Kelompok 2 :
Herlita pangaribuan 15000117120012
Lilyana Budi Anggraini 15000117120026
Siska Dwi Setyorini 15000117120030
Ira Wati 15000117120057
Abimukti Salam 15010116130087
CRIMINAL PROFILING
Wasiat
Beban kerja
Perlindungan diri
HIPNOSIS DALAM INVESTIGASI KRIMINAL
• Hipnosis membantu polisi untuk membuat tiga
perempat dari total subjek yang diwawancara dapat
memanggil kembali (recall) informasi dengan akurasi
hingga 90%.
• Kebenaran dalam informasi yang diberikan hanya
terbatas pada keterangan yang diberikan oleh mereka
yang diwawancara. Banyak ahli memberikan
keterangan bahwa hipnosis berjalan secara alami dan
pa adanya, sehingga keterangan yang diberikan dapat
diasumsikan secara akurat.
• Hipnosis membantu untuk menimbulkan perasaan
rileks pada korban dan saksi sehingga informasi lebih
mudah untuk dipanggil kembali.
PANDUAN YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM RANAH
HIPNOSIS FORENSIK ANTARA LAIN :
Penggunaan polygraph adalah reaksi fisiologis dalam merespon pertanyaan yang memberatkana adalah
suatu kebohongan.
Selain itu, beberapa kritik terhadap penggunaan polygraph antara lain:
(1) prosedur yang tidak terstandar
(2) penguji sering menyesatkan subjek tentang akurasi tes
(3) terdapat upaya untuk menciptakan kecemasan di awal, sehingga mendorong subjek untuk mengakui
kesalahannya
(4) hal-hal pribadi dalam diri subjek akan dilanggar, seperti sikap politik, agama, atau orientasi seksual.
Berkenaan munculnya potensi ketidakakuratan dalam prosedur polygraph, maka terdapat upaya kontrol
dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan sehingga respon yang didapatkan dapat diketahui secara
persis, bahwa apakah itu kebohongan atau tidak.
Pengujian yang pertama adalah dengan menggunakan Control Question
Technique (CQT). CQT terdiri atas 10 pertanyaan yang relevan dan tidak
relevan (pertanyaan kontrol). Dasar pemikiran di balik CQT adalah bahwa
orang yang tidak bersalah akan menanggapi sebanyak mungkin pertanyaan-
pertanyaan mengenai kejahatan yang diperkarakan atau bereaksi lebih terhadap
pertanyaan kontrol.