Anda di halaman 1dari 15

Kecerdasan Emosional dalam Psikologi – Pengertian, Aspek dan Pengaruhnya

Ilmu yang mengkaji kecerdasan emosional dalam psikologi menjadi topik yang penting
karena menentukan kesuksesan seseorang. Sebelum kita masuk kedalam pengertian
kecerdasan emosional, mari kita bahas makna kecerdasan dan emosi.

A. Pengertian Kecerdasan

Dalam pandangan psikologi pendidikan kecerdasan diartikan sebagai sebuah kemampuan


mental terhadap suatu persoalan. Ada tiga faktor utama yang berkaitan dengan kecerdasan
pada diri seseorang, yaitu:

 Judgement (penilaian seseorang).


 Comprehension (pengertian).
 Reasoning (penalaran).

Salah seorang ahli psikolog bernama Suharsono berpendapat bahwa dalam perspektif
psikologi, kecerdasan adalah sebuah kemampuan mental untuk merespon dan mengatasi
persoalan masalah dari hal yang bersifat kuantitatif dan fenomenal.

B. Pengertian Emosi

Secara bahasa, emosi merupakan sebuah frasa yang berasal dari bahasa latin emovere yang
artinya bergerak menjauh, tambahan huruf “e” disini adalah untuk memberi kesan arti
bergerak menjauh. Hal ini menunjukan bahwa dalam emosi, ada sebuah kecenderungan
dalam mengambil tindakan.

Fungsi psikis manusia yang meliputi penilaian, pemikiran, tanggapan dan kehendak
merupakan ranah afektif dimana emosi berada. Sebagai contoh, manusia akan memberikan
respon positif terhadap sesuatu jika dibarengi dengan emosi yang positif, begitu pula
sebaliknya.

Mari kita tinjau emosi dari sudut pandang Daniel Goleman, pakar psikologi yang mendalami
ilmu kecerdasan emosional. Beliau menyatakan bahwa emosi adalah hal yang rumit, dan dari
situ ia membuat identifikasi emosi seperti dibawah ini:

 Rasa marah (kebencian, tersinggung, permusuhan dan tindakan kekerasan).


 Rasa sedih (kesepian, depresi, kasihan terhadap diri, putus asa dan melankolis).
 Rasa takut (kecemasan, kekhawatiran, fobia, rasa panik dan gugup).
 Rasa nikmat (kesenangan, kepuasan dan perasaan bahagia).
 Rasa cinta (kebaikan hati, kedekatan, kasih sayang, kepercayaan dan kasmaran).
 Rasa terkejut (ketakjuban dan rasa terpesona).
 Rasa jengkel (rasa kehinaan, rasa muak dan tidak suka).
 Rasa malu (perasaan bersalah, menyesal dan kesal hati)
C. Pengertian Kecerdasan Emosional dalam Psikologi

Teori Kecerdasan Emosional dalan psikologi ini pertama kali dikembangkan sekitar tahun
70an dan 1980-an. Dalam ilmu psikologi, Kecerdasan emosinal sendiri merupakan sebuah
pembahasan mengenai model perilaku yang relatif baru.

Kemudian dalam bahasa inggris hal ini dikenal dengan Emotional Intelligence (EI) atau
Emotional Quotient (EQ). Kecerdasan Emosi berkaitan dengan kemampuan diri untuk dapat
menerima, memberi penilaian, mengelola dan mengendalikan emosi yang ada pada dirinya
dan orang lain.

Kecerdasan emosional kerap dianggap sebagai kemampuan utama untuk mengatur emosi
diri dan memperbaiki interaksi dengan orang lain. Cara pandang ini akan berbeda dengan
kemampuan intelektual. Karena kecerdasan emosi adalah sesuatu yang dipelajari, bukan
didapatkan. Pembelajaran tentang emosi bisa saja terjadi kapanpun dan dimanapun dalam
kehidupan.

Konsep ini berpendapat bahwa kecerdasan akademis (IQ) tidaklah cukup untuk
menginterpretasikan kesuksesan dalam diri seseorang. Melainkan, dibutuhkan juga
komponen kecerdasan lainnya yang tidak mengabaikan elemen karakter dan perilaku individu
manusia tersebut.

Apa Saja Komponen pada Kecerdasan Emosional?

Seorang psikolog mendalami bidang Kecerdasan Emosional yang bernama Daniel


Goleman menyatakan bahwa yang perlu kita tahu adalah, untuk mengindentifikasi
karakteristik kematangan emosi seseorang ada beberapa komponen yang kita bisa gunakan
sebagai parameter utama. Berikut ini merupakan gambaran singkat mengenai komponen
tersebut :
 Self-awareness atau Kesadaran Diri: Kemampuan mengenali dan memahami suasana
hati dan motivasi diri, serta dampaknya terhadap orang lain. Untuk bisa mencapai ini,
kita harus dapat memantau keadaan emosi diri sendiri.
 Self-Regulation atau Pengendalian diri : Kemampuan seseorang untuk tidak bereaksi
secara gegabah. Komponen ini juga menunjukkan cara kita untuk mengekspresikan
diri secara tepat sehingga setiap tindakan tidak diatur oleh aspek emosi saja.
 Internal Motivation atau Motivasi Diri : Kemampuan seseorang yang berkaitan
dengan minat belajar dalam rangka melakukan perbaikan diri secara terus menerus.
Misalnya saja, rasa inisiatif dan komitmen untuk menyelesaikan kewajiban.
 Empati : Kemampuan untuk memahami reaksi emosional orang lain. Hal ini hanya
bisa dicapai jika kita sudah mencapai kesadaran diri. Contohnya sikap proaktif untuk
mengantisipasi kebutuhan orang lain.
 Social Skill atau keterampilan sosial : Kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
sosial dan memenuhi kebutuhan tersebut dengan landasan bersama, mengelola
komunikasi dan membangun jaringan.
D. Minat Bakat

Tes Minat Bakat adalah prosedur ilmiah yang akan menuntun anda mengambil sebuah
keputusan. Tes minat bakat akan mempertimbangkan kemampuan (abilitabilit) anda, aspek
minat dan psikologis, kemudian akan memberikan sebuah rekomendasi minat bakat.

Manfaat Tes Minat Bakat yang Perlu Kamu Ketahui

Tes Minat Bakat Merupakan Sebuah Proses Untuk Mengetahui Potensi Dan Arah
Yang Jelas Tentang Diri Dan Deskripsi Kepribadian. Dengan Tes Minat Bakat, Akan
Mengetahui Ukuran Dan Kemampuan Diri Yang Detail Secara Ilmiah Menurut Kaidah-
Kaidah Ilmu Psikologi. Hasil Tes Minat Bakat Dapat Dijadikan Menjadi Acuan Mengambil
Keputusan Baik Untuk Memilih Jurusan Kuliah Yang Tepat, Memilih Pekerjaan Atau Karir.

Berikut Akan Kami Paparkan Manfaat Tes Minat Bakat Yang Perlu Kamu Ketahui.

E. Manfaat Tes Minat Bakat

Mengapa Sebuah Tes Minat Bakat Perlu Dilakukan? Mengapa Harus Repot-Repot
Mengikuti Tes, Padahal Saya Sudah Mengetahui Apa Yang Saya Inginkan? Apa Pentingnya
Minat Bakat?
Mungkin Masih Banyak Pertanyaan Lain Yang Mungkin Muncul Dibenak Anda,
Mengapa Tes Minat Bakat Sangat Penting Dilakukan. Ini Karena Tes Minat Bakat Adalah
Prosedur Ilmiah Yang Akan Menuntun Anda Mengambil Sebuah Keputusan. Tes Minat Bakat
Akan Mempertimbangkan Kemampuan (Ability) Anda, Aspek Minat Dan Psikologis,
Kemudian Akan Memberikan Sebuah Rekomendasi Minat Bakat.

Berikut Manfaat Mengikuti Tes Minat Bakat:

1. Membantu Menentukan Mengambil Jurusan Kuliah

Tes Minat Bakat Jurusan Kuliah Akan Membantu Calon Mahasiswa Mengambil Jurusan
Kuliah Yang Tepat. Hal Ini Karena Tes Minat Bakat Mengungkap Sisi Kepribadian,
Kemampuan, Keinginan Dan Cita-Cita. Sehingga Dengan Menggabungkan Beberapa Data
Ini, Kemudian Dilakukan Analisis Dan Memberikan Kesimpulan Dan Rekomendasi Jurusan
Kuliah Yang Tepat.

2. Memahami Cara Mengembangkan Bakat (Mengembangkan Potensi)

Dengan Tes Minat Bakat, Akan Mengetahui Potensi Yang Anda Miliki. Dengan
Mengetahuinya Anda Akan Lebih Fokus Mengembangkan Potensi Tersebut Sehingga Dapat
Membawa Anda Menjadi Pribadi Yang Sukses.

3. Mengenal Diri Sendiri Lebih Dalam (Understanding Self)

Banyak Orang Diantara Kita Yang Tidak Mengenal Minat Dan Bakatnya. Bahkan Sering
Kita Dengar “Saya Tidak Memiliki Bakat” Atau “Saya Tidak Mengetahui Bakat Saya”.
Padahal Semua Orang Memiliki Potensi Bakat. Hanya Ada Orang Yang Sadar Akan
Bakatnya, Dan Ada Yang Tidak Sadar Dan Tidak Memahaminya. Dengan Mengikuti Tes
Minat Bakat, Anda Dapat Mengetahui Potensi Diri, Minat Dan Bakat Anda.

4. Memotivasi Untuk Berbuat Lebih Maksimal

Dengan Mengetahui Minat Bakat Yang Dimiliki, Akan Memberikan Motivasi (Dorongan)
Untuk Menggeluti Sesuatu Yang Merupakan Potensi Yang Dimiliki. Anda Akan Tekun
Belajar, Berlatih, Dan Mengembangkan Bakat Karena Telah Mengetahui Bahwa Itulah Bakat
Yang Memang Anda Miliki.

5. Mencegah Anak Mengalami Kesulitan Belajar


Bagi Siswa Sekolah, Tes Minat Bakat Sangat Diperlukan Untuk Mengetahui Arah Minat Dan
Bakatnya, Khususnya Untuk Pemilihan Jurusan Di Sekolah Menengah. Apakah Mau
Mengambil Sekolah Kejuruan (SMA) Atau Sekolah Umum (SMA). Di SMA, Apakah Mau
Mengambil Jurusan IPA, IPS, Bahasa Atau Jurusan Lainnya. Bisa Dipastikan Jika Salah
Mengambil Keputusan, Akan Berakibat Pada Prestasi Yang Menurun. Anak Yang Tidak
Menyukai Menghapal, Mungkin Akan Kesulitan Masuk Di Jurusan IPS. Atau Anak Yang
Tidak Menyukai Rumus-Rumus Fisika, Akan Kesulitan Di Jurusan IPA.

Dengan Adanya Tes Minat Bakat, Akan Memberikan Rekomendasi Yang Tepat,
Jurusan Yang Diambil Oleh Siswa, Sehingga Mampu Mengembangkan Potensi, Minat Dan
Bakatnya.

Demikianlah Manfaat Tes Minat Dan Bakat. Saat Ini Telah Tersedia Beberapa
Psikolog Yang Menyediakan Bantuan Tes Minat Bakat, Salah Satunya Adalah NS
Development. NS Development Menyediakan Assessment Minat Dan Bakat Secara Online
Sehingga Memudahkan Anda Mengikuti Proses Tes Minat Dan Bakat.

Motivasi adalah penggerak, pendorong atau energi dalam diri seseorang yang
mempengaruhi semangat untuk bertindak, melangkah dan menentukan arah dalam melakukan
sesuatu sehingga tercapai hasil atau tujuan tertentu yang memberi kepuasan. Motivasi
merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap tujuan hidup seseorang.

F. Teori Motivasi - Pengertian, Fungsi, Aspek dan Jenis

Istilah motivasi berasal dari kata latin (movemore) yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi merupakan suatu hal yang mempengaruhi perilaku manusia sebagai
pendorong, keinginan, pendukung atau kebutuhan-kebutuhan yang dapat membuat seseorang
bersemangat untuk memenuhi dorongan diri sendiri, sehingga dapat bertindak dan berbuat
menurut cara-cara tertentu yang akan membawa ke arah yang optimal.

Motivasi merupakan hasrat di dalam seseorang menyebabkan orang tersebut melakukan suatu
tindakan. Motivasi adalah kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan diri dan
diakhiri dengan penyesuaian diri. Dalam pemenuhan kebutuhannya, seseorang akan
berperilaku sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya.

Pengertian Motivasi

Berikut definisi dan pengertian motivasi dari beberapa sumber buku:


 Menurut Uno (2008), motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat pada diri
seseorang dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai
tujuan.
 Menurut Slavin (2011), motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan anda melangkah,
membuat anda tetap melangkah, dan menentukan ke mana anda mencoba melangkah.
 Menurut Sardiman (2007), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya rasa/feeling dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.
 Menurut Winkel (1986), motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif,
motif menjadi aktif pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan atau dihayati.
 Menurut Purwanto (2014), motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari
untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
G. Fungsi dan Tujuan Motivasi

Menurut Shaleh dan Wahab (2004), motivasi memiliki beberapa fungsi dan tujuan, antara
lain yaitu sebagai berikut:

 Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.


 Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian
tujuan yang diinginkan.
 Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya motivasi akan berfungsi sebagai
penentu cepat lambannya suatu pekerjaan.
 Motivasi berfungsi sebagai penolong untuk berbuat mencapai tujuan.
 Penentu arah perbuatan manusia, yakni ke arah yang akan dicapai.
 Penyeleksi perbuatan, sehingga perbuatan manusia senantiasa selektif dan tetap
terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.
H. Aspek-aspek Motivasi

Menurut Hasibuan (2009), beberapa aspek yang mempengaruhi motivasi dalam diri
seseorang adalah sebagai berikut:

 Kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kebutuhan untuk mempertahankan hidup,


yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah makan, minum, perumahan, udara, dan
sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang
berperilaku dan giat bekerja.
 Kebutuhan akan rasa aman (safety and security needs). Kebutuhan akan kebebasan
dari ancaman yakni rasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam
melaksanakan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk yakni
kebutuhan akan keamanan jiwa terutama keamanan jiwa di tempat bekerja pada saat
mengerjakan pekerjaan dan kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan pada
waktu bekerja.
 Kebutuhan sosial, atau afiliasi (affiliation or acceptance needs). Kebutuhan sosial,
teman afiliasi, interaksi, dicintai dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan
kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal
tidak mau hidup menyendiri seorang diri di tempat terpencil, ia selalu membutuhkan
kehidupan berkelompok.
 Kebutuhan yang mencerminkan harga diri (esteem or status needs). Kebutuhan akan
penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan
masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi
tidak selamanya demikian. Akan tetapi perlu juga diperhatikan oleh pimpinan bahwa
semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam
organisasi semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status dimanifestasikan oleh
banyak hal yang digunakan sebagai simbol status itu.
 Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan akan aktualisasi diri dengan
menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai prestasi
kerja yang sangat memuaskan. Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi
seseorang secara penuh. Keinginan seseorang untuk mencapai kebutuhan sepenuhnya
dapat berbeda satu dengan yang lainnya, pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan
pimpinan perusahaan dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

Teori lain yang menjadi faktor pendorong timbulnya motivasi pada diri seseorang adalah
sebagai berikut:

 Kecerdasan Intrapersonal
 Kecerdasan Musikal
 Kepemimpinan Diri (Self Leadership) - Pengertian, Fungsi, Aspek dan Strategi
 Berpikir Reflektif - Pengertian, Syarat, Tahapan dan Tingkatan
 Kebutuhan akan prestasi (need for achievemnt). Merupakan daya penggerak yang
mendorong memotivasi semangat bekerja seseorang. Karena itu need for achievement
akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan
semua kemampuanserta energy yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang
maksimal.
 Kebutuhan akan kerja sama (need for affiliation). Kebutuhan akan kerja sama need for
affiliation menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja
seseorang. Oleh karena itu, need for affiliation ini akan merangsang gairah bekerja
pegawainya.
 Kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Merupakan daya penggerak yang
memotivasi semangat kerja karyawan. Need for power merangsang dan memotivasi
gairah kerja karyawan serta mengarahkan semua kemampuannya demi mencapai
kekuasaan atau kedudukan yang terbaik. Ego manusia lebih ingin berkuasa akan
menimbulkan persaingan.
I. Jenis-jenis Motivasi

Menurut Arep dan Tanjung (2004), motivasi dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:

 Motivasi positif (insentif positif). Memotivasi dengan memberikan hadiah kepada


mereka ataupun diri sendiri yang termotivasi untuk berprestasi baik dengan motivasi
positif. Semangat seseorang individu yang termotivasi tersebut akan meningkat,
karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik.
 Motivasi negatif (insentif negatif). Memotivasi dengan memberikan hukuman kepada
mereka ataupun diri sendiri yang berprestasi kurang baik atau berprestasi rendah.
Dengan memotivasi negatif ini semangat dalam jangka waktu pendek akan
meningkat, karena takut akan hukuman, teteapi untuk jangka waktu panjang dapat
berakibat kurang baik.

Menurut Shaleh dan Wahab (2004), motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

 Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa
dirangsang dari luar. Sebagai contoh: orang yang gemar membaca, ia akan mencari
sendiri buku-buku yang dibacanya tanpa ada orang yang mendorong.
 Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang karena adanya perangsang dari luar,
sebagai contoh: seorang mahasiswa rajin belajar karena ada ujian.
Menurut Woodworth dan Marquis (2010), motivasi dibagi dalam dua jenis, yaitu:

 Unlearned motives, yaitu motivasi pokok yang tidak dipelajari atau motivasi bawaan,
yaitu motivasi yang dibawa sejak lahir, seperti dorongan makan, minum, seksual,
bergerak dan istirahat. Motivasi ini sering disebut motivasi yang diisyaratkan secara
biologis.
 Learned motives, yaitu motivasi yang timbul karena dipelajari, misalnya dorongan
untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan mengejar jabatan. Motivasi ini
sering disebut motivasi yang diisyaratkan secara sosial, karena manusia hidup dalam
lingkungan sosial.

Menurut Frandsen (2010), motivasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

 Physiological drive, istilah ini digunakan untuk merujuk pada motivasi bawaan
(unlearned motives).
 Affiliative need, merupakan motivasi yang dipelajari (learned motives) dengan istilah
affiliative need.
 Cognitive motives, motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni menyangkut
kepuasan individual. Kepuasan individual berada di dalam diri manusia dan biasanya
berwujud proses dan produk mental.
 Self-expression, penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia, individu
tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu
membuat suatu kejadian. Kreativitas dan imajinasi sangat dibutuhkan, bagi seseorang
yang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.
 Self-enhancement, melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan
meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri menjadi salah
satu keinginan bagi setiap individu
Konsep Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik

Pada tahun 1956, Benjamin Bloom seorang psikolog bersama rekan-rekannya


melakukan penelitian serta pengembangan tentang kemampuan berpikir seseorang di dalam
proses belajar. Penelitian tersebut menghasilkan suatu teori bernama Taksonomi Bloom.

Taksonomi Bloom membahas tentang tiga model hirarki kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ketiga model hierarki tersebut digunakan untuk klasifikasi dan penilaian
perkembangan pendidikan anak.

Ketiga aspek tersebut juga digunakan untuk mengetahui perkembangan kemajuan


proses belajar anak-anak. Selain itu, ketiga aspek tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan anak dalam menyerap dan memahami suatu materi pembelajaran.

Tidak jarang juga, aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik digunakan untuk menilai
efektivitas suatu metode belajar atau metode pembelajaran dan media pembelajaran yang
diterapkan. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik memang memiliki peranan penting
dalam dunia pendidikan.

Anak-anak yang mempelajari dan memiliki kemampuan kognitif, afektif, dan


psikomotorik yang baik tentunya akan mendapatkan banyak manfaat. Anak-anak tidak hanya
mengerti suatu konsep pelajaran, tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan emosional
serta motorik dalam penerapannya.

Proses belajar dan latihan mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan


psikomotorik pastinya akan membuat anak mampu mengembangkan kemampuan yang ada di
dalam dirinya secara lebih optimal.

Pengertian Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik

Sebelum mempelajari tentang contoh kognitif, afektif, dan psikomotorik, Anda harus
mengetahui serta memahami ketiga model atau aspek dalam Taksonomi Bloom tersebut.

Berikut ini penjelasan lebih lengkap tentang pengertian dan definisi ketiga aspek tersebut!
a. Aspek Kognitif

Kognitif menjadi salah satu aspek utama di dalam kurikulum pendidikan sekaligus
sebagai tolak ukur penilaian perkembangan anak. Aspek yang satu ini berasal dari bahasa
latin “cognition” yang memiliki arti pengenalan.

Artinya, aspek kognitif lebih mengacu pada proses pengenalan untuk mengetahui
sesuatu konsep. Aspek kognitif juga bisa dikaitkan dengan kemampuan penalaran atau proses
berpikir. Kognitif juga berhubungan erat dengan aktivitas otak dalam mengembangkan
kemampuan rasional.

Kognitif meliputi apa saja? Pada dasarnya kognitif meliputi 6 faktor atau aspek yang lebih
rinci, yaitu:

1) Pengetahuan/ Hafalan/ Ingatan (Knowledge)

Berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali dan juga mengingat berbagai materi
pembelajaran yang sudah dipelajari. Pengetahuan dapat berupa materi atau teori sederhana
hingga kompleks yang memerlukan kedalaman kemampuan dalam berpikir.

2) Pemahaman (Comprehension)

Memahami suatu materi pembelajaran dilakukan dalam bentuk translasi, interpretasi, dan
ekstrapolasi. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk mendemonstrasikan suatu fakta
atau gagasan.

3) Penerapan (Application)

Anak-anak diharapkan mampu menggunakan materi berupa aturan atau prinsip yang sudah
dipelajari dalam kehidupan nyata. Selain itu, diharapkan juga anak-anak bisa menerapkan
konsep abstrak atau ide dari materi teori yang sudah dipelajari.

4) Analisis (Analysis)

Kemampuan analisis melibatkan proses atau kegiatan pengujian dan pemecahan informasi ke
berbagai hubungan. Di dalam kategori analisis terdapat 3 aspek penting yaitu analisis elemen,
analisis hubungan, dan juga analisis organisasi.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis berupa kemampuan menjelaskan struktur atau pola yang belum dilihat sebelumnya
dan mampu mendeskripsikan atau menjelaskan pola baru tersebut.
6) Penilaian/ Evaluasi (Evaluation)

Berupa kemampuan untuk dapat berpikir dan memberikan penilaian terhadap sesuatu untuk
tujuan tertentu. Evaluasi atau penilaian dapat dilakukan berdasarkan kriteria internal dan
eksternal.

Cara mengembangkan kemampuan kognitif sangat beragam tergantung usia anak. Secara
sederhana, kemampuan kognitif anak dapat dilatih dengan membaca buku, bermain
permainan edukatif, dan lain sebagainya.

b. Aspek Afektif

Selain memahami tentang aspek kognitif, Anda juga harus memahami tentang aspek
afektif sebelum belajar tentang contoh kognitif, afektif, dan psikomotorik. Memangnya, apa
yang dimaksud dengan afektif?

Afektif adalah kemampuan seseorang yang berkaitan erat dengan berbagai emosi atau
perasaan di dalam dirinya. Misalnya, penghargaan, perasaan, minat, semangat, nilai, sikap
terhadap suatu kondisi, dan lain sebagainya.

Aspek afektif dapat dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu, yaitu:

a) Penerimaan (Receiving)

Anak-anak diharapkan mampu memperhatikan dan memberikan respon stimulasi yang tepat
untuk menunjukkan penghargaan kepada orang lain.

b) Responsif (Responsive)

Kemampuan ini terlihat ketika anak-anak tertarik terhadap suatu hal dan memutuskan untuk
ikut terlibat di dalamnya.

c) Penilaian (Value)

Berkaitan erat dengan penerimaan, penolakan, atau bahkan tidak menyatakan pendapat
terhadap suatu kejadian

d) Organisasi (Organization)

Kemampuan dalam menyatukan nilai-nilai yang berbeda atau menyelaraskan berbagai


perbedaan yang ditemukan.

e) Karakterisasi (Characterization)
Menunjukkan tingkah laku yang dilakukan sesuai karakteristik pribadi, meliputi keteraturan
pribadi, sosial, dan emosi.

Perkembangan kemampuan afektif dapat dilakukan dengan cara melatih kemampuan


menyampaikan emosi melalui ekspresi, menerapkan nilai atau norma tertentu, dan lain
sebagainya.

c. Aspek Psikomotorik

Selain aspek kognitif dan afektif, Anda juga harus memperhatikan kemampuan
psikomotorik pada perkembangan anak. Apa itu aspek psikomotorik? Pengertian
psikomotorik adalah kemampuan yang berkaitan erat dengan gerakan fisik atau perilaku.

Aspek psikomotorik dapat dilihat atau dinilai dengan mengukur kemampuan anak
berdasarkan jarak, kecepatan, teknik, ketepatan, dan cara melakukan suatu kegiatan.

Terdapat tujuh kategori yang terdapat pada aspek psikomotorik, yaitu:

 Peniruan
 Kesiapan
 Respon Terpimpin
 Mekanisme
 Respon Tampak Kompleks
 Adaptasi
 Penciptaan

Contoh Kognitif Afektif dan Psikomotorik

Seperti apa contoh aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pada anak-anak? Berikut ini
beberapa contoh sikap kognitif, afektif, dan psikomotorik yang harus Anda ketahui, yaitu:

1) Contoh Kemampuan dan Perilaku Kognitif

Berikut ini beberapa contoh dari perilaku kognitif pada anak-anak, yaitu:

 Mengingat materi pembelajaran


 Memecahkan masalah
 Membangun suatu ide atau gagasan
 Menghubungkan satu hal dengan hal lainnya
 Memahami konsep sebab akibat
 Berpikir kritis
 Berpikir logis
 Berpikir sistematis
 Memiliki imajinasi
 Mampu melakukan penilaian atau evaluasi
2) Contoh Kemampuan dan Perilaku Afektif

Berikut ini beberapa contoh dari perilaku afektif pada anak-anak, yaitu:

 Mendengarkan perkataan atau pendapat dari orang lain.


 Ikut diskusi dengan tema tertentu
 Memberi usulan kegiatan kelompok
 Memiliki perasaan suka terhadap sesuatu
 Menyukai kebudayaan tertentu
 Menyayangi dan mencintai seseorang
 Merasa sedih melihat kesedihan orang lain
 Senang menolong atau membantu orang lain
 Mampu bersikap adil
3) Contoh Kemampuan dan Perilaku Psikomotorik

Berikut ini beberapa contoh dari perilaku psikomotorik pada anak-anak, yaitu:

 Meniru gerakan orang lain


 Dapat melakukan gerakan kompleks
 Membuat gerakan-gerakan baru
 Kemampuan berlari, melompat, dan gerakan lainnya
 Keterampilan dalam menari

Cara Mengembangkan Kemampuan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik

Banyak pemahaman di masyarakat bahwa, keberhasilan seseorang ditentukan oleh


tingkat intelektualitasnya. Semakin tinggi IQ seseorang membuat derajat kesuksesan lebih
tinggi di sekolah, pekerjaan, maupun kehidupan sosialnya.

Faktanya, hasil penelitian terbaru menemukan bahwa 85 persen kesuksesan seseorang


ditentukan oleh karakternya, 15 persen lainnya oleh kecerdasan dan keterampilan teknis.
Oleh karenanya, untuk mencapai kesuksesan maka seseorang harus berkembang
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara bersamaan.

Setelah kita memahami contoh kognitif, afektif, dan psikomotorik maka pertanyaannya,
bagaimana cara mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara
bersamaan?

a. Membaca Buku

Kebiasaan membaca buku akan meningkatkan keterampilan berfikir dan mengembangkan


kemampuan penalaran.

Semakin banyak buku yang dibaca akan meningkatkan kemampuan berfikir logis, sistematis,
kritis, dan memahami konsep sebab-akibat, sehingga mampu membangun ide atau gagasan
dan pemecahan masalah secara efektif.

b. Bermain

Bermain bersama dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik


secara bersamaan dalam satu waktu.

Dalam permainan kelompok, anak akan belajar memahami konsep dan aturan permainan,
melibatkan diri dalam permainan sesui dengan aturan, dan melakukan gerakan, tindakan,
maupun perilaku sesuai dengan perannya dalam permainan tersebut.

c. Berkesenian

Salah satu upaya untuk mengintegrasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik adalah
dengan berkesenian, seperti bermain musik, menari, bermain drama, dan lain-lain.

Contoh kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam berkesenian seperti menari misalnya,
anak belajar memahami dan mengingat kembali gerakan tari, mengekspresikan emosi dalam
gerakan, dan melakukan gerakan-gerakan kompleks sesuai irama.

d. Berkarya

Selain mengasah kreativitas, membuat karya seni maupun kerajinan dapat


mengembangkan kemampuan anak untuk membangun ide atau gagasan dan mengeksekusi
gagasan tersebut dalam bentuk karya nyata.

Anak akan belajar beradaptasi dengan teknik-teknik baru dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan, dan bertanggungjawab atas apa yang mereka lakukan.

Anda mungkin juga menyukai