Anda di halaman 1dari 9

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

KORELASI ANTARA CFIT, TES PEMAHAMAN, DAN TES BERHITUNG PADA SISWA
KELAS XII DI KEPULAUAN MENTAWAI

Firmanto Adi Nurcahyo, Maria Helena Suprapto, Jophita Hosea Boeditjahjono, Gabriela
Erika Putriadi
Universitas Pelita Harapan Surabaya
Jl. A. Yani 288 Surabaya
firmanto.adi@uphsurabaya.ac.id, helena.suprapto@uphsurabaya.ac.id

Abstrak. Tes intelegensi merupakan suatu tes yang mengungkap kecerdasan individu. Culture
Fair Intelligence Test (CFIT) yang dikembangkan oleh Raymond B. Cattel dirancang untuk
mengukur fluid ability atau kemampuan kognitif seseorang yang bersifat herediter. Fluid
ability ini didukung crystallized ability yang berkembang saat individu berinteraksi dengan
lingkungan, seperti misalnya sekolah, dimana individu belajar untuk memahami hal-hal yang
disampaikan melalui kata-kata maupun angka. Penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi
antara skor hasil CFIT dengan hasil tes pemahaman dan tes berhitung. Subjek sebanyak 521
siswa kelas XII siswa SMA kelas XII di Kepulauan Mentawai. Instrumen yang digunakan
adalah CFIT, tes pemahaman (A1), dan tes berhitung (A5). Hasil uji korelasi menunjukkan
adanya hubungan yang sangat signifikan antara hasil CFIT dengan tes pemahaman (r=0.262,
p=0.000) maupun CFIT dengan tes berhitung (r=0.387, p=0.000). Tes pemahaman juga
memiliki korelasi yang sangat signifikan dengan tes berhitung (r=0.279, p=0.000). Hasil
tersebut mengindikasi bahwa seseorang dengan skor CFIT yang tinggi, memiliki skor yang
tinggi pula pada tes pemahaman dan tes berhitung, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian,
hasil CFIT seseorang dapat menjadi indikator dari kemampuan individu dalam memahami hal-
hal yang disampaikan melalui kata-kata atau isyarat secara logis dan tepat, serta dalam
memahami data angka atau numerik dan menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan angka
secara cepat dan cermat.

A. Pendahuluan Berdasarkan aspek yang diukur,


Pada saat ini tes psikologi banyak Nur’aeni (2012) mengklasifikasikan tes
dipakai dalam berbagai bidang kehidupan menjadi tes kecerdasan/intelegensi, tes
dikarenakan adanya kebutuhan tes tersebut bakat/aptitude, tes kepribadian/kepribadian,
dalam dunia pendidikan misalnya untuk tujuan dan tes minat. Tes intelegensi mengungkap
klasifikasi, identifikasi, serta seleksi. Tes kemampuan umum seseorang untuk
psikologi sendiri menurut kesimpulan Nur’aeni memperkirakan apakah suatu pendidikan atau
(2012) berdasarkan referensi beberapa ahli pelatihan tertentu dapat diberikan kepadanya.
adalah suatu tugas atau serangkaian tugas Tes ini menghasilkan IQ yang merupakan
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau informasi kedudukan relatif seseorang pada
perintah-perintah untuk dijawab dan kelompok sebayanya. Di sisi lain, tes bakat
dilaksanakan. Cronbach (dalam Azwar, 2005) adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
membagi tes menjadi dua kelompok besar kemampuan khusus seseorang pada bidang-
yakni tes yang mengukur performansi bidang tertentu. Tes kepribadian mencoba
maksimal, yang dirancang untuk mengungkap untuk mengungkap ciri kepribadian individu,
apa yang mampu dilakukan oleh seseorang dan sedangkan tes minat mengungkap reaksi
seberapa baik ia mampu melakukannya, dan seseorang pada berbagai situasi yang dapat
tes yang mengukur performansi tipikal, yang mencerminkan minatnya. Tes intelegensi dan
dirancang untuk mengungkap kecenderungan tes bakat menjadi fokus dalam tulisan ini
reaksi atau perilaku individu ketika berada selanjutnya.
dalam situasi-situasi tertentu.

224
PROCEEDING
Seminar Nasional Psikometri

Intelegensi merupakan aspek yang Tujuan penelitian ini adalah untuk


penting dalam kehidupan manusia. Banyak mengetahui apakah terdapat korelasi antara tes
studi dan penelitian yang menunjukkan bahwa intelegensi dengan tes bakat. Secara umum, tes
intelegensi mampu memprediksikan sejumlah intelegensi mengungkap kemampuan yang
hasil nyata dalam kehidupan seperti bersifat umum, sedangkan tes bakat
performansi akademik, performansi pada mengungkap kemampuan-kempuan khusus
pelatihan keahlian tertentu, serta performasi dari individu. Tes intelegensi yang dipakai
dalam pekerjaan (Postlethwaite, B. E., 2011). dalam penelitian ini adalah Culture Fair
Berbagai alat ukur telah dikembangkan untuk Intellegence Test (CFIT). CFIT dipilih karena
mengukur intelegensi bahkan telah pupuler masih sedikit penelitian yang mendasarkan
digunakan seperti Stanford-Binet Intelligence pada alat ukur ini (Naderi, H, Abdullah, R,
Scale, Wechsler Intelligence Scale for Aizan, H T, Sharir, J., 2010). Tes bakat yang
Children, serta Wechsler Adult Intelligence digunakan dalam penelitian ini adalah tes
Scale (Azwar, 2011). Raymond B. Cattell juga berhitung yang menjadi bagian dari
berusaha untuk mengembangkan tes Differential Aptitude Test (DAT) dan tes
intelegensi yang dikenal dengan nama Culture pemahaman yang merupakan bagian dari
Fair Intelligence Scale (CFIT), sementara ahli Flanagan Aptitude Classification Test (FACT).
lain yakni Raven mengembangkan Standard
Progressive Matrices (SPM). Namun
demikian, berbagai alat ukur tersebut juga tak B. Kajian Pustaka
lepas dari kelemahan. Jensen (dalam Colom, R 1. Intelegensi
& Lopez, O.G., 2003) meragukan Raven Banyak ahli yang telah memberikan
tes/SPM sebagai tes yang terbaik dalam definisi terkait dengan intelegensi. Alfred Binet
mengukur intelegensi fluid karena hanya merupakan salah satu ahli psikologi yang
menggunakan format matrices. Ia mengatakan bahwa intelegensi bersifat
mengganggap tes yang mengukur intelegensi monogenetic, yakni berkembang dari satu
fluid harus berisi beberapa sub tes untuk faktor umum (g) (Azwar, 2011). Konsep
menghapus kontaminasi yang mungkin terjadi psikometrik intelegensi juga diungkap oleh
karena kekhususan dari tes. Dalam hal ini Charles Spearman, yang hasilnya telah banyak
CFIT yang terdiri atas empat sub tes dianggap ditunjukkan dalam berbagai penelitian.
lebih baik dalam mengukur intelegensi fluid, Menurut Spearman, kemampuan
jika dibandingkan dengan SPM. Namun umum/general atau yang dikenal dengan faktor
Reynolds, C.R. & Suzuki, L.A, (2003) g merupakan tendensi yang sifatnya luas (Ruiz,
menyebutkan bahwa dari sisi statistik, CFIT P.E., 2009). Dengan demikian, individu yang
masih dikarteristikkan sebagai pengukur baik dalam kemampuan tertentu juga baik
intelegensi yang kurang baik. dalam hal yang lain, atau dengan kata lain
Hasil pengukuran tes intelegensi kemampuan-kemampuan individu berkorelasi
diwujudkan dalam bentuk skor IQ. positif (Ruiz, P.E., 2009). Ahli lain yakni
Permasalahan yang adalah tes IQ seringkali Thurstone mengelompokkan kemampuan
tidak banyak memberikan informasi. Dengan mental ke dalam enam faktor yakni verbal,
kata lain hasil dari pengukuran intelegensi number, spatial, word fluency, memory, dan
tidak bisa secara langsung memberikan reasoning (Azwar, 2011). Dalam pandangan
rekomendasi untuk melakukan analisis Thurstone, intelegensi dapat diukur dengan
kemampuan secara diferensial (Nur’aeni, melihat sampel perilaku seseorang dalam
2002). Oleh karena itu, penyajian tes keenam bidang tersebut.
intelegensi seringkali dibarengi dengan tes Beberapa definisi intelegensi juga
bakat yang dapat mengungkap kemampuan terkait dengan adaptasi lingkungan. Freeman
khusus dari individu. mengatakan bahwa intelegensi merupakan

225
PROCEEDING
Seminar Nasional Psikometri

penyesuaian individu terhadap lingkungannya, crystallized ability yang berkembang saat


sedangkan Weschler berpendapat bahwa individu berinteraksi dengan lingkungan,
intelegensi sebagai kapasitas global dari seperti misalnya sekolah, dimana individu
individu untuk bertindak secara bertujuan, belajar untuk memahami hal-hal yang
berpikir secar rasional, dan menghadapi disampaikan melalui kata-kata maupun angka.
lingkungan secara efektif (Mushquash, C.J & Cattell (dalam Postlethwaite, B. E.,
Bova, D.L., 2007). Sternberg juga mendukung 2011) memberikan penekanan yang tegas
konsep tersebut dengan menyatakan bahwa mengenai Gf dan Gc yakni:
intelegensi sebagai aktivitas mental yang 1. Kemampuan mental terbagi menjadi dua
terjadi pada saat adaptasi, penajaman, dan yang dapat digunakan istilah fluid dan
penyeleksian lingkungan yang relevan dengan crystallized.
kehidupan seseorang (Mushquash, C.J & Bova, 2. Kemampuan fluid memiliki karakter
D.L., 2007). murni kemampuan umum untuk
Salah satu teori intelegensi yang cukup membedakan dan mempersepsikan
dominan dalam konsep intelegensi adalah hubungan antar fundamen lama dan baru.
intelegensi fluid dan crystallized dari Cattell- Fluid akan meningkat sampai individu
Horn. Raymond Cattel mengungkapkan bahwa menjadi remaja dan menurun secara
intelegensi terdiri dari dua bagian yakni perlahan. Hal ini terkait dengan aktivitas
intelegensi fluid (Gf) dan intelegensi cortex.
crystallized (Gc). John Horn yang merupakan 3. Kemampuan crystallized terdiri atas
mahasiswa doktoral dari Cattell menguji secara kebiasaan-kebiasaan yang terbangun pada
empiris Gf dan Gc sehingga teori intelegensi bidang-bidang tertentu yang diproses
tersebut terkenal sebagai teori intelegensi melalui kemampuan fluid, namun tidak
Cattell-Horn. Berdasarkan teori ini, intelegensi lagi memerlukan persepsi yang
fluid merepresentasikan kemampuan mendalam.
pemecahan masalah abstrak dan dipercayai 4. Tes intelegensi menguji kombinasi hasil
memiliki dasar fisiologis. Di sisi lain kemampuan fluid dan crystallized, pada
intelegensi crystallized diasosiasikan dengan masa kanak-kanak kemampuan fluid lebih
pengetahuan yang dipelajari sebagai hasil dari mendominasi, namun pada masa dewasa
pengalaman dan pengetahuan dalam kehidupan dimana kemampuan fluid mengalami
individu (Postlethwaite, B. E., 2011). Stankov penurunan, puncak performansi lebih
(2000) berpendapat bahwa intelegensi fluid ditentukan oleh kemampuan crystallized.
merujuk pada pemrosesan informasi dan Intelegensi fluid dipengaruhi oleh
kemampuan menggunakan akal pemikiran faktor biologis yakni hereditas, sementara
dengan tujuan memahami hubungan dan intelegensi crystallized dipengaruhi oleh
permasalahan yang abstrak. Gustafsson bahkan lingkungan seperti pemaparan terhadap
menekankan bahwa kemampuam mental pengalaman-pengalaman yang dapat
umum (g) dapat disamakan dengan menstimulasi intelektual, sekolah, dan
kemampuan fluid (Dapo, N & Dapo, J.K, sebagainya. Dalam hal ini intelegensi
2012). crsytallized sangat dimungkinkan mendapat
Menurut teori Gf-Gc, intelegensi fluid pengaruh dari budaya, dan hal ini seharusnya
akan mempengaruhi intelegensi crystallized. tidak terjadi pada intelegensi fluid (Nenty, H.J
Cattell mengungkapkan bahwa individu & Dinero, T.E., 1981).
memiliki sejumlah Gf dalam jumlah yang tetap Roberto Colom, Botella, Santacreu
yang dapat dipilih untuk diinvestasikan atau (2002) melaporkan bahwa Culture Fair
dikembangkan dalam keahlian-keahlian Intelligence Scale (CFIT) merupakan tes yang
crystallized (Postlethwaite, B. E., 2011). cukup terkenal dalam mengukur intelegensi
Dengan demikian fluid ability didukung fluid. CFIT merupakan tes nonverbal yang

226
PROCEEDING
Seminar Nasional Psikometri

mengukur intelegensi fluid yang terdiri dari Sebagai diagnosis, dengan mengetahui bakat
empat bagian yang dibagi perwaktu pengerjaan seseorang, potensi yang ada dalam diri
yakni series, classification, matrices, dan individu dapat diketahui. Sebagai prediksi,
topology. Keempat bagian tersebut terdiri atas pengetahuan akan bakat dapat digunakan untuk
problem pilihan ganda dengan taraf kesukaran memprediksi kesuksesan seseorang pada
yang semakin meningkat, serta termasuk di bidang tertentu pada masa yang akan datang
dalamnya aspek-aspek dari pemahaman (Nur’aeni, 2012).
visuospasial. Skor mentah kemudian Bakat dapat diukur dengan
dijumlahkan untuk memperoleh skor komposit menggunakan tes bakat yang dirancang untuk
yang kemudian dikonversikan dalam IQ yang mengukur kemampuan potensial seseorang
terstandarisasi (Naderi & Abdullah, 2010). dalam suatu aktivitas tertentu. Nur’aeni (2012)
CFIT terdiri dari tiga bentuk yakni Skala 1 menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
untuk anak usia 4-8 tahun, skala 2 untuk anak diungkap dengan tes bakat yaitu:
usia 8-13 tahun, dan skala 3 untuk siswa SLTA 1. kemampuan verbal, yakni kemampuan
ke atas (Nur’aeni, 2012) memahami dan menggunakan bahasa baik
CFIT didesain untuk mengukur secara lisan maupun tulisan
unidimensi dari intelegensi fluid yang menurut 2. kemampuan numerical, yakni kemampuan
teori Cattell tidak bergantung pada pengalaman ketepatan dan ketelitian memecahkan
kultural (Nenty, H.J & Dinero, T.E., 1981). problem aritmatik/konsep dasar berhitung
Berbagai penelitian telah dilakukan terkait 3. kemampuan spatial, yakni kemampuan
dengan CFIT. Hasil penelitian Smith, A.L, merancang suatu benda secara tepat
Hays, J.R, dan Solway, K.S (1977) juga 4. kemampuan perceptual, yakni
menunjukkan bahwa tes CFIT memiliki bias kemampuan mengamati dan memahami
yang rendah terhadap budaya dibandingkan gambar dua dimensi menjadi bentuk tiga
dengan tes WISC-R. Colom, Botella, & dimensi
Santacreau (2002) melaporkan bahwa CFIT 5. kemampuan reasoning, yakni kemampuan
merupakan tes yang terkemuka dalam memecahkan suatu masalah
mengungkap intelegensi fluid/Gf (Naderi, H, 6. kemampuan mekanik, yakni kemampuan
Abdullah, R, Hamid, T A, Sharir, J, Kumar, V., menamai konsep mekanik dan fisika
2009). Penelitian Cattell tentang struktur faktor 7. kemampuan memory, yakni kemampuan
intelegensi dengan menggunakan CFIT dan mengingat
Thurstone Primary Ability Test menunjukkan 8. kemampuan clerical, yakni kemampuan
bahwa sebagian besar subtes CFIT yakni bekerja di bidang administrasi
classification, matrices, dan topology memiliki 9. kreativitas, yakni kemampuan
sumbangan yang besar pada faktor fluid ability, menghasilkan sesuatu yang baru dan
sementara verbal, reasoning dan number menunjukkan hal yang istimewa
ability pada tes Thurstone menyumbang pada 10. kecepatan kerja, yakni kemampuan
kemampuan crystallized (Postlethwaite, B. E., bekerja secara cepat terutama untuk
2011). pekerjaan rutin
11. ketelitian kerja, yakni kemampuan bekerja
2. Bakat secara teliti
Bakat adalah konsistensi karakteristik 12. ketahanan kerja, yakni kemampuan
yang menunjukkan kapasitas seseorang untuk bekerja secara konsisten
mengetahui dan menguasai pengetahuan Nur’aeni (2012) juga
khusus dengan latihan (Nur’aeni, 2012). mengklasifikasikan tes bakat menjadi dua
Potensi kecakapan individu pada bidang yakni kelompok battery test dan kelompok
tertentu terlihat melalui bakatnya. Tujuan tes single test. Kelompok battery tes merupakan
bakat adalah untuk diagnosis dan prediksi. tes bakat yang terdiri dari beberapa macam sub

227
PROCEEDING
Seminar Nasional Psikometri

tes. Tes bakat yang termasuk kelompok ini NR dapat digabungkan untuk menjadi sebuah
adalah Differential Aptitude Test (DAT), skor komposit, yang disebut skor Scholastic
General Aptitude Test Battery (GATB), Aptitude (Bennett, Seashore, & Wesman,
Flanagan Aptitude Classification Test (FACT), 1990).
Armed Services Vocational Aptitude Battery Tes Berhitung (A5) merupakan
(ASVAB), dan Scholastic Aptitude Test (SAT). adaptasi dari Numerical Ability (NA) dari DAT
Pada kelompok single test, tes bakat hanya (Sugianto, dkk., 1984). Tes ini terdiri dari 2
terdiri dari satu jenis tes. Contoh dari tes ini contoh soal, 40 soal, dan berbentuk pilihan
adalah tes sensory, tes artistic, tes klerikal, tes ganda. Waktu pengerjaan tes adalah 30 menit.
kreativitas, tes Kraepelin/Pauli, dan motor Setiap jawaban benar diberi skor satu. Skor tes
dexterity. ini adalah jumlah seluruh jawaban yang benar.
DAT adalah sebuah baterai tes bakat Tes ini dirancang untuk mengukur kemampuan
yang dibuat oleh Bennett, Seashore, dan memahami hubungan numerik dan
Wesman. Tes ini dipublikasikan untuk pertama memecahkan masalah yang berhubungan
kalinya pada tahun 1947 oleh Psychological dengan konsep numerik. Tes ini penting untuk
Corporation. Tes ini kemudian direvisi pada prediksi dalam bidang matematika, fisika, kima
tahun 1962, 1972, 1980, dan 1990. Pada DAT dan bidang-bidang lain yang membutuhkan
edisi kelima (1990), merupakan tes yang telah kemampuan kemampuan berpikir kuantitatif
direvisi secara menyeluruh dan memiliki (Nur’aeni, 2012)
aitem-aitem yang sama sekali baru (Bennett, Norma Tes Berhitung didapatkan dari
Seashore, & Wesman, 1990). Perubahan yang 1.334 subjek, yang memiliki latar belakang
dilakukan antara lain: pengurangan waktu pendidikan: SD, SMP, SMA, sarjana muda,
administrasi (sekitar 3 jam), dan adanya dua dan sarjana. Sampel yang digunakan untuk
macam tingkat tes (tingkat 1 untuk kelas 7-9, membuat norma terdiri dari: 1) Siswa SMA
dan tingkat 2 untuk kelas 10-12), masing- yang berkonsultasi di Biro Konsultasi Fakultas
masing tes memiliki dua bentuk tes alternatif Psikologi UGM, 2) Karyawan dan calon
yang setara (C dan D). Instruksi tes ini bisa karyawan yang datang pada Biro Testing
dipahami oleh siswa minimal kelas 5. Fakultas Psikologi UGM, 3) Calon karyawan
DAT didesain untuk mengukur CV. Karya Baru Yogyakarta, 4) Siswa SMAN
kemampuan belajar pada siswa kelas 7-12 dan III kelas I Yogyakarta, 4) Siswa SMAN II
kemampuan orang dewasa untuk berhasil pada kelas I, Klaten, 5) Siswa SMA Muhammadiyah
bidang-bidang tertentu. Tes ini cocok untuk II, kelas I, Yogyakarta, 6) Siswa beberapa
diadministrasikan secara kelompok, dan SMA Negeri dan Swasta kelas I di Yogyakarta
umumnya digunakan untuk konseling (Sugianto, dkk., 1984).
pendidikan dan kejuruan, serta seleksi Flanagan Aptitude Classification Test
karyawan. DAT terdiri dari 8 skala yaitu: 1) (FACT) disusun oleh J.F. Flanagan. Tes ini
Verbal Reasoning (VR), 2) Numerical dikembangkan dalam usaha mendapatkan suatu
Reasoning (NR), 3) Abstract Reasoning (AR), sistem klasifikasi baku dalam penentuan bakat
4) Perceptual Speed and Accuracy (PSA), 5) dan kemampuan dasar seseorang pada tugas-
Mechanical Reasoning (MR), 6) Space tugas tertentu. Tes ini bertujuan untuk
Relations (SR), 7) Spelling (Sp), dan Language memperoleh sistem klasifikasi bakat &
Usage (LU). Semua skala berbentuk pilihan kemampuan dasar dalam tugas tertentu,
ganda, kecuali PSA. Pada PSA, soal disajikan merencanakan program latihan dalam rangka
dalam bentuk gambar. Pemberian skor dapat bimbingan karier, serta membantu perencanaan
dilakukan dengan menggunakan tangan, pendidikan berdasarkan pengembangan bakat
dengan scanner, atau dengan bantuan (Nur’aeni, 2012).
Psychological Corporation. Masing-masing FACT didesain untuk mengukur 16
skala akan menghasilkan skor. Skor VR dan elemen bakat yang dimiliki oleh individu.

228
PROCEEDING
Seminar Nasional Psikometri

Hasil pengukuran bakat ini digunakan untuk Tes Pemahaman (A1) merupakan
menentukan pekerjaan yang sesuai bagi adaptasi dari Judgment and Comprehension
individu tersebut. Bakat yang sesuai dari FACT. Aspek yang diukur pada tes
merupakan faktor penting yang menentukan pemahaman (A1) adalah kemampuan membaca
kinerja individu dalam mengerjakan tugas- dan memahami untuk melihat alasan logis serta
tugas pekerjaan tertentu. Sejumlah 16 elemen mengambil keputusan dengan menangkap
bakat yang diukur oleh FACT battery adalah: makna dari situasi yang praktis (Nur’aeni,
1) Inspection: kemampuan untuk menemukan 2012). Tes Pemahaman ini memiliki 2 contoh
kecacatan atau ketidaksempurnaan dalam satu soal dengan sebuah naskah bacaan, dan 26
seri item secara cepat dan akurat, 2) Coding: soal. Soal dalam tes ini berbentuk pilihan
kecepatan dan akurasi dalam menyandi ganda. Waktu pengerjaan tes ini adalah 30
informasi, 3) Memory: kemampuan untuk menit. Setiap jawaban benar diberi skor satu.
mengingat kode-kode yang telah dipelajari Skor tes ini adalah jumlah seluruh jawaban
dalam tes koding (coding test), 4) Precision: yang benar. Norma Tes Pemahaman (A1)
kecepatan atau keakuratan membuat gerakan didapatkan dari 1.487 subjek, yang memiliki
melingkar yang kecil, dengan jari, yang latar belakang pendidikan: SD, SMP, SMA,
dilakukan dengan satu tangan, lalu dengan Sarjana Muda, dan Sarjana (Sugianto, dkk,
kedua tangan, 5) Assembly: kemampuan untuk 1984).
memvisualisasikan penampilan sebuah objek
dari sejumlah bagian yang terpisah, 6) Scales: C. Metode Penelitian
kecepatan atau akurasi dalam membaca skala- Subjek penelitian ini adalah sebanyak
skala, grafik-grafik, dan diagram dalam bidang 521 siswa kelas XII yang bersekolah di
teknik dan pekerjaan teknik yang serupa, 7) Kepulauan Mentawai. Subjek terdiri atas
Coordination: Kemampuan untuk beberapa sekolah yakni 121 subjek dari SMA
mengkoordinasi gerakan tangan dan lengan, 8) Negeri 1 Pagai, 74 subjek dari SMA Negeri 1
Judgment and Comprehension: Kemampuan Sipora, 102 subjek dari SMA Negeri 2 Sipora,
untuk membaca dengan didasari oleh 85 subjek dari SMA Negeri 1 Siberut Utara, 31
pemahaman, penalaran logis, dan penggunaan subjek dari SMA Negeri 1 Siberut Tengah, dan
penilaian yang baik, 9) Arithmetic: 108 dari SMA Negeri 1 Siberut Selatan. Setiap
keterampilan dalam bekerja dengan angka- subjek mengerjakan tiga buah tes yakni CFIT,
angka, menambah, mengurangi, mengali, dan tes berhitung, dan tes pemahaman.
membagi bilangan, 10) Patterns: kemampuan Instrumen penelitian yang dipakai
untuk mereproduksi pola sederhana dengan dalam penelitian ini adalah CFIT, tes
cepat dan akurat, 11) Components: kemampuan berhitung, dan tes pemahaman. Seperti tertulis
untuk mengidentifikasi figur sederhana yang dalam manual, CFIT skala 3 form A/B
merupakan bagian dari gambar yang kompleks, biasanya digunakan untuk tes massal (klasikal)
12) Tables: kemampuan untuk membaca tabel bagi subjek berusia antara 13 tahun sampai
numeric dan alfanumerik, 13) Mechanics: dengan dewasa di dalam memasuki jenjang
pemahaman tentang prinsip-prinsip mekanik pendidikan yang lebih tinggi maupun di dalam
dan kemampuan menganalisis pergerakan ketenagakerjaan.Tes ini terdiri dari 4 subtes
mekanik, 14) Expression: perasaan dan yaitu:
pengetahuan tata bahasa Inggris dan kalimat 1. Series, terdiri atas 12 soal dengan batas
struktur yang benar, 15) Reasoning: waktu 3 menit.
kemampuan untuk memahami konsep-konsep 2. Classification, terdiri atas 14 soal
dasar dan hubungan, 16) Ingenuity: dengan batas waktu 4 menit.
kemampuan untuk menemukan atau 3. Matrices, terdiri atas 12 soal dengan
menciptakan sebuah solusi untuk suatu batas waktu 3 menit.
masalah (Smart, 2014).

229
PROCEEDING
Seminar Nasional Psikometri

4. Topology, terdiri atas 8 soal dengan yang diperoleh dari CFIT, tes berhitung, dan
batas waktu 2,5 menit. tes pemahaman untuk setiap individu.
Untuk penskoran hasil, setiap nomor
soal dari masing-masing sub tes yang D. Hasil dan Pembahasan
dikerjakan betul oleh subjek dinilai 1. Jumlah Hasil uji korelasi menunjukkan adanya
jawaban yang dikerjakan betul dari masing- hubungan yang sangat signifikan antara hasil
masing sub tes kemudian dijumlahkan CFIT dengan tes pemahaman (r=0.262,
seluruhnya sebagai raw score. Raw score p=0.000) maupun CFIT dengan tes berhitung
tersebut lalu diubah menjadi standard score (r=0.387, p=0.000). Tes pemahaman juga
sperti yang telah tersedia pada manual CFIT memiliki korelasi yang sangat signifikan
dengan memperhatikan usia subjek. dengan tes berhitung (r=0.279, p=0.000). Hasil
Penormaan dilakukan berdasarkan tersebut mengindikasi bahwa seseorang dengan
penggolongan intelegensi berikut (tabel 1). skor CFIT yang tinggi, memiliki skor yang
tinggi pula pada tes pemahaman dan tes
Tabel 1. Klasifikasi Intelegensi berhitung, begitu juga sebaliknya. Dengan
DEVIASI IQ KLASIFIKASI demikian, hasil CFIT seseorang dapat menjadi
indikator dari kemampuan individu dalam
170 ke atas Genius
memahami hal-hal yang disampaikan melalui
140 - 169 Very Superior
kata-kata atau isyarat secara logis dan tepat,
120 - 139 Superior
serta dalam memahami data angka atau
110 - 119 High Average numerik dan menyelesaikan tugas yang
90 - 109 Average berhubungan dengan angka secara cepat dan
80 - 89 Low Average cermat.
70 - 79 Borderline Hasil penelitian ini merujuk pada hasil
30 - 69 Mentally Defective penelitian sebelumnya. Aiken (1972) telah
merangkum berbagai macam penelitian yang
Tes Berhitung (A5) terdiri dari 2 mengkorelasikan kemampuan berhitung,
contoh soal, 40 soal, dan berbentuk pilihan kemampuan membaca, dan inteligensi umum.
ganda yang terdiri atas empat pilihan jawaban Aiken menyatakan bahwa korelasi antara
(A, B, C, D). Waktu pengerjaan tes adalah 30 kemampuan membaca dan kemampuan
menit. Setiap jawaban benar diberi skor satu. berhitung berkisar antara 0,40 dan 0,86. Aiken
Skor tes ini adalah jumlah seluruh jawaban juga menemukan bahwa reading vocabulary,
yang benar. Penormaan didasarkan atas reading comprehension, mechanic of English
persentil. dan spelling memiliki korelasi yang lebih
Tes Pemahaman (A1) memiliki 2 tinggi dengan arithmetic reasoning daripada
contoh soal dengan sebuah naskah bacaan, dan dengan arithmetic fundamentals pada semua
26 soal. Soal dalam tes ini berbentuk pilihan siswa sekolah dasar. Di sisi lain, Wrigley
ganda dengan lima pilihan jawaban (A, B, C, (1958) menyimpulkan bahwa general
D, E). Waktu pengerjaan tes ini adalah 30 intelligence yang tinggi merupakan suatu
menit. Setiap jawaban benar diberi skor satu. persyaratan pertama untuk dapat berhasil
Skor tes ini adalah jumlah seluruh jawaban dalam matematika, dan korelasi positif antara
yang benar. Penormaan didasarkan pada pengukuran verbal dan numerikal dapat
persentil. dijelaskan oleh hubungan bersama dua
Pengolahan data dilakukan melalui kemampuan ini dengan kecerdasan umum.
SPSS. Uji korelasi Pearson dilakukan untuk Cottrell (1968) menafsirkan korelasi positif
mengetahui apakah terdapat hubungan antara yang diamati antara membaca,
CFIT, tes berhitung, dan tes pemahaman. psycholinguistic, kemampuan mental umum,
Korelasi dilakukan berdasarkan raw score dan faktor aritmatika sebagai kemampuan yang

230
PROCEEDING
Seminar Nasional Psikometri

berasal dari kemampuan linguistik umum mengkonfirmasi sejauh mana hasil tes
(general linguistic ability). intelegensi maupun tes bakat mencerminkan
Flanagan (1996) menyebutkan bahwa individu yang sebenarnya.
beberapa subtes dari FACT serupa dengan
intelegensi crystallized seperti judgment & Referensi
comprehension (tes pemahaman), mathematics Aiken, L. R. (1972). Language factors in
& reasoning, dan vocabulary. Hal ini semakin learning mathematics. Review of
memperkuat bahwa tes bakat lebih mengukur Educational Research, Vol. 42, No. 3, pp.
intelegensi crystallized. Crystallized ability 359-385.
berkembang saat individu berinteraksi dengan Azwar, S. (2005). Tes Prestasi. Yogyakarta:
lingkungan, seperti misalnya sekolah, dimana Pustaka Pelajar Offset.
individu belajar untuk memahami hal-hal yang Azwar, S. (2011). Pengantar Psikologi
disampaikan melalui kata-kata maupun angka. Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Offset.
untuk bisa mengerjakan tes bakat dengan baik, Bennett, G. K., Seashore, H. G., & Wesman,
diperlukan intelegensi yang baik pula. Dengan A. G. (1990). Differential Aptitude Tests,
demikian, kemampuan fluid dan crystallized Levels 1 and 2, Forms C and D (5th ed.).
akan saling berkontribusi dalam menghasilkan San Antonio, TX: The Psychological
performansi maksimal dari individu. Dengan Corporation.
kata lain, seseorang dengan intelegensi fluid Colom, R & Lopez, O.G. (2003). Secular gains
yang tinggi perlu terus distimulasi sehingga in fluid intelligence: evidence from the
intelegensi crystallized juga dapat berkembang Culture Fair Intelligence Test. Journal
dengan baik melalui pengalaman belajar. Biosocial Science, Vol. 35, pp. 33-39.
Cottrell, R. S. (1968). A study of selected
E. Simpulan, Saran, dan Keterbatasan language factors associated with arithmetic
Penelitian achievement of third grade students.
Hasil penelitian ini menunjukkan (Doctoral dissertation, Syracuse
adanya korelasi antara CFIT dan tes University). Ann Arbor, Mich.: University
pemahaman dan tes berhitung. Kedua tes ini Microfilms, No. 68-5505 (DA 28B: 4193-4;
bersifat saling melengkapi, CFIT untuk Apr. 1968).
mengukur intelegensi fluid, tes bakat untuk Dapo, N & Dapo, J.K. (2012). Sex differences
mengukur intelegensi crystallized. Dengan kata in fluid intelligence: some findings from
lain, secara umum tes intelegensi akan Boznia and Herzegovina. Personality and
membantu mengetahui tingkat kecerdasan yang Individual Differences, Vol. 53, pp. 811-
merupakan potensi dasar keberhasilan 815.
individu, sedangkan tes bakat membantu Flanagan, J.F. (1996). The Flanagan Industrial
menyesuaikan individu dengan jurusan Tests. Journal of Educational
pendidikan yang sesuai dengan potensi yang Measurement, Vol. 3, No. 2, pp. 191-196.
dapat diaktualkan secara optimal Mushquash, C.J & Bova, D.L. (2007). Cross-
Penelitian ini hanya menggunakan tes cultural assessment and measurement
berhitung dan tes pemahaman yang menjadi issues. Journal on developmental
bagian bagian dari tes bakat. Hal itu menjadi disabilities, vol 13 no 1, pp 53-64.
keterbatasan dari penelitian ini mengingat tes Naderi, H, Abdullah, R, Hamid, T A, Sharir, J,
bakat yang berupa baterry test akan lebih baik Kumar, V. (2009). Intelligence, creativity,
jika diberikan secara bersamaan dengan sub tes and gender as predictors of academic
yang lain. Selain itu, akan lebih baik lagi jika achievement among undergraduates
informasi nilai prestasi akademik seperti students. Journal of American Science, Vol.
misalnya rapor juga diketahui untuk 5 No. 3, pp. 8-19.

231
PROCEEDING
Seminar Nasional Psikometri

Naderi, H, Abdullah, R, Aizan, H T, Sharir, J. review and recommendation. Assessment


(2010). Intelligence and academic Issues, pp 82-112.
achievement: an investigation of gender Ruiz, P.E. (2009). Measuring fluid intelligence
differences. Life science journal, Vol. 7, in ratio scale: evidence from nonverbal
No. 1, pp. 83-87. classification problems and information
Naderi, H & Abdullah, R. (2010). Creativity as entropy. Behavior Research Methods, Vol.
predictor of intelligence among 41, No. 2, pp. 439-445.
undergraduate students. The journal of Smart, H. (2014). Flanagan Aptitude
American Science, Vol. 6, No. 2, pp. 189- Classification Test.
194. http://www.hiresmart.com/human-resource-
Nenty, H.J & Dinero, T.E. (1981). A cross- services/hiring-services/pre-employment-
cultural analysis of the fairness of the assessments/flanagan-aptitude-
Cattell Culture Fair Intelligence Test using classification-test/
the Rasch Model. Applied Psychological Smith, A.L, Hays, J.R, dan Solway, K.S
Measurement, Vol. 5, No.3, pp. 355-368. (1977). Comparison of the WISC-R and
Nur’aeni. (2012). Tes Psikologi: Tes Culture Fair Intelligence Test in a juvenile
Intelegensi dan Tes Bakat. Yogyakarta: delinquent population. The Journal of
Pustaka Pelajar. Psychology, Vol. 97, pp. 179-182.
Petunjuk Praktis Penggunaan Tes Culture Fair Sugianto, dkk. (1984). Norma Tes. Unit
Intelligence Skala 3 Bentuk A/B. (n.d). Pengembangan Alat Tes Psikodiagnostika,
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia: Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah
Lembaga Pengembangan Sarana Mada, Yogyakarta.
Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Wrigley, J. (1958). The factorial nature of
Postlethwaite, B. E. (2011). Fluid ability, ability in elementary mathematics. British
crystallized ability, and performance across Journal of Educational Psychology, Vol.
multiple domains: a meta analysis. 28, pp. 61-78.
Dissertation University of Iowa
http://ir.uiowa.edu/etd/1255
Reynolds, C.R. & Suzuki, L.A. (2003). Bias in
Psychological Assessment: An empirical

232

Anda mungkin juga menyukai