Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shatria Sholihin Putra

Nim : 18053131

“INTELEGNSI DAN PERANAN SERTA PENGEMBANGANNYA DALAM


PEMBELAJARAN”
A. Konsep Dasar Intelegensi
1. Pengertian Intelegensi Secara Etimologis
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari
bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang
intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun
1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu
kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan
sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan
penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang
berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan
perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.

2. Intelegensi Menurut Para Ahli.


Menurut para ahli : “kemampuan untuk berpikir secara abstrak (Terman)”, “
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Colvin)”, “intelek plus
pengetahuan (Henmon)”, ”teknik untuk memproses informasi yang disediakan oleh indra
“(Hunt).
a. S.C Utami Munandar
Secara umum intelegensi dirumuskan sebagai berikut :
1) Kemampuan untuk berpikir abstrak
2) Kemampuan untuk menangkap hubungan – hubungan dan untuk belajar
3) Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi – situasi baru
b. Edward Thorndike
“intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good response
from the stand point of truth or fact” (intelegensi adalah kemampuan individu untuk
memberikan respon yang tepat (baik)terhadap stimulasi yang diterimanya.)
c. Alfred Binet, tokoh perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri
dari tiga komponen, yaitu:
1) Direction , kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus
dipecahkan.
2) Adaptation, kemampuan untuk mengadakan adapatasi terhadap masalah yang
dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah
3) Critism, kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang
dihadapi atau terhadap dirinya sendiri.
3. Factor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelegensi
Andi Mappiare (1982) mengemukakan 3 faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
intelegensi remaja yaitu:
a. Bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga dia mampu
berfikir selektif.
b. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang
dapat berfikir proporsionsi.
c. Adanya kebebasan berfikir.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan intelegensi
adalah suatu kemampuan mental ataupun rohani yang melibakan proses berpikir secara
rasional untuk menyesuaikan diri kepada situasi yang baru. Oleh karena itu, intelegensi
tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional.

B. Pengukuran Intelegensi dan Klasifikasi IQ


Semenjak para ahli psikologi mulai mengadakan cara pendekatan secara empiris, maka
pengukuran intelegensi telah banyak menarik para ahli, terlebih-lebih setelah gerakan
pengukuran dalam lapangan psikologi maju dengan pesat.
1. Perkembangan Tes Intelegensi Pada Umumnya
a. Fase persiapan, yaitu fase dimana para ahli sedang mencari atau berusaha
mendapatkan tes intelegensi.
b. Fase naif, yaitu fase dimana orang menggunakan tes intelegensi yang telah tersusun
tanpa kritik.
c. Fase culture free test, yaitu fase mencari tes yang bebas dari pengaruh kebudayaan.
2. Perkembangan test inteligensi model binet
Sejak akhir abad yang lalu Alfred Binet telah menjadi salah seorang
ahli  psikologi yang terkenal . Sejak tahun 1890-an ia telah mengadakan usaha-usaha ke
arah penyusunan tes intellegensi.
3. Tes wecbsler
Mula-mula diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama Wechsler Bellevue
Intellegence Scale ( bisa disingkat W-B ) . Dengan makin populernya tes inteligensi
sebagai alat untuk mengetahui (mengukur) perbedaan antara individu yang lain
dipandang dari segi inteligesi, maka makin terasalah kebutuhan akan adanya tes
intelegensi yang sesuai untuk menetes orang dewasa, dan ini mendorong banyak ahli
untuk berusaha menyusunnya.

Klasifikasi IQ berbeda untuk setiap metode test yang digunakan. Stanford-Binet


mengklasifikasikan nilai IQ normal yang berkisar.
Bisa menggunakan klasifikasi dibawah ini (hasil kompromi ketiga metode diatas).
a. 70 – 79 : Tingkat IQ rendah atau keterbelakangan mental.
b. 80 – 90 : Tingkat IQ rendah yang masih dalam kategori normal (Dull Normal)
c. 91 – 110 : Tingkat IQ normal atau rata-rata
d. 111 – 120 : Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal (Bright Normal)
e. 120 – 130 : Tingkat IQ superior
f. 131 atau lebih : Tingkat IQ sangat superior atau jenius.

C. Konsep Multiple Intelligence (kemajemukan intelegensi)


Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar
kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam
pola pikirnya yang unik. Teori ini dikembangkan oleh Howard Gadner, dalam teorinya ia
mengemukakan sedikitnya ada sepuluh jenis inteligensi yang dimiliki manusia secara
alami, diantaranya :
a. Inteligensi bahasa (verbal or linguistic intelligence) yaitu kemampuan memanipulasi
kata – kata didalam bentuk lisan atau tulisan. Misalnya membuat puisi
b. Inteligensi matematika-logika (mathematical-logical) yaitu kemampuan
memanipulasi system-sistemangka dan konsep-konsep menurut logika. Misalkan para
ilmuwan bidang fisika, matematika
c. Inteligensi ruang (spatial intelligence) adalah kemampuan untuk melihat dan
memanipulasi pola-pola dan rancangan. Contohnya pelaut, insinyur dan dokter bedah
d. Inteligensi musik (musical intelligence)adalah kemampuan memahami dan
memanipulasi konsep-konsep musik. Contohnya intonasi, irama, harmoni
e. Inteligensi gerak-tubuh(bodily-kinesthetic intelligence)yakni kemampuan untuk
menggunakan tubuh dan gerak. Misalkan penari, atlet
f. Inteligensi intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami perasaan – perasaan
sendiri, refleksi, pengetahuan batin, dan filosofinya,contohnya ahli sufi dan
agamawan
g. Inteligensi interpersonal yaitu kemmampuan memahami orang lain, pikiran maupun
perasaan-perasaannya, misalnya politis, petugas klinik, psikiater
h. Intelegensi Naturalis adalah kemampuan untuk mengenal flora dan fauna melakukan
pemilahan-pemilahan utuh dalam dunia kealaman dan menggunakan kemampuan ini
secara produktif, misalnya untuk berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi.
i. Intelegensi Emosional adalah yang dapat membuat orang bisa mengingat,
memperhatikan, belajar dan membuat keputusan yang jernih tanpa keterlibatan emosi.
Jadi intelegensi emosional disini berkaitan dengan sikap motivasi, kegigihan, dan
harga diri yang akan mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa.
j. Intelegensi Spiritual adalah kemampuan yang berhubungan dengan pengakuan
adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya.

D. Usaha Guru Mengembangkan Intelegensi Dalam Belajar


Usaha yang dapat dilakukan guru dan orangtua dalam membantu perkembangan intelegensi
remaja anatara lain :
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang
gurumenjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya
kepadasiwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangatmereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang
belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.
Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajarStrateginya adalah dengan
memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajan

Refrensi
Agus, Sujantu. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: PT Bumi Aksara
Morgan, Clifford T. 1986. Psikologi Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Sumadi, Suryabrata. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai