Anda di halaman 1dari 6

A.

Atribut Psikologi

Atribut psikologi adalah suatu bentuk sifat maupun karakter mental seseorang yang
mencakup banyak hal, seperti perilaku, cara berpikir, suasana hati, hingga emosi. Atribut
psikologi juga berkaitan dengan kemampuan kognitif setiap individu, misalnya daya ingat,
kreativitas, pemecahan masalah, hingga konsentrasi. Pada dasarnya, setiap individu memiliki
jenis atribut psikologi yang berbeda-beda. Hal ini bisa dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti
lingkungan, genetik, serta pengalaman hidup. Atribut psikologi tersebut akan memengaruhi cara
setiap individu dalam berinteraksi, beradaptasi, serta belajar.

Atribut psikologis merupakan objek pengukuran dalam tes psikologi. Anastasi (1997 : 4)
mengatakan bahwa pada dasarnya tes psikologi adalah alat ukur yang objektif dan dibakukan
atas sampel-sampel tertentu. Tes psikologi merupakan pengetesan yang bersangkutan dengan
pengukuran dan evaluasi. Dalam hal ini objek pengukuran adalah atribut psikologis namun
sample perilaku adalah sesuatu yang dapat diukur secara langsung. Dalam pengukuran psikologis
ini, atribut psikologis berperan dalam mendeskripsikan dimensi psikologis yang ada dalam diri
manusia. Azwar (2005 : 15) menjelaskan bahwa atribut psikologis adalah suatu konstruk teoritik
(theoretical construct) yang ada secara hipotetik dan dikonsepkan guna mendeskripsikan dimensi
kejiwaan dari individu. Deskripsi ini tidak sesuai dengan sebagaimana pengukuran aspek fisik
seperti bergantung pada ketepatan definisi yang bersangkutan. Crocker dan Algina (Anastasi,
1997) menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yang dihadapi dalam
melakukan pengukuran lonstrak psikologis yaitu :

1. Tidak ada pendekatan tunggal dalam pengukuran konstrak apapun yang dapat diterima
secara universal.
2. Pengukuran psikologis pada umunya didasarkan pada sampel perilaku yang jumlahya
terbatas.
3. Pengukuran selalu mungkin mengandung eror Satuan dalam skala pengukuran tidak
dapat didefinisikan dengan baik Konstrak psikologis tidak dapat didefinisikan secara
operasional semata tapi harus pula menampakkan hubungan dengan konstrak atau
fenomena lain yang dapat diamati
4. Pengukuran atribut psiklogis yang digunakan akan berfungsi dalam menafsirkan perilaku
melalui angka-angka dan skala tertentu. Setelah dilakukan pengukuran, maka ini akan
berhubungan langsung dengan pengambilan keputusan karena sebuah pengukuran
dilakukan untuk membuat keputusan

B. Macam – Macam Atribut Psikologis

1. Intelegensi Quotient (IQ)

Pada dasaranya intelegensi merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi


masalah. Banyak definisi yang mengartikan intelektual diantaranya Thornbike (Sobur, 2003)
mengatakan bahwa intelgensi adalah kemampuan individu untuk memberikan respon yang
tepat terhadap stimulasi yang diterimanya. Selain itu, kita lebih mengenal intelgensi
merupakan kecerdasan yang dimiliki individu dalam menyelesaikan persoalan atau masalah.
Co lman (Sobur, 2003 : 156) menegaskan bahwa intelegensi merupakan kemempuan
seseorang dlam menyesuaikan dengan lingkungannya. Individu yang memiliki inelegensi
yang tinggi akan mampu menyelesaikan persoalan dengan baik. Selain itu, mampu untuk
menyesuaikan dengan lingkungan. Kemampuan individu yang bertautan dengan aspek
kognitif atau biasa disebut Kecerdasan Intelektual. Untuk memperoleh IQ digunakan rumus
IQ=MA/CA. untuk menghindarkan adanya pecahan maka rumus tersebut kemudian dikalikan
dengan 100, sehingga rumusnya berbentuk: IQ=MA/CA X 100. MA merupakan mental age
atau umur mental, CA dalah chronological age atau umur kronologis atau umur sebenarnya.

2. Emotional Quotient (EQ)

Daniel Goleman (1999), salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia
lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi
seseorang, yakni Kecerdasan Emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan
sebutan Emotional Quotient (EQ). Kecerdasan emosi merupakan salah satu jalan agar kita
mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain. Tidak dapat dipungkiri, banyak
individu yang gagal dalam membina hubungan sosialnya dikarenakan memiliki kecerdasan
emosinya yang rendah. Segal (2000 : 24) menegaskan bahwa tanpa kesadaran emosi, tanpa
kemampuan untuk mengenali dan menghargai perasaan kita serta bertindak jujur sesuai
dengan perasaan tersebut, kita tidak pernah dapat berhubungan baik dengan orang lain, kita
tidak pernah berhasil dalam hidup ini, kita tidak dapat mengambil keputusan dengan mudah,
dan kita sering terombang-ambing tanpa pernah bersenutuhan dengan perasaan kita sendiri.
Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengenali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain. Berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung bersifat permanen,
kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari dan dimodifikasi kapan saja
dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk meraih sukses atau prestasi hidup. Dalam
pengukurannya, EQ sulit untuk diukur akan tetapi dalam kecerdasaan emosi yang menjadi
indikatornya adalah kemampuan atau keterampilan individu dalam mengelola emosi agar
menjadi lebih baik.

3. Creativity Quotient (CQ)

Kreativitas merupakan sesuatu yang baru atau hal yang baru. Individu yang memiliki
kreativitas yang tinggi biasanya memiliki kemampuan daya imajinasi yang kuat. Semiawan
dkk (Sobur : 161) menjelaskan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk
menghasilkan suatu produk yang baru. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa
kreativitas memiliki hubungan dengan intelgensi. Penelitian Torrance (Sobur : 162)
menggambarkan bahwa adanya hubungan keterkaitan antara kreativitas dan intelgensi. Anak-
anak yang memiliki kreativitas tinggi mempunyai taraf intelgensi (IQ) di bawah rata-rata IQ
teman sebayanya. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai fakta yang jelas karena
banyak ditemukan individu yang IQ tinggi dan memiliki daya kreativitas yang tinggi. Untuk
itu, dapat disimpulkan diantara keduanya memiliki hubungan anatara kreativitas dan
intelgensi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Creativity Quotient (CQ) adalah
kecerdasan yang berkekuatan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Individu yang memiliki
daya kreativitas (CQ) yang tinggi biasanya selalu ingin menciptakan sesuatu yang berbeda
dan memiliki nilai tersendiri.

4. Minat

Pada dasarnya minat merupakan keinginan dan kemauan individu dalam melakukan
sesuatu. Hilgar (Setiawan, 2006) menjelaskan bahwa minat adalah suatu proses yang tetap
untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan
senang dan rasa puas. Minat individu merupakan keinginan untuk mempelajari terhadap
susuatu. Minat biasanya dikaitkan dengan bakat, perbedaannya sangat tipis sekali mengenai
minat dan bakat ini.

Bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud. Sedangkan minat adalah kemampuan
individu dalam mempelajari sesuatu yang didorong oleh keinginan dan kemauan dirinya
sendiri.
Dalam hal pengukuran minat, yang menjadikan minat dapat diukur adalah didorong oleh
minat yang diekspresikan (expressed interest) dan minat yang diwujudkan (manifest interest).
Pengukuran minat ini dapat diukur dengan menggunakan inventori minat, misalnya Safran
Student Interst Inventory (SSII) atau yang lebih dikenal dengan Inventori Minat Siswa Model
Safran. Sukardi (1993 : 117) menjelaskan bahwa inventori minat digunakan sedikitnya
dengan tiga alasan yaitu :

a. Memperkuat atau mengkonfirmasikan minat yang diekspresikan masing-masing siswa.


