Anda di halaman 1dari 14

TUGAS UPA

“Kewajiban Muslim Terhadap Al-Qur’an”

Oleh:

Suryani Khalzum, S.P.

YAYASAN AL BAYAAN KONAWE

2023
“Kewajiban Muslim Terhadap Al-Qur’an”

Merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk selalu berinteraksi aktif
dengan Al-Qur`an, menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak.
Membaca Al-Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, kemudian
diteruskan dengan tadabbur, yaitu dengan merenungkan dan memahami maknanya sesuai
petunjuk salafus shalih, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian
dilanjutkan dengan mengajarkannya.

1. Mencintai Al-Qur’an
Sebagai umat Islam, kita sudah seharusnya mencintai al-Qur’an. Mencintainya
secara tepat dan benar. Mencintainya sesuai ketentuan syariat. Perintah mencintai Al-
qur'an dan hadits banyak ditemui dan dijumpai dalam Al-qur'an maupun hadits,
diantaranya adalah sebagai berikut:
 Surah Ali-imran ayat 31:

‫قُِإْل ْن ُك ْنتُ ْمتُ ِحبُّونَاللَّهَفَاتَّبِعُونِييُحْ بِ ْب ُك ُماللَّهُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ۗ ْم َواللَّهُ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
Artinya:
"Katakanlah (Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, "Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang".

Ayat tersebut menyebutkan bahwa orang yang mencintai Allah, haruslah mengikuti
Nabi Muhammad saw., Sedangkan orang yang mencintai Allah, berarti dia mencintai Al-
qur'an sebagai kalam-Nya. Dia pun harus mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw., berarti
menerima dan mencintai hadits sebagai ajaran-ajaran beliau.

Rasulullah swa., pernah berpesan kepada ummatnya agar senantiasa berpegang teguh pada
keduanya yakni Al-qur'an dan Hadits, karena dengan berpegang teguh kepada keduanya
maka mereka tidak akan sesat, baik didunia terlebih lagi kelak diakhirat.
Rasulullah saw., bersabda yang artinya:

“Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama kamu
berpegang kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Qur'an) dan sunah Nabi-Nya (hadits)”.
(H.R.Malik).
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw., yang diriwayatkan oleh Iman Al-Bukhari
Nabi Muhammad saw., menyatakan bahwa untuk mencapai kenikmatan iman ada beberapa
syarat dan syarat yang utama adalah mencintai Allah dan Rasulnya.
Artinya: "Ada tiga hal yang barang siapa mencapainya, dia akan merasakan nikmatnya
iman: Allah dan Rasulnya lebih dicintai melebihi segala-galanya, mencintai orang lain
hanya karena Allah, dan membenci kekafiran sebagaimana dia kebenciannya dimasukkan
kedalam api neraka.” (H.R,Al-Bukhari dariAnas bin Malik).
Imam al-Syatibi mengatakan yang artinya:
“Al-Qur’an adalah sebaik-baik teman bercengkrama, ceritanya tidak membosankan,
membaca dan mendengarkannya tidak menjenuhkan, bahkan tambah menarik jika diulang-
ulang”. (Al-Syathibi, Hirz al-Amani wa Wajh al-Tahani fi al-Qira’at al-Sab’i: 2).

Seorang yang mencintai Al-Qur’an akan tampak darinya beberapa perkara:

1. Hatinya senang bila berjumpa (membaca) Al-Qur’an.


2. Duduk bercengkrama dengan Al-Qur’an dalam waktu yang lama tanpa rasa bosan.
3. Rindu menggelora dalam hatinya bila ia jauh meninggalkan Al-Qur’an (lama tidak
membaca Al-Qur’an), dia akan berusaha untuk bersama Al-Qur’an.
4. Mengikuti arahan dan petunjuk Al-Qur’an serta merujuk kepada Al-Qur’an saat dia
memiliki problem dalam hidupnya, baik yang berskala kecil maupun yang besar.
5. Mengikuti perintah Al-Qur’an dan menjauhi larangannya (Khalid al-Lahim,
Mafatih Tadabbur Al-Qur’an wa al-Najah fi al-Hayat, 27-28).

Jika tanda-tanda di atas tampak dalam diri seorang, maka rasa cinta terhadap Al-
Qur’an masih ada dalam hatinya. Tapi jika tanda-tanda tersebut tidak ada dalam diri
seorang, maka rasa cintanya terhadap Al-Qura’an telah sirna. Oleh karena itu, seorang
ulama berkata: “Janganlah seorang ditanya tentang dirinya kecuali Al-Qur’an, jika ia
mencintai Al-Qur’an maka sesungguhnya ia mencintai Allah dan Rasul-Nya”.
2. Membaca Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber utama bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan
sehari-harinya. Maka dari itu, untuk dapat menjalankan kehidupan sehari-hari yang sesuai
dengan tuntunan Al-Qur’an, seorang muslim harus mampu memahami isi kandunganAl-
Qur’an, dan cara memahami isi kandungan Al-Qur’an maka harus mampu membaca Al-
Qur’an terlebih dahulu.
Membaca dan memahami Al-Qur’an adalah suatu keharusan bagi umat Islam,
karena Al-Qur’an merupakan sumber utama bagi umat islam dalam menjalankan
kehidupan sehari-harinya, tetapi berbicara mengenai kemampuan membaca dan memahami
Al-Qur’an yang akan kita peroleh adalah hasil yang bervariasi. Terkadang orang mampu
membaca dengan baik akan pandai memahami isi kandungannya, ada juga orang yang
begitu bagus dalam membaca Al-Qur’an tetapi tidak pandai memahami isi kandungan Al-
Qur’an, ada juga orang yang kurang begitu bagus dalam membaca Al-Qur’an tetapi ia
mampu memahami isi kandungan Al-Qur’an dan yang terakhir adalah orang yang
seimbang, dalam artian ia mampu membaca dan memahami Al-Qur’an dengan baik dan
benar.
Sehubungan dengan ini, dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa Rasulullah Saw
telah bersabda tentang keutamaan membaca Al-Qur’an sebagai berikut:
 Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam QS Fathiir 35: 29-30:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt dan
mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi. Agar Allah swt menyempurnakan kepada mereka pahala mereka
dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah swt Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Fathiir 35:29-30)
 Diriwayatkan daripada Aisyah ra, katanya: Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya,
kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia
lagi baik. Sedangkan orang yang membaca AlQur’an, tetapi dia tidak mahir, membacanya
tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua
pahala.” (Riwayat Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al-Hujjaj bin Muslim Al Qusyaiy
An-Nisabury dalam dua kitab Shahih mereka. (Riwayat Bukhari & Muslim)
 Diriwayatkan daripada Abu Musa Al-Asy’aru ra, katanya: Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti
buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang
tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan
manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah
yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak
membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.”
(Riwayat Bukhari & Muslim)

Nabi saw. Bersabda: “Ibadah yang paling utama bagi umatku yaitu membaca Al-
Qur’an.” (HR. Abu Naim). Bagi umat iIslam mempelajari Al-Qur’an hukumnya wajib
karena berisi ajaran-ajaran islam tentang perintah dan larangan supaya manusia selamat di
dunia dan akhirat. Dari apa yang telah diuraikan perlu disadari umat islam bahwa
mempelajari Al-Qur’an itu sangat penting dan dengan membacanya akan mendapat pahala.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang artinya: “Barangsiapa yang membaca satu huruf
dari firman Allah, maka baginya satu pahala yang digandakan menjadi sepuluh pahala,
sehingga mengucapkan Alif, Lam, Mim itu terhitung tiga huruf.” (HR. Turmudzi, dari Ibnu
Abbas)
Adapun di antara keutamaan membaca al-Qur`an dari sunnah Rasulullah SAW
adalah:
1) Menjadi manusia yang terbaik
Dari Utsman bin 'Affan ra, dari Nabi saw, beliau bersabda yang artinya:
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan
mengajarkannya." HR. Al-Bukhari.
2) Kenikmatan yang tiada bandingnya
Dari Abdullah bin Umar RA, dari Nabi, beliau bersabda yang artinya:
“Tidak boleh ghibthah (menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain) kecuali
dalam dua hal: (pertama) orang yang diberikan Allah SWT keahlian tentang al-
Qur`an, maka dia melaksanakannya (membaca dan mengamalkannya) malam dan
siang hari. Dan seorang yang diberi oleh Allah SWT kekayaan harta, maka ia
infakkan sepanjang hari dan malam.” Muttafaqun alaih.
3) Al-Qur`an memberi syafaat di hari kiamat
Dari Abu Umamah al-Bahili RA, ia berkata, 'Saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda yang artinya:
“Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi
syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membacanya, mempelajari dan
mengamalkannya)." HR. Muslim.
4) Pahala berlipat ganda
Dari Ibnu Mas'ud rad, ia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari al-Qur`an maka untuknya satu
kebaikan, dan satu kebaikan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak
mengatakan 'alif laam miim' satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf, laam satu
huruf dan miim satu huruf." HR. At-Tirmidzi.
5) Dikumpulkan bersama para malaikat
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Nabi Muhammad SAW bersabda
yang artinya:
"Orang yang membaca al-Qur'an dan ia mahir dalam membacanya maka ia
dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang
yang membaca al-Qur`an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat dalam
membacanya, maka ia mendapat dua pahala." Muttafaqun 'alaih.

Sebagian ulama menyebutkan beberapa hikmah keistimewaan membaca Al-Qur`an


yang pahalanya bisa diperoleh kendati tidak memahamainya, di antaranya adalah:

1) Sebagai faktor penting untuk menjaga keutuhan dan keaslian Al-Qur`an dari
perubahan dan campur tangan manusia, seperti yang menimpa kitab-kitab
sebelumnya.
2) Membentuk persatuan kaum muslimin secara bahasa, memperkuat persatuan agama,
dan memudahkan sarana komunikasi di antara mereka serta memperkokoh barisan
mereka.
3) Sebagai langkah pertama bagi pembaca Al-Qur`an untuk tadabbur, memahami dan
mengamalkan Al-Qur`an.

Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan membaca Al-Qur’an dan mengamalkan
isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal membaca Al-Qur’an tentunya
itu bukan hal yang biasa, karena salah satu cara agar seseorang bisa membaca Al-Qur’an
dengan baik adalah dengan mengetahui dan menguasai ilmu tajwid dan ghorib sebagai
bagian dari ulumul Qur’an yang perlu dipelajari. Kenyataan di lapangan, ternyata masih
banyak umat islam yang masih belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar,
terkadang kita menemukan orang islam yang bisa membaca AlQur’an tetapi masih jauh
dari kriteria baik, dan tidak jarang juga kita menemui orang islam yang tidak bisa membaca
Al-Qur’an sama sekali walaupun dia memeluk agama islam sejak lahir. Cara baca Al-
Qur’an yang baik dan benar menjadi persoalan yang wajib bagi setiap umat islam, karena
kesalahan dalam membaca Al-Qur’an dapat merubah makna Al-Qur’an, dalam arti
memperbaiki tata cara membaca AlQur’an dapat menyelamatkan pembaca dari perbuatan
yang diharamkan, namun jika hal itu diabaikan, maka menjerumuskan pembaca pada
perbuatan yang haram dan dimakruhkan.
3. Mentadaburi Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah pedoman hidup seorang Muslim di dunia ini, terutama di akhirat.
Jadi setiap orang percaya bahwa Qur’an memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk
kitab suci ini. Tugas dan tanggung jawab meliputi belajar dan mengajarkan Al-Qur’an
tersebut. Belajar dan mengajarkan Al-Qur’an merupakan tugas suci yang cemerlang.
Mempelajari Al-Qur’an adalah kewajiban utama setiap muslim dan harus dimulai sejak
usia sangat muda, sebaiknya pada usia 5 atau 6 tahun, karena pada usia 7 tahun anak
diwajibkan untuk sholat (Alfianto, 2017).
Istilah tadabbur berasal dari bahasa Arab. Secara etimologis tadabbur berasal dari
kata dabara (‫ )دبر‬artinya “belakang”, “penghujung bagi sesuatu” sebagaimana yang
disampaikan Ibnu Faris dalam Maqayis al-Lughah. Pengertian yang sama diungkapkan
juga oleh Ibnu Manzhur dalam Lisan al-Arab. Adapun tadabbur berarti memikirkan,
merenungkan, dan memperhatikan sesuatu di balik, di belakang, atau memperhatikan
kesudahan perkara serta memikirkannya. Dapat diartikan bahwa tadabbur itu
memperhatikan dan memikirkan pangkal dan ujungnya, kemudian mengulanginya berkali-
kali. Dalam kamus al-Munawwir dijelaskan bahwa tadabbur adalah memikirkan dan
mempertimbangkan akibatnya (baik dan buruknya).
Perintah tadabbur ditujukan kepada semua makhluk baik dari kalangan manusia
dan jin, muslim dan kafir, perintah tersebut bersifat umum bagi orang yang menginginkan
petunjuk dari Allah. Selama seseorang tersebut memiliki kemampuan untuk belajar
memahami dan menemukan makna yang terkandung di dalam kitab dan sunnah maka ia
wajib untuk belajar kemudian melakukan isi yang ada didalamnya.
Pentingnya mentadabburi Al-Qur’an yaitu:
a) Mengikuti Perintah Allah
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, selain untuk dibaca dan dipahami juga harus
ditadabburi maknanya. Dalam Al-Qur’an difirmankan yang artinya:
“(Al-Qur’an ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad)
yang penuh berkah supaya mereka menghayati ayat-ayatnya dan orang-orang yang
berakal sehat mendapat pelajaran.” (QS. Shad (38): 29)
b) Menghadirkan keberkahan
Al-Qur’an sebagai kitab suci ikut bersamanya keberkahan dari Allah ketika ia
diturunkan. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Shad (39) ayat ke 29 di atas.
Allah memerintahkan untuk mentadabburi ayat-ayatnya yang penuh berkah. Dan tentunya
tadabbur Al-Qur’an yang penuh berkah, akan menghadirkan keberkahan dalam kehidupan
bagi orang-orang yang mentadabburinya.
c) Mencukupkan kebutuhan hati
Jika jasmani manusia membutuhkan nutrisi agar tetap sehat dan dapat beraktivitas
dengan baik, otak manusia membutuhkan ilmu agar dapat berpikir, maka hati
membutuhkan asupan ‘nutrisi’ hati berupa ketenangan dan ketentraman batin, terhindar
dari kegelisahan dan rasa khawatir. Dan ketenangan batin itu dapat terpenuhi dengan
berdzikir kepada Allah. Tadabbur Al-Qur’an adalah bentuk dzikir yang sangat dianjurkan.
Dengan tadabbur, hati akan semakin tenang dan semakin khusyuk. Allah berfirman dalam
surat Al-Hadid (57) ayat 16 yang artinya:
“Apakah belum tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman agar hati mereka
khusyuk mengingat Allah dan apa yang turun dari kebenaran (Al-Qur’an). Janganlah
mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian
mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Banyak di antara
mereka adalah orang-orang fasik”.
d) Mendapatkan pujian dari Allah
Allah memuji orang-orang yang mentadabburi Al-Qur’an di banyak ayat. Salah satu
pujian Allah kepada orang yang mendengarkan Al-Qur’an ketika dibacakan semakin
bertambah iman dan ketawakalan mereka, semakin giat dalam menegakkan shalat dan
menginfakkan harta yang telah direzekikan, dan merekalah kata Allah orang-orang yang
beriman dengan sebenarnya dan memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah, ampunan, dan
rezeki yang baik.
Mahmud Al-Dausari menyampaikan tadabbur itu akan melahirkan keinginan untuk
melakukan kebaikan, kerinduan kepada Allah, rasa takut akan hukuman-Nya, dan adanya
upaya meninggalkan maksiat. Dan semua itu adalah hal-hal yang menambahkan keimanan.
e) Celaan bagi yang meninggalkan tadabbur
Selain pujian bagi orang yang mentadabburi Al-Qur’an, sebaliknya Allah juga
mencela orang yang meninggalkan tadabbur Al-Qur’an. Di beberapa ayat difirmankan
ungkapan celaan tersebut. Di antaranya:
1) Dalam Surat An-Nisa (4) ayat 82: “Tidakkah mereka menadaburi Al-Qur’an?
Seandainya (Al-Qur’an) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka
menemukan banyak pertentangan di dalamnya”.
2) Dalam Surat Al-Mu’minun (23) ayat 68: “Tidakkah mereka merenungkan firman
(Allah) atau adakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang
kepada nenek moyang mereka terdahulu?”
3) Dalam Surat An-Nisa (4) ayat 82: “Tidakkah mereka menadaburi Al-Qur’an?
Seandainya (Al-Qur’an) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka
menemukan banyak pertentangan di dalamnya”.
Ayat-ayat di atas adalah bentuk dari celaan Allah bagi mereka yang enggan untuk
mentadabburi Al-Qur’an. Celaan-celaan tersebut di atas hendaklah direspons dengan
kesiapan setiap muslim untuk mentadabburi Al-Qur’an.
f) Menguatkan Keimanan
Orang beriman yang mentadabburi Al-Qur’an akan membuat keimanan mereka
semakin kuat. Bahkan, kulit dan hati mereka dapat bergetar (merinding). Hal ini
sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Surat Az-Zumar (39) ayat 23 yang artinya:
“Allah telah menurunkan perkataan yang terbaik, (yaitu) Kitab (Al-Qur’an) yang
serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. Oleh karena itu, kulit orang yang takut kepada
Tuhannya gemetar. Kemudian, kulit dan hati mereka menjadi lunak ketika mengingat
Allah. Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
Dia kehendaki. Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah tidak ada yang dapat memberi
petunjuk”.

Membaca Al-Qur’an bukanlah sepertimana buku-buku lain dibaca. Apalagi dalam


tingkat mentadabburi bacaan. Tentunya perlu menerapkan adab-adab membaca. Adab yang
dimaksud di sini adalah kesopanan atau etika dalam mentadabburi Al-Qur’an. Abad
Asyafah dalam Konsep Tadabbur menjelaskan ada dua klasifikasi adab tadabbur.
A. Adab Lahir
Yang termasuk adab lahir yaitu;
1) Menjaga kesucian, baik pakaiannya, tempatnya, maupun dirinya dari hadats dan
najis.
2) Berdoa, agar senantiasa dimudahkan dalam urusannya terkhusus doa untuk
diberikan taufik dan hidayah agar dapat menerima hikmah dan petunjuk Al-Qur’an.
3) Ber-isti’adzah adalah memohon perlindungan kepada Allah dari setan dan segala
tipu dayanya.
4) Membaca dengan tartil, perlahan dan tidak tergesa-gesa.
5) Memperhatikan tajwid, memberikan hak-hak bacaan dengan baik dan benar.
6) Membaca dengan nyaring, minimal terdengar oleh si pembaca itu sendiri.
7) Membaca dengan merdu. Ini salah satu sunnah dalam membaca Al-Qur’an. Suara
yang bagus akan menambah kebaikan, membuat hati orang yang mendengar
semakin bergetar dan semakin cinta.
8) Menyimak dengan baik (konsentrasi), agar tidak ada kesan meremehkan bacaan Al-
Qur’an.
9) Memenuhi hak ayat Al-Qur’an.
10) Menangis, selain aktivitas hati menangis juga merupakan aktivitas fisik. Rasulullah
memerintahkan: "Bacalah al-Quran dan menangislah. Jika engkau tidak dapat
menangis, maka usahakanlah dirimu untuk menangis.” (H.R. Ibnu Majah).
11) Memuliakan mushaf.
B. Adab Batin.
Yang termasuk adab batin, yaitu;
1) Mengagungkan Allah dengan sifat-sifat kemulian yang melekati-Nya dan sebagai
pemilik kalam.
2) Memuliakan Al- Qur’an,
3) Menghadirkan hati,
4) Khusyu,
5) Menjauhkan penghambat pemahaman,
6) Melakukan takhsish,
7) Berusaha merasakan pengaruh Al-Qur’an,
8) At-Taraqi; meningkatkan kualitas tadabbur,
9) Menjadikan AL-Qur’an sebagai media berkomunikasi dengan Allah.

4. Mengamalkan Al-Qur’an
Sesungguhnya tujuan terbesar dari diturunkannya Al-Qur‟an yang agung ini adalah
untuk diamalkan isi kandungannya, dipatuhi perintahnya dan dijauhi larangannya,
dijalankan petunjuknya serta menahan diri pada batasan-batasan yang ditetapkannya. Lalu
hukum-hukumnya diterapkan dalam kehidupan individu, masyarakat, maupun negara.
Seorang pengemban Al-Qur‟an tidaklah mendapatkan balasan yang sempurna
sebagaimana yang telah dijanjikan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, melainkan setelah dia
mengamalkan ajarannya dalam kehidupan, mengikuti petunjuknya yang penuh berkah, dan
membacanya di sepanjang malam dan siang hari.
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman dalam Q.S; Al Baqarah : 121 yang artinya:
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya
dengan bacaan yang sebenarnya.”
Yakni mengikuti petunjuknya dengan sebenar-benarnya dan mengamalkan isinya
dengan sesempurna mungkin.
Al-Qur’an yang agung itu tidak akan tersingkap rahasianya dan tidak pula
mendatangkan manfaat kecuali bagi orang yang mengamalkannya dan berusaha untuk
melaksanakan petunjuknya di alam nyata. Bukan untuk orang yang membacanya sekedar
untuk tabarruk (mencari berkah)! Atau orang yang mempelajarinya dari sisi seni dan
ilmiahnya saja! Atau sekadar mengkaji keindahan sastranya semata!
Sesungguhnya balasan terbesar yang menanti orang yang mengamalkan Al-Qur‟an
Al-Karim adalah surga. Dan surga itu ada beberapa tingkatan sebagaimana firman Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang


dikerjakannya.” (Q.S. Al-An‟aam : 132).
Maksudnya adalah bahwa setiap yang melakukan ketaatan atau bermaksiat, ada
tempat dan derajatnya masing-masing sesuai dengan amalannya, yang akan Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala berikan balasannya. Jika amalannya baik, maka balasannya menjadi
baik baginya, dan jika amalannya buruk, maka akan buruk pula balasannya.
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala menjanjikan bagi orang yang mengamalkan Al-Qur‟an
Al-Karim dengan jaminan kehidupan yang baik, sebagaimana firmanNya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl : 97).
Keutamaan orang yang mengamalkan Al-Qur‟an itu sangat banyak dan beragam,
sebagiannya akan diperoleh di dunia dan sebagiannya lagi diperoleh di akhirat. Di antara
keutamaan orang yang mengamalkan Al-Qur‟an adalah:
1) Mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman dalam Q.S. Az-Zumar : 17-18 yang artinya:

‘Sampaikanlah berita itu kepada hamba-hambaKu yang mendengarkan perkataan lalu


mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi
Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.”

Dan inilah perintah Allah Subhanahu Wa Ta‟ala kepada Nabi-Nya yang mulia
Muhammad Shallalahu Alahi Wa Sallam untuk memuliakan orang-orang yang
mendengarkan Al-Qur‟an, kemudian ayat-ayat yang didengarnya telah mendorongnya
untuk mengamalkan dan merealisasikannya.
Makna firman Allah: “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk”
adalah bahwa mereka yang memiliki sifat yang mulia inilah - mengamalkan kitab Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala- yang akan diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu Wa Ta‟ala ke
jalan agama yang benar dan perkara-perkara kebaikan. Maka Allah memberi mereka
hidayah untuk menjalankan akhlak yang terpuji dan amalan yang terbaik. Allah juga
Subhanahu Wa Ta‟ala menjamin bahwa mereka tidak akan tersesat di dunia dan tidak pula
sengsara di akhirat dengan hasil perhitungan yang buruk.
2) Mendapatkan rahmat di dunia dan akhirat

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman dalam Q.S. Al-An’am : 155 yang artinya:
“Dan Al-Qur‟an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah ia
dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”

Ayat yang mulia ini menunjukkan dengan jelas bahwa jalan pintas untuk meraih
rahmat (kasih sayang) Allah Subhanahu Wa Ta‟ala adalah dengan cara mengikuti petunjuk
Kitab Suci yang agung ini, baik secara teori (ilmu) maupun praktek nyata.
Maka sesungguhnya keagungan kitab Al-Qur‟an ini, eksistensinya sebagai kitab
yang diturunkan dari sisi Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, dan bahwa didalamnya tersimpan
kebaikan agama dan dunia; semua itu mengharuskan kita untuk mengikuti petunjuknya dan
mengamalkan isinya.
Dan firman-Nya “Agar kamu diberi rahmat,” merupakan janji-Nya bagi orang yang
mengikutinya, demikian pula sebagai isyarat adanya ancaman siksa di dunia dan akhirat
bagi orang yang tidak mau mengikuti petunjuknya.
Ayat di atas merupakan perintah dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala kepada hamba-
hamba-Nya agar mereka mau mengikuti petunjuk kitab (Al-Qur‟an) yang penuh berkah ini
dan mengamalkan isinya; dengan harapan mereka dapat meraih rahmat dari Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala, baik di dunia maupun diakhirat.
3) Mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman dalam Q.S. Al-A’raf : 157 yang artinya:

“Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan


mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur‟an), mereka itulah
orang-orang yang beruntung.”

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala mengumpamakan Al-Qur’an itu sebagai cahaya yang


menerangi gelapnya kebodohan, sehingga tampaklah kebenaran dengan sinarnya,
membedakannya dengan yang batil, membedakan antara petunjuk dengan kesesatan,
kebaikan dan keburukan.

Setiap muslim berkewajiban untuk menerangi jalan hidupnya dengan cahaya Al-
Qur’an yang agung ini, sehingga ia akan meyakini aqidahnya, menghalalkan apa yang
dihalalkannya dan mengharamkan apa yang diharamkannya. Dia wajib mengamalkan
perintah-perintahnya dan menjauhi apa saja yang dilarangnya, serta mengambil pelajaran
dari kisah-kisahnya.
Tidak sepatutnya seorang muslim–setelah semua penjelasan ini- kemudian menjadi
buta mata hatinya dari cahaya yang agung ini (Al-Qur‟an). Siapapun yang memenuhi
panggilan cahaya ini, mengikutinya serta mengamalkan petunjuknya, maka dialah orang
yang meraih keberuntungan dan kemenangan yang sejati, baik di dunia maupun di akhirat,
serta selamat dari keburukan keduanya. Kita memohon kepada Allah Subhanahu Wa
Ta‟ala agar Dia menjadikan kita semua termasuk golongan orang-orang yang beruntung.
Amin.

