Anda di halaman 1dari 17

TEORI KEJAHATAN

Teori kejahatan
 kejahatan dapat dipengaruhi oleh faktor
biologis, perkembangan psikopatologi, sosio-
psikologis, dan kepribadian.
 definisi kejahatan, psikologi kriminal, dan fokus
kajian dari psikologi kriminal.
 Fokus kajian dari psikologi kriminal ini meliputi
perilaku kriminal, perkembangan kriminal dan
teori dasar dan kausa kriminal.
Perkembangan kriminal dapat ditinjau melalu prediksi
kriminal pada msa kanak-kanak.
Hal ini dinyatakan oleh Glueck (1964) bahwa anak pada usia
5-6 yang mengalami kohesivitas keluarga atau family
cohesiveness seperti supervisi dan disiplin dari ibu dapat
menjadi predictor anak sebagai kriminal.
Blumstein dkk (1985), juga menyatakan bahwa pada
usia kanak-kanak sekitar 8-13 tahun akan menjadi
kriminal jika muncul beberapa ciri seperti:
(1) pada usia ini perilaku kriminal pertama muncul;
(2) dilabel ‘nakal’ oleh guru sejak kecil;
(3) prestasi sekolah buruk didukung oleh kondisi low
verbal IQ;
(4) mengalami hambatan sosial dan kecanggungan
psikomotor atau social handicap and psychomotor
clumsiness;
(5) saudara yang lebih tua memiliki historisitas yang
sama.
Teori-teori dasar yang dapat menjelaskan tentang
kejahatan yaitu:
(1) Mental deficiency atau keterbelakangan mental
memandang bahwa criminal umumnya kurang cerdas
atau memiliki IQ rendah, tapi bukan berarti semua
kriminal demikian, ada banyak criminal yang IQ nya di
atas rata-rata.
(2) Personality atau kepribadian juga memengaruhi
individu menjadi criminal. Ada beberapa tipe
kepribadian yang mendukung individu menjadi
kriminal
(3) Psychoanalytical perspective atau perpektif
psikoanalisa yang memandang manusia
secara alami dapat menjadi kriminal.
(4) Moral development atau perkembangan
moral menjelaskan bahwa sangat mungkin
criminal adalah individu yang perkembangan
moralnya tidak penuh.
(5) Behaviourism memandang manusia belajar
melakukan criminal karena adalnya hadiah
atau penghargaan bagi dirinya.
(6) Social learning memandang manusia
melakukan criminal melalui observasi
dan mulai meniru hal yang diobservasi.
(7) Attachment atau kelekatan menjelaskan
bahwa kriminalitas dapat disebabkan
ketiadaan kelekatan social yang pas
untuk dirinya atau istilahnya adalah
lack of proper social attachments.
(8) Frustration - Aggression Hypothesis
menjelaskan bahwa kriminalitas
disebabkan oleh ketidakmampuan
untuk berdamai dengan frustasi atau
yang dialami.
 Teori kausa atau penyebab kejahatan
meliputi teori netralisasi, teori masalah
emosional, teori gangguan mental, teori
kepribadian sosiopatik, dan teori pola
pikir.
Definisi Criminal Profiling

• Criminal Profiling: penelitian (psikologis) untuk


menyimpulkan ciri-ciri deskriptif dari pelaku
kejahatan yang tidak atau belum teridentifikasi
untuk memfasilitasi penangkapan dan cara
berinteraksi dengannya kelak (Van den Eshof,
1989)
• Membuat lukisan mental dari tersangka pelaku
kejahatan yang belum diketahui.
Secara umum profiling kriminal merupakan analisa
dengan oleh tenaga terdidik terhadap tindak
kejahatan dengan menggunakan sumber informasi
tempat kejadian kejahatan.

Memperkecil proses pencarian dengan


menampilkan ciri-ciri kepribadian pelaku karena
kepribadian merupakan bagian yang paling penting
dalam membuat criminal profiling.
Psikologi Criminal Profiling

• Keterlibatan psikologi di lingkungan kepolisian dalam


aktivitas investigasi dengan cara menerapkan
pengetahuan, pengalaman psikologis dalam berbagai
situasi khusus (terjadi kejahatan).
• Seni proses psikodiagnostik dan psikobiografi yang
dikombinasikan dengan bukti-bukti dan probabilitas
kasus yang sama tentang “gambaran” kemungkinan
pelaku.
• Variabel kepribadian dan psikodinamika dari orang-orang
yang dicurigai dan diduga sebagi pelaku disimpulkan dari
fakta yang ada dan ciri-ciri korban.
Urgensi CP oleh Psikolog
• Profil yang dibuat psikolog menyediakan informasi
tentang dinamika psikologis yang menghasilkan
perilaku (kriminal), berdasarkan teori-teori psikologi
(bukan common-sense)
• Membedakan aspek motivasi dan gaya hidup pelaku
kejahatan dengan aspek-aspek perilaku
kejahatannya.
• Menyediakan data hipotesis untuk analisa ilmiah
sebelum sampai pada kesimpulan profil, termasuk
ada atau tidak adanya gangguan mental pada pelaku
yang belum diketahui.
Autopsi Psikologi
• Autopsi medis bertujuan untuk memeriksa kondisi fisik
orang almarhum sedangkan tujuan AP bertujuan untuk
memeriksa kondisi mental almarhum.
• Ada beberapa alasan melakukan AP, namun yang paling
umum adalah untuk membantu dalam menentukan
penyebab kematian.
• Diperkirakan bahwa 20% kasus disajikan secara medis
penyebab kematiannya kurang jelas, AP dapat membantu
mengatasi ambiguitas ini dan mementukan apakah
kamatian akibat dari sebab-sebab alamiah, bunuh diri,
kecelakaan, atau pembunuhan.
Autopsi Psikologi

• AP merupakan salah satu alat (metode) yang sangat


bermanfaat dalam penelitian tentang bunuh diri.
• Metodenya meliputi pengumpulan seluruh informasi yang
tersedia melalui wawancara terstruktur dengan anggota
keluarga, teman, dll.
• Dapat pula informasinya diperoleh dari riwayat
perawatan kesehatan (fisik dan mental), dokumen lain
termasuk pemeriksaan forensik.
• AP menyimpulkan seluruh informasi yang diperoleh
dengan berbagai sumber dan laporan.
Victimology
adalah ilmu tentang peranan korban dalam peradilan yang diawali
oleh Mendelshon dan von Hentig (1948). Ada beberapa teori yang
menjelaskan faktor-faktor penyebab menjadi korban yaitu:
(1) Life style theory atau teori gaya hidupyang menjelaskan bahwa
gaya hidup tertentu yang meningkatkan individu meng eksplorasi
kriminalitas seperti keluar malam, ‘bermain’ dengan perempuan,
kehidupan dikota, dan seterusnya;
(2) proximity heory atau teori berpusat yang menjelaskan unsur
kedekatan artinya korban dan pelaku hidup pada area yang sama
seperti didaerah kemiskinan sehingga kemungkinan menjadi
korban melekat pada lingkungan tertentu bukan pada gaya
hidup;
(3) routine Activities atau aktivitas rutin diungkapkan oleh
Cohen and Felson bahwa menjadi korban bergantung dari
aktivitas rutin yang dilakukan karena kriminal juga
bergantung pada adanya target, tidak adanya pengawal atau
pelindung, dan motif dari pelaku;
(4) opportunity model of victimization artinya kesempatan
menjadi korban dapat terjadi karena gabungan antara ketiga
pendekatan sebelumnya yang menghasilkan lima faktor yaitu
exposure to potential offenders, guardianship efforts to
prevent crime, proximity between victims’ residence &
potential offenders, attractiveness of targets, dan definitions of
crime: difficulty level of crime.
Contoh analisa atas kasus kekerasan
Kekerasan pada anak dan remaja
Kekerasan dalam relasi intim
Pemulihan dan pendampingan korban kekerasan

Contoh analisa atas kasus psikopatologi dan kriminalitas


Psikopatologi dan perilaku kriminal
Perilaku beresiko dan kenakalan (kriminalitas) anak-remaja
Kekerasan seksual

Contoh analisa atas perilaku beresiko dan proses rehabilitasi


narapidana
Anak dalam setting koreksional
Pembebasan bersyarat dan resosialisasi eks-narapidana
Koreksi perilaku korupsi

Anda mungkin juga menyukai