Dosen pengampu:
DISUSUN OLEH:
ABDUL SANI
IRWAN DEFRIYANTO
RAMADHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk
memberikan
masukan-masukan
yang
bersifat
membangun
untuk
BAB I
2
PENDAHULUAN
dan kehidupan setelah di dunia ini yang dalam bahasa al-Syatibi disebutkan
kebaikan dan kesejateraan ummat manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1.1.1. Apa tujuan hukum Islam itu?
1.1.2. Bagaimana aspek aspek hukum Islam itu ?
1.3 Tujuan
1.1.3. Mengetahui tujuan hukum Islam tersebut.
1.1.4. Mengetahui aspek aspek hukum Islam tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Hukum Islam
Kajian tentang maksud (tujuan) ditetapkannya hukum dalam lslam
merupakan kajian yang sangat menarik dalam bidang usul fikih. Dalam
perkembangan berikutnya, kajian ini merupakan kajian utama dalam filsafat
hukum lslam. Sehingga dapat dikatakan baahwa istilah maqashid al-syariah
identik dengan istilah filsafat hukum lslam (the philosophy of lslamic law).
Istilah yang disebut terakhir ini melibatkan pertanyaan-pertanyaan kritis
tentang tujuan ditetapkannya suatu hukum.
Secara lughawi (etimologi), maqashid al-syariah terdiri dari dua kata
yakni maqashid dan al-syariah. maqashid berarti kesengajaan atau tujuan.
Syariah artinya adalah jalan menuju sumber air atau jalan sumber pokok
kehidupan. Menurut istilah (terminology) maqashid al-syariah adalah
kandungan nilai yang menjadi tujuan persyariatan hukum. Jadi sebagaimana
juga yang dikatakan oleh Ahmad al-Rausini dalam Nazhariyat al-maqashid
lnda
al-Syatibi,
maqashid
al-syariah
adalah
maksud
atau
tujuan
maqashid
al-syariah
adalah
pada
kemaslahatan.
Kedua,
maqashid
alhajiyat
(tujuan
sekunder).
Maksudnya
untuk
agar
manusia
dapat
melakukan
yang
terbaik
untuk
Tujuannya :
-
Segi Manusia
dasar
Agama
lslam,
yaitu:
persaksian
bahwa
tiada
Maksudnya
jika
seseorang
tidak
dapat
Artinya:
Dan perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi dan agama
itu hanya untuk allah SWT. Jika mereka berhenti (memesuhimu) maka
tidak ada lagi permusuhan kecuali terhadap orang-orang yang zalim
2.1.2. Memelihara Jiwa (Hifzh al-Nafs)
Agama
lslam
dalam
rangka
mewujudkannya
mensyariatkan
Artinya :
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik
2.1.3. Memelihara Akal (Hifz al-Aql)
Untuk memelihara akal agama lslam mensyariatkan pengharaman
meminum khamar dan segala yang memabukkan dan mengenakan
hukuman terhadap orang yang meminumnya atau mempergunakan
segala
yang
memabukkan.
Memelihara
akal
dilihat
dari
keturunan
dalam
peringkat
dharuriyat
seperti
keturunan
dalam
peringkat
hajiyat
seperti
keturunan
dalam
peringkat
tahsinikat
sepert
Artinya :
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
2.1.5. Memelihara Harta (Hifzh al-Mal)
Untuk menghasilkan dan memperoleh hartakekayaan, agama lslam
mensyariatkan kewajiban berusaha mendapat rezeki, memperolehkan
berbagai muamalah, pertukaran, perdagangan dan kerjasama dalam
usaha. Sedangkan untuk memelihara harta kekayaan itu agama lslam
mensyariatkan pengharaman pencrian, menghukum had terhadap laki
laki maupun wanita yang mencuri,pengharaman penimpuan dan
pengkhianatan sertia merusakkan harta orang lain, pence-gahan orang
yang
bodoh
dan
lalai
serta
menghidarkan
bahaya.
Artinya :
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
2.2 Aspek aspek Tujuan Hukum Islam
Aspek aspek tujuan hukum islam adalah sebagai berikut :
2.2.1. Aspek pemberian dan pembebanan taklief dan mukallaf
Perintah-perintah syara yang dibebankan kepada mukallaf
tidaklah dituntut kecuali yang sanggup kita kerjakan. Kerenanya tidak
dibebankan bagi kita untuk meninggalkan segala yang telah menjadi
tabiaat manusia seperti makan minum, karena yang demikian adalah
hal-hal yang harus terpenuhi untuk melangsungkan kehidupan.
Tujuan hukum syara adalah untuk dilaksanakan oleh hamba.
Ulama ushul menetapkan bahwa syarat pembebanan hukum ialah
kemampuan mukallaf untuk melaksanakannya, karenanya sesuatu yang
12
yang
dilakukan
mukallaf
akan
diminta
pertanggung-
14
::
(
(
Artinya :
Diangkat pembebanan hukum dari tiga (orang); orang tidur sampai
bangun, anak kecil sampai baligh, dan orang gila sampai sembuh.
) )
Artinya :
Beban hukum diangkat dari umatku apabila mereka khilaf, lupa dan
terpaksa.
2.2.2. Aspek disyariatkan hukum Islam
Hukum syariat atau hukum syara adalah kata majemuk yang
tersusun dari kata hukum dan syara. Kata hukum berasal dari
bahasa
Arab,
hukum secara
etimologi
berarti
memutuskan,
Nya melalui rasul-Nya, agar mereka mentaati hukum itu atas dasar
iman, baik berkaitan dengan akidah, amaliah (ibadah dan muamalah)
maupun dengan akhlak, baik terhadap Allah, terhadap sesama muslim,
alam lingkungan serta kehidupan yang lebih luas.
Dengan menelaah kutipan di atas dapat dipahami bahwa esensi
dari syariat Allah yang ditujukan kepada manusia adalah untuk
membina dan memelihara keselamatan dan kesejahteraan hidup di
dunia dengan menjalin hubungan baik pribadi manusia dengan Tuhan,
manusia dengan sesama manusia, manusia dengan makhluk lain serta
alam lingkungannya.
sebagai
berikut:
Menjadikan bertaqlid sebagai isu di luar masalah-masalah fatwa.
Dengan kata lain, bagi muqallid pemula, taqlid kepada seorang
mujtahid tidak boleh didasarkan pada taqlid, harus dengan ijtihad.
1. Melakukan istifta, yaitu mengajukan soal fatwa dengan sarana
apapun kepada marja melalui komunikasi langsung, bertanya
kepada seseorang yang dipastikan jujur dan memahami fatwa marja
17
imam
maksum.
Sebagian
ulama
juga
menganggap
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa tujuan hukum lslam adalah
menciptakan kemaslahatan terhadap kehidupan manusia dengan memelihara
unsur-unsur pokok kemaslahatan manusia berupa agama jiwa akal keturunan
dan harta. Tingkat pemeliharaan terhadap unsur-unsur ini dibedakan dalam
tingkat yang disebut dengan al-dharuriyat, al-hajiyat dan al-tahsiniyat.
Al-Quran dan al-sunnah sebagai sumber ajaran lslam yang lengkap dalam arti
prinsip-prinsip dasar tentang hukum dengan berbagai aspeknya harus
dipahami dengan metode-metode ijtihad dengan memberi penekanan pada
maqashid alsyariah.
Konsep ini merupakan altenatif terbaik untuk pengembangan metodemetode ijtihad. Pemahaman terhadap pertimbangan maqashid al-syariah
sebagai pendekakan filosofis dapat lebih dinamis dalam memahami hukum
lslam seecata konsetekstual dan dapat menangkap ruh ajaran lslam yang
sebenarnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://www.generalfiles.biz/download/gs5a9180e1h17i0/makalah%20tujuan
%20hukum%20islam.doc.html
20