4) Penghapusan dosa-dosa dan ketenangan kondisi

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman dalam Q.S. Muhammad: 2 yang artinya:

“Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan
kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan
kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki Keadaan mereka.”

Buah dari keimanan yang benar, kepatuhan yang sempurna pada petunjuk Al-Qur‟an
serta pengamalan terhadap isinya ini adalah dua keuntungan yang besar, yaitu:

Pertama; Allah Subhanahu Wa Ta‟ala akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya


Allah Subhanahu Wa Ta‟ala akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya, baik yang
kecil maupun yang besar. Jika kesalahan-kesalahan mereka telah dihapuskan, maka mereka
akan selamat dari azab, baik di dunia maupun di akhirat.
Kedua; Allah Subhanahu Wa Ta’ala memperbaiki keadaan mereka
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala akan memudahkan urusan mereka dan memperbaiki
keadaan mereka di dunia di hadapan para wali-Nya, dan di akhirat Dia akan mewariskan
kepada mereka kenikmatan yang abadi dan kesenangan yang kekal di dalam surga-Nya.
Ada pula yang menjelaskan: Bahwa Allah Subhanahu Wa Ta‟ala memperbaiki
(pemahaman) agama, dunia, hati, amal perbuatan mereka dan memperbaiki balasan bagi
mereka dan mensucikannya serta memperbaiki seluruh keadaan mereka.”

Tidak diragukan lagi bahwa perbaikan keadaan merupakan nikmat yang terbesar dan
karunia yang teragung setelah nikmat iman; baik dari sisi kadar, nilai dan bobotnya. Itu
akan menentramkan hati mereka, menjernihkan pikiran mereka serta memperkuat
kepercayaan mereka terhadap balasan-Nya, baik yang disegerakan (di dunia) maupun yang
ditangguhkan-Nya (di akhirat).
5. Mendakwahkan Al-Qur’an

Islam telah mendorong pemeluknya untuk mengajarkan ilmu secara umum, bahkan
Islam menetapkannya sebagai bentuk ibadah yang paling utama yang mendekatkan diri
seorang hamba kepada Rabb-Nya. Disebutkan dalam sebuah hadits dari Nabi Shalallahu,
alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda:

“Barangsiapa yang menyeru kepada hidayah (petunjuk), maka dia mendapatkan pahala
sebagaimana pahala orang-orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala
mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan
mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi dari dosa
mereka sedikit pun.”(HR. Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-‘Ilm, Bab Man Sanna
Sunnah Hasanah aw Sayyi’ah, (4/2060), no. 2674.)

Pahala dari ilmu terus mengalir deras setelah seseorang meniggal dunia, selama
ilmunya terus dimanfaatkan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, bahwa
Rasulullah Shalallahu `alahi wasallam pernah bersabda:

“Apabila manusia telah meninggal dunia, maka akan terputuslah seluruh amalnya kecuali 3
(tiga) perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang
mendoakannnya.”28

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

“Hadits ini menjadi dalil terkuat untuk menunjukkan tentang kemuliaan dan keutamaan
ilmu serta besarnya manfaat yang dihasilkannya. Bahwa pahalanya sampai kepada
seseorang yang telah meninggalkan dunia, selama ilmu yang diajarkan dulu terus
dimanfaatkan. Maka seolah-olah dia tetap hidup dan tidak terputus amalnya, ditambah
lagi dengan harumnya pujian untuknya. Sehingga keberlanjutan pahalanya untuknya di
saat ia telah terputus dengan manusia dapat dianggap sebagai kehidupan kedua
untuknya.”

Derajat dan kedudukan ilmu itu bertingkat-tingkat sesuai dengan topik yang
dipelajarinya. Dan tidak diragukan lagi bahwa ilmu yang paling tinggi dan mulia adalah
ilmu tentang Kitabullah. Siapa yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya kepada
orang lain, maka kedudukannya lebih mulia dari orang yang mempelajari selain Al-
Qur‟an, meskipun dia mengajarkannya kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai