Untuk test intelegensi sendiri, terdapat beberapa macam jenis test, yaitu :
17. WAIS / WISC (Weschler Adult Intelligence Scale / Weschler Intelligence Scale for Children)
Terdiri dari 11 subtest, yang terbagi menjadi subtest verbal dan juga performance. Digunakan untuk
mengukur IQ dan juga kategori IQ individu, baik dewasa maupun anak anak.
Tes ini dibuat pada tahun 1955, disusun oleh David Wechsler. WAIS diciptakan
dengan dasar pikiran intelegensi terdiri dari beberapa aspek (aspek verbal, abstrak,
numerical, bahkan faktor G). Oleh karena itu dalam tes WAIS ada 2 kelompok susunan
tes, yaitu : kelompok verbal (lisan) dan kelompok performance(perbuatan).
1. Informasi
2. Rentang Angka
Berupa rangkaian angka antara 3 sampai 9 angka yang disebutkan secara lisan dan
subjek diminta untuk mengulangnya dengan urutan yang benar.
3. Kosa Kata
Berisi 40 kata-kata yang disajikan dari yang paling mudah didefinisikan sampai
kepada yang paling sulit.
4. Hitungan
Berupa problem hitungan yang setaraf dengan soal hitungan di sekolah dasar.
5. Pemahaman
6. Kesamaan
Berupa 13 soal yang menghendaki subjek untuk menyatakan pada hal apakah dua
1. Kelengkapan Gambar
Subjek diminta menyebutkan bagian yang hilang dari gambar dalam kartu yang
jumlahnya 21 kartu.
2. Susunan Gambar
Berupa delapan seri gambar yang masing-masing terdiri dari beberapa kartu yang
disajikan dalam urutan yang tidak teratur.
3. Rancangan Balok
Terdiri atas suatu seri pola yang masing-masing tersusun atas pola merah-putih.
Setiap macam pola diberikan di atas kartu sebagai soal.
4. Perakitan Objek
5. Simbol Angka
Digunakan untuk melihat kategori IQ saja, dan tidak menghasilkan skor IQ. Test terdiri dari
serangkain soal yang berbentuk seperti puzzle, dimana peserta diminta untuk mengisi bagian puzzle
yang hilang dengan pilihan pola yang tersedia
Terdiri dari 9 subtest, merupakan jenis test intelegensi yang merupakan battery test, dimana tiap
subtes memilki batas waktu yang sudah ditentukan secara formal.
Tes IST (Intelligenz Struktur Test) merupakan salah satu tes psikologi untuk mengukur
tingkat intelegensi seseorang. Tes IST sangat familiar digunakan oleh biro-biro psikologi saat
ini. Untuk mengetahuil lebih detail mengenai tes IST, akan dijelas lebih lengkap di bawah ini.
Tes IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi
individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953.
Amthauer mendefinisikan inteligensi sebagai keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-
rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali
(dilihat) melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes.
Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST
dengan hipotesis kerja sebagai berikut:
Komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang
dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang
dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan yang
lainnya.
Pandangan Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori bifaktor,
teori multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori hirarki faktor. Berdasarkan teori
faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang
terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan
karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak
berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor). Sedangkan
kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor subtes-subtes. Maka
Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari 9 subtes (Polhaupessy, dalam
Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Karakteristik dari baterai tes Amthauer menunjukkan adanya suatu interkorelasi yang
rendah antar subtesnya (r=0.25) dan korelasi antara subtes dengan jumlah (keseluruhan
subtes) yang rendah pula (r=0.60).
Semenjak diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari
para koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-
an.
Tes IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu usia 14 sampai
dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada tahun 1953.
Tes IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang usia untuk subjek
diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan norma bertambah
menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis kelamin dan kelompok
usia.
Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada soal hitungan.
Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan subtes. IST
ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut:
1. Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE, AN, GE, RE,
ZR, RZ, FA, WU, dan MA.
2. Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural
3. Erweiterungmodul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes Wissentest (tes
pengetahuan)
IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi
Universitas Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali
digunakan oleh Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat (Polhaupessy, dalam Diktat
Kuliah IST UNPAD, 2009).
Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian- bagian yang
saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur intelegensi tertentu
meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk profesi atau pekerjaan
tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan untuk memahami diri dan
pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan karier serta membantu pengambilan
keputusan dalam hidup individu.
IST terdiri dari sembilan subtes yang keseluruhannya berjumlah 176 aitem. Masing-
masing subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan
menggunakan manual (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
1. SE: melengkapi kalimat. Pada subtes ini yang diukur adalah pembentukan keputusan,
common sense (memanfaatkan pengalaman masa lalu), penekanan pada praktis-
konkrit, pemaknaan realitas, dan berpikir secara berdikari/ mandiri.
2. WA: melengkapi kalimat. Pada subtes ini akan diukur kemampuan bahasa, perasaan
empati, berpikir induktif menggunakan bahasa, dan memahami pengertian bahasa.
3. AN: persamaan kata. Pada subtes ini yang diukur adalah kemampuan fleeksibilitas
dalam berpikir, daya mengkombinasikan, mendeteksi dan memindahkan hubungan-
hubungan, serta kejelasan dan kekonsekuenan dalam berpikir.
4. GE: sifat yang dimiliki bersama. Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah
kemampuan abstraksi verbal, kemampuan untuk menyatakan pengertian akan
sesuatu dalam bentuk bahasa, membentuk suatu pengertian atau mencari inti
persoalan, serta berpikir logis dalam bentuk bahasa.
5. RA: berhitung. Dalam subtes ini aspek yang dilihat adalah kemampuan berpikir praktis
dalam berhitung, berpikir induktif, reasoning, dan kemampuan mengambil
kesimpulan.
6. ZR: deret angka. Dalam subtes ini akan dilihat bagaimana cara berpikir teoritis dengan
hitungan, berpikir induktif dengan angka-angka, serta kelincahan dalam berpikir.
7. FA: memilih bentuk. Pada subtes ini akan mengukur kemampuan dalam
membayangkan, kemampuan mengkonstruksi (sintesa dan analisa), berpikir konkrit
menyeluruh, serta memasukkan bagian pada suatu keseluruhan.
8. WU: latihan balok. Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah daya bayang ruang,
kemampuan tiga dimensi, analitis, serta kemampuan konstruktif teknis.
9. ME: latihan simbol. Subtes ini mengukur daya ingat, konsentrasi yang menetap, dan
daya tahan.
Skoring
Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan memeriksa setiap
jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan. Untuk semua
subtes (SE, WA, AN, RA, ZR, FA, WU, & ME), kecuali subtes 04-GE, setiap jawaban benar
diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai 0. Khusus untuk subtes 04-GE, tersedia nilai
2, 1, dan 0; karena subtes ini berbentuk isian singkat maka nilai yang akan diberikan
tergantung dengan jawaban yang diberikan oleh subjek.
Total nilai benar yang sesuai dengan kunci jawaban merupakan Raw Score (RW); nilai
ini belum dapat diinterpretasi sesuai dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang sudah
dibandingkan dengan norma disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW inilah yang
dapat menjadi materi untuk tahap selanjutnya, yaitu interpretasi. Adapun norma yang
digunakan adalah sesuai dengan kelompok umur subjek.
Interpretasi
Interpretasi yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut:
1. Taraf kecerdasan. Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat
diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan
perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu dihubungkan
dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok seusianya.
2. Dimensi Festigung-Flexibilitt. Dimensi Festigung-Flexibilitt menggambarkan corak
berpikir yang dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilitt merupakan dua kutub
yang ekstrim, Keduanya menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub
Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilitt memiliki
arti corak berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini merupakan hasil perkembangan
(pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke salah satu kutub seiring
bertambahnya usia. Cara menentukan seseorang subjek apakah memiliki
kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah dengan membandingkan nilai
GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila GE+RA lebih besar maka subjek memiliki
kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih besar maka subjek
memiliki kecenderungan Flexibilitat.
3. Profil M-W. Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau
praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat dilihat
dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika grafik
menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya adalah M (verbal-
teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah W (praktis-
konkrit).
Merupakan test intelegensi sederhana, dan merupakan battery test. Sama seperi APM, Test ini
digunakan untuk melihat kapasitas dan kategori inteligensi saja, dan tidak memunculkan skor IQ.
Merupakan salah satu test battery yang sangat panjang dan lama. Terdiri dari 10 buah subtest, yang
masing masing mengukur kemampuan inteligensi yang dikembangkan oleh Thurstone. Banyak
digunakan sebagai tes inteligensi pada sekolah sekolah.
Merupakan test inteligensi yang bersifat lintas kulutural dan juga universal. CFIT terdiri dari 4
subtest, yang menghasilkan kapasitas Inteligensi seseorang, dan tidak menghasilkan skor IQ.
Test Inteligensi CFIT. CFIT atau yang merupakan kependekan dari Culture Fair
Intelligence Test merupakan test yang dikembangkan oleh salah satu tokoh inteligensi
terkenal, yaitu Raymond Cattel.
Test CFIT ini dibuat dengan latar belakang test test inteligensi lainnya yang tidak bebas
nilai dan masih terpengaruh oleh budaya budaya dan juga norma pada masing masing
Negara. Norma dan juga nilai nilai pada suatu kebudayaan ini, dapat mempengaruhi
hasil dari pengukuran IQ atau Inteligensi individu. Karena itu, diperlukan sebuah test
inteligensi universal, yang sifatnya :
4. Bebas nilai
5. Tidak terikat pada kebudayaan tertentu
6. Dipahami oleh semua orang secara universal
Sedangkan di dalam tes CFIT ini Raymond ingin menciptakan instrumen yang secara
psikometrika sehat dan di dasarkan pada teori yang komprehensif dan juga memiliki nilai
reliabilitas dan validitas yang tinggi. Nilai Reliabitiasnya untuk skala 1 memiliki nilai .91
dan untuk skala 2 memiliki nilai .87 dan skala 3 miliki .85 Untuk SMA keatas. Sedangkan
untuk Validitas konsep sebesar .92 dan validitas konkrit sebesar .69.
Test CFIT ini merupakan tes psikologi yang mana ia mengukur apa yang dikenal sebagai
fluid intelligence, yaitu kecerdasan yang meliputi kemampuan analisis dan penalaran.
Terdapat tiga jenis CFIT, yaitu :
4. CFIT skala 1, yang ditujukan untuk mereka yang mengalami retardasi mental
5. CFIT Skala 2, yang ditujukan untuk usia 8 hingga 13 tahun
6. CFIT skala 3, yang ditujukan untuk dewasa
CFIT Skala 3 adalah bentuk test CFIT yang paling umum dan juga banyak digunakan saat
ini, terutama untuk penggunaan rekrutmen dan juga assessment awal individu atau klien.
CFIT sendiri (Skala 3) terdiri dari 4 macam subtest. Berikut ini adalah ke empat macam
subtest pada CFIT:
7. Subtest 1 Series
Peserta atau klien diminta untuk melanjutkan pola yang sudah ada, dan memilih 1 dari 6
pilihan pola yang ada.
1. Subtest 2 Classification
Peserta atau klien diminta untuk memilih 2 dari 5 pilihan gambar, dengan pola ataupun
karakteristik yang sama atau memiliki kemiripan.
1. Subtest 3 Matrices
Peserta atau klien diminta untuk memilih 1 dari 5 pilihan jawaban, yang mampu
melengkapi gambar utama yang tersaji. Subtest ini memiliki cara kerja yang mirip dengan
APM, SPM, dan juga CPM.
Peserta atau klien diminta untuk memilih 1 dari 5 jawaban dimana jawaban tersebut
memiliki kondisi, tekstur ataupun situasi yang sama seperti pada soal yang tersaji.
CFIT merupakan bentuk battery test, karena itu membutuhkan waktu, dan peserta atau
klien dituntut untuk mampu menjawab soal pada masing masing subtest dalam waktu
tertentu. Masing masing subtest pada CFIT memiliki karekteristik yang berbeda beda,
sehingga peserta atau klien nantinya harus konsentrasi dan juga focus terhadap instruksi
yang diberikan oleh tester pada saat pelaksanaan test.
Skoring pada test CFIT ini dilakukan dengan melihat jawaban yagn diberikan oleh peserta
atau klien, dan menghitung total jawaban benar yang dimiliki oleh klien setelah
melaksanakan test. Total jawaban yagn benar akan disebut sebagai RS atau Raw Score,
yang harus dirubah atau dikonversi ke dalam Scaled Score. Setelah itu, skor tersebut
kemudian dipasangkan degnan norma yang sudah baku, untuk kemudian melihat tingkat
kecerdasan dari peserta atau klien. Sama seperti test APM, CFIT cenderung hanya
memberikan gambaran berupa tingkat kecerdasan ataupun kategori kecerdasan klien
saja, dan tidak memberikan nilai IQ.
CFIT bisa dibilang merupakan test inteligensi sederhana yang mudah dan juga simple,
baik dalam mengerjakan, menskoring, dan juga melakukan interpretasi, sama seperti test
Matrices (APM, SPM, dan CPM). Hal ini membuat CFIT banyak digunakan dalam
rangkaian psikotes singkat, misalnya rekrutmen, tes kecerdasan awal, assesmen awal.
Namun tentu saja CFIT cenderung terbatas, sehingga jarang digunakan sebagai alat test
dalam tujuan assesmen klinis, karena hasilnya yang kurang detail dan tidak kompleks.
TES PAULI
Sejarah dan Latar Belakang
Tes pauli sebenarnya adalah perbaikan dan penyempurnaan dari tes Krapelin yang
disusun oleh Emil Kraepelin. Emil Kraepelin seorang psikiater akhir abad 19 menciptakan alat tes
kraepelin yang digunakan sebagai alat bantu untuk mendiagnosa gangguan otak yaitu alzheimer
dan dementia. Tes ini sangat sederhana, siapapun yang bisa menghitung dapat mengikuti tes ini.
Pada periode tidak lama selanjutnya pada tahun 1938 Prof. Dr. Richard Pauli bersama Dr. Wilhelm
Arnold serta Prof. Dr. Vanmethod memperbaharui tes Kraeplin tadi sehingga dapat meningkatkan
suatu check method yang sangat menguntungkan dan dapat dipercaya. Metode ini
disempurnakan sedemikian rupa oleh Prof. Dr. Pauli sehingga memungkinkan untuk mendapatkan
data tentang kepribadian. Richard Pauli membuat tes Kraeplin tersebut sebagai tes yang
distandarisasikan, dan setelah Pauli meninggal pada tahun 1951, tes yang di standarisasikan
tersebut dinamakan tes Pauli.
Berdasar atas cara yang diajukan oleh Pauli, tes ini juga mempunyai corak eksperimental.
Pauli juga menghubungkan metode eksperimental tersebut dengan karakterologi modern,
sehingga tes Pauli dapat dibandingkan dengan tes kepribadian.
Tes Pauli diciptakan dengan Mengacu pada teori konvergensi dari William Stern bahwa
Kepribadian sesungguhnya terbentuk dari bakat dan lingkungan. Tes bisa diciptakan
jugasebagai simulasi karena tes merupakan simulasi dari lingkungan. Meskipun tes Pauli banyak
mengukur sikap kerja namun tes Pauli tetap digolongkan tes kepribadian karena unsur yang paling
kuat dalam tes Pauli adalah kemauan. Mau merupakan unsur dari watak/ karakter/ kepribadian
seseorang. Dan masalah kepribadian tidak lain adalah merupakan masalah dinamika
motif. Prinsip utama dari tes Pauli adalah tiap manusia itu mampu belajar dan berlatih. Dalam tes
Pauli yang dilihat adalah hasil karyanya yaitu : Performance = ability x motivation.
Tes Pauli bertujuan untuk melihat hasil kerja yang dipengaruhi oleh: daya tahan,
ketekunan, dan ketelitian. Hasil kerja merupakan fungsi dari motivasi dan kemampuan.
Kemampuan merupakan kekuatan tindakan yang responsif berupa gerakan motorik, kegiatan
intelektual, pengendalian diri secara umum, dan kemampuan untuk membedakan hal yang
penting.
Dalam konteks tes Pauli, kepribadian memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Unsur sasaran kerja/ tujuan hasil kerja. Dilihat dari kualitas dan kuantitas
Unsur jalan yang ditempuh untuk mencapai hasil kerja. Dilihat dari simpangan/ fluktuasi,
tanjakan dan titik puncak
Hal-hal tersebut sangat mempengaruhi prestasi yang dicapai seseorang individu. Selain
itu ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi achievement peserta, diantaranya:
Faktor fisik, yaitu kondisi badan kita pada pada saat tes
Pengaruh faktor-faktor tersebut berkaitan erat dengan fase perkembangan yang sedang
dilalui seseorang, sebab keterkaitan dan dominasi faktor-faktor itu mempunyai kondisi yang tidak
sama pada fase perkembangan yang berbeda.
2. Tes Pauli merupakan alat diagnostik yang dapat dipercaya untuk memeriksa batas-batas
perbedaan individu.
3. Tes Pauli dapat untuk mendiagnosis perbedaan kostitutif. Hal itu antara lain didapat dari
hasil pemeriksaan yang menggunakan tes Pauli. Hasil itu antara lain menunjukkan bahwa
daya tahan wanita lebih besar dari pria, keajegan prestasi orang desa lebih tinggi dari
orang kota, dan sebagainya. Hal-hal tersebut juga menunjukkan bahwa tes Pauli bisa
dimamfaatkan untuk pemahaman psikologi sosial.
4. Tes Pauli merupakan usaha pemeriksaan prestasi yang cukup baik.
5. Tes Pauli dapat digunakan untuk orang yang menderita luka/gangguan diotak, misal
terkena tembakan dikepala. Hasilnya menunjukkan bahwa luka pada parietal dan
frontal menunjukkan kurangnya prestasi yang besar, sedang luka pada occipital
menunjukkan kurangnya prestasi yang tak terlalu besar (paling minimal).
6. Tes Pauli dapat digunakan sebagai metode untuk mengetahui pengaruh peransangan dari
luar (misal narkotika).
7. Tes Pauli dapat digunakan sebagai diagnostik untuk mendeteksi anak-anak yang sukar
dididik. Pada tes itu terdapat kurve dengan bentuk-bentuk tertentu untuk mereka yang
terhambat perkembangannya. Untuk mereka yang tidak mempunyai pendirian (Hatloso)
dan mereka yang lemah diri.
8. Tes pauli ini digunakan sebagai metode pemeriksaan untuk orang yang buta meskipun
prestasinya bila dibandingkan dengan orang yang normal berkurang, akan tetapi prestasi
individuil masih terlihat didalam tes sebagai prestasi orang yang normal.
9. Tes Pauli digunakan sebagai dasar tipologi kepribadian.
10. Tes Pauli ialah suatu metode experimental untuk mendapat pengaruh sikap kerja terhadap
prestasi kerja.
11. Tes Pauli merupakan alat pembantu experimental yang menjadi dasar untuk diagnostik
karakterologi.
Salah satu segi keuntungan dari tes pauli adalah menghilangkan variabel penting yang
biasanya dapat disembunyikan atau pura-pura (faking) dari subjek misal: sifat malu-malu, yang
biasanya sukar dihindari, pada tes ini tidak begitu berpengaruh pada percobaan-percobaan yang
telah dilakukan.
12. Energi Psikis (Jml): Energi psikis mengungkap besarnya potensi energi kerja,
terutama ketika dibawah tekanan
13. Ketelitian dan Tanggungjawab (Be): Ketelitian dan tanggungjawab menunjukkan
adanya kesediaan bertanggungjawab, teliti, kepedulian, akan tetapi dapat berarti pula
mudah dipengaruhi, labil, kurang waspada
14. Kehati-hatian (Sa): Kehati-hatian menunjukkan adanya kecermatan, hati-hati,
konsentrasi, kesiagaan dan kemantapan kerja terhadap pengaruh tekanan
15. Pengendalian Perasaan (Si): Pengendalian perasaan menunjukkan adanya
ketenangan, penyesuaian diri, keseimbangan dan sebaliknya dapat berarti
menggambarkan penuh temperamen, mudah terangsang, dan cenderung egosentris.
16. Dorongan Berprestasi (Ti): Dorongan berprestasi menggambarkan kesediaan dan
kemampuan berprestasi, serta kemauan untuk mengembangkan diri.
17. Vitalitas dan Perencanaan (TP): Vitalitas dan perencanaan menunjukkan ambisi
untuk mengarahkan diri, dan mengatur kemampuan dalam mengatur tempo dan irama
kerja.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tes Pauli ini adalah 60 menit dengan kurun waktu
per 3 menit. Jadi semuanya ada 20 kurun waktu.
Dalam waktu satu jam lamanya, subjek diberikan waktu yang cukup untuk dapat
menyesuaikan diri dan memindahkan dirinya, sampai pada kemampuan sebenarnya ditampilkan
sejelas-jelasnya. Pengalaman menunjukkan bahwa waktu sepuluh menit sampai dua puluh menit
pertama belum mendapat sesuatu gambaran yang sebenarnya atau bukan representasi
sesungguhnya dari subjek. Dengan waktu yang lama menjadikan representasi subjek
sesungguhnya dapat terlihat profil kepribadiannya.
PERSIAPAN
INSTRUKSI
30. Kepada saudara telah dibagikan lembar tes. Ambillah lembar tersebut dan isilah dengan
bolpen: nomor pemeriksaan, nama, tgl lahir dan tgl pemeriksaan, jam
31. Jika sudah selesai, letakkan alat tulis saudara dan perhatikan ke depan. Kita lihat lembar
tes ini penuh tercetak angka-angka (tunjukkan lembar jawaban)
32. Tugas saudara adalah sangat sederhana, yaitu menjumlah! Namun cara menjumlahnya
istimewa, yang nanti akan saya tunjukkan di papan tulis.
33. Jumlahkan setiap angka dengan angka di bawahnya, dan hasilnya harus dituliskan di
sebelah kanan di antara kedua angka yang saudara jumlahkan itu.
34. Angka puluhan HARUS DIBUANG. Lihatlah ke papan tulis (contohkan)
35. Pada saat saudara menjumlahkan angka-angka ini, pada waktu-waktu tertentu akan
terdengar aba-aba GARIS! Pada setiap aba-aba GARIS, maka saudara harus memberi
garis di bawah angka hasil penjumlahan terakhir yang pada waktu itu sedang saudara tulis,
dan meneruskan penjumlahan saudara sampai terdengar aba-aba BERHENTI!
36. Andaikan saudara sampai pada akhir lembar ini.(tunjukkan akhir lembar depan)maka
masih tersedia angka-angka di lembar belakangnya.Lembar ini dicetak istimewa, sehingga
cara membaliknya juga istimewa seperti ini (contohkan)
37. Pekerjaan ini harus dilakukan secepat-cepatnya
38. Untuk pekerjaan ini sebaiknya jangan ada benda-benda yang menghalangi di meja
saudara, dan aturlah cara duduk saudara agar merasa nyaman.
39. Apakah ada pertanyaan?
40. Jika tidak ada, sekali lagi kami ingatkan untuk melakukan pekerjaan ini secepat-cepatnya.
41. Ambillah pensil saudara. Letakkan pensil saudara di antara dua angka pertama.
SIAP.MULAI
Mencari Parit
Menghitung Garis
Menghitung Jumlah
Membuat Grafik
1. Hubungkan 2 titik pertemuan antara grafik ke-1 dengan 2 garis tegak paling tipis yang
mengapit garis tegak paling tebal (yang bertanda !)
2. Buatlah tanda persilangan garis itu pada garis tegak paling tebal pertama dengan pensil
3. Lakukan kembali langkah pertama dan kedua pada 4 garis tebal berikutnya sehingga
ditemukan 5 buah titik silang pada garis tegak paling tebal
4. Hubungkan kelima titik silang tersebut sehingga didapatkan grafik ketiga. Warna untuk
grafik ketiga: Anak (0-100)= merah; remaja (50-150)= hijau; dewasa normal (100-200)=
biru; dewasa istimewa (150-250)= hitam
Menghitung Mean
Menghitung Tinggi
Menghitung penyimpangan
simpangan
Si = ----------------------- x 100%
16 x rerata
Menghitung kesalahan
salah
Sa = --------- X 100%
400
salah
Sa = --------- X 100%
100
Menghitung pembetulan
dibetulkan
Dib = ---------------- X 100%
400