FAKULTAS PSIKOLOGI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyusun makalah ini hingga selesai. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
dosen pengampu, Dr. Risatianti Kolopaking M.Si., yang telah memberikan arahan dan kami
ucapkan terima kasih pula kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Penulisan makalah yang berjudul, “Intelligence Structure Test (IST)” ini dilakukan
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Intelegensi, Minat, Bakat (IMB), Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Harapan kami dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca. Namun, sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan dan
keterbatasan pengetahuan, kami sebagai penulis mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan demi perbaikan dalam penyusunan
makalah kedepannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tes psikologi digunakan untuk mengukur perbedaan antar individu maupun mengukur
perbedaan reaksi individu yang sama dalam kondisi yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997).
Respon maupun hasil pengukuran individu tersebut dapat memberikan suatu kesimpulan.
Kesimpulan inilah yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan (Osterlind, 2010).
Pengambilan keputusan biasanya dilakukan dalam proses seleksi, klasifikasi, dan diagnosa
baik pada individu, kelompok, organisasi, maupun program tertentu (Urbina, 2004). Dengan
adanya fungsi tersebut, tes psikologi harus mampu untuk mengungkap aspek-aspek psikologis
dalam diri individu terkait pengambilan keputusan.
Secara khusus, tes intelegensi sering dipakai dalam proses seleksi pada konteks
pendidikan dan pekerjaan. Tes intelegensi digunakan sebagai penyaringan tahap awal dalam
proses seleksi. Potensi dan kemampuan yang diukur dengan tes intelegensi menjadi bagian
penting dalam menyeleksi individu. Dengan demikian, kualitas dari tes intelegensi penting
untuk diperhatikan.
Beberapa contoh tes intelegensi yang masih digunakan untuk penyeleksian ialah
Advanced Progressive Matrices, Culture Fair Intelligence Test (CFIT), Tes Kemampuan Dasar
(TKD), dan Intelligenz Struktur Test (IST).
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai
berikut:
“Komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang
dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang
dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan yang
lainnya.”
Pandangan Amthauer pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori bifaktor,
teori multifaktor, model struktur intelegensi Guilford dan teori hirarki faktor. Berdasarkan teori
faktor, untuk mengukur intelegensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang
terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan
karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak
berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor). Sedangkan
kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor subtes-subtes. Maka
Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari 9 subtes.
IST disusun berdasarkan teori Thurstone tentang kemampuan mental dasar (primary
mental abilities). Kemampuan mental dasar terdiri dari tujuh faktor yaitu faktor verbal (V),
number (N), perceptual (P), spasial (S), word fluency (W), memory (M), dan reasoning (R)
3
yang menghasilkan multiple intelligence. Adapun kecerdasan yang dihasilkan dari penggunaan
IST adalah kecerdasan verbal, angka, figural, dan ingatan (LPSP3 UI, 2012). Semenjak
diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para koleganya,
berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an.
4
2) Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural
3) Erweiterung Modul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes
Wissentest (tes pengetahuan)
5
6. Zahlenreihen (ZR) → Deret Angka
Aspek yang diukur pada aspek ZR adalah bagaimana cara berpikir teoritis dengan
hitungan. Maksudnya mengukur kemampuan berhitung testee yang didasarkan pada
pendekatan analisis atas informasi faktual berbentuk angka sehingga didapatkan suatu
kesimpulan (berpikir induktif dengan angka angka), serta kelincahan dan irama dalam
berpikir.
7. Figurenauswahl (FA) → Memilih Bentuk
FA mengukur kemampuan testee dalam membayangkan, kemampuan
mengkonstruksi (sintesa dan Analisa) sehingga dapat menggabungkan potongan suatu
objek visual dan menghasilkan suatu bentuk tertentu, serta memasukkan bagian pada
suatu keseluruhan (membayangkan menyeluruh).
8. Würfelaufgaben (WU) → Latihan Balok
Aspek yang diukur pada WU adalah kemampuan analisis yakni daya bayang ruang,
didalamnya terkandung kreativitas, kemampuan tiga dimensi, imajinasi dan
fleksibilitas berpikir, serta kemampuan konstruktif teknis dalam menyusun perubahan.
9. Merkaufgaben (ME) → Latihan Simbol
Subtes ME pada IST Tes mengukur kemampuan daya ingat seseorang, fokus,
perhatian, konsentrasi yang menetap, dan daya tahan.
IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas
Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali digunakan oleh
Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat. Tes IST secara umum bertujuan untuk
mengetahui pola kecerdasan individu sehingga dapat memahami diri dan pengembangan
6
pribadi. IST Test dapat pula membantu dalam merencanakan pendidikan dan karier, serta
membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.
2. Administrasi IST
IST terdiri dari 9 subtes dengan yang seluruhnya berjumlah 176 item masing-masing
instruksi dan waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan manual,
yang diperuntukkan subjek usia 14-60 tahun Tentunya perbedaan ini ada karena dalam setiap
subtes mengukur aspek yang berbeda pula. Untuk total waktu semua aspek IST adalah 71
menit. Namun, IST Test berlangsung biasanya kurang lebih 1,5 jam.
7
6) Untuk subtes terakhir (ME), setelah memberikan instruksi testi diminta untuk
menutup bukunya dan melepaskan lembar hafalan, untuk dihafalkan selama 3
menit. Sebelum mengerjakan subtes terakhir ini, ambilah lembar hafalan dan
kertas-kertas lain dari testi (supaya tidak menyontek)
3. Waktu IST
SE 6
WA 6
AN 7
GE 8
RA 10
ZR 10
FA 7
WU 9
ME 3 (Menghafal) + 6 (Menjawab)
8
2) Berilah subjek sepotong kertas bersih untuk menghitung (supaja lembar
jawaban tidak dicoret-coret)
3) Khusus untuk subtes terakhir (ME) perhatikan testi dengan teliti (untuk
menjaga usaha berbuat curang)
Dalam Intelligence Structure Test (IST) terdapat 6 subtes dengan waktu pengerjaan
yang berbeda-beda. Keenam subtes tersebut adalah; Satzergänzung (SE) , Wortauswahl (WA),
Analogien (AN), Gemeinsamkeiten (GE), Rechenaufgaben (RA), Zahlenreihen (ZR),
Figurenauswahl (FA), Würfelaufgaben (WU), Merkaufgaben (ME),
1. Satzergänzung (SE)
Subtes ini meliputi butir soal ke 1-20 tentang melengkapi kalimat. Pada subtes ini, peserta
diberi waktu 6 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan memilih 1 dari 5 pilihan jawaban
dengan instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.
9
2. Wortauswahl (WA)
Subtes ini meliputi butir soal ke 21-40 tentang mencari perbedaan kata. Pada subtes ini,
peserta diberi waktu 6 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan memilih 1 dari 5 pilihan
jawaban dengan instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.
3. Analogien (AN)
Subtes ini meliputi butir soal ke 41-60 tentang mencari persamaan kata. Pada subtes
ini, peserta diberi waktu 7 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan memilih 1 dari 5 pilihan
jawaban dengan instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.
10
4. Gemeinsamkeiten (GE)
Subtes ini meliputi butir soal ke 61-76 tentang persamaan sifat dari kata yang disajikan.
Pada subtes ini, peserta diberi waktu 8 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan menuliskan
jawaban persamaan di kolom yang tersedia pada lembar jawaban dengan instruksi sesuai
seperti yang tertera di kertas soal.
5. Rechenaufgaben (RA)
Subtes ini meliputi butir soal ke 77-96 tentang berhitung. Pada subtes ini, peserta diberi
waktu 10 menit untuk mengerjakan soal. Pada lembar jawaban disediakan pilihan angka 1-9
dan 0, untuk cara menjawabnya dengan mencoret angka yang disajikan. Instruksi soal seperti
“Disediakan pilihan jawaban berupa angka 1-9 dan 0. Coretlah angka-angka yang menjadi
jawaban dan ke urutan angka jawaban tidak perlu dihiraukan.”
11
6. Zahlenreihen (ZR)
Subtes ini meliputi butir soal ke 97-116 tentang berhitung deret angka. Pada subtes ini,
peserta diberi waktu 10 menit untuk mengerjakan soal. Pada lembar jawaban disediakan pilihan
angka 1-9 dan 0, untuk cara menjawabnya dengan mencoret angka yang disajikan dan ke urutan
angka jawaban tidak perlu dihiraukan. Instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.
12
7. Figurenauswahl (FA)
Subtes ini meliputi butir soal ke 117-136 tentang memilih bentuk potongan gambar. Pada
subtes ini, peserta diberi waktu 7 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan memilih 1 dari
5 pilihan jawaban dengan instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.
8. Würfelaufgaben (WU)
13
Subtes ini meliputi butir soal ke 137-156, tentang kemampuan ruang (balok). Pada
subtes ini, peserta diberi waktu 9 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan memilih 1 dari
5 pilihan jawaban dengan instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.
9. Merkaufgaben (ME)
14
Subtes ini meliputi butir soal ke 157-176, tentang menghafal cepat. Pada subtes ini,
peserta diberi waktu 9 menit dengan ketentuan 3 menit untuk menghafal dan 6 menit untuk
menjawab soal. Setelah diberi instruksi sesuai dengan kertas soal, peserta akan memilih 1 dari
5 pilihan jawaban.
1. Skoring
Adapun sebuah panduan skoring untuk IST, antara lain :
1) Jawaban yang benar mendapatkan nilai 1 (kecuali untuk kelompok soal 04- GE
yang memiliki panduan tersendiri.
2) Tulislah jumlah jawaban yang benar pada tempat yang tersedia pada setiap
subtes.
3) Jumlah jawaban yang benar merupakan raw score, dan dijumlahkan. Kemudian,
skor tersebut dibandingkan dengan weighted score, yaitu skor terstandar
menurut usia subjek.
4) Selanjutnya, weighted score dikomparasikan dengan norma yang ada dan
menghasilkan IQ.
5) Kemudian, dicocokan dengan kategori taraf intelegensi.
15
>119 Jenius (Very Superior)
95-99 Rata-rata
16
Gambar 2. Grafik IST
2. Interpretasi
Interpretasi dapat dilakukan setelah mendapatkan nilai weighted score. Karena semua
subtes saling berkaitan satu sama lain, interpretasinya pun harus dilakukan secara keseluruhan.
Berikut merupakan interpretasi yang dapat dilakukan pada IST :
1) Taraf Kecerdasan
Taraf kecerdasan didapat dari total WS. Nilai ini dapat diterjemahkan menjadi
Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan perkembangan individu melalui
pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu dihubungkan dengan latar belakang sosial serta
dibandingkan dengan kelompok seusianya.
17
semakin mantap ke salah satu kutub seiring bertambahnya usia. Cara menentukan
seseorang subjek apakah memiliki kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah
dengan membandingkan nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nilai GE+RA lebih besar
maka subjek memiliki kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih besar
maka subjek memiliki kecenderungan Flexibilitat.
3) Profil M-W
18
1) Proses skoring IST biasa dilakukan secara manual yang membutuhkan banyak
tenaga dan waktu. Karena dalam prosesnya sangat mengandalkan ketelitian dan
kecermatan dari pemeriksa.
2) Kerahasiaan yang sulit dikontrol.
3) Validitas dan reliabilitas yang masih dipertanyakan.
2.6 Persamaan dan perbedaan Intelligence Structure Test (IST) dengan Tes Kemampuan
Diferensial (TKD)
19
2) IST berdasarkan teori gestalt sedangkan TKD berdasarkan teori “multiple factor”
yang dipelopori oleh Thurstone.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Intelligence Struktur Test (IST) merupakan salah satu tes yang digunakan untuk
mengukur intelegensi individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt,
Jerman pada tahun 1953. IST banyak digunakan di Indonesia untuk seleksi penempatan di
dunia kerja maupun pendidikan karena terdiri dari sembilan subtes yang tidak hanya
menghasilkan skor IQ saja. Akan tetapi juga dapat mengetahui minat dan bakat seseorang yang
dapat dilihat dari skor setiap subtes, yang kemudian digunakan untuk membentuk profil
kecerdasan praktis (Sasmita, 2010).
21
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological testing (7th edition). USA: Prentice Hall.
Sasmita, N. O. (2010). Pengujian validitas konstruksi dari Intelligenz Struktur Test (IST) yang
telah direvisi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
UI, L. (2012). IST (Intelligenz Struktur Test): Manual Dan Norma. Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
Urbina, Susana. (2004). Essential of Psychological Testing. Canada : John Wiley & Sons, Inc.,
Hoboken, New Jersey
22