OLEH :
PUJA ASMAUL HUSNA, S.Ft R024221001
WIDIARTY SULISTYANA NATSIR, S.Ft R024221006
BESSE PANGKA, S.Ft R024221007
MUALLIMAH HAS, S.Ft R024221038
NURHALIZAH SENNANG, S.Ft R024221040
JUSRIANI, S.Ft R024222006
ANGGUN INDAH LESTARI, S.Ft R024231005
ALIFAH NUR FADHILAH, S.Ft R024231016
ANNISA TSABITAH DIWANTIKA, S.Ft R024231021
MUKSIN YUNUS, S.Ft R024231026
DWINTA PUTRI SAKINAH, S.Ft R024231029
SULASTRI, S.Ft R024231032
SEFLYN CHRISTYN, S.Ft R024231031
NURFADHILA MULIYADI, S.Ft R024231004
WINNY BERGITTA SOMBOLAYUK, S.Ft R024231030
ASRIANY NASRUD, S.Ft R024231041
MEILANI, S.Ft R024231013
FEBRIANTO, S.Ft R024231017
Mengetahui,
Ismail Muhammad, S.Ft., Physio Dr. Andi Rizky Arbaim Hasyar, S.Ft.,
Physio
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan tuntunan-Nya sehingga para penulis dapat menyelesaikan laporan
studi kasus ini dengan judul “Management of Physiotherapy in Mitral Valve
Replacement Et Causa Mitral Regurgitation”. Shalawat dan salam senantiasa
penulis panjatkan kepada Rasulullah, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
yang telah menuntun umatnya dari jalan yang menyimpang atas syariat Allah
menuju jalan yang lurus (syariat-syariat Allah).
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu tugas pada pelaksanaan mata
kuliah Manajemen Fisioterapi Kardiopulmonal yang diharapkan dapat
memberikan gambaran kondisi-kondisi fisioterapi pada kasus kardiovaskular.
Dalam penyusunan laporan saya menyampaikan rasa terima kasih kepada
clinical instructor dan pihak lainnya yang telah membimbing dalam pelaksanaan
pembelajaran ini. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
LAMPIRAN...........................................................................................................35
v
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel3.1 Palpasi........................................................................................22
Tabel 3.2 PFGD........................................................................................23
Tabel 3.3 Intervensi Fisioterapi................................................................28
Tabel 3.4 Evaluasi.....................................................................................29
Tabel 3.5 Intervensi Fisioterapi RTL.........................................................30
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 2.1 Katup jantung tampak anterior.............................................4
Gambar 2.2 Katup jantung tampak frontal...............................................4
Gambar 2.3 murmur jantung menggunakan fomogram............................13
Gambar 2.4 tekhnik bedah katup jantung.................................................14
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mitral Regurgitation (MR) disebabkan oleh aliran darah retrograde dari
ventrikel kiri ke atrium kiri melalui katup mitral, menyebabkan murmur
sistolik paling baik terdengar di puncak jantung dengan radiasi ke aksila kiri.
MR merupakan kelainan katup yang paling umum terjadi di seluruh dunia,
mempengaruhi lebih dari 2% total populasi dan mempunyai prevalensi yang
meningkat seiring bertambahnya usia (Wu dkk, 2018).
Tindakan operasi bergantung pada penyebab utama MR. Pasien dengan
kerusakan katup akibat ruptur otot chordal, papiler atau endokarditis infektif
memerlukan pembedahan MR. Pasien dengan penyebab fungsional MR, seperti
iskemia, umumnya memerlukan pencangkokan CABG. Pasien dengan MR
akut dan bergejala, atau lubang regurgitasi efektif minimal 40 mm 2
memerlukan intervensi bedah. Operasi MR juga diindikasikan pada pasien
yang mengalami penurunan fungsi ventrikel kiri atau diameter akhir sistolik
4,5 cm. Pasien yang didiagnosis dengan MR primer parah memerlukan
pembedahan ketika menunjukkan gejala dengan Ejection Friction (EF) lebih
dari 30% atau tanpa gejala dengan EF 30% hingga 60%. Perbaikan katup
mitral memiliki dua tujuan: mendapatkan luas permukaan koaptasi daun katup
mitral (sekitar 5 hingga 8 mm) dan memperbaiki dilatasi annular (Coleman
dkk, 2017).
American College of Cardiology (ACC) dan American Heart Association
(AHA) umumnya merekomendasikan perbaikan katup mitral daripada
penggantian karena penurunan kekambuhan MR setelah perbaikan. Ada juga
beberapa data yang menunjukkan penurunan morbiditas dan mortalitas setelah
operasi perbaikan dibandingkan penggantian. Sedangkan penggantian katup
mitral disarankan apabila terdapat kerusakan jaringan yang lebih luas, misalnya
pada kasus endokarditis infektif. Dalam hal penggantian, prostesis mekanis
biasanya lebih disukai daripada bioprostetik karena daya tahannya lebih tinggi
dan pemasangannya lebih muda, namun, keduanya memerlukan antikoagulasi
setelah penempatan (Apostolidou dkk, 2017).
1
2
Mitraclip sebagai prosedur bedah lain yang terbukti efektif dan memiliki
morbiditas dan mortalitas yang rendah pada pasien yang dianggap berisiko
tinggi untuk perbaikan atau penggantian. Mitraclip dapat memperkecil area
katup mitral yang menyebabkan stenosis dan oleh karena itu, area di bawah 4,0
cm2 merupakan kontraindikasi untuk prosedur ini. Dalam hal ini peran
fisioterapi yaitu memberikan terapi baik sebelum maupun setelah menjalani
operasi pergantian katup serta memberikan latihan agar penderita dapat
memaksimalkan kerja jantung yang telah ditindaki (Ria et al., 2021).
B. Tujuan Praktik
a) Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan teori dan kemampuan praktek kepada
mahasiswa tentang peran fisioterapi pada bidang kardivaskular.
b) Tujuan Khusus
1) Agar mahasiswa mampu menjelaskan teori (patologi dan fisiologi)
katup mitral regurgitasi pasca operasi bedah thorax.
2) Agar mahasiswa mampu memaparkan peran fisioterapi dalam kasus
post op. mitral valve replacement.
3) Agar mahasiswa mampu mengilustrasikan keadaan pasien/suasana
ruangan di lahan praktik (cardiovascular care unit/CVCU, High Care
Unit/HCU, ruangan perawatan dan Intensuve Care Unit/ICU).
4) Agar mahasiswa mampu menganaliss pengguanaan alat-alat bantu di
ruangan lahan praktik (hemodynamic monitor).
5) Agar mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan dan diagnosa
fisioterapi terkait kasus gangguan kardiovaskular.
6) Mampu merancang dan mempraktekkan intervensi fisioterapi pada
kasus k kardiovaskular, baik pada keadaan sebelum maupun setelah
oprasi.
7) Mampu merincikan evaluasi dan re-evaluasi pada kasus
kardiovaskular.
3
C. Manfaat Praktik
a) Bagi Penulis
Berguna untuk menambah kemampuan dan pengetahuan,
mengidentifikasi masalah, menganalisa dan membuat kesimpulan terkait
penatalaksanaan fisioterapi pada pasien dengan kondisi katup mitral dan
regurgitasi pasca operasi bedah thorax.
b) Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
kasus katup mitral regurgitasi pasca operasi bedah thorax sehingga
masyarakat mampu mengurangi resiko terjadinya gangguan penyakit pada
katup jantung serta memberikan pengetahuan dan bahan rujukan tentang
peran fisioterapi dalam menangani kondisi katup mitral regurgitasi pasca
operasi bedah thorax.
D. Tempat dan Waktu
a) Tempat Praktik
Praktik ini dilakukan di Pusat Jantung Terpadu Rumah Sakit Dr.Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
b) Waktu Praktik
Praktik ini dilaksanakan pada tanggal 21 September – 30 Agustus 2023.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Katup berperan sebagai “jendela” untuk mencegah darah yang kaya oksigen
(O2) dengan darah yang kaya karbondioksida (CO 2) mengalir mundur atau
tercampur.
4
5
B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi berdasarkan tipe regurgitai katup mitral, antara lain
terdiri dari:
1. Primary Mitral Regurgitation (Dal-Bianco dkk, 2014)
Disebut juga degeneratif atau organik.
Terjadi akibat kelainan struktural atau kerusakan pada daun,
chordae, dan/atau otot papiler yang menyebabkan daun tidak cukup
menutup selama sistol.
Penyebab umum: ruptur otot papiler, prolaps katup mitral (MVP),
atau perforasi daun katup.
2. Secondary Mitral Regurgitation (Nishimura dkk, 2014; Schmitto dkk,
2010)
Disebut juga fungsional atau iskemik.
Terjadi akibat kelainan gerakan dinding ventrikel kiri (yaitu
kardiomiopati iskemik) atau remodeling ventrikel kiri (yaitu
dilatasi kardiomiopati).
Tidak ada masalah struktural dengan katup itu sendiri.
Menyebabkan dilatasi annular mitral atau perpindahan otot papiler
yang menyebabkan aliran retrograde dari katup mitral yang tidak
tertutup dengan benar
C. Biomekanik
Jantung adalah sistem yang berfungsi pada tingkat organ, jaringan,
seluler, dan protein. Fungsi jantung dapat dievaluasi pada tingkat seluler,
jaringan dan organ, dan pada setiap tingkat mekanik memainkan peran
9
penting dalam mengatur fungsi (Voorhees & Han, 2021). Fungsi utama left
ventrikel (LV) adalah untuk memompa darah ke organ distal dan semua
ekstremitas tubuh. Kinerja pompa jantung tergantung pada kekuatan
kontraksi miokardium, kondisi pembebanan, ukuran dan bentuk ventrikel,
serta fungsi katup. Gagal jantung terjadi ketika left ventrikel (LV) tidak
mampu memenuhi tuntutan tubuh dalam memompa darah (Voorhees &
Han, 2021).
Pada permulaan fase sistolik, LV jantung diisi dengan darah hingga
tekanan sekitar 8 mmHg dan tekanan lebih besar dari 16 mmHg dianggap
abnormal. Pada titik ini baik katup mitral yang mengarah ke LV dan katup
aorta yang melaluinya darah meninggalkan ruangan tertutup. Kontraksi aktif
miosit di miokardium LV dengan cepat meningkatkan tekanan cairan di atas
tekanan di aorta. Periode sistol ini disebut sebagai kontraksi isovolumik
karena darah tidak mengalir masuk atau keluar dari LV. Begitu tekanan
cairan di dalam LV melebihi tekanan di aorta, katup aorta terbuka dan
kontraksi miokardium mendorong darah bertekanan keluar dari bilik dan ke
dalam sirkulasi. Fase ini dikenal sebagai ejeksi (Voorhees & Han, 2021).
Saat kekuatan kontraktil yang dihasilkan oleh miosit berkurang, tekanan
darah di bilik LV kembali turun di bawah tekanan sirkulasi sistemik dan
katup aorta menutup menandai akhir fase ejeksi dan akhir sistol. Relaksasi
miosit menyebabkan penurunan tekanan isovolumik yang cepat dalam darah
yang tersisa di bilik LV, selama fase pertama diastol yang dikenal sebagai
relaksasi isovolumik. Ketika tekanan darah di LV turun di bawah tekanan
atrium kiri, katup mitral terbuka menyebabkan ruang LV terisi dengan
darah. Akhirnya kontraksi atrium memaksa dalam darah terakhir dan sedikit
menekan ruangan ke tekanan akhir diastoliknya (Voorhees & Han, 2021).
Fase siklus jantung ini disebut sebagai fase pengisian atau diastolik.
Relaksasi miosit menyebabkan penurunan tekanan isovolumik yang cepat
dalam darah yang tersisa di bilik LV, selama fase pertama diastol yang
dikenal sebagai relaksasi isovolumik. Ketika tekanan darah di LV turun di
bawah tekanan atrium kiri, katup mitral terbuka menyebabkan ruang LV
terisi dengan darah. Akhirnya kontraksi atrium memaksa dalam darah
10
D. Epidemiologi
Regurgitasi mitral adalah kelainan katup umum yang terjadi pada sekitar
10% dari total populasi. Prolaps katup mitral yang berhubungan dengan
degenerasi myxomatous pada katup mitral adalah penyebab paling umum dari
Mitral valve regurgitation primer. Penyakit ini disebut-sebut sebagai patologi
katup mitral jantung yang paling umum di seluruh dunia, mencakup 2%
hingga 3% dari total populasi. Di negara-negara berkembang, Rheumatid
Heart Disease (RHD) merupakan penyebab paling umum dari patologi katup
mitral. Gangguan pada katup mitral juga merupakan indikasi kedua yang
paling sering dilakukan untuk operasi katup (Moraes dan Katz, 2014; Nkomo,
2007).
E. Etiologi
Adapun penyebab dari gangguan/ kelainan katup mitral regurgitasi yaitu:
b) Kongenital
Kondisi seperti celah katup mitral yang terisolasi (Zhu dkk,
2009), katup mitral lubang ganda, dan katup mitral parasut
(PMV), yang merupakan anomali katup bawaan di mana
chordae tendinea melekat pada satu otot papiler, telah dikaitkan
dengan penyebab MR. Meskipun sangat jarang terjadi, kondisi
bawaan ini dalam literatur didefinisikan sebagai penyebab MR
primer (Rouskas dkk, 2016).
c) Infeksi/Reumatik
Dengan perkiraan lebih dari 15 juta kasus di seluruh dunia,
Rheumatic Heart Disease (RHD) sangat umum terjadi di
negara-negara berkembang karena kurangnya sumber daya
medis dan vaksinasi (Seckeler dan Hoke, 2009). Rheumatic
Heart Disease kronis berhubungan dengan pankarditis dan
melibatkan katup mitral yang menyebabkan regurgitasi pada
hampir 100% kasus karena jaringan parut pada katup dan
peralatan katup (Chockalingam dkk, 2003; Sika dkk, 2017).
2. Primary Mitral Regurgitation
Dilatasi ventrikel kiri akibat kardiomiopati iskemik atau noniskemik
secara sekunder mengganggu koaptasi leaflet dari MV yang secara
struktural normal, sehingga menghasilkan MR sekunder. Disfungsi
dan remodeling dapat menyebabkan perpindahan otot papiler apikal
dan lateral, mengakibatkan penambatan daun katup, pelebaran, dan
perataan annulus mitral, serta menurunkan gaya penutupan katup.
Berkurangnya kekuatan penutupan mencakup penurunan kontraktilitas
LV, perubahan kontraksi annular sistolik, berkurangnya sinkronisitas
antara dua otot papiler, dan desinkroni LV, terutama pada segmen
basal.
a) Papillary Muscle Rupture
Ruptur otot papiler adalah kondisi yang sangat jarang terjadi
pada 1% hingga 2% pasien setelah myocardial infarction (MI)
12
F. Patofisiologi
G. Manifestasi Klinik
Ketika katup jantung bocor, darah akan mengalir mundur ke arah yang
salah, sehingga dapat menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan berbagai gejala
sebagai berikut :
1. Sesak napas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung
tidak mampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-
paru juga berkurang.
2. Nyeri dada
Menurut American Heart Association (AHA) gejala angina pektoris pada
dasarnya timbul karna iskemik akut yang tidak menetap akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 miokard.
3. Bengkak pada kaki dan ankle
Aliran darah yang tidak lancar pada pembuluh darah menyebabkan cairan
keluar dari pembuluh darah ke jaringan tubuh sekitar sehingga akhirnya
menyebabkan pembengkakan. Kaki yang bengkak setelah operasi dapat
disebabkan oleh kondisi tubuh paska operasi cenderung masih sering
dalam posisi baring atau bedrest dan kurang bergerak.
4. Denyut jantung tidak teratur
Denyut jantung tidak teratur dan seringkali cepat (fibrilasi atrium).
Peningkatan ukuran ruang jantung kiri atas (atrium) yang disebabkan
oleh regurgitasi katup mitral dapat memicu gangguan irama jantung yang
16
H. Prognosis
Regurgitasi mitral adalah kondisi umum namun melemahkan yang
menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas (Dziadzko dkk, 2018).
Sebuah penelitian terhadap 144 pasien, menemukan bahwa angka kematian
pasien MR selama 5 tahun mencapai 30% dibandingkan dengan 13% pada
kelompok kontrol dengan usia yang sama. Penelitian ini juga menentukan
bahwa pasien dengan regurgitasi mitral fungsional memiliki peningkatan
morbiditas dan mortalitas secara keseluruhan dibandingkan pasien dengan
MR struktural (Lindmark dkk, 2009). Dengan perawatan medis saja, sebuah
penelitian terhadap pasien berusia 50 atau lebih menghitung angka kematian
tahunan untuk regurgitasi mitral organik sedang dan berat masing-masing
sebesar 3% dan 6% (Enriquez dkk, 2009).
Sebuah penelitian terhadap 83 pasien tanpa gejala yang menjalani operasi
katup dini dengan usia subjek rata-rata 56 tahun, menemukan sisa regurgitasi
mitral yang memerlukan perbaikan ulang sebesar 1%, dan pasien yang
memerlukan alat pacu jantung permanen sebesar 4%. Tingkat kelangsungan
hidup 10 tahun setelah operasi katup mitral adalah 91,5% (Tomšič dkk,
2018). Pasien degeneratif atau RHD dengan usia rata-rata 57 tahun yang
menjalani perbaikan katup mitral memiliki tingkat kelangsungan hidup yang
sebanding dengan individu pada populasi umum. Sebuah studi terhadap 125
perbaikan katup mitral menentukan kematian dini pada 2,4% dan
kelangsungan hidup 10 tahun sebesar 84,3% pasca operasi (Costa dkk, 2018).
Prediktor terbesar kelangsungan hidup dan perbaikan gejala setelah operasi
17
3. Ekokardiografi
Ekokardiogram adalah tes diagnostik utama dan penting untuk diagnosis
dan penilaian regurgitasi katup mitral (American College of
Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) dimana Vena
contracta adalah lebar pancaran regurgitasi saat keluar dari lubang
regurgitasi. Ini mencerminkan area lubang regurgitasi. Vena contracta
lebih besar dari 7 mm konsisten dengan MR berat (Zeng dkk, 2011).
Metode volumetrik Doppler juga merupakan pilihan untuk kuantifikasi
MR. Dalam metode ini, volume regurgitasi diukur sebagai perbedaan
antara volume sekuncup mitral dan aorta. Volume regurgitasi dapat
dihitung sebagai hasil kali lubang regurgitasi efektif (ERO) dan integral
waktu kecepatan MR (VTI). ERO lebih besar atau sama dengan 0,2 cm 2,
volume regurgitasi lebih besar atau sama dengan 30 mL, fraksi regurgitasi
50% atau lebih tinggi dianggap sebagai MR parah (Nishimura dkk, 2014;
Dudzinski dan Hung, 2014).
4. Chest X-ray
Pada pasien dengan MR kronis, terlihat kardiomegali akibat pembesaran
atrium kiri atau jantung kanan (Maganti dkk, 2010).
5. Tes Stres Latihan
Pada pasien dengan MR primer yang parah, tanpa gejala, tes treadmill
olahraga dapat memberikan informasi mengenai status gejala pasien dan
toleransi olahraga. Ekokardiografi latihan berguna untuk menilai
perubahan keparahan MR dan/atau tekanan arteri pulmonal pada pasien
bergejala dengan MR tidak parah saat istirahat (Maganti dkk, 2010).
6. Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung berperan dalam penilaian mitral regurgitation ketika
temuan klinis tidak konsisten dengan hasil tes noninvasif dan dapat
digunakan untuk mengukur volume MR dengan akurasi tinggi.
7. MRI jantung
MRI Jantung merupakan alat yang penting dan saling melengkapi untuk
menilai tingkat keparahan MR. MRI Jantung memberikan penilaian
pengukuran kuantitatif yang akurat, termasuk volume regurgitasi dan
19
J. Penanganan Fisioterapi
Adapun komplikasi dari operasi penggantian katup adalah nyeri pasca
operasi, penurunan curah jantung diakibatkan karena bradikardi atau takikardi
pasca operasi, aritmia sering terjadi 24-36 jam paska operasi, volume cairan
tubuh total meningkat, hipertensi atau hipotensi paska operasi, perdarahan
paska operasi, infeksi luka, post perfusion syndrome, dan disfungsi neurologi
(Hussain and Harky, 2019).
Dari beberapa komplikasi tersebut, maka penting pasien post operasi
pergantian/ perbaikan katup diberikan intervensi fisioterapi dengan tujuan
untuk mengurangi nyeri, latihan pernapasan, dan latihan mobilisasi, sebagai
berikut:
1. Fase I, disebut juga fase inpatient, adalah program yang dilakukan pada saat
pasien masih dalam perawatan. Tujuan dari program pada fase I yaitu untuk
membantu menghindarkan pasien dari efek penyakit, efek tindakan, efek
20
A. Identitas Pasien
Data pasien
Nama : Ny. H
Usia : 23 tahun 8 bulan 20 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Lomba Deko Kota Mamuju
Pekerjaan : IRT
No. RM : 01033440
Diagnosa Klinis : Severe Mitral Regurgitation due to RHD
B. Asessment Fisioterapi
Anamnesis Khusus (CHARTS)
1. Chief of Complain :
Sesak napas disertai batuk dengan dahak kemerahan.
2. History Taking :
Pada tanggal 09/08/2023 pasien masuk RSWS untuk mendapatkan
tindakan operasi. Pasien kemudian dirawat diruang perawatan selama 13
hari untuk persiapan dan edukasi terkait operasi jantung. Riwayat keluhan
sesak napas hilang timbul dirasakan sejak 6 bulan terkahir. PND tidak,
DOE ada, orthopnea tidak, keluhan sesak disetai batuk kadang disertai
dahak kemerahan. Terdapat riwayat berdebar-debar namun hilang timbul
saat melakukan aktivitas. Kaki bengkak. Pasien memiliki HbSAg positif.
Nyeri dada tidak ada, Riwayat demam (-). Riwayat demam lama disertai
ISPA berulang disangkal, tidak ada riwayat merokok, hipertensi diabetes
mellitus dan riwayat keluarga dengan sakit jantung. Riwayat didiagnosa
dengan penyakit katup sejak bulan februari 2023, dianjurkan untuk operasi
namun pasien belum bersedia.
Pada tanggal 21/08/2023 pasien menjalani tindakan operasi mitral
valve replacement Sekarang (30/08/2023) kondisi umum pasien masih
lemah, deman semalam ada, nyeri diluka operasi berkurang, mampu
21
22
mengerti perintah sederhana, sesak napas ada sesekali, nyeri dada dan
palpitasi tidak ada.
3. Asymmetric
a. Inspeksi Statis:
1) Pasien dengan kesadaran baik (composmentis) dan dapat
merespon.
2) Terdapat perban pada luka insisi di dada pasca operasi
3) Terdapat pemasangan nasal kanul, alat monitor hemodinamik
dan kateterisasi urin.
4) Raut wajah tampak cemas
b. Inspeksi Dinamis:
1) Pasien terbaring lemah
2) Pengembangan thoraks minimal
3) Pergerakan dada tidak teratur
4) Ekspansi thorax minimal.
5) Pasien mampu mengubah posisi secara mandiri (baring-
duduk)
c. Tes Orientasi:
1) Pasien mampu berbaring kiri dan kanan tanpa ada keluhan.
2) Pasien mampu mengangkat kedua lengan 110 derajat tanpa ada
keluhan.
3) Pasien mampu menekuk dan meluruskan kedua kaki tanpa
ada keluhan
4) Pasien mampu duduk dengan sandaran 60º tanpa keluhan.
d. Palpasi
Tabel 3.1. Palpasi
Hasil
No Karakteristik
Dextra Sinistra
1 Oedem (-) tidak ada (-) tidak ada
2 Suhu Normal Normal
3 Kontur kulit Normal Normal
4 Tenderness (-) tidak ada (-) tidak ada
Sumber :Data Primer , 2023
23
4. Restrictive
a. Limitasi ROM : tidak terdapat limitasi ROM
b. Limitasi ADL : limitasi ADL (walking, toileting, praying, dressing, dan
self care)
c. Limitasi pekerjaan : terganggu melakukan pekerjaan rumah.
d. Limitasi rekreasi : tidak mampu melakukan aktivitas rekreasinya.
24
C. Diagnosis Fisioterapi
Gangguan aktivitas fungsional kardiovaskuler berupa sesak napas, batuk
berlendir, limitasi ekspansi thorax dan limitasi ADL post op Mitral valve
replacement e.c Mitral Regurgitation
D. Problem Fisioterapi
1. Problem Primer : sesak napas
2. Problem Sekunder : batuk berlendir, nyeri dada, gangguan kecemasan,
limitasi ekspansi thoraks, dan mengurangi dekubitus.
3. Problem Kompleks : low endurance jantung paru dan gangguan aktivitas
fungsional (ADL).
28
E. Tujuan Fisioterapi
1. Jangka Pendek : - Mengurangi kecemasan
- Mengurangi sesak napas
- Mengurangi penumpukan sputum
- Mengurangi nyeri dada
- Meningkatkan kemampuan ekspansi thoraks
- Mengurangi dekubitus
2. Jangka Panjang : Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADL)
dan mampu meningkatkan kemampuan endurance jantung.
F. Program Fisioterapi
Tabel 3.3. Intervensi Fisioterapi
“Intervensi fase 1 (In Hospital)”
No Problem FT Modalitas FT Dosis FT
F : 1x/minggu
I : pasien fokus
Komunikasi
1. Kecemasan T : interpersonal
Terapeutik
approach
T : selama terapi
F : 1x/hari
I : 5 rep
sesak napas dan T : Positioning, pursed lip
2. Breathing Exercise
nyeri dada breathing, diagfragma
breathing.
T : 3 menit
F : 1x/hari
I : 3-5 rep
Limitasi ekspansi
3. Breathing Exercise T : pump and bucket
thorax
handle movement
T : 3 menit
I : 4 rep
T : huff/cough
T : 3 menit
F : 1x/hari
I : 3 kali
6. Gangguan ADL Exercise therapy T : ambulasi (tidur keduduk
60 derajat)
T : 30 detik satu siklus
Sumber : Data primer, 2023
G. Evaluasi
Tabel 3.4. Evaluasi
Intervensi
kesadaran
H. Home Program
1) Ankle pumping exercise
F : 1x/hari
I : 8 hit/ 4 rep/ 2 set
T : 3 menit
2) Active exercise ankle and knee region
F : 1x/hari
I : 8 hit/ 4 rep/ 2 set
T : 3 menit
3) Edukasi batuk efektif
4) Ambulasi duduk, ke berdiri
5) Edukasi terkait pentingnya exercise di rumah serta kontrol makanan/
gaya hidup sehat.
6) Kemitraan
Untuk hasil yang maksimal diperlukan kerjasama antar tenaga medis seperti
dokter spesialis jantung, bedah thorax, ahli penyakit dalam, perawat,
apoteker, medika mentosa dan terapi wicara
F: setiap pertemuan
I : 8 rep, 3 set
T: Pursed lip breathing
T: 2 menit
DAFTAR PUSTAKA
Herrmann HC, Gertz ZM, Silvestry FE, Wiegers SE, Woo YJ, Hermiller J, Segar
D, Heimansohn D, Gray W, Homma S, Argenziano M, Wang A, Jollis J,
Lampert MB, Alexander J, Mauri L, Foster E, Glower D, Feldman T.
Effects of atrial fibrillation on treatment of mitral regurgitation in the
EVEREST II (Endovascular Valve Edge-to-Edge Repair Study)
randomized trial. J Am Coll Cardiol. 2012 Apr 03;59(14):1312-9.
Hwang HJ, Choi EY, Kwan J, Kim SA, Shim CY, Ha JW, Rim SJ, Chung N, Kim
SS. Dynamic change of mitral apparatus as potential cause of left
ventricular outflow tract obstruction in hypertrophic cardiomyopathy. Eur
J Echocardiogr. 2011 Jan;12(1):19-25.
Lindmark K, Söderberg S, Teien D, Näslund U. Long-term follow-up of mitral
valve regurgitation--importance of mitral valve pathology and left
ventricular function on survival. Int J Cardiol. 2009 Oct 02;137(2):145-50.
Malakar, A. K., Choudhury, D., Halder, B., Paul, P., Uddin, A., & Chakraborty, S.
(2019). A review on coronary artery disease, its risk factors, and
therapeutics. Journal of Cellular Physiology, 234(10), 16812–16823.
https://doi.org/10.1002/jcp.28350
Maganti K, Rigolin VH, Sarano ME, Bonow RO. Valvular heart disease:
diagnosis and management. Mayo Clin Proc. 2010 May;85(5):483-500.
Mehta NK, Kim J, Siden JY, Rodriguez-Diego S, Alakbarli J, Di Franco A,
Weinsaft JW. Utility of cardiac magnetic resonance for evaluation of
mitral regurgitation prior to mitral valve surgery. J Thorac Dis. 2017
Apr;9(Suppl 4):S246-S256.
Moraes RC, Katz M, Tarasoutchi F. Clinical and epidemiological profile of
patients with valvular heart disease admitted to the emergency
department. Einstein (Sao Paulo). 2014 Apr;12(2):154-8.
Nishimura RA, Otto CM, Bonow RO, Carabello BA, Erwin JP, Fleisher LA, Jneid
H, Mack MJ, McLeod CJ, O'Gara PT, Rigolin VH, Sundt TM, Thompson
A. 2017 AHA/ACC Focused Update of the 2014 AHA/ACC Guideline for
the Management of Patients With Valvular Heart Disease: A Report of the
American College of Cardiology/American Heart Association Task Force
on Clinical Practice Guidelines. Circulation. 2017 Jun 20;135(25):e1159-
e1195.
Nkomo VT. Epidemiology and prevention of valvular heart diseases and infective
endocarditis in Africa. Heart. 2007 Dec;93(12):1510-9.
Patel JB, Borgeson DD, Barnes ME, Rihal CS, Daly RC, Redfield MM. Mitral
regurgitation in patients with advanced systolic heart failure. J Card
Fail. 2004 Aug;10(4):285-91.
Rouskas P, Giannakoulas G, Kallifatidis A, Karvounis H. Parachute-like mitral
valve as a cause of mitral regurgitation. Hippokratia. 2016 Jul-Sep;20
(3):238-240.
Schmitto JD, Lee LS, Mokashi SA, Bolman RM, Cohn LH, Chen FY. Functional
mitral regurgitation. Cardiol Rev. 2010 Nov-Dec;18(6):285-91.
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hemodinamik
1 Perasaan Ansietas √
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan √
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
37
- Gelisah
3 Ketakutan √
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur √
6 Perasaan Depresi √
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot) √
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler √
- Takhikardia
38
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori √
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital √
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara √
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
39
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Skor Total = 25
Skor : 0 = tidak ada Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
1 = ringan 14 – 20 = kecemasan ringan
2 = sedang 21 – 27 = kecemasan sedang
3 = berat 28 – 41 = kecemasan berat
4 = berat sekali 42 – 56 = kecemasan berat sekali
Lampiran 4. NYHA
Lampiran 5. Killips
40
41
Scale Severity
0 Tidak ada sesak napas sama sekali
0.5 Sangat sangat sedikit (hanya terlihat)
1 Sangat sedikit
2 Sedikit sesak napas
3 Sedang
4 Agak berat
5
6 Sesak napas parah
7 Sesak napas sangat parah
8
9 Sangat sangat parah (hamper maksimum)
10 Maksimum