Anda di halaman 1dari 20

Pemahaman Individu Teknik Tes

TES INTELEGENSI
Oleh :
Rikky Aditya 5191211002
Sri Wahyuni 5191211005
Gesty Dwi Widanti 5191211019
Etha Bertania 5191211023

Bimbingan dan Konseling


1. Hakikat Inteligensi 2. Angka Kecerdasan Dan
Realitanya

3. Penggunaan Beberapa Jenis


Alat Ukur Inteligensi
Tes 4. Perlakuan BK Pada Tiap
Inteligensi Tingkat Kecerdasan

5. Persamaan dan Perbedaan


Antara Diagnosis Kecerdasan
Hakikat Inteligensi

Inteligensi/kecerdasan merupakan salah satu hal penting dalam dunia


pendidikan dan pengajaran. Karena itu sudah sewajarnya masalah ini banyak
di bicarakan orang. Dalam proses pendidikan banyak yang mengangap
intelegensi sangat penting sehingga menentukan keberhasilan dalam belajar
namun ada juga yang beranggapan inteligensi tidak lebih penting pengaruh
nya dari pada aspek jiwa yang lain. Dari hasil percobaan dalam bidang
pendidikan mendapat kesimpulan bahwa proses pendidikan itu berhasil/tidak
nya proses pendidikan itu di pengaruhi oleh faktor inteligensi.
 
Binet mendefinisikan intelegensi sebagai “the tendency to make and maintain a definite
direction,the capacity to make adaption for the purpose of attaining a desired and,the
power of auto critiscm” (corn bach 1984:195)
Pendapat binet tersebut oleh suryabrata (1984b:75) dijelaskan lebih lanjut,bahwa sifat
hakikat intelengensi itu dapat dilihat dalam berfungsi nya 3 kualitas berfungsinya dalam
manusia yaitu :

1. kecenderungan untuk mengarah kan pikiran dan mempertahankan tujuan


tertentu:makin tinggi taraf intelengensu seseorang akan makin cakap lah ia
membuat tujuan sendiri mempunyai inisiatif dan kreatifitas sendiri,tidak hanya
menunggu perintah.
2. kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencapau
tujuan itu,semakin tinggi taraf intelegensi seseorang maka dia akan makin dapat
myesuaikan cara2 untuk mencapai tujuan dan dengan situasi.
3. kemampuan untuk otokritik,kemampuan untuk mengkritik diri sendiri,kemampuan
untuk belajar dari kesalahan yang pernah dibuat nya.
David wachler dalam morgana dan king (1971:318) B)Inteligensi merupakan kemampuan untuk berfikir
menyatakan bahwa: rasiaonal: hal ini mengandung makna bahwa itelegensi
Intelegensi merupakan suatu keseluruhan kemampuan berkaitan dengan rasio,nalar,penalaran.
individu untuk bertindak dengan tujuan mencapai
sesuat,untuk berfikir secara rasional dan untuk C)Inteligensi merupakan kemampuan individu untuk
menghadapi lingkungan sekitar secara efektif. menghadapi lingkungan sekitar secara
efektif,performance/hasil dari proses berfikir seseorang
Dari pendapat wacler diatas dapat dijelaskan lebih lanjut akan dilihat dengan kemampuannya
tentang itelegensi: menghadapi(menyesuaikan diri)dengan lingkugannya.

A)Keseluruhan kemampuan individu untuk Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa itelegensi
bertindak,itelegensi terdiri dari komponen kepribadian adalah kemampuan potensial individu dalam
seseoran,bukan hanya komponen kognitif tapi juga ada mengunakan pikiranya untuk menpelajari dan
perasaan,kemauan,dorongan,dll.ditujukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagannya dalam
mencapai suatu tujuan yang telah di tentukan sebelum memecah kan persoalan2 baru ataupun persyaratan dari
nya jadi tidak trial error. tuntunan yang di hadapi secara cepat,tepat dan berhasil.
 
Angka Kecerdasan Dan Realitanya
O Ani memperoleh nilai kecerdasan 75, yang diartikan cukup cerdas.
O Doni memperoleh nilai kecerdasan 89, dan diartikan agak kurang cerdas

Bukankah ini membingungkan?

Ani adalah anak kelas 1 SD yang mana dia masih dianggap kurang cerdas
oleh ibunya. ini karena Ani mengabaikan apa yang sudah dia pelajari
sebelum ulangan. Padahal nilai Ani masih lebih baik dibandingkan nilai
rata-rata kelasnya. Selain itu Ibunya juga masih belum puas dan
menyatakan anaknya memang kurang cerdas, karena hasnya memperoleh
nilai 75 dari tes intelegensinya.

Doni adalah siswa SLTP dan merupakan bintang pelajar di sekolahnya.


namun hasil tes intelegensinya agak rendah. Dibandingkan anak lainnya
yang hasil intelegensinya tergolong cerdas, namun naik kelas karena
katrolan nilai guru.
Kenapa begitu?

a. Guru hanya melihat nilai rapor


b. Orang tua memiliki standar nilai

Lalu apakah tes intelegensi itu tidak valid?

Klasifikasi dan angka kecerdasan yang digunakan masing-masing tes


intelegensi itu tidak sama.

Beberapa bentuk tes inteligensi antara lain :

a. Tes inteligensi untuk anak-anak (tes Binet, WISC, WPPSI, CPM, CFIT
skala 1 & 2, dan TIKI dasar).
b. Tes inteligensi untuk remaja - dewasa (TIKI menengah, TIKI tinggi,
WAIS, SPM, APM, CFIT skala 3).
c. Tes inteligensi untuk tuna rungu (SON).
Klasifikasi dan Angka Kecerdasan
Klasifikasi kecerdasan sebagaimana tersebut di atas, mencakup dua
komponen dasar (Rahardjo. 1995:6), yaitu:

a. Kuantitas, menunjukkan tingkatan angka kecerdasan dari angka


terendah sampai teringgi.
b. Kualitas. menunjukkan tingkatan taraf kecerdasan dari tingkat
terendah sampai tertinggi.

Klasifikasi ini untuk Binet masih ada tingkatannnya, di atas Very


Superior ada tingkatan yang disebut Genius, dan pada tingkatan
Mentally Deffective digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu Idiot,
Embicil, dan Debil.
 
Penggunaan Beberapa Jenis Alat
Ukur Inteligensi
- Asal Mula Pengukuran Intelegensi

• 1890 Cattel mengembangkan tes sebagai teknik pengukuran dalam lapangan


psikologi.

• Alferd Binet dianggap sebagai pelopor pengukuran intelegensi.

• 1904, Binet dan Henri memikirkan cara untuk mengembangkan metode objektif
untuk menyeleksi anak-anak yang lambat mental

• Rangkaian karangan tertuang dalam L’Anne Psychologique.

• Binet dipercaya pemerintan Perancis untuk menyusun tes intelegensi.

• 1905 pertama kalinya tes intelegensi dipublikasikan dan ditujukan untuk anak-anak
mental terbelakang. Berisi 30 item dari dua tipe dasar.

• 1908 tes direvisi dan dikembangkan untuk ditujukan pada anak-anak normal.
Perkembangan dan Macam Tes Intelegensi
Karena sadar akan adanya adanya kelemahan pada tes binet, maka timbul usaha untuk
mengatasinya.

1. Terbatas pada kebudayaan, yaitu pengunaan bahasa


Solusinya, mengurangi bahkan menghilangkan bahasa dalam tes intelegensi, jadi nonverbal
atau dikenal dengan free culture test. Perintis tes nonverbal yaitu Florence Goodenough,
Porteus dan JC Raven.
2. Skala umur
Solusinya, menggunakan skala nilai yang mana ini dipelopori oleh Yerkes.

Skala nilai juga dipakai oleh David Wechsler dan JC Raven.


Tes intelegensi Wechsler merupakan tes yang terikat budaya, karena terdiri dari kelompok
verbal dan performance.

Kelompok verbal terdiri dari subtes: Kelompok Performance terdiri dari subtes :
1.Information 1.Picture completion
2.Comprehension 2.Picture arrangement
3.Arithmetic 3.Block design
4.Similarities 4.Object assembly
5.Vocabulary 5.Coding
6.Digit Span 6.Mazes
Tes yang di susun oleh Goodenough disebut dengan DAM (Draw A Man-tes)
Porteus mengembangkan tes labyrinth (maze test)

Tes Raven disebut dengan Progressive Matrices, yang diciptakan pada 1938.
• Tes nonverbal
• Mengukur kemampuan untuk mengerti dan melihat hubungan gambar serta
mengembangkan pola pikir sistematis
Raven progressive Matrices terdiri atas tiga tes dengan penggunaan yang
berbeda-beda (Sugiyanto, dkk., 1984: 1), yaitu:

1.Standard Progressive Matrices (SPM).


• 60 soal.
• Orang normal usia 6-65 tahun.

2.Coloured Progressive Matrices (CPM).


• 36 soal Anak usia 5-11 tahun.
• Anak yang mengalami hambatan mental dan lansia.

3.Advanced progressive Matrices (APM).


• 48 soal.
• Usia diatas 11 tahun.
• Orang normal tanpa batasan waktu.
• Untuk mengukur kemampuan observasi dan clear thingking.
• Jika berbatas waktu (40 menit) bertujuan mengukur kecepatan dan
kemampuan intelektual.
Perlakuan BK Pada Tiap Tingkat
Kecerdasan
Ada klasifikasi inteligensi yang berbeda-beda, maka perlakuan bimbingan dan
konseling pada setiap tingkat/klasifikasi kecerdasan juga berbeda-beda.

• Mengacu pada klasifikasi dan angka kecerdasan tersebut, maka perlakuan guru
pembimbing pada setiap tingkat kecerdasan dapat dideskripsikan, sebagai berikut :
a.Genius d.High Average
Tingkat kecerdasan paling tinggi. Individu Studinya relatif stabil.
yang mempunyai taraf inteligensi ini
hendaknya diberi pendidikan luar biasa supaya e.Average
dapat teraktualisasikan kognitifnya. Mulai diperlukan adanya bimbingan preventif.

b.Very Superior f.Low Average


Mereka dapat ditempatkan di sekolah biasa, Kelompok anak yang sehari-hari disebut sebagai slow
tetapi ada tambahan berupa layanan learners. Mereka ini perlu memperoleh tambahan
individual. pengajaran yang disesuaikan.

c.Superior g.Borderline
Di sekolah biasa dan masih dapat Golongan yang kognitifnya tidak dapat berkembang.
h.Mentally deffective
Anak-anak yang harus ditempatkan di Sekolah Luar Biasa. Kelompok ini dapat
digolongkan menjadi 3, yaitu :

- Debil : Mereka yang dikatakan sebagai individu yang mampu didik


(marginal independent/independent retarded/educable). Mereka ini dapat
dididik untuk melakukan kebiasaan yang baik untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri dan lingkungannya yang terkecil.

- Embisil : Mereka yang dikatakan sebagai individu yang mampu latih


(trainable/semi dependent). Mereka dapat dilatih untuk memperoleh
ketrampilan tertentu.

- Idiot : Kelompok individu yang perlu rawat (total care/dependent). Mereka


tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri.
Persamaan dan Perbedaan Antara
Diagnosis Kecerdasan
-Persamaan

1. Dapat mendiagnosis kecerdasan seseorang


 
-Perbedaan

Raven
1. Individual maupun klasikal
2. sleksi lebih praktis karna secara klasikal
3. Dapat dilakukan untuk orang yg buta huruf
4. Tes yang bebas budaya
5. Tes yang diadopsi
6. Membagi tes menjadi 3 kelompok (CPM, SPM, APM)
Binet Sinon
1. Individual
2. Untuk mendiagnosis kecerdasan sampai taraf genius, debil, embisil dan
idiot
3. Hanya diberikan kepada orang yang mampu membaca dan menulis
4. Terikat budaya
5. Harus beradaptasi (konsekuensi dari poin 4)
6. Hanya untuk anak-anak

Whechsler
1. Individual
2. Untuk mendiagnosis kesulitan belajar
3. Hanya diberikan kepada orang yang mampu membaca dan menulis
4. Terikat budaya
5. Harus beradaptasi (konsekuensi dari poin 4)
6. WAIS (dewasa) dan WISC (anak-anak)
Any Question ?

TERIMAKASI
H
Daftar Pustaka
Rahardjo, Susilo, dan Edris Zamroni. 2019. Teori dan Praktik Pemahaman Individu Teknik Testing.
Jakarta; Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai