Anda di halaman 1dari 25

Intelligence Structure Test (IST)

Mata Kuliah Psikodiagnostik Intelegensi, Minat, Bakat (IMB)


Dosen Pengampu Dr. Risatianti Kolopaking M.Si.

Disusun oleh Kelompok 3/6E:

Siti Sarah Nurrachmah 11190700000023

Adinda Hasya Putri 11190700000032

Mahira Fariel Irfan Rumi 11190700000042

Muhammad Fadeel Aribowo 11190700000072

Dimas Rizky L.T. S 11190700000089

Anggi Apriyanita 11190700000101

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyusun makalah ini hingga selesai. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
dosen pengampu, Dr. Risatianti Kolopaking M.Si., yang telah memberikan arahan dan kami
ucapkan terima kasih pula kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Penulisan makalah yang berjudul, “Intelligence Structure Test (IST)” ini dilakukan
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Intelegensi, Minat, Bakat (IMB), Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Harapan kami dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca. Namun, sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan dan
keterbatasan pengetahuan, kami sebagai penulis mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan demi perbaikan dalam penyusunan
makalah kedepannya.

Jakarta, 29 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
2.1 Sejarah dan tujuan Intelligence Structure Test (IST) ....................................................... 3
2.2 Administrasi Intelligence Structure Test (IST) ............................................................... 7
2.3 Instruksi Intelligence Structure Test (IST) ....................................................................... 9
2.4 Skoring dan interpretasi Intelligence Structure Test (IST) ............................................ 15
2.5 Kelebihan dan kekurangan Intelligence Structure Test (IST) ........................................ 18
2.6 Persamaan dan perbedaan Intelligence Structure Test (IST) dengan Tes Kemampuan
Diferensial (TKD) ................................................................................................................ 19
BAB III .................................................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tes psikologi digunakan untuk mengukur perbedaan antar individu maupun mengukur
perbedaan reaksi individu yang sama dalam kondisi yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997).
Respon maupun hasil pengukuran individu tersebut dapat memberikan suatu kesimpulan.
Kesimpulan inilah yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan (Osterlind, 2010).
Pengambilan keputusan biasanya dilakukan dalam proses seleksi, klasifikasi, dan diagnosa
baik pada individu, kelompok, organisasi, maupun program tertentu (Urbina, 2004). Dengan
adanya fungsi tersebut, tes psikologi harus mampu untuk mengungkap aspek-aspek psikologis
dalam diri individu terkait pengambilan keputusan.

Secara khusus, tes intelegensi sering dipakai dalam proses seleksi pada konteks
pendidikan dan pekerjaan. Tes intelegensi digunakan sebagai penyaringan tahap awal dalam
proses seleksi. Potensi dan kemampuan yang diukur dengan tes intelegensi menjadi bagian
penting dalam menyeleksi individu. Dengan demikian, kualitas dari tes intelegensi penting
untuk diperhatikan.

Beberapa contoh tes intelegensi yang masih digunakan untuk penyeleksian ialah
Advanced Progressive Matrices, Culture Fair Intelligence Test (CFIT), Tes Kemampuan Dasar
(TKD), dan Intelligenz Struktur Test (IST).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dan tujuan Intelligence Structure Test (IST)?


2. Bagaimana administrasi Intelligence Structure Test (IST)?
3. Bagaimana instruksi Intelligence Structure Test (IST)?
4. Bagaimana skoring dan interpretasi Intelligence Structure Test (IST)?
5. Apa kelebihan dan kekurangan Intelligence Structure Test (IST)?
6. Persamaan dan perbedaan Intelligence Structure Test (IST) dengan Tes Kemampuan
Diferensial (TKD)?

1
1.3 Tujuan

1. Mengetahui sejarah dan tujuan Intelligence Structure Test (IST)


2. Mengetahui administrasi Intelligence Structure Test (IST)
3. Mengetahui instruksi Intelligence Structure Test (IST)
4. Mengetahui skoring dan interpretasi Intelligence Structure Test (IST)
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Intelligence Structure Test (IST)
6. Mengetahui persamaan dan perbedaan Intelligence Structure Test (IST) dengan Tes
Kemampuan Diferensial (TKD)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan tujuan Intelligence Structure Test (IST)

Intelligence Structure Test (IST) dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt,


Jerman pada tahun 1953. IST diadaptasi oleh Universitas Padjajaran, Bandung untuk
penggunaan di Indonesia pada tahun 1973. Tes inteligensi ini merupakan speed test yang berarti
pengisian tes dibatasi oleh waktu tertentu. Tes ini dikonstruksikan untuk individu dengan
rentang usia 14 hingga 60 tahun, setelah melalui uji coba kurang lebih 4000 orang. Tes IST
mampu memberikan gambaran mengenai kemampuan dasar seseorang, segi-segi kekuatan dan
kelemahan dari berfungsinya intelegensi seseorang. Selain mengukur intelegensi, tes ini juga
dapat digunakan untuk melihat bakat (Polhaupessy dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).

Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai
berikut:

“Komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang
dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang
dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan yang
lainnya.”

Pandangan Amthauer pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori bifaktor,
teori multifaktor, model struktur intelegensi Guilford dan teori hirarki faktor. Berdasarkan teori
faktor, untuk mengukur intelegensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang
terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan
karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak
berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor). Sedangkan
kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor subtes-subtes. Maka
Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari 9 subtes.

IST disusun berdasarkan teori Thurstone tentang kemampuan mental dasar (primary
mental abilities). Kemampuan mental dasar terdiri dari tujuh faktor yaitu faktor verbal (V),
number (N), perceptual (P), spasial (S), word fluency (W), memory (M), dan reasoning (R)

3
yang menghasilkan multiple intelligence. Adapun kecerdasan yang dihasilkan dari penggunaan
IST adalah kecerdasan verbal, angka, figural, dan ingatan (LPSP3 UI, 2012). Semenjak
diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para koleganya,
berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an.

1. Tes IST 1953


Tes IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu usia 14
sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada
tahun 1953.
2. Tes IST 1955
Tes IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang usia
untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan
norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis
kelamin dan kelompok usia.
3. Tes IST 1970
Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang menyarankan pengkoreksian
dengan mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan lebih dari 10 tahun, maka
disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak perubahan, tes ini memiliki 6
bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1 dan B2,
atau C3 dan D4. Dua bentuk lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi penggunaan
khusus. Pada IST 70, rentang kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun.
Disamping itu telah ditambah tabel kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada
IST 70 terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan
menggunakan kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam subtes ini
dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau tidak
mengerti kalimatnya.
4. Tes IST 2000
Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada soal
hitungan.
5. Tes IST 2000-Revised
Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan
subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut:
1) Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes :
SE, AN, GE, RE, ZR, RZ, FA, WU, dan MA.

4
2) Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural
3) Erweiterung Modul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes
Wissentest (tes pengetahuan)

Tes IST mengukur sembilan aspek, diantaranya adalah :

1. Satzerganzung (SE) → Melengkapi Kalimat


Pada subtes SE, aspek yang diukur adalah masalah pengambilan keputusan,
keinginan berprestasi, penilaian atau pembentukan opini, common sense, penekanan
pada berpikir praktis dan konkrit pemaknaan realitas, dan berpikir secara mandiri.
2. Wortauswahl (WA) → Melengkapi Kata-kata
Pada subtes WA, yang akan diukur ialah kemampuan menangkap inti atau makna
dari sesuatu yang disampaikan melalui bahasa, perasaan empati atau kemampuan
menyelami perasaan, berpikir induktif menggunakan bahasa. WA juga mengukur
common sense (logika berpikir), cara berpikir kongkrit praktis, sense of reality,
judgement, mandiri dalam berpikir, pembentukan keputusan. Yang dimaksud dengan
“judgement,” adalah artinya apakah testee mampu menilai arti apakah ia mandiri, atau
apakah ia salah kaprah.
3. Analogien (AN) → Persamaan Kata
Pada subtes AN, aspek yang diukur ialah kemampuan fleksibilitas dalam berpikir,
kemampuan mengkombinasikan atau menghubungkan, kelincahan dalam berubah dan
berganti dalam berpikir, resistensi atau kemampuan untuk melawan solusi masalah
yang tidak pasti sehingga meliputi kejelasan dan kekonsenkuenan dalam berpikir.
4. Gemeinsamkeiten (GE) → Sifat yang Dimiliki Bersama
Pada subtes GE, aspek yang akan diukur adalah kemampuan abstraksi verbal,
menemukan ciri yang sama atau khas dari dua objek dan menyusun suatu pengertian
tentangnya. Kemampuan untuk menyatakan pengertian akan sesuatu dalam bentuk
Bahasa, membentuk suatu pengertian atau mencari inti persoalan, serta memahami
esensi pengertian suatu kata untuk dapat menemukan kesamaan esensial dari beberapa
kata.
5. Rechenaufgaben (RA) → Kemampuan Berhitung
Aspek yang diukur pada RA adalah kemampuan berpikir atau memecahkan
masalah praktis dalam berhitung, matematis, berpikir logis, dan lugas penalaran, dan
kemampuan berpikir runtut mengambil kesimpulan.

5
6. Zahlenreihen (ZR) → Deret Angka
Aspek yang diukur pada aspek ZR adalah bagaimana cara berpikir teoritis dengan
hitungan. Maksudnya mengukur kemampuan berhitung testee yang didasarkan pada
pendekatan analisis atas informasi faktual berbentuk angka sehingga didapatkan suatu
kesimpulan (berpikir induktif dengan angka angka), serta kelincahan dan irama dalam
berpikir.
7. Figurenauswahl (FA) → Memilih Bentuk
FA mengukur kemampuan testee dalam membayangkan, kemampuan
mengkonstruksi (sintesa dan Analisa) sehingga dapat menggabungkan potongan suatu
objek visual dan menghasilkan suatu bentuk tertentu, serta memasukkan bagian pada
suatu keseluruhan (membayangkan menyeluruh).
8. Würfelaufgaben (WU) → Latihan Balok
Aspek yang diukur pada WU adalah kemampuan analisis yakni daya bayang ruang,
didalamnya terkandung kreativitas, kemampuan tiga dimensi, imajinasi dan
fleksibilitas berpikir, serta kemampuan konstruktif teknis dalam menyusun perubahan.
9. Merkaufgaben (ME) → Latihan Simbol
Subtes ME pada IST Tes mengukur kemampuan daya ingat seseorang, fokus,
perhatian, konsentrasi yang menetap, dan daya tahan.

Berikut adalah kaitan aspek-aspek pada IST Test:

1. Kemampuan berpikir komprehensif : FA dan GE.


2. Cara berpikir kaku : GE dan RA > AN dan ZR. Sebaliknya, jika GE dan RA < AN dan
ZR bisa jadi kemampuan berpikir testee adalah fleksibel.
3. Kemampuan berhitung : RA dan ZR.
4. Kreatifitas : AN dan WU.
5. Kemampuan analisa : AN dan WU
6. Kemampuan pengambilan keputusan : SE, AN, WU, ZR, dan RA.
7. Kemampuan berbahasa : WA dan GE

IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas
Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali digunakan oleh
Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat. Tes IST secara umum bertujuan untuk
mengetahui pola kecerdasan individu sehingga dapat memahami diri dan pengembangan

6
pribadi. IST Test dapat pula membantu dalam merencanakan pendidikan dan karier, serta
membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.

2.2 Administrasi Intelligence Structure Test (IST)

1. Prosedur Tester untuk Testee dalam pengerjaan IST


1) Menjelaskan tujuan pemeriksaan psikologis
2) Menjelaskan Prosedur pemeriksaan
3) Penjelasan tentang alat yang akan digunakan
4) Mematikan alat komunikasi
5) Menanyakan kesiapan testee
6) Etika Hasil
7) Mengecek alat-alat yang akan digunakan
8) Melaksanakan tes IST
9) Melakukan skoring tes IST
10) Membuat laporan

2. Administrasi IST

IST terdiri dari 9 subtes dengan yang seluruhnya berjumlah 176 item masing-masing
instruksi dan waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan manual,
yang diperuntukkan subjek usia 14-60 tahun Tentunya perbedaan ini ada karena dalam setiap
subtes mengukur aspek yang berbeda pula. Untuk total waktu semua aspek IST adalah 71
menit. Namun, IST Test berlangsung biasanya kurang lebih 1,5 jam.

Berikut administrasi pengetesan IST :

1) Dapat digunakan untuk tes individual dan klasikal


2) Terdiri dari 9 subtes
3) Setiap subtes mempunyai cara pengerjaan dan waktu yang berbeda
4) Hasil akhir merupakan grafik dan angka yang menunjukan tarif kecerdasan
5) Instruksi sudah tertera di halaman depan setiap sub tes. Tester bisa membacakan
instruksi yang tertera itu jika testi mempunyai latar belakang pendidikan yang
cukup tinggi (SMA ke atas), tetapi untuk latar belakang yang lebih rendah
(SMP) maka tester harus menulis di papan tulis atau memberikan peragaan

7
6) Untuk subtes terakhir (ME), setelah memberikan instruksi testi diminta untuk
menutup bukunya dan melepaskan lembar hafalan, untuk dihafalkan selama 3
menit. Sebelum mengerjakan subtes terakhir ini, ambilah lembar hafalan dan
kertas-kertas lain dari testi (supaya tidak menyontek)

3. Waktu IST

Sub-test Waktu (Menit)

SE 6

WA 6

AN 7

GE 8

RA 10

ZR 10

FA 7

WU 9

ME 3 (Menghafal) + 6 (Menjawab)

4. Tugas-tugas Tester dan Pengawas


1) Perhatikan cara subjek bekerja pada saat ia memulai, segera perbaiki jika ia
salah mengerjakan suatu soal

8
2) Berilah subjek sepotong kertas bersih untuk menghitung (supaja lembar
jawaban tidak dicoret-coret)
3) Khusus untuk subtes terakhir (ME) perhatikan testi dengan teliti (untuk
menjaga usaha berbuat curang)

2.3 Instruksi Intelligence Structure Test (IST)

Dalam Intelligence Structure Test (IST) terdapat 6 subtes dengan waktu pengerjaan
yang berbeda-beda. Keenam subtes tersebut adalah; Satzergänzung (SE) , Wortauswahl (WA),
Analogien (AN), Gemeinsamkeiten (GE), Rechenaufgaben (RA), Zahlenreihen (ZR),
Figurenauswahl (FA), Würfelaufgaben (WU), Merkaufgaben (ME),

1. Satzergänzung (SE)

Subtes ini meliputi butir soal ke 1-20 tentang melengkapi kalimat. Pada subtes ini, peserta
diberi waktu 6 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan memilih 1 dari 5 pilihan jawaban
dengan instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.

9
2. Wortauswahl (WA)

Subtes ini meliputi butir soal ke 21-40 tentang mencari perbedaan kata. Pada subtes ini,
peserta diberi waktu 6 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan memilih 1 dari 5 pilihan
jawaban dengan instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.

3. Analogien (AN)

Subtes ini meliputi butir soal ke 41-60 tentang mencari persamaan kata. Pada subtes
ini, peserta diberi waktu 7 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan memilih 1 dari 5 pilihan
jawaban dengan instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.

10
4. Gemeinsamkeiten (GE)

Subtes ini meliputi butir soal ke 61-76 tentang persamaan sifat dari kata yang disajikan.
Pada subtes ini, peserta diberi waktu 8 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan menuliskan
jawaban persamaan di kolom yang tersedia pada lembar jawaban dengan instruksi sesuai
seperti yang tertera di kertas soal.

5. Rechenaufgaben (RA)

Subtes ini meliputi butir soal ke 77-96 tentang berhitung. Pada subtes ini, peserta diberi
waktu 10 menit untuk mengerjakan soal. Pada lembar jawaban disediakan pilihan angka 1-9
dan 0, untuk cara menjawabnya dengan mencoret angka yang disajikan. Instruksi soal seperti
“Disediakan pilihan jawaban berupa angka 1-9 dan 0. Coretlah angka-angka yang menjadi
jawaban dan ke urutan angka jawaban tidak perlu dihiraukan.”

11
6. Zahlenreihen (ZR)

Subtes ini meliputi butir soal ke 97-116 tentang berhitung deret angka. Pada subtes ini,
peserta diberi waktu 10 menit untuk mengerjakan soal. Pada lembar jawaban disediakan pilihan
angka 1-9 dan 0, untuk cara menjawabnya dengan mencoret angka yang disajikan dan ke urutan
angka jawaban tidak perlu dihiraukan. Instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.

12
7. Figurenauswahl (FA)

Subtes ini meliputi butir soal ke 117-136 tentang memilih bentuk potongan gambar. Pada
subtes ini, peserta diberi waktu 7 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan memilih 1 dari
5 pilihan jawaban dengan instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.

8. Würfelaufgaben (WU)

13
Subtes ini meliputi butir soal ke 137-156, tentang kemampuan ruang (balok). Pada
subtes ini, peserta diberi waktu 9 menit untuk mengerjakan soal. Peserta akan memilih 1 dari
5 pilihan jawaban dengan instruksi sesuai seperti yang tertera di kertas soal.

9. Merkaufgaben (ME)

14
Subtes ini meliputi butir soal ke 157-176, tentang menghafal cepat. Pada subtes ini,
peserta diberi waktu 9 menit dengan ketentuan 3 menit untuk menghafal dan 6 menit untuk
menjawab soal. Setelah diberi instruksi sesuai dengan kertas soal, peserta akan memilih 1 dari
5 pilihan jawaban.

2.4 Skoring dan interpretasi Intelligence Structure Test (IST)

1. Skoring
Adapun sebuah panduan skoring untuk IST, antara lain :
1) Jawaban yang benar mendapatkan nilai 1 (kecuali untuk kelompok soal 04- GE
yang memiliki panduan tersendiri.
2) Tulislah jumlah jawaban yang benar pada tempat yang tersedia pada setiap
subtes.
3) Jumlah jawaban yang benar merupakan raw score, dan dijumlahkan. Kemudian,
skor tersebut dibandingkan dengan weighted score, yaitu skor terstandar
menurut usia subjek.
4) Selanjutnya, weighted score dikomparasikan dengan norma yang ada dan
menghasilkan IQ.
5) Kemudian, dicocokan dengan kategori taraf intelegensi.

15
>119 Jenius (Very Superior)

105-118 Di Atas Rata-rata (Superior)

100-104 Rata-Rata Atas

95-99 Rata-rata

81-94 Rata-Rata Bawah

80 kebawah Di Bawah Rata-rata

Tabel 1. Taraf Umum IQ.

Gambar 1. Lembar jawaban dari IST.

Pada gambar lembar jawaban IST di samping,


bagian yang menyerupai tabel merupakan
tempat digambarkannya grafik berdasarkan
jawaban subjek.

16
Gambar 2. Grafik IST

Adapun grafik struktur


kecerdasan dalam IST, antara lain
grafik W dan M. Kedua profil
tersebut memberikan pola yang
berbeda dalam grafiknya. Grafik
W memberikan pola tinggi-
rendah-tinggi seperti yang tertera pada gambar 2. Sedangkan Grafik M menunjukan pola
rendah-tinggi-rendah. Grafik ini merupakan hasil dari empat subtes yang berbeda, antara lain
SE, WA, AN, dan GE.

2. Interpretasi
Interpretasi dapat dilakukan setelah mendapatkan nilai weighted score. Karena semua
subtes saling berkaitan satu sama lain, interpretasinya pun harus dilakukan secara keseluruhan.
Berikut merupakan interpretasi yang dapat dilakukan pada IST :
1) Taraf Kecerdasan

Taraf kecerdasan didapat dari total WS. Nilai ini dapat diterjemahkan menjadi
Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan perkembangan individu melalui
pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu dihubungkan dengan latar belakang sosial serta
dibandingkan dengan kelompok seusianya.

2) Dimensi Festigung & Flexibiliat

Dimensi Festigung-Flexibilitätmenggambarkan corak berpikir yang dimiliki oleh


subjek. Dimensi Festigung-Flexibilität merupakan dua kutub yang ekstrim, Keduanya
menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub Festigung memiliki arti corak
berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilität memiliki arti corak berpikir yang non-
eksak. Corak berpikir ini merupakan hasil perkembangan (pengalaman) individu yang akan

17
semakin mantap ke salah satu kutub seiring bertambahnya usia. Cara menentukan
seseorang subjek apakah memiliki kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah
dengan membandingkan nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nilai GE+RA lebih besar
maka subjek memiliki kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih besar
maka subjek memiliki kecenderungan Flexibilitat.

3) Profil M-W

Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau praktis-konkrit.


Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat dilihat dari 4 subtes
pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika grafik menunjukkan bentuk
huruf M pada 4 subtes pertama, maka profilnya adalah M (verbal-teoritis), jika yang
tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah W (praktis-konkrit).

2.5 Kelebihan dan kekurangan Intelligence Structure Test (IST)

1. Keunggulan Alat Tes


IST yang di kembangkan oleh Amthauer ini adalah tes inteligensi yang telah melewati
beberapa kali revisi dan bahkan diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia, sehingga up to date,
relevan untuk di gunakan serta kemampuan mengukur inteligensi pada masing-masing subtes
meningkat. Beberapa keunggulannya :
1) Pengadministrasiannya tidak begitu sukar karena instruksi pengerjaan sudah
terkandung di dalam buku tes.
2) Dipandang sebagai gestalt, sehingga bagian-bagiannya saling berhubungan hingga
dapat mengukur tingkat intelegensi.
3) IST 2000 R telah mengalami pengembangan subtes dan subtesnya lebih, sehingga
kemampuannya meningkat

2. Kekurangan Alat Tes


Meski sudah ada software yang bisa dipakai untuk melakukan skoring secara otomatis,
tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada yang dilakukan secara manual sehingga
membutuhkan waktu, energi serta ketelitian tester yang lebih besar. Beberapa kekurangannya
adalah :

18
1) Proses skoring IST biasa dilakukan secara manual yang membutuhkan banyak
tenaga dan waktu. Karena dalam prosesnya sangat mengandalkan ketelitian dan
kecermatan dari pemeriksa.
2) Kerahasiaan yang sulit dikontrol.
3) Validitas dan reliabilitas yang masih dipertanyakan.

2.6 Persamaan dan perbedaan Intelligence Structure Test (IST) dengan Tes Kemampuan
Diferensial (TKD)

1. Persamaan IST dan TKD


1) Kedua tes tersebut sama-sama dapat digunakan untuk tes klasikal maupun
individual.
2) Kedua tes tersebut secara umum melibatkan aspek verbal, numerikal dan spasial.
Namun jika diperhatikan lebih lanjut pada setiap subtesnya, TKD memiliki tingkat
kesulitan lebih tinggi dari IST mengingat butir soal yang banyak dan waktu yang
sangat terbatas.
3) Ada beberapa subtes yang cara atau instruksi umum pengerjaannya sama namun
aspek yang diukur berbeda dalam kedua tes. Contoh: Subtes SE pada IST dan subtes
VII pada TKD keduanya meminta testee melengkapi kalimat, namun pada IST
pengukurannya menekankan pada aspek cara berpikir praktis dan konkret.
Sedangkan pada subtes VII TKD lebih menekankan kemampuan berpikir induktif
dan deduktif, analogi, membandingkan dan membedakan.
4) Subtes AN pada IST dan subtes IV pada TKD keduanya mengukur kemampuan
individu dalam berpikir logis.
5) Substes WA pada IST dan subtes VII pada TKD keduanya melibatkan kemampuan
berpikir induktif dan mengukur hal-hal yang bersifat verbal.

2. Perbedaan IST dan TKD


1) IST dapat mengukur kemampuan inteligensi secara umum, TKD hanya mengukur
kemampuan diferensial saja. Sehingga TKD dipakai seperti tujuan seleksi masuk
calon mahasiswa/karyawan, dimana diperlukan individu yang memiliki
kemampuan terbaik.

19
2) IST berdasarkan teori gestalt sedangkan TKD berdasarkan teori “multiple factor”
yang dipelopori oleh Thurstone.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Intelligence Struktur Test (IST) merupakan salah satu tes yang digunakan untuk
mengukur intelegensi individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt,
Jerman pada tahun 1953. IST banyak digunakan di Indonesia untuk seleksi penempatan di
dunia kerja maupun pendidikan karena terdiri dari sembilan subtes yang tidak hanya
menghasilkan skor IQ saja. Akan tetapi juga dapat mengetahui minat dan bakat seseorang yang
dapat dilihat dari skor setiap subtes, yang kemudian digunakan untuk membentuk profil
kecerdasan praktis (Sasmita, 2010).

IST bertujuan untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan


pendidikan dan karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu. IST
terdiri dari sembilan subtes yang seluruhnya berjumlah 176 aitem. Masing-masing
subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan
menggunakan manual.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological testing (7th edition). USA: Prentice Hall.

Polhaupessy, L. F. (2009). Diktat Kuliah IST Universitas Padjadjaran.

Sasmita, N. O. (2010). Pengujian validitas konstruksi dari Intelligenz Struktur Test (IST) yang
telah direvisi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

UI, L. (2012). IST (Intelligenz Struktur Test): Manual Dan Norma. Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.

Urbina, Susana. (2004). Essential of Psychological Testing. Canada : John Wiley & Sons, Inc.,
Hoboken, New Jersey

22

Anda mungkin juga menyukai