1. PENGANTAR
Tes atau pengukuran dalam psikologi merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengukur aspek-aspek psikologi yang merupakan representatif dari
individu. Ada banyak aspek psikologis yang dapat diukur melalui alat tes psikologis ini.
Alat tes psikologi yang digunakan pun tergantung pad aspek apa yang akan diukur dari
seorang individu. Contoh aspek psikologi yang dapat diukur melalui tes psikologi ialah
kecerdasan, kepribadian, bakat, tingkah laku, dan lain sebagainya.
Seperti yang telah disebutkan, salah satu aspek psikologis yang dapat diukur melalui
tes psikologis ialah kecerdasan. Kecerdasan atau intelegensi secara umum merupakan
kemampuan seorang individu dalam berpikir dan menyelesaikan suatu permasalahan.
Menurut Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan
menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya. Inteligensi dapat pula diartikan
sebagai kemampuan untuk berpikir secara abstrak, kemampuan untuk belajar, kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan. Cakupan inteligensi ini adalah yang paling lengkap, karena
menambahkan aspek penyesuaian terhadap lingkungan (Aiken, 1997). Sementara
Amthauer mendefinisikan intelegensi sebagai sebuah bagian khusus dalam keseluruhan
struktur kepribadian manusia. Intelegensi tidak hanya identik dengan proses intelektual,
melainkan erat kaitannya dengan kehidupan dorongan, kemampuan, dan perasaan.
Inteligensi hanya akan dapat dikenali atau dilihat melalui manifestasinya misalnya pada
hasil atau prestasi suatu tes.
Figural- (Figurenauswahl)
WU Latihan balok 137-156 9 menit
spatial
(Wurfelaufgaben)
intelligence ME (Merkaufgaben) Latihan simbol 157-176 3 menit & 6
menit
2. SEJARAH IST
IST merupakan alat ukur intelegensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthauer pada
tahun 1953 dan menjadi populer di Frankfurt, Jerman. Kemudian IST terus berkembang
dan disempurnakan oleh beberapa tokoh Jerman seperti Berliner, Kiepmann, Beauducel,
dan Brocke hingga tahun 2000.
Dari jurnal yang kami peroleh dari Universitas Sumatera Utara, IST yang digunakan
di Indonesia merupakan hasil adaptasi yang dilakukan pada versi IST yang pertama oleh
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran pada tahun 1973 dan digunakan oleh Psikologi
Angkatan Darat.
Berdasarkan asumsi Amthaeur mengenai intelegensi yang telah dijelaskan pada
pengantar, maka beliau menyusun IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut
“komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang
dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang
dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan
yang lainnya.”
IST telah direvisi beberapa kali yaitu pada tahun 1973 (dikenal dengan nama IST-70)
dan pada tahun 1999 (IST 2000). IST paling terbaru adalah IST 2000R pada tahun 2007.
Tes IST 1953
Tes IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu usia 14
sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada
tahun 1953.
Tes IST 1955
Tes IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang usia untuk
subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan
norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis
kelamin dan kelompok usia.
Tes IST 1970
Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang menyarankan pengkoreksian
dengan mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan lebih dari 10 tahun, maka
disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak perubahan, tes ini memiliki
6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1 dan B2,
atau C3 dan D4. Dua bentuk lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi penggunaan
khusus. Pada IST 70, rentang kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun.
Disamping itu telah ditambah tabel kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada
IST 70 terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan
menggunakan kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam subtes ini
dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau tidak
mengerti kalimatnya.
Tes IST 2000
Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada soal
hitungan.
3. RASIONALISASI IST
3.1. Rasionalisasi secara umum
Menurut Amthauer inteligensi hanya akan dapat dilihat melalui manifestasinya,
misalnya pada hasil dari suatu tes. Rasionalisasi atau fungsi dari IST itu sendiri
secara umum ialah mengukur tingkat intelegensi seorang individu. Namun,
pengukuran intelegensi oleh IST bukan merupakan pengukuran kecerdasan secara
umum saja. IST dirancang untuk mengukur kemampuan verbal, numerikal, dan
spasial. Ketiga kemampuan tersebut dinilai dari 9 subtes yang terdapat di dalam alat
ukur ini. Setiap subtes yang ada dalam IST saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan mereka mengukur faktor yang sama
(general factor atau group factor). Tetapi ada juga subtes yang memang tidak
berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor yang bersifat khusus
(special factor).
Alat tes ini disusun berdasarkan pandangan gestalt. Dimana ia memandang
kecerdasan sebagai sebuah gestalt atau secara keseluruhan, yang terdiri dari bagian-
bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur). Hal ini juga menjelaskan
bahwa struktur intelegensi tertentu menggambarkan pola kerja tertentu, sehingga
akan cocok untuk profesi atau pekerjaan tertentu.
Wortauswahl (WA) yaitu melengkapi kata-kata, Analogien (AN) yaitu persamaan kata,
Gemeinsamkeiten (GE) yaitu sifat yang dimiliki bersama, Rechhenaufgaben (RA) yaitu
kemampuan berhitung, Zahlenreihen (SR) yaitu deret angka, Figurenauswahl (FA) yaitu
memilih bentuk, Wurfelaufgaben (WU) yaitu latihan balok, dan Merkaufgaben (ME) yaitu
latihan simbol. Pengerjaan tes IST ini membutuhkan waktu kurang lebih 90 menit dan
dapat dilakukan secara individual maupun klasikal. Pembagian waktu untuk tiap subtes
berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut :
•SE 6 menit
•WA 6 menit
•AN 7 menit
•GE 8 menit
•RA 10 menit
•ZR 10 menit
•FA 7 menit
•WU 9 menit
•ME 3 + 6 menit
Persiapan:
- Menuliskan di pojok kanan atas papan tulis yang tersedia, contoh berikut:
No. pmr. : ___/Psi/SMAN 19/95
Tgl. Pmr. : 15 April 1995
- Menuliskan contoh jawaban di papan tulis sebagai berikut:
1) a b c d e
a b c d e
a b c d e
- Membagikan Lembar Jawaban IST kepada OP.
- Membacakan instruksi atau pedoman pengisian lembar jawaban pada OP dan setiap awal
subtes baru.
Catatan:
Setiap akan mulai memberikan instruksi untuk suatu kelompok soal (subtes),
pemeriksa hendaknya menuliskan atau menggambar contohnya di papan tulis.
Untuk instruksi dalam setiap subtesnya, antara lain dapat digambarkan dengan
contoh sebagai berikut :
Terdapat sebuah kubus dengan tanda yang terlihat pada ketiga sisi nya. Kubus tersebut
dapat diputar, dapat digulingkan, maupun diputar dan digulingkan dalam pikiran saudara.
Carilah 1 (satu) dari 5 (lima) pilihan kubus yang memiliki tanda yang sama dengan kubus
yang terdapat pada soal.
Quebec adalah termasuk dalam jenis Kota, sehingga jawaban yang benar adalah Kota.
Oleh karena itu pilih jawaban E. Kota.
f. Rendah sekali yaitu subyek yang memperoleh weighted score sebesar 80 kebawah.
5.3. Interpretasi
Setelah skoring dilakukan dan diperoleh nilai standardized score, maka tahap
interpretasi dapat dilakukan. Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan
perhitungan untuk semuanya dan interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan
(Amthauer dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009). Interpretasi yang dapat dilakukan
dari tes IST berdasarkan hasil skoring adalah sebagai berikut :
1. Taraf kecerdasan
Taraf kecerdasan diperoleh dari total SW. Nilai ini dapat diterjemahkan menjadi
Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan perkembangan individu
melalui pendidikan dan pekerjaan yang ditempuhnya. Nilai ini perlu dihubungkan
dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan nilai oleh kelompok orang
seusianya.
2. Dimensi Festigung-Flexibilität
Dimensi Festigung-Flexibilität menggambarkan corak atau pola berpikir yang
dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilität merupakan dua kutub yang
ekstrim, keduanya menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub
Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilität
memiliki arti corak berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini merupakan hasil
perkembangan (pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke salah satu kutub
seiring bertambahnya usia. Cara menentukan apakah seorang subjek memiliki
kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah dengan membandingkan nilai
GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nilai GE+RA lebih besar maka subjek memiliki
kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih besar maka subjek
memiliki kecenderungan Flexibilitat.
3. Profil M-W
Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau praktis-
konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat dilihat
dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika grafik
menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya adalah M
(verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah W
(praktis-konkrit).
7. ETIKA TES
1. Kerahasian hasil tes
Hasil tes hanya dapat disampaikan ke orang lain apabila :
a. Ada izin dari yang bersangkutan
b. Ada tanda-tanda yang jelas bahwa hasil tes tersebut menunjukkan gejala yang
membahayakan dirinya atau orang lain.
2. Keamanan tes
Merupakan alat pengukur yang hanya dapat digunakan secara professional. Dengan
demikian maka tes tidak dapat digunakan diluar batas-batas yang ditentukan oleh
profesionalisme pekerjaan guru. Dengan demikian maka sitiap pendidik harus dapat
menjamin kemempuan tes, baik sebelum maupun sesudah digunakan.
3. Interpretasi hasil tes
Hal yang paling mengandung kemungkinan penyalahgunaan tes adalah proses
interpretasi hasil tes secara salah. Karena itu meka interpretasi tes harus diikuti
tanggung jawab professional.
4. Penggunaan tes
Tes hasil belajar harus digunakan secara patut atau sebagaimana mestinya. Bila tes
merupakan tes baku, maka tes tersebut harus dialksanakan menurut ketentuan yang
berlaku bagi pelaksana tes baku tersebut. Psikolog menggunakan tes, menafsirkan hasil
tes dengan cara dan tujuan yang tepat sesuai dengan cara penggunaan alat tes dan tujuan
dari alat tes tersebut.
Selain itu, jika kita mengkaji secara umum saja, kita akan menemukan bahwa sangat
penting untuk mempelajari kecerdasan atau intelegensi sebagai salah satu aspek psikologis
individu. Apalagi alat ukurnya, tentu lebih dari sekedar sangat penting. Salah satu
keterampilan yang harus dimiliki seorang psikolog ialah melakukan diagnosa psikologis.
Bagaimana mungkin suatu diagnosa dilakukan jika kita tidak mengerti ciri apa yang
muncul dan memiliki data atau informasi untuk dianalisis ? lalu bagaimana sebuah
informasi atau data bisa muncul jika ia tidak dicari ? bagaimana data atau informasi
mengenai proses mental atau aspek psikologis bisa muncul jika ia tidak diukur dengan
sesuatu yang bersifat konkrit ? ya, tentu sangat penting untuk memahami IST sebagai salah
satu alat tes yang mengukur tingkat intelegensi seseorang. Karena sebagai seorang
psikolog yang bertugas untuk membantu seseorang mengembangkan potensinya dan
membantu seseorang mengatasi kelemahannya, tentu sangat penting untuk melakukan
pengamatan, pengukuran psikologis, dan diagnosa, supaya kita dapat menentukan langkah
atau tindakan selanjutnya dalam rangka membantu individu mengembangkan dirinya untuk
menjadi lebih baik lagi.
9. KESIMPULAN
IST merupakan salah satu jenis alat tes kecerdasan yang dikembangkan oleh Rudolf
Amthauer 1953 di Frankfurt Jerman. Amthauer sendiri mendefinisikan intelegensi sebagai
sebuah bagian khusus dalam keseluruhan struktur kepribadian manusia. Intelegensi tidak
hanya identik dengan proses intelektual, melainkan erat kaitannya dengan kehidupan
dorongan, kemampuan, dan perasaan. Ia juga mengemukakan bahwa inteligensi hanya
akan dapat dikenali atau dilihat melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi
suatu tes. Alat tes ini kemudian dikembangkan lagi oleh beberapa tokoh diantaranya
Berliner, Kiepmann, Beauducel, dan Brocke.
Alat tes yang disusun berdasarkan prinsip gestalt ini telah mengalami beberapa kali
revisi atau pengembangan dari IST 1953 menjadi IST 1955, kemudian dikembangkan lagi
pada tahun 1973 menjadi IST-70, dikembangkan lagi menjadi IST 2000, dan versi
terbarunya ialah IST 2000-R. Pengembangan atau revisi pada alat tes ini dilakukan baik
pada subtesnya maupun pada rentang usia subjek yang dapat dites oleh alat ini. Alat ini
secara umum berfungsi untuk mengukur tingkat intelegensi dan pola kecerdasan individu
Sama seperti alat tes lainnya, IST juga memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan. Keunggulannya antara lain terletak pada kemudahan dalam administrasinya,
penggunaan prinsip gestalt, dan telah mengalami beberapa kali revisi sehingga
kemampuannya meningkat. Sedangkan kelemahannya ialah memerlukan waktu yang
cukup lama dan kesiapan mental dan fisik yang cukup, kerahasiaannya sulit dikontrol, dan
validitas serta reliabilitasnya yang masih sering dipertanyakan. Selain itu terdapat juga
etika dalam kerahasiaan hasil tes ini, keamanan, interpretasi, dan penggunaan alat serta
hasil dari tes IST.
Memahami alat tes IST sebagai alat untuk mengukur tingkat intelegensi seorang
individu merupakan hal yang penting sebagai mahasiswa psikologi. Bagaimana tidak ? kita
sebagai mahasiswa psikologi yang bergelut dengan proses mental dan perilaku manusia
tentu tidak diragukan lagi harus memahami IST sebagai salah satu alat tes psikologi yang
membantu kita dalam melakukan pengukuran psikologis dan membuat diagnosa
psikologis. Sehingga penting untuk memahami hal ini sebagai dasar dari membuat suatu
diagnosa dan langkah selanjutnya dalam rangka pengembangan atau pun penanganan
seorang individu. Intelegensi sebagai salah satu aspek psikologis saja tentu sangat penting
untuk kita pelajari, apalagi alat ukur intelegensi yang membantu kita mengerti kondisi
psikologis seseorang, membantu kita melakukan diagnosa, dan menentukan tindakan
selanjutnya sebagai seorang psikolog yang memang memiliki tugas untuk itu.