Anda di halaman 1dari 21

SUMBER

AJARAN
ISLAM
MUHAMMAD YASSIR FAHMI
SUMBER AJARAN ISLAM
Sumber ajaran Islam terbagi menjadi
1. Al Quran
2. Sunnnah
3. Ijma
4. ijtihad
PENDAHULUAN
Ketika membahas sumber ajaran maka kata kuncinya
adalah kebenaran dari sumber ajaran sehingga
apapun yang ada dalam sumber ajaran, seperti
informasi, perintah, larangan, petunjuk, janji, dll
merupakan kebenaran
SUMBER AJARAN ISLAM
Sumber ajaran Islam terbagi menjadi :
1. Al Qur’an
2. Sunnah
3. Ijma
4. Ijtihad
Al QUR’AN
A. PENGERTIAN
 Secara etimologi (bahasa) ; bacaan
 Secara terminologis artinya :
Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
terakhir Muhammad Saw. Melalui perantaraan
malaikat Jibril, tertulis dalam mushaf dan sampai
kepada manusia secara mutawatir. Membacanya
bernilai ibadah, diawali dengan surat Al-Fatihah
dan ditutup dengan surat An-Nas.
PROSES TURUNNYA AL QUR’AN
Menurut Dr. Syahrul Anwar (Ahli Hukum Islam UIN Sunan Gunung Jati) ada dua
tahapan turunnya al Qur’an, yaitu :
1. Dari Allah ke Lauhul Mahfuzh
Lauhul Mahfuzh adalah sebagai tempat catatan dari segala hal yang ditentukan dan
diputuskan Allah SWT dari semua kejadian atau berisi informasi yang
menjelaskan seluruh penciptaan dan peristiwa di alam semesta.
2. Dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah
Baitul izzah adalah adalah langit dunia yang kebaradaanya hanya bisa diketahui
dari informasi yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW
3. Dari Baitul Izzah ke pada Nabi Muhammad
Al qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sejak pertama Muhammad
diangkat menjadi Nabi dan Rasul pada saat berusia 40 tahun sampai menjelang
beliau meninggal dunia pada saat berusia 63 tahun berdasarkan kejadian yang
dialami.
HIKMAH DITURUNKANNYA
AL QUR’AN SECARA
BERTAHAP
1. Untuk menguatkan hati Rasulullah
2. Untuk menantang orang-orang kafir yang
mengingkari Al-Qur'an
3. Supaya mudah dihafal dan dipahami
4. Mengiringi kejadian di masyarakat secara
bertahap dalam menetapkan suatu hukum dan
solusi
BUKTI KEBENARAN AL QURAN
1. Menggunakan Bahasa Arab
2. Tidak terdapat kotrakdiksi antar ayat maupun
surah
3. Dari segi bahasa mempunyai keindahan yang
luar biasa ditinjau dari segi nada, lenggam,
susunan kata-kata, keluasan maknanya
4. Informasi di dalam al Qur’an rasional dan dapat
dibuktikan secara ilmiah
FUNGSI AL QUR’AN BAGI MANUSIA
1. Al-Huda (Petunjuk)
Dalam Al-Quran ada tiga posisi Al-Quran yang fungsinya sebagai petunjuk. Al-Quran menjadi
petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, dan petunjuk
bagi orang-orang yang beriman
2. Al-Furqon (Pemisah, Pembeda)
Fungsi Al-Quran sebagai pemisah adalah Al-Quran dapat memisahkan antara yang hak dan
yang batil, atau antara yang benar dan yang salah. Di dalam Al-Quran dijelaskan beberapa hal
mengenai yang boleh dilakukan atau yang baik, dan yang tidak boleh dilakukan atau yang
buruk
3. Al-Asyifa (Obat)
Al-Quran bisa menjadi obat penyakit mental di mana membaca Al-Quran dan
mengamalkannya daoat terhindar dari berbagai hati atau mental. Meskipun Al-Quran hanya
sebatas tulisan saja, namun membacanya dapat memberikan pencerahan bagi stiap orang yang
beriman
4. Al-Mau'izah (Nasihat)
Di dalam Al-Quran terdapat banyak pengajaran, nasihat-nasihat, peringatan tentang kehidupan
bagi orang-orang yang bertakwa, yang berjalan di jalan Allah. Nasihat yang terdapat di dalam
Al-Quran biasanya berkaitan dengan sebuah peristiwa atau kejadian, yang bisa dijadikan
pelajaran bagi orang-orang di masa sekarang atau masa setelahnya
SUNNAH
A. Pengertian
a. Secara Etimologi (bahasa)
Berarti ; “kebiasaan”
b. Secara Termilogi (istilah)
Sunnah artinya semua prilaku, ucapan dan taqrir Nabi
Muhammad SAW
Berdasarkan definisi ini maka Sunnah terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Sunnah Qauliah
2. Sunnah Fi’liah
3. Sunnah Taqririah
ARGUMENTASI KEBENARAN
SUNNAH
1. AL Qur’an surah an Najm ayat 3-4
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)”
2. Kema’suman Nabi
Dalam Ensiklopedi Aqidah Islam disebutkan bahwa ‘ismah dalam konteks
teologi berarti perlindungan
Tuhan terhadap para nabi-Nya sehingga mereka bersifat ma’sûm, yaitu
terhindar dan
terlindung dari perbuatan dosa. Ada beberapa ayat dalam al Qur’an yang
menjelaskan teguran Tuhan kepada Nabi Muhammad ketika melakukan
kesalahan. Di antaranya surah Abasa ayat 1-12, surah at Tahrim ayat 1-5 dan
surah al Ahzab ayat 37
KEDUDUKAN DAN FUNGSI
SUNNAH
As Sunnah adalah sumber ajaran Islam yang kedua setelah al Qur’an.
Fungsi as Sunnah
1. Memberikan penjelasan bagi al Qur’an. Misalnya perintah shalat dalam al Quran
tidak dijelaskan tentang tata cara dan jumlah raka’at. Sehingga kita mengetahui
tata cara shalat dan jumlah raka’at melalui Sunnah
2. Menetapkan hukum yang belum diatur dalam al Quran. Misalnya larangan
memakai emas bagi laki-laki
3. Memberikan penegasan kembali dari apa yang sudah dijelaskan dalam al Qur’an.
Misalnya Allah berfirma “ dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat” . Lalu
Sunnah qauliyah menegaskan kembali, yaitu sabda Nabi SAW “ Islam dibangun
di atas lima pondasi, yaitu kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad sebagai UtusanNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
berpuasa pada bulan ramadhan dan menunaikan haji bagi yang mampu
melakukannya.
IJMA
A. PENGERTIAN
Ijma’ didefinisikan oleh para ulama dengan beragam ibarat.
Namun, secara ringkasnya dapatlah dikatakan sebagai berikut:
”Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah
zaman Rasulullah atas sebuah perkara dalam agama.”
 Ijma’ yang dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di
zaman sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut tabiin
(setelah tabiin).
 Karena setelah zaman mereka para ulama telah berpencar dan
jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak, sehingga
tak dapat dipastikan bahwa semua ulama telah bersepakat.
SYARAT-SYARAT IJMA’
Berdasarkan definisi di atas dapatlah disebutkan syarat-syarat
sebuah ijma’ itu bisa disahkan dan berlaku:
1. Terjadinya kesepakatan
2. Kesepakatan seluruh ulama islam
3. Waktu kesepakatan setelah zaman Rasulullah, meskipun
hanya sebentar saja kesepakatan terjadi
4. Yang disepakati adalah perkara agama
Bila seluruh perkara di atas terpenuhi maka ia menjadi ijma’
yang tak boleh diselisihi setelahnya, dan menjadi landasan
hukum dalam Islam.
KEABSAHAN IJMA’
A. Dalil Alquran

1. Allah Ta’ala berfirman:

‫دا‬G‫كون الرسول عليكم شهي‬G‫وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس وي‬

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia, dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas kalian” (QS. Al-Baqoroh: 143)

Saksi di atas bersifat umum mencakup kesaksian akan apa yang diperbuat manusia, dan kesaksian akan hukum perbuatan mereka. Di
akhirat kelak umat islam bersaksi bahwa manusia telah melakukan perbuatan begini dan begitu, dan juga bersaksi bahwa perbuatan
tersebut salah ataupun benar. Sedangkan saksi ucapannya mesti diterima.

2. Allah Ta’ala juga berfirman:

‫نصله جهنم وساءت مسيرا‬G‫شاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى و‬G‫ومن ي‬

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang
mukmin, Kami biarkan ia leluasa pada kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa: 115)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kesesatan ada di luar ajaran Rasul dan jalan orang-orang beriman. Maka jika ajaran Rasul (wahyu)
atau kesepakatan kaum mukmin diikuti mestilah akan terhindar dari kesesatan.
KEABSAHAN IJMA’
3. Allah Ta’ala juga berfirman:

‫عتم في شيء فردوه إلى هللا ورسوله إن كنتم تؤمنون باهلل واليوم اآلخر ذلك خير وأحسن تأويال‬G‫فإن تناز‬

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang suatu perkara, maka


kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59)

Ayat di atas memerintahkan agar mengembalikan segala yang diperselisihkan


kepada Alquran dan Assunnah. Jika tidak ada perselisihan maka tentu tak ada
kelaziman untuk harus mencari-cari dalil teksnya.
KEABSAHAN IJMA’
B. Dalil Sunnah

1. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫ال تجتمع أمتي على ضاللة‬

“Umatku tidak akan bersepakat di atas kesesatan.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud, derajatnya hasan menurut Syeikh
Albani)

2. Dan juga sabdanya:

‫ فإن يد هللا مع الجماعة‬،‫ فاقتلوه كائنا من كان‬،‫ وأمرهم جميع‬،‫فمن رأيتموه فارق الجماعة أو يريد أن يفرق بين أمة محمد صلى هللا عليه وسلم‬

“Siapa saja yang kalian pandang meninggalkan jama’ah atau ingin memecah belah umat Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, sedangkan dalam perkara tersebut mereka sepakat, maka bunuhlah ia siapapun gerangannya, karena
sesungguhnya tangan Allah bersama jama’ah” (HR. Ibnu Hibban dan lainnya, derajatnya sahih menurut Syeikh Albani)
Dalil di atas meskipun berbicara mengenai pemberontak pemerintahan yang sah, namun ia menjadi bukti betapa
kuatnya pengaruh ijma’ dalam islam.
KEABSAHAN IJMA’
D.Dalil Logika
Secara logika dapatlah dikatakan bahwa ijma’
umat islam bisa saja salah dan bisa saja benar. Jika
benar maka tak pelak ia merupakan dalil. Namun
jika salah, maka bagaimana mungkin mereka
semua salah sedang mereka adalah sebaik-baik
umat manusia? Artinya jika umat islam telah
sepakat, maka kebenaran pasti terdapat padanya
MENGAPA HARUS MEMAKAI
IJMA’?
Terkadang dalam sebuah permasalahan yang
sudah terdapat dalil padanya masih terdapat
perselisihan, bisa karena perbedaan
pemahaman terhadap dalil tersebut atau
karena faktor lainnya, maka ijma’ berfungsi
untuk menutup perselisihan tersebut dan
memastikan satunya pemahaman.
MACAM-MACAM IJMA’
A. BERDASARKAN PERKARA/OBJEK YANG DISEPAKATI
1. Ijma’ qath’i, yaitu yang berupa perkara maklum dan
jamak diketahui oleh seluruh kalangan dari umat islam,
tidak ada yang tak mengetahuinya dalam kondisi wajar,
dan tidak ada uzur untuk tidak mengetahuinya. Seperti
ijma’ tentang wajibnya salat lima waktu dan haramnya
minuman keras.
2. Ijma’ dzanni, yaitu ijma’ yang tidaklah diketahui kecuali
oleh para ulama. Karena diperlukan pencarian dan
pembedahan terhadap teks-teks kitab klasik dan ucapan-
ucapan ulama terdahulu.
MACAM-MACAM IJMA’
B. Berdasakan Metode

1. Ijma’ bayani / sharih, yaitu ijma’ yang terjadi baik dengan perkataan maupun perbuatan. Semisal
dengan perbuatan para salaf dalam berbisnis model mudharabah, sehingga dapatlah dikatakan
bahwa mudharabah tersebut boleh menurut ijma’, begitu juga jika ada seorang ulama yang
berbicara suatu hukum lalu para ulama lainnya berpendapat sama. Inilah dia asalnya ijma’, dan
ketika disebut kata ijma’ secara mutlak maka yang terbetik dalam benak adalah ijma’ sharih.
2. Ijma’ sukuti, berlawanan dengan yang pertama, bilamana terdapat perkataan ataupun perbuatan
ulama, sedang ulama lainnya diam tanpa mengomentari, maka apakah itu ijma’? Berdasarkan cara
pandang bahwa ulama lainnya tidak mengingkari, maka bisa dikatakan ijma’. Namun, berdasarkan
pandangan bahwa diam bukan berarti setuju, bisa jadi karena faktor-faktor tertentu seperti segan
atau memaklumi ijtihad orang lain misalnya, maka tak dapat disebut ijma’.

Dalam masalah ini bisa kita golongkan sebagai ijma’, berdasarkan pendapat yang kita pilih, dengan
syarat perkara tersebut masyhur dan diketahui oleh seluruh ulama mujtahid pada zaman itu. Namun,
ijma’ ini lemah derajatnya, terlebih bilamana terdapat indikasi yang menunjukkan sebaliknya, maka saat
itu tidak dapat dianggap. Selain itu sangatlah sulit mengklaim ijma’ macam ini karena syarat masyhur
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai