Anda di halaman 1dari 17

BENTUK-BENTUK TES

PSIKOLOGI
Disusun oleh kelompok :

Rachmi Dwi U 10050018210


Triesa Puspa C 10050020057
Indri Oktaviani 10050020123
Pinkan Dewi S 10050020189
Azmi Falah 10050020088
Tes Psikologi
Tes merupakan prosedur yang dilakukan untuk
pengambilan sampel perilaku dan
menggambarkannya dengan kategori/skor.
Bentuk-bentuk Tes
Psikologi
Dalam suatu tes dapat dikelompokkan menjadi dua jenis:

Dapat dilakukan untuk pengujian


Kelompok
kelompok besar dengan waktu yang
Secara historis para ahli
bersamaan. telah membedakan antara
Ex: SPM (Standart Progressive prestasi, bakat dan
Matrices), Tes Intelegensi kecerdasan sebagai macam-
APM( Advance Progressive Matrics), macam uji kemampuan
kraepelin dll.

Dilakukan untuk pengujian secara personal.


Individu Ex orscahch, TAT (Thematic Apperception
Test), WAIS (Weschles Adult Intellegence
Scale), Tes intelgensi Stanford Binet dll.

Sumber: Nur’aeni, 2012


Berdasarkan cara menyelesaikannya
a. Tes verbal —> harus menggunakan kata-kata ex: subtes informasi pada
WAIS
b. Tes non-verbal → tidak menggnakan respon namun dengan melakukan
sesuatu ex: menyusun gabar pada tes WAIS .

Berdasarkan cara penilaiannya


a. Tes alternative→ berdasarkan benar / salah
b. Tes gradual → sub tes menyusun balok/gambar pada tes WAIS.

Berdasarkan tipe dan waktu yang


a. Speed tes → mengutamakan kecepatan dalam pengerjaan ex: kraeplin, SPM,
APM, TKD dll.
b. Power Tes → mengutamakan kemampuan bukan kecepatan ex: tes
kepribadian (grafis, wartegg, EPPS dll.

Sumber: Nur’aeni, 2012


Berdasarkan jenis materi
a. Tes proyektif → disusun atas dasar kegunaan mekanisme proyeksi.
b. Tes gnon proyektif → sama sekali tidak mempertimbangkan mekanisme
proyeksi itu.

Berdasarkan Penciptanya
a. TesRorsschach
b. Binet Simon
c. Kraepelin
d. Tes Wechsler (WPPSI, WISC, WAIS).
e. Tes Raven (SPM, APM, CPM.

Berdasarkan Aspek yang diukur


a. Tes kecerdasan (tes intelegensi)
b. Tes bakat (aptitude test)
c. Tes kepribadian
d. Tes minat.
Sumber: Nur’aeni, 2012
Tes intelegensi (intelligence tests): mengukur kemampuan individu dalam area
yang relatif global seperti verbal pemahaman, organisasi perseptual, atau penalaran Tes
dan dengan demikian membantu menentukan potensi untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu. Tes inteligensi merupakan salah satu alat yang digunakan dalam
mengasesmen individu (Cohen & Swerdlik, 2009). Beberapa bentuk tes inteligensi
antara lain:

1. Tes inteligensi untuk anak-anak, seperti tes Binet, WISC, WPPSI, CPM, Intelegensi
CFIT skala 1 & 2, dan TIKI dasar.
2. Tes inteligensi untuk remaja hingga dewasa, seperti TIKI menengah, TIKI
tinggi, WAIS, SPM, APM, CFIT skala 3.
3. Tes inteligensi untuk tuna rungu seperti, tes SON.

Hasil tes inteligensi umumnya berupa skor IQ (Intelligence Quotient).


Meski begitu, ada pula tes inteligensi yang menghasilkan tingkatan atau grade.
Aptitude test (tes bakat) merupakan suatu tes yang mengukur
satu atau lebih kemampuan yang dipaparkan secara jelas. Tes
bakat sering digunakan untuk memprediksi keberhasilan
Aptitude Tes dalam suatu pekerjaan, pendidikan dsb (Gregory, 2007).

Contoh jenis tes: SAT (Scholastic Assesment Test) yang


digunakan untuk menentukan penerimaan perguruan tinggi
(Gregory,2007). DAT (Differential Aptitude Test) untuk
mendeteksi bakat siswa (Santoso etc, 2022).
Tes ini mengukur seberapa besar kemampuan
seseorang untuk belajar, sukses, atau seberapa
pencapaian yang didapat dalam bidang yang
bersangkutan. Achievement test umumnya memiliki
beberapa subtes seperti matematika, membaca, bahasa,
sains, dan ilmu sosial.
Achievement Test
Perbedaannya dengan aptitude test lebih kepada alasan
penggunaan daripada isi tesnya (Gregory, 1994a).
Aptitude test lebih berfokus kepada prediksi performa
kedepannya, sementara achievement test merefleksikan
sejauh apa sebuah subjek telah dipelajari.
Contoh jenis tes : WIAT (Wechsler Individual
Achievement Test) untuk mengukur prestasi
akademik siswa dari usia 4 sampai 50 tahun, dan
Achievement Test
ACT (American College Test) yang mengukur
kesiapan akademik siswa untuk masuk ke jenjang
perguruan tinggi.
Pendekatan behavior merupakan pendekatan yang
berkembang secara logis dari keseluruhan sejarah psikologi
eksperimental. Eksperimen Pavlov dengan classical
conditioning dan Bekhterev dengan instrumental
conditioning-nya memberikan pengaruh besar terhadap
pendekatan behavior. Pavlov mengungkapkan berbagai
Behavior kegunaan teori dan tekniknya dalam memecahkan masalah
tingkah laku abnormal seperti hysteria, obsessionel
neurosis dan paranois.
Pavlovian dan Hullian serta memberikan rekomendasi
teknik khusus 3 dalam terapi behavior yaitu desentisisasi
sistematis (systematic desensitization) dan pelatihan
asertivitas (assertiveness training). Pada tahun 1960-an
muncul gagasan baru yang mengemukakan tentang terapi

Behavior behavior dan neurosis oleh Eysenck yang pada akhirnya


berpengaruh besar pada Principles of Behavior
Modification dari Bandura (1969).
Tujuan dan Kegunaan

Pendekatan behavioristik merupakan usaha untuk memanfaatkan secara sistematis


pengetahuan teoritis dan empiris yang dihasilkan dari penggunaan metode eksperimen dalam
psikologi untuk memahami dan menyembuhkan pola tingkah laku abnormal. Untuk
pencegahan dan penyembuhan abnormalitas tersebut dimanfaatkan hasil studi eksperimental
baik secara deskriptif maupun remedial. Pendekatan behavior bertujuan untuk menghilangkan
tingkah laku yang salah suai dan membentuk tingkah laku baru. Pendekatan tingkah laku
dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai gangguan tingkah laku dari yang sederhana
hingga yang kompleks, baik individual maupun kelompok.
Tujuan dan Kegunaan

Menurut Corey (1986) tujuan pendekatan behavioristik adalah sebagai refleksi masalah konseling,
dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling dan sebagai kerangka untuk menilai hasil
konseling. Karakateristik pendekatan behavioristik yang dikemukakan oleh Eysenck, adalah
pendekatan tingkah laku yang ;

● Didasarkan pada teori yang dirumuskan secara tepat dan konsisten yang mengarah kepada
kesimpulan yang dapat diuji.
● Berasal dari hasil penelaahan eksperimental yang secara khusus direncanakan untuk
menguji teori-teori dan kesimpulannya.
● Memandang simptom sebagai respons bersyarat yang tidak sesuai (un-adaptive conditioned
responses)
● Memandang simptom sebagai bukti adanya kekeliruan hasil belajar
PERSONALITY TEST
Personality Test ( Tes Kepribadian ) tes ini adalah suatu alat tes yang digunakan untuk mengetahui
kepribadian seseorang. Tes kepribadian sering digunakan dalam menyeleksi karyawan/ seleksi pegawai
yang akan bekerja disebuah perusahaan.(Lee J. Cronbach)

Contoh Alat Tes : Tes Warteg yang dikembangkan pertama oleh F. kruger dan F. Sunder tes ini dilandasi
oleh teori gestalt yang berasumsi bahwa pengalaman seseorang mempunyai kualitas dan struktur.
Sehingga apa yang digambar oleh seseorang merupakan pengalaman dari individu tersebut.

Tes Grafis tes grafis adalah bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi. Tes Grafis merupakan satu teknik
proyeksi yang ddigunakan untuk memahami kepribadian seseorang dalam bentuk gambar, Tes ini terdiri
dari : Tes Baum (gambar pohon), DAP (Draw a Person).
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Kelebihan Tes Wartegg : memiliki materi tes yang sederhana dan netral sehingga subyek tidak
merasa terancam.
Dapat digunakan sebagai media rapport dan alat komunikasi spontan terutama untuk menggali
informasi yang mendalam tentang subyek.

Kelebihan Tes Grafis : sebagai salah satu alat tes psikologi untuk mengungkap kepribadian

Keterbatasaan : Kurang ada penelitian yang dikaitkan dengan budaya untuk petunjuk
interpretasi.
Daftar Pustaka
Gregory Robert J. (2007). Pschological Testing. USA: Pearson
Education, Inc.
Kaplan R. & Saccuzzo D. (2017). Psychological Testing: Principle,
appication, and issues. 9 th ed. USA: Cengange Learning.
Nur’aeni. (2012). Tes Psikologi : Tes Intelegnsi dan Tes Bakat.
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Purwokerto Press.
Pusparani, C. (2012). Alat Tes Intelegensi. Makalah.
Santoso A, Nanditya A, etc. 2022. Efektivitas Penggunaan Tes DAT Pada
Pendidikan di Indonesia. Jurnal Flourshing, vol 2, no 2.
Zainul Anwar, Modul Pembelajaran Dan Praktikum Tes Psikologi, PF
forum Psychology, Cetakan Pertama Desember 2021
Moore R., Sanchez E., etc. 2018. Investigating Test Prep Impact on Score
Gains Using Quasi-Experiment Propensity Score Matching. USA: ACT.

Anda mungkin juga menyukai