b. Mendorong pemikiran tentang jabatan.
c. Menyediakan data untuk membantu pengambilan keputusan

Tes minat memberikan kemudahan kepada individu untuk mengambil keputusan seperti
jabatan, mata pelajaran dan aspek yang lainnya. Pengukuran minat ini memberikan gambaran
bahwa individu memiliki kecenderungan atau keinginan yang diinginkannya. Misalnya
dalam Inventori Minat Siswa Model Safran mengungkap tiga aspek yang ditekankan yaitu,
minat jabatan, minat terhadap mata pelajaran, dan tingkat kemampuan. Pengukuran minat
akan membantu individu dalam memilih kemauan yang diinginkannya kemudian
mengembangkan minat tersebut. Dengan demikian pengukuran minat memfasilitasi individu
dalam memilih kemauannya.1

5. Kepribadian

Pada dasarnya kepribadian merupakan suatu yang memberikan kesan khas dan unik dari
individu. Kartono (2005) mengungkapkan bahwa kepribadian atau personalitas dapat
diartikan sebagai keseluruhan dari individu yang terorganisir dan terdiri atas disposisi-
disposisi psikis serta fisik. Dalam kepribadian akan banyak ditemukan karakter serta
keterampilan atau kecakapan social (Social Skill) dan kesan yang paling menonjol.
1
https://ceklis.weebly.com/teori-bimbingan-dan-konseling/atribut-psikologis
Woodworth (Yusuf, 2002 : 3) mengungkapkan bahwa kepribadian merupakan kualitas total
tingkah laku individu. Individu merupakan makhluk yang unik dan tidak sama walaupun
lahir secara bersamaan (kembar) akan tetapi akan ada perbedaan karakter yang menonjol.

Kepribadian merupakan perilaku individu yang mempunyai karakter unik dan khas dalam
situasi yang ditetapkan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melihat tipe-tipe
(tipologi) kepribadian dari individu. Melakukan pengukuran ini bertujuan untuk lebih
mengetahui corak kepribadian individu sehingga pemahaman kita terhadap individu menjadi
lebih sempurna dan proses pendidikannya dapat disesuaikan. Sobur (2003 : 322) menjelaskan
bahwa sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan diri (self report),
kuesioner kepribadian, atau indventori kepribadian (personality inventory). Ada beberapa
cara untuk mengukur sifat kepribadian diantaranya :

a. Observasi Direk yaitu mengobservasi sasaran khusus dengan memilih waktu yang tepat
yang dapat memperkirakan munculnya indikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti. Sobur
(2003 : 323) ada tiga metode dalam observasi direk yaitu :

1. Time Sampling Method yaitu tiap-tiap subjek diselidiki pada periode tertentu. Hal
yang diobservasi mungkin sekadar muncul atau tidaknya respon atau aspek tertentu.
2. Incident sampling method yaitu sampling dipilih dari berbagai tingkah laku (pada
time sampling, dipilih pada berbagai situasi). Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang
menjadi perhatian adalah tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-efek
berikut setelah respons.
3. Metode Buku Harian Terkontrol yaitu metode ini dilakukan dengan cara mencatat
dalam buku harian tentang perilaku yang khusus yang hendak diselidiki oleh orang
yang bersangkutan.

b. Wawancara yaitu mengadakan tatap muka dan berbicara dari hati ke hati dengan orang
yang dinilai. Wawancara terbagi menjadi dua yaitu:

1. Stress Interview yaitu wawancara yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
individu dapat bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga
untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya
setelah tekanan-tekanan ditiadakan.
2. Exhaustive Interview yaitu wawancara yang berlangsung lama, diselenggarakan nonstop.
Tujuannya adalah untuk membuat interviewee lelah, melepaskan sikap defensifnya
supaya bisa berbicara terus terang.

Anda mungkin juga menyukai