Anda di halaman 1dari 17

CEKLIS

Atribut Psikologis
10/20/2015
Salik
0 Comments Pust
 

aka
Terus
berekplo
rasi
dalam
setiap
kreativita
s

Archi
ves
October
2015

Cate
gorie
s
All
Makalah
Bimbing
an Dan
Konselin
g

RSS
Feed

 
A. Pendefnisisan dan
Pengukuran atribut
psikologis Atribut Psikologis dan
Pengambilan Keputusan

        Pengukuran adalah suatu


prosedur pemberian angka
terhadap atribut atau variable
sepanjang suatu kontinum.
Dalam pengukuran psikologis
ada objek yang bisa diukur dan
inilah yang disebut atribut
psikologis.
Atribut psikologis merupakan
objek pengukuran dalam tes
psikologi. Anastasi (1997 : 4)
mengatakan bahwa pada
dasarnya tes psikologi adalah
alat ukur yang objektif dan
dibakukan atas sampel-sampel
tertentu. Tes psikologi
merupakan pengetesan yang
bersangkutan dengan
pengukuran dan evaluasi.
Dalam hal ini objek
pengukuran adalah atribut
psikologis namun sample
perilaku adalah sesuatu yang
dapat diukur secara langsung.
Dalam pengukuran psikologis
ini, atribut psikologis berperan
dalam mendeskripsikan
dimensi psikologis yang ada
dalam diri manusia. Azwar
(2005 : 15) menjelaskan bahwa
atribut psikologis adalah suatu
konstruk teoritik (theoretical
construct) yang ada secara
hipotetik dan dikonsepkan
guna mendeskripsikan dimensi
kejiwaan dari individu.
Deskripsi ini tidak sesuai
dengan sebagaimana
pengukuran aspek fisik seperti
bergantung pada ketepatan
definisi yang bersangkutan.
Crocker dan Algina (Anastasi,
1997) menjelaskan ada
beberapa hal yang menjadi
permasalahan yang dihadapi
dalam melakukan pengukuran
lonstrak psikologis yaitu :
Tidak ada pendekatan tunggal
dalam pengukuran konstrak
apapun yang dapat diterima
secara universal. Pengukuran
psikologis pada umunya
didasarkan pada sampel
perilaku yang jumlahya
terbatas. Pengukuran selalu
mungkin mengandung eror
Satuan dalam skala
pengukuran tidak dapat
didefinisikan dengan baik
Konstrak psikologis tidak
dapat didefinisikan secara
operasional semata tapi harus
pula menampakkan hubungan
dengan konstrak atau
fenomena lain yang dapat
diamati Pengukuran atribut
psiklogis yang digunakan akan
berfungsi dalam menafsirkan
perilaku melalui angka-angka
dan skala tertentu. Setelah
dilakukan pengukuran, maka
ini akan berhubungan
langsung dengan pengambilan
keputusan karena sebuah
pengukuran dilakukan untuk
membuat keputusan.
Pengambilan keputusan
merupakan bentuk terakhir
dari pengukuran psikologis
yang ditelaah lewat sampel
perilaku tersebut.
Anastasi (1997 : 162)
berpendapat bahwa teori
keputusan adalah upaya untuk
menempatkan proses
pengambilan keputusan dalam
bentuk matematis sehingga
informasi yang tersedia bisa
dgunakan untuk sampai pada
keputusan efektif di bawah
kondisi tertentu. Teori tentang
pengambilan keputusan ini
berguna untuk merumuskan
kembali dan menjernihkan
pertanyaan-pertanyaan tentang
tertentu tentang tes.
Pengambilan keputusan
merupakan dampak yang ada
akibat dari pengukuran atribut
psikologis. Hal ini diwujudkan
dalam bentuk matematis dan
skala yang mengambarkan
pola perilaku individu.
 
B. Kemampuan Umum
1. Intelegensi Quotient (IQ)
Pada dasaranya intelegensi
merupakan kemampuan
seseorang dalam menghadapi
masalah. Banyak definisi yang
mengartikan intelektual
diantaranya Thornbike (Sobur,
2003) mengatakan bahwa
intelgensi adalah kemampuan
individu untuk memberikan
respon yang tepat terhadap
stimulasi yang diterimanya.
Selain itu, kita lebih mengenal
intelgensi merupakan
kecerdasan yang dimiliki
individu dalam menyelesaikan
persoalan atau masalah.
Colman (Sobur, 2003 : 156)
menegaskan bahwa
intelegensi merupakan
kemempuan seseorang dlam
menyesuaikan dengan
lingkungannya. Individu yang
memiliki inelegensi yang tinggi
akan mampu menyelesaikan
persoalan dengan baik. Selain
itu, mampu untuk
menyesuaikan dengan
lingkungan.
Kemampuan individu yang
bertautan dengan aspek
kognitif atau biasa
disebut Kecerdasan
Intelektual yang bersifat
tunggal, sebagaimana yang
dikembangkan oleh Charles
Spearman (1904) dengan teori
“Two Factor”-nya, atau
Thurstone (1938) dengan teori
“Primary Mental Abilities”-nya.
Istilah IQ mula-mula
diperkenalkan oleh Alfred
Binet, ahli psikologi dari
Perancis pada awal abad ke-
20. Kemudian, Lewis Terman
dari Universitas Stanford
berusaha membakukan tes IQ
yang dikembangkan oleh Binet
dengan mempertimbangkan
norma-norma populasi
sehingga selanjutnya dikenal
sebagai tes Stanford-Binet.
Untuk dapat mengetahui taraf
intelegensi seseorang,orang
dapat menggunakan tes
intelegensi. Dengan tes
intelegensi diharapkan orang
akan dapat mengungkap
intelegensi seseorang, dan
akan diketahiu keadaan
tarafnya. Orang yang pertama
kali menciptakan tes 
intelegensi adalah Binet. Tes
intelegensi Binet pertama kali
disusun pada tahun 1905, yang
kemudian mendapatkan
bermacam-macam revisi baik
dari Binet sendiri maupu  dari
para ahli yang pakan mental
age atau umur mental, CA
dalah chronological age atau
umur kronologis atau umur
sebenarnya.
Ternyata tes intelegensi
mengalami perkembangan
terus. Dalam tahun 1939 David
Weschsler menciptakan
individual intellegensi test,
yang dikenal dengan Wechsler
Bellevue Intellegence Scale
atau sering dikenal denagn tes
intelegensi WB. Selain itu
intelegensi juga dapat
diketahui dengan test tentara.
Dalam tes tersebut 
dipergunakan psikotenik, ialah
ilmu jiwa yang mempelajari
kesanggupan seseorang untuk
memegang suatu jabatan
yangb sesuai dengan
kecerdasan masing-masing.
2. Emotional Quotient (EQ)
Daniel Goleman (1999), salah
seorang yang mempopulerkan
jenis kecerdasan manusia
lainnya yang dianggap sebagai
faktor penting yang dapat
mempengaruhi terhadap
prestasi seseorang,
yakni Kecerdasan
Emosional,  yang kemudian
kita mengenalnya dengan
sebutan Emotional Quotient
(EQ). Kecerdasan emosi
merupakan salah satu jalan
agar kita mampu membina
hubungan yang baik dengan
orang lain. Tidak dapat
dipungkiri, banyak individu
yang gagal dalam membina
hubungan sosialnya
dikarenakan memiliki
kecerdasan emosinya yang
rendah. Segal (2000 : 24)
menegaskan bahwa tanpa
kesadaran emosi, tanpa
kemampuan untuk mengenali
dan menghargai perasaan kita
serta bertindak jujur sesuai
dengan perasaan tersebut, kita
tidak pernah dapat
berhubungan baik dengan
orang lain, kita tidak pernah
berhasil dalam hidup ini, kita
tidak dapat mengambil
keputusan dengan mudah, dan
kita sering terombang-ambing
tanpa pernah bersenutuhan
dengan perasaan kita sendiri.
Goleman mengemukakan
bahwa kecerdasan emosi
merupakan kemampuan meng
enali perasaan kita sendiri dan
perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri
sendiri dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik
pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain.
Berbeda dengan kecerdasan
intelektual (IQ) yang
cenderung bersifat permanen,
kecakapan emosional (EQ)
justru lebih mungkin untuk
dipelajari dan dimodifikasi
kapan saja dan oleh siapa saja
yang berkeinginan untuk
meraih sukses atau prestasi
hidup. Dalam pengukurannya,
EQ sulit untuk diukur akan
tetapi dalam kecerdasaan
emosi yang menjadi
indikatornya adalah
kemampuan atau keterampilan
individu dalam mengelola
emosi agar menjadi lebih baik.
3. Spiritual Quotient (SQ)
Temuan ilmiah yang digagas
oleh Danah Zohar dan Ian
Marshall, dan riset yang
dilakukan oleh Michael
Persinger pada tahun 1990-an,
serta riset yang dikembangkan
oleh V.S. Ramachandran pada
tahun 1997 menemukan
adanya God Spot dalam otak
manusia, yang sudah
secara built-in merupakan
pusat spiritual (spiritual
centre), yang terletak diantara
jaringan syaraf dan otak.
Begitu juga hasil riset yang
dilakukan oleh Wolf Singer
menunjukkan adanya proses
syaraf dalam otak manusia
yang terkonsentrasi pada
usaha yang mempersatukan
dan memberi makna dalam
pengalaman hidup kita. Suatu
jaringan yang secara literal
mengikat pengalaman kita
secara bersama untuk hidup
lebih bermakna. Pada God
Spot inilah sebenarnya
terdapat fitrah manusia yang
terdalam (Ari Ginanjar, 2001).
Kajian tentang God Spot inilah
pada gilirannya melahirkan
konsep Kecerdasan Spiritual,
yakni suatu kemampuan
manusia yang berkenaan
dengan  usaha memberikan
penghayatan bagaimana agar
hidup ini lebih bermakna.
Dengan istilah yang salah
kaprahnya disebut Spiritual
Quotient (SQ).
Danah Zohar dan Ian Marshall
mendefinisikan kecerdasan
spiritual adalah  kecerdasan
makna atau value yaitu
kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam
konteks makna yang lebih luas
dan kaya, kecerdasan yang
menilai bahwa tindakan atau
jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan
yang lain. SQ adalah landasan
yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara
efektif. Bahkan SQ merupakan
kecerdasan tertinggi kita.
 Creativity Quotient
(CQ) Kreativitas merupakan
sesuatu yang baru atau hal
yang baru. Individu yang
memiliki kreativitas yang tinggi
biasanya memiliki kemampuan
daya imajinasi yang kuat.
Semiawan dkk (Sobur : 161)
menjelaskan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan untuk
menghasilkan suatu produk
yang baru. Banyak penelitian
yang membuktikan bahwa
kreativitas memiliki hubungan
dengan intelgensi. Penelitian
Torrance (Sobur : 162)
menggambarkan bahwa
adanya hubungan keterkaitan
antara kreativitas dan
intelgensi. Anak-anak yang
memiliki kreativitas tinggi
mempunyai taraf intelgensi
(IQ) di bawah rata-rata IQ
teman sebayanya. Namun hal
tersebut tidak bisa dijadikan
sebagai fakta yang jelas
karena banyak ditemukan
individu yang IQ tinggi dan
memiliki daya kreativitas yang
tinggi. Untuk itu, dapat
disimpulkan diantara keduanya
memiliki hubungan anatara
kreativitas dan intelgensi.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Creativity
Quotient (CQ) adalah
kecerdasan yang berkekuatan
untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Individu yang
memiliki daya kreativitas (CQ)
yang tinggi biasanya selalu
ingin menciptakan sesuatu
yang berbeda dan memiliki
nilai tersendiri.
Pengukuran terhadap daya
kreativitas memiliki hubungan
dengan IQ akan tetapi ada
perbedaaan. Supriadi (Sobur,
2003 : 162) menegaskan bahwa
cara berpikir intelgensi (IQ)
bersipat memusat (konvergen)
sedangkan daya kreativitas
bersipat menyebar (divergen).
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Getzels &
Jackson (Sobur, 2003)
memberikan penjelasan bahwa
orang yang kreativiasnya
tinggi dimungkinkan memiliki
IQ yang rendah. Untuk itu,
kedua peneliti membuat empat
kelompok orang yaitu :
Kreativitas rendah, intelgensi
rendah Kreativitas tinggi,
intelegensi tinggi Kreativitas
rendah, intelegensi tinggi
Kreativitas tinggi, intelegensi
tinggi Dengan demikian
kecerdasan kreativitas (CQ)
memiliki hubungan dengan
kecerdasan intelektual (IQ)
akan tetapi hubungan ini akan
dijadikan kriteria untuk
menentukan bakat seseorang.
 
C. Minat
Pada dasarnya minat
merupakan keinginan dan
kemauan individu dalam
melakukan sesuatu. Hilgar
(Setiawan, 2006) menjelaskan
bahwa minat adalah suatu
proses yang tetap untuk
memperhatikan dan
menfokuskan diri pada
sesuatu yang diminatinya
dengan perasaan senang dan
rasa puas. Minat individu
merupakan keinginan untuk
mempelajari terhadap susuatu.
Minat biasanya dikaitkan
dengan bakat, perbedaannya
sangat tipis sekali mengenaik
minat dan bakat ini. Bakat
merupakan kemampuan
bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih
agar dapat terwujud.
Sedangkan minat adalah
kemampuan individu dalam
mempelajari sesuatuyang
didorong oleh keinginan dan
kemauan dirinya sendiri.
Dalam hal pengukuran minat,
yang menjadikan minat dapat
diukur adalah didorong oleh
minat yang diekspresikan
(expressed interest) dan minat
yang diwujudkan (manifest
interest). Pengukuran minat ini
dapat diukur dengan
menggunakan inventori minat,
misalnya Safran Student
Interst Inventory (SSII) atau
yang lebih dikenal dengan
Inventori Minat Siswa Model
Safran. Sukardi (1993 : 117)
menjelaskan bahwa inventori
minat digunakan sedikitnya
dengan tiga alasan yaitu :
Memperkuat atau
mengkonfirmasikan minat
yang diekspresikan masing-
masing siswa Mendorong
pemikiran tentang jabatan
Menyediakan data untuk
membantu pengambilan
keputusan Tes minat
memberikan kemudahan
kepada individu untuk
mengambil keputusan seperti
jabatan, mata pelajaran dan
aspek yang lainnya.
Pengukuran minat ini
memberikan gambaran bahwa
individu memiliki
kecenderungan atau keinginan
yang diinginkannya. Misalnya
dalam Inventori Minat Siswa
Model Safran mengungkap tiga
aspek yang ditekankan yaitu,
minat jabatan, minat terhadap
mata pelajaran, dan tingkat
kemampuan.
Pengukuran minat akan
membantu individu dalam
memilih kemauan yang
diinginkannya kemudian
mengembangkan minat
tersebut. Dengan demikian
pengukuran minat
memfasilitasi individu dalam
memilih kemauannya.
 
D. Kepribadian
Terdapat berbagai definsi
mengenai kepribadian dan
berbeda. Pada dasarnya
kepribadian merupakan suatu
yang memberikan kesan khas
dan unik dari individu. Kartono
(2005) mengungkapkan bahwa
kepribadian atau personalitas
dapat diartikan sebagai
keseluruhan dari individu yang
terorganisir dan terdiri atas
disposisi-disposisi psikis serta
fisis Dalam kepribadian akan
banyak ditemukan karakter
serta keterampilan atau
kecakapan social (Social Skill)
dan kesan yang paling
menonjol. Woodworth (Yusuf,
2002 : 3) mengungkapkan
bahwa kepribadian merupakan
kualitas total tingkah laku
individu. Individu merupakan
makhluk yang unik dan tidak
sama walaupun lahir secara
bersamaan (kembar) akan
tetapi akan ada perbedaan
karakter yang menonjol
Sobur (2003 : 299)
mengungkapkan bahwa dalam
penelitian mengenai
kepribadian terdapat berbagai
istilah seperi motif, sifat dan
tempramen yang menunjuk
kekhasan permanen pada
individu. Kepribadian bersipat
dinamis, artinya bisa berubah
sesuai dengan keadaan.
Seperti yang diungkapkan
Cattel (Suryabrata, 1993 : 350)
mengungkapkan
bahwa ”personality is that
which permits a prediction of
wahat a person will do in a
given situation” (Kepribadian
adalah apa yang menentukan
perilaku dalam situasi yang
telah ditetapkan dan dalam
kesadaran jiwa yang
ditetapkan.
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa
kepribadian merupakan
perilaku individu yang
mempunyai karakter unik dan
khas dalam situasi yang
ditetapkan. Ada beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk
melihat tipe-tipe (tipologi)
kepribadian dari individu.
Melakukan pengukuran ini
bertujuan untuk lebih
mengetahui corak kepribadian
individu sehingga pemahaman
kita terhadap individu menjadi
lebih sempurna dan proses
pendidikannya dapat
disesuaikan.
Sobur (2003 : 322) menjelaskan
bahwa sifat kepribadian biasa
diukur melalui angka rata-rata
pelaporan diri (self report),
kuesioner kepribadian, atau
indventori kepribadian
(personality inventory). Ada
beberapa cara untuk mengukur
sifat kepribadian diantaranya :
Observasi Direk yaitu
mengobservasi sasaran
khusus dengan memilih waktu
yang tepat yang dapat
memperkirakan munculnya
indikator dari ciri-ciri yang
hendak diteliti. Sobur (2003 :
323) ada tiga metode dalam
observasi direk yaitu : Time
Sampling Method yaitu tiap-
tiap subjek diselidiki pada
periode tertentu. Hal yang
diobservasi mungkin sekadar
muncul atau tidaknya respon
atau aspek tertentu. Incident
sampling method yaitu
sampling dipilih dari berbagai
tingkah laku (pada time
sampling, dipilih pada
berbagai situasi). Dalam
pencatatan tersebut hal-hal
yang menjadi perhatian adalah
tentang intensitasnya,
lamanya, juga tentang efek-
efek berikut setelah
respons. Metode Buku Harian
Terkontrol  yaitu metode ini
dilakukan dengan cara
mencatat dalam buku harian
tentang perilaku yang khusus
yang hendak diselidiki oleh
orang yang bersangkutan.
Wawancara yaitu mengadakan
tatap muka dan berbicara dari
hati ke hati dengan orang yang
dinilai. Wawancara terbagi
menjadi dua yaitu : Stress
Interview yaitu wawancara
yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana
individu dapat bertahan
terhadap hal-hal yang dapat
mengganggu  emosinya dan
juga untuk mengetahui
seberapa lama seseorang
dapat kembali
menyeimbangkan emosinya
setelah tekanan-tekanan
ditiadakan. Exhaustive
Interview yaitu wawancara
yang berlangsung lama,
diselenggarakan nonstop.
Tujuannya adalah untuk
membuat interviewee lelah,
melepaskan sikap defensifnya
supaya bisa berbicara terus
terang. Tes Proyektif yaitu
dengan menggunakan tes
proyektif, orang yang dinilai
akan memproyeksikan
pribadinya melalui gambar
atau hal-hal yang
dilakukannya. Tes proyektif
memberikan peluang untuk
memberikan makna yang
bebas kepada testee yang
menunjukkan kepribadian
dirinya. Inventori Kepribadian
yaitu kuesioner yang
mendorong individu untuk
melaporkan reaksi
perasaannya dalam situasi
tertentu. Inventori kepribadian
dirancang untuk menilai
dimensi tunggal kepriadian
atau beberapa sifat
kepribadian secara
keseluruhan. Inventori
kepribadian yang terkenal dan
banyak digunakan untuk
menilai kepribadian individu
diantaranya, Minessota
Multiphasic Personality
Inventory (MMPI), Rored-
Choice Inventories, Humm-
Wadsworth Temprament Scale
(H-W Temprament Scale),
Edward Personal Preference
Schedule (EPPS).  
 
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
 
KESIMPULAN
Pengukuran psikologis
merupakan suatu prosedur
yang mencoba untuk
menggambarkan atribut
psikologis dari individu.
Atribut psikologis adalah objek
pengukuran dari sampel
perilaku mengenai aspek
kemampuan umum
diantaranya integelensi (IQ),
emosi (EQ), spiritual (SQ),
kreativitas (CQ). Selain itu,
atribut psikologis mencakup
pengukuran minat dan
kepribadian dari perilaku
individu.
Dengan demikian, pengukuran
psikologis memiliki peran yang
besar dalam mendeskripsikan
karakter individu baik dari segi
kemampuan, minat dan
kepribadian. Selain itu,
pengukuran psikologis sangat
dipengaruhi oleh kemampuan
individu baik dalam
intelegensi, emosi, ataupun
spiritual.
Pengukuran pada atribut
psikologis bisa dilakukan
dengan berbagai cara
diantaranya minat dan
kepribadian bisa diukur
dengan menggunakan
inventori yaitu seperangkat
kuesioner yang berusaha
mengukur dan menafsir baik
minat ataupun kepribadian
individu. Inventori ini
membantu dalam
mendeskripsikan atribut
psikologis minat dan
kepribadian individu.
Setelah dilakukan pengukuran
psikologis, maka dilakukan
pengambilan keputusan
terhadapa atribut-atribut
psikologis yang telah diukur.
Pengambilan keputusan
merupakan dampak yang ada
akibat dari pengukuran atribut
psikologis. Hal ini diwujudkan
dalam bentuk matematis dan
skala yang mengambarkan
pola perilaku individu.
Pengambilan keputusan ini
berguna untuk merumuskan
kembali dan menjernihkan
pertanyaan-pertanyaan tentang
tertentu tentang tes. Hasil dari
pengambilan keputusan ini
akan dideskripsikan dalam
bentuk angka dan
menggambarkan atribut
psikologis yang telah diukur.
 
REKOMENDASI
Pengukuran psikologis
memiliki peranan yang besar
dalam menjalankan layanan
bimbingan dan konseling.
Tidak dapat kita pungkiri,
dilapangan bimbingan dan
konseling, akan diperlukan
berbagai pengukuran baik
dalam intelegensi, emosi,
spiritual dan daya kreativitas.
Untuk itu diperlukan
pemahaman yang begitu
mendalam mengenai
pengukuran psikologis ini. Ada
beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya :
Pengukuran psikologis dapat
menjadi layanan yang utama
bagi individu terutama melihat
urgensi dari hasil pengukuran.
Jika kita lihat kembali, tes
psikologis membantu individu
dalam memilih karirnya untuk
masa depan Konselor dituntut
untuk memahami lebih dalam
mengenai pengukuran
psikologis untuk bekerja
secara profesional. Hal ini
dikarenakan dalam
pengukuran psikologis
mengutamakan analisis dan
penafsiran yang mendalam.  
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Anastasi, Anne. (1997). Tes
Psikologis.
Azwar, Saefuddin. (2005).
Dasar-Dasar Psikometri.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Kartono, Kartini. (2005). Teori
Kepribadian. Bandung :
Mandar Maju
Segak, Jeanne.
(2000). Melejitkan Kepekaan
Emosional : Cara baru untuk
mendayagunakan potensi
insting dan kekuatan emosi
anda. Alih Bahasa oleh Ary
Nilandri. Bandung : Penerbit
Kaifa
Semiawan, Yasin.
(2006). Pengembangan Minat
Pada Anak. Terdapat di :
www.Siaksoft.com
Sukardi, Dewa Ketut.
(1993). Analisis Inventori Minat
dan Kepribadian. Jakarta :
Rineka Cipta
Suryabrata, Sumardi.
(1993). Psikologi Kepribadian.
Jakarta : Rajawali Press
Sobur, Alex. (2003). Psikologi
Umum Dalam Lintas Sejarah.
Bandung : Pustaka Setia
Yusuf LN, Syamsu dan A.
Juntika Nurihsan. Teori
Kepribadian. Bandung : Rosda
Karya
 
0 Comments

Leave a Reply.
 HOME 
 BIMBINGAN DAN KONSELING  
 PENDIDIKAN
 PARENTING
 KISAH HIKMAH
 ANEKA MASAKAN
 WEBSTORE

POWERED BY GET STARTED

Anda mungkin juga menyukai