kata (non verbal),
anak-anak merasa seperti bermain dalam subtes ini. Sementara
kekurangannya subtes ini kurang terstandarisasi sebagai bagian dari WISC.
Korelasi dengan skor total agak kurang.
o Subtes coding = menuntut anak untuk menemukan symbol yang sama dan
memberikan tanda yang sesuai pada kotak kosong yang disediakan. Tes ini
berdasar pada konsep bahwa kemampuan untuk mempelajari simbol dan
bentuk atau simbol dan angka, juga untuk mengkreasi ulang kombinasi ini
dengan kertas dan pensil dalam limit waktu adalah salah satu kriteria
intelegensi.
Kekurangan subtes ini adalah anak sering memandang subtes ini tidak
bermutu, tidak inspiratif dan anak-anak cepat bosan. Anak dengan kordinasi
visualmotor yang rendah akan mengalami kesulitan dalam subtes ini.
Tanggapan
Alat- alat tes yang diciptakan oleh Wechsler ini sangat bervariasi, yang
membedakan hanyalah subjek yang akan di tes berdasarkan usia nya tetapi tujuan
nya sama, yaitu mengukur kemampuan kognitif seorang individu. Menurut saya tes
ini tidak hanya dapat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif saja tetapi
hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tes Wechsler ini juga membantu dalam
mendeteksi keterlambatan kognitif seseorang seperti misalnya gangguan
pemahaman Bahasa, keterlambatan berpikir, sulit konsentrasi, gangguan emosi, dan
gejala klinis lainnya.
CFIT (Culture Fair Intelligence Test)
Culture Fair Intelligence Test (CFIT) merupakan salah satu tes inteligensi yang
sering digunakan oleh psikolog dan lembaga psikologi di Indonesia. Pertama kali
Tes inteligensi CFIT ini dikembangkan oleh Raymond B. Cattell pada tahun 1940.
Dalam proses administrasinya, Tes CFIT relatif tidak memakan waktu yaitu hanya
sekitar 30 menit.
Tes inteligensi CFIT mengukur general intelligence (g) yang terdiri dari dua
faktor, yaitu fluid intelligence dan crystallized intelligence . Fluid intelligence
merupakan kecerdasan yang berasal dari sifat bawaan lahir atau hereditas.
Sedangkan crystallized intelligence adalah kecerdasan yang sudah dipengaruhi
oleh lingkungan, misalnya kecerdasan yang didapat melalui proses pembelajaran di
sekolah. Tes ini dikembangkan sebagai tes non verbal untuk mengukur fluid
intelligence.
Skala 2 dan 3 berbentuk paralel (A dan B) sehingga tes ini yang dapat digunakan
untuk pengetesan kembali. Umumnya tes-tes ini dapat diberikan pada
sekelompok individu secara kolektif, namun terkecuali beberapa subtes dari
skala 1. Skala 1 memiliki delapan subtes, namun yang benar-benar adil secara
budaya hanya separuhnya. Terdapat kemiripan antara skala 2 dan 3 tes CFIT,
yang membedakan hanya tingkat kesukarannya. Suwandi (2015) menjelaskan
bahwa skala ini terdiri dari empat subtes, yaitu:
Tanggapan
Tes yang dibuat oleh Raymond ini juga terkait sebagai alat ukur kemampuan
inteligensi. Pelaksanaan tes ini disesuaikan dengan kategorisasi usia, sehingga
tes ini memiliki skala 1 – 3 .
SPM merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan
secara individual maupun secara kelompok. Skala ini dirancang oleh J. C. Raven
dan diterbitkan terakhir kali oleh H. K. Lewis & Co. Ltd. London pada tahun 1960.
SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan
tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-
gambar. Karena instruksi pengerjaannya diberikan secara lisan maka skala ini dapat
digunakan untuk subjek yang buta huruf.
Materi tes berupa gambar dengan sebagian yang terpotong, tujuannya subjek
mencari potongan gambar yang cocok dari alternatif gambar yang disediakan.
Penyajian tes dapat dilakukan secara klasikal atau individual yang hasilnya
berupa persentil dan grade dari inteligensi. Tes ini terdiri dari 60 soal yang
dikelompokkan dalam lima seri yaitu: A, B, C, D, dan E, setiap seri terdiri dari 12
item. Total waktu yang dibutuhkan tidak terbatas, tetapi biasanya disediakan waktu
30 menit. Tes ini biasa digunakan pada anak SD maupun SMP.
Tujuan Tes SPM disusun berdasarkan teori faktor ”g” yang dikemukakan oleh
Spearman yang bertujuan untuk mengungkap kemampuan intelektual (inteligensi
umum) individu. Aspek-aspek yang diungkap dalam tes ini adalah:
Jenis tes
SPM dikelompokkan sebagai tes non verbal artinya materi soalnya tidak
diberikan dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-
gambar. Selain itu juga SPM masuk dalam jenis tes speed karena bertujuan untuk
mengukur kecepatan/ketangkasan dalam mengatasi masalah, skor biasanya
menunjukan frekuensi masalah yang diatasi. SPM juga masuk dalam jenis tes
individual maupun kelompok karena tes ini bisa dilakukan sendiri atau kelompok.
Tanggapan
Tes SPM adalah jenis tes nonverbal yang menggunakan gambar didalam materinya,
ini mampu mengasah kecepatan dan ketepatan subjek, dan juga mampu
mengembangkan pola sistematis dari subjek yang melakukan tes tersebut. tapi
menurut saya dengan keterbatasan waktu yang disediakan menjadi hambatan dalam
menghasilkan interprestasi hasil tes yang memuaskan.
IST (Intelligenz Struktur Test)
Tes IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi
individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada
tahun 1953. Tes ini untuk mengukur individu berusia 14-60 tahun. Dalam test IST
terdapat beberapa aspek yang digunakan sebagai acuan dalam mengetahui
Intelegensi individu.
Pandangan Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori
bifaktor, teori multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori hirarki
faktor. Berdasarkan teori faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang
diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara
subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor
yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak berhubungan
karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor). Sedangkan
kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor subtes-subtes.
Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian- bagian
yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur intelegensi
tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk profesi atau
pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan untuk
memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan karier
serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.
Tanggapan
Tes IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi
individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada
tahun 1953. Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari
bagian- bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur
intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk
profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan
untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan
karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.