INTELIGENSI
Adira (A1E118009)
Dosen Pengampu :
Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang karena rahmat-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah instrumentasi dalam konseling II yang berjudul
Inteligensi yang bersumber dari buku-buku penunjang
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah instrumentasi
dalam koseling II sebagai salah Bismillahirrahmanirrahim
Segala satu syarat tuntas mata kuliah ini. Kami berharap dengan adanya
makalah ini, pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasannya mengenai
inteligensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, untuk
itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan agar dapat membuat
makalah yang lebih baik kedepannya.
Kami sangat berterimakasih kepada Allah SWT, orang tua, dosen
pengampu mata kuliah dan teman-teman yang terlibat dalam penyusunan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENULISAN
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB 2 PEMBAHASAN
A. KONSEP INTELIGENSI
B. CIRI-CIRI INTELIGENSI
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELIGENSI
D. ALAT TES INTELIGENSI
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Inteligensi sering diartikan dengan kecerdasan. Istilah cerdas. Istilah cerdas
sendiri sudah lazim dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Meski fenomena
yang dipelajari sama, namun para psikolog yang mempelajari inteligensi
memberikan pengertian yang berbeda-beda mengenai inteligensi.
Untuk menggali lebih jauh lagi mengenai inteligensi maka kami membuat
makalah ini dengn harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep inteligensi menurut para ahli ?
2. Bagai mana ciri-ciri inteligensi yang sesuai dengan konsep inteligensi ?
3. Apa-apa saja faktor yang mempengaruhi inteligensi?
4. Bagaimana cara mengukur inteligensi seseorang ?
C. TUJUAN PENULISAN
Makah ini ditulis bertujuan untuk memenuhi tugas instrumentasi dalam
konseling II dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan tentang
instrumentasi dalam konseling format tes.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. KONSEP INTELIGENSI
Inteleginsi berasal dari kata “inteleg” yang artinya pikiran. Istilah inteligensi
berasal dari kata latin “intelligere” yang berarti menghubungkan atau menyatukan
satu sama lain (to organize, to relate, to bind together) (Walgito, 1997). Dalam
bahasa Arab, inteligensi disebut dengan ad-dzaka yang berarti pemahaman,
kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, berarti kemampuan (al-qudra)
dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna (Murad, dalam Mujib dan
Mudzakir, 2002).
Sternberg (dalam Eggen dan Kauchak, 1997) mendefinisikan inteligensi
sebagai tiga dimensi, yaitu : (a) kapasitas untuk memperoleh pengetahuan (b)
kemampuan untuk berpikir dan logika dalam bentuk abstrak, dan (c) kapasitas
untuk memecahkan masalah.
Anastasi (dalam Anastasi dan Urbin, 1997) menyatakan bahwa inteligensi
dalam kombinasi dari kemampuan yang dipersyaratkan untuk bertahan hidup dan
meningkatkan diri dalam budaya tertentu.
Murphy dan David Shofer (dalam Sukadji, 1998) menyatakan bahwa
inteligensi mengacu pada adanya perbedaan individual dalam mengerjakan tugas-
tugas yang berkaitan dengan manipulasi, menampilkan kembali ingatan, evaluasi,
maupun pemrosesab informasi.
J.P. Chaplin (1999) mendefinisikan inteligensi sebagai : (a) kemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif,
(b) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, dan (c) kemampuan
memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali.
Selain pendapat para ahli diatas, beberapa ahli juga menggunakan beberapa
pendekatan dalam memahami inteligensi, yang meliputi :
Pendekatan Belajar, pendekatan ini lebih menekankan kepada
perilaku yang tampak dan bukan pada pengertian mengenai konsep
mental dari inteligensi itu sendiri. Artinya inteligensi bukan sifat
kepribadian melainkan kualitas dari hasil belajar (Cattell, 1963).
2
Pendekatan Neurobiologis, menurut pendekatan ini inteligensi
memiliki dasar anatomi1 dan biologis. Artinya inteligensi merupakan
perilaku yang dapat ditelusuri dari dasar-dasar neuro-anatomis 2 dan
proses neurofisiologisnya3. (Cattell, 1963).
Pendekatan Psikometri, pendekatan ini memandang inteligensi
sebagai suatu kontruksi hipotesis. (Groth-Marnat, 1984).
Pendekatan Perkembangan, pendekatan ini lebih menekankan
perkembangan inteligensi secara kualitatif dalam kaitannya dengan
tahap-tahap perkembangan biologis individu.(Ginsburg & Opper,
1989).
3
d. Faktor Pembentukan
Faktor pembentukan ini ialah perkembangan yang terjadi kepada individu
di bawah pengaruh keadaan-keadaan dari luar.
D. PENGUKURAN INTELIGENSI
Untuk mengetahui tingkat inteligensi seseorang tidak bias hanya dengabn
berdasarkan perkiraan melalui pengamatan, akan tetapi harus menggunakan alat
khusus yang di namakan tes inteligensi atau IQ (Intelligence Quotient) (Walgito,
1997).
Berikut adalah ukuran-ukuran yang biasa digunakan untuk mengetahui tingkat
inteligensi seseorang :
IQ Tafsiran
>140 Berbakat
120-139 Sangat superior
110-119 Superior
90-109 Normal; rata-rata
70-89 Normal yang tumpul
50-69 Moron
20-50 Imbesil
0-20 Idiot
Tes IQ ini banyak bentuknya. Beberapa tes menggunakan tipe item tunggal,
contohnya Peabody Picture Vocabulary Test (untuk anak-anak) dan Raven
4
Progressive Matrices (tes nonverbal, yang membutuhkan penalaran induktif
mengenai pola perseptual). Bentuk tes lain menggunakan tipe item yang bervariasi,
verbal maupun nonverbal, karena mengukur inteligensi umum. Contohnya adalah
tes Stanford-Binet dan tes Wechsler.
Skala Inteligensi Stanford-Binet
Tes Binet disusun pertama kali pada tahum 1905, kemudian
dilakukan beberapa kali revisi. Butir soal yang awalnya dikembangkan
oleh Binet diadaptasi untuk anak sekolah Amerika oleh Lewis Terman di
Stanford University. Pada tahun 1916 terman kemudian mempublikasikan
revisi Stanford dari tes Binet, yang sekarang dikenal dengan skala
Inteligensi Stanford-Binet. Terman mempertahankan konsep Biner
tentang usia mental. Intelligence quotient (IQ) pada skala ini diperoleh
dari rasio usia mental (MA) terhadap usia kromologis (CA) yang
kemudian dikali dengan 100 :
MA
IQ= × 100
CA