Anda di halaman 1dari 17

"Kitab Aysar At-Tafaasiir Li Kalaami Al-'Aliyyil Kabiir"

Karya : Syaikh Abu Bakar al-Jazairi- hafizhahullah Surat al-Baqarah ayat 1-2 Artinya : 1. Alif laam miim 2. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Mukaddimah Terdapat hadits yang shahih mengenai keutamaan surat Al-Baqarah diantaranya ; sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam :

Artinya : " Bacalah surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya (untuk dibaca dan diamalkan) adalah mengandung keberkahan dan meninggalkannya adalah penyesalan sedangkan para penyihir tak mampu melawannya ". Begitu juga diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda : Artinya : " Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya syaithan lari/kabur dari rumah yang didalamnya dibacakan surat Al-Baqarah ". Syarah/Keterangan (1) ayat : : Ia merupakan huruf-huruf "Muqaththa'at" yang ditulis dengan dan dibaca dengan "alif laam miim". Surat-Surat yang dibuka dengan huruf-huruf muqaththa'at berjumlah 29 surat yang diawali (keberadaannya) pada surat al-Baqarah ini dan diakhiri pada surat al-Qalam (yang dimulai dengan) " ". Diantara susunan huruf-hurufnya ada yang terdiri dari satu huruf seperti ; Ada pula yang terdiri dari dua huruf seperti ; . Dan ada pula yang terdiri dari tiga huruf, empat huruf dan lima huruf sedangkan penafsirannya tidak satupun diantaranya yang tsabit (secara shahih berasal) dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam dan menjadikannya sebagai sesuatu yang mutasyabih (lawan muhkamat) yang hanya Allah Yang Mengetahui dengan ilmuNya adalah lebih dekat kepada kebenaran, karenanya dikatakan : artinya : Hanya Allah lah yang mengetahui maksudnya. Dalam kaitannya dengan ini, diriwayatkan dari Abu Bakar dan Ali radhiallahu 'anhuma- begitu juga dari 'Amir asy-Sya'bi dan Sufyan ats-Tsauri, mereka semua berkata : "Huruf-Huruf muqaththa'at adalah rahasia Allah dalam Al-Quran dan dalam setiap kitabNya terdapat rahasiaNya. Huruf-Huruf tersebut adalah termasuk ayat mutasyabih yang hanya Dia lah yang mengetahuinya. Oleh karena itu, tidak selayaknya kita membicarakan apa yang ada didalamnya tetapi kita harus mengimaninya". Sebagian Ahlul 'ilm mengeluarkan dua faedah (dari makna yang tersembunyi) : Pertama , bahwa ketika orang-orang Musyrikun melarang (kaumnya) mendengar Al-Quran karena takut hal itu bisa berpengaruh terhadap jiwa orang-orang yang mendengarnya, maka

yang diucapkan pertama kali (kepada mereka) adalah huruf-huruf , dan ini bagi mereka adalah ucapan yang masih asing yang dapat mengalihkan mereka untuk mendengar Al-Quran sehingga (tatkala) mereka mendengarnya, mereka terpengaruh, terkesima lantas beriman dan mendengarnya, dan hal ini sudah cukup sebagai faedah yang dapat diambil. [Adapun dalil bahwa mereka melarang kaum mereka mendengar Al-Quran adalah firman Allah Ta'ala dalam surat Fushshilat . Kedua , tatkala orang-orang Musyrikun mengingkari Al-Quran sebagai Kalamullah yang diwahyukan kepada RasulNya, Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam, maka huruf-huruf ini menjadi tantangan (serius) bagi mereka seakan-akan ia (huruf-huruf tersebut) berkata kepada mereka : "Sesungguhnya Al-Quran ini tersusun dari huruf-huruf seperti ini, maka susunlah/karanglah oleh kalian sepertinya". Makna dari faedah kedua ini biasanya disaksikan (dibenarkan) oleh penyebutan lafaz Al-Quran setelahnya seperti :

. seakan-akan ayat-ayat seperti itu berkata : "Sesungguhnya Al-Quran tersusun dari huruf-huruf seperti ini maka susunlah/karanglah oleh kalian semisalnya, jika kalian tidak mampu maka hendaknya kalian menerima bahwa sesungguhnya ia (Al-Quran) adalah Kalamullah dan wahyuNya dan berimanlah kepadanya niscaya kalian akan mendapatkan keberuntungan". (2). Syarah per-kata : maksudnya ; (Ini), namun kenapa lafaz dilencengkan kepada (arti) lafaz

karena isyarat dengan mengandung pengertian tingginya kedudukan ( ) dari Al-Quran, derajat serta harkatnya . : maksudnya Al-Quran Al-Karim yang dibacakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam kepada manusia. [Lafaz diartikan (dalam banyak arti, diantaranya) dengan (kewajiban) seperti dalam ayat yang artinya ; telah diwajibkan kepada kamu berpuasa. Juga diartikan dengan (perjanjian antara seorang hamba dan tuan/majikannya) seperti dalam ayat yang artinya ; dan orang-orang yang menginginkan perjanjian/akad. Lafaz tersebut diartikan juga dengan takdir dan qadlaNya ]. (takdir) seperti dalam ayat artinya ;

: artinya maksudnya ; tidak diragukan lagi bahwasanya ia (Al-Quran) adalah wahyu Allah dan KalamNya yang diwahyukan kepada RasulNya. : petunjuk kearah jalan yang dapat mengantarkan kepada kebahagiaan dan kesempurnaan di dunia dan akhirat. : bagi orang-orang yang bertaqwa, maksudnya orang-orang yang takut azab Allah dengan berbuat taat kepadaNya ; menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

Makna ayat secara keseluruhan Allah Ta'ala memberitahukan bahwa Al-Quran yang diturunkanNya kepada hamba dan RasulNya adalah merupakan kitab yang sangat besar dan agung yang sama sekali tidak mengandung keraguan dan dugaan bahwa ia adalah bukan wahyu Allah dan kitabNya. Hal itu disebabkan ia adalah sebagai mukjizat, disamping petunjuk dan cahaya yang dibawanya bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa hal mana dengan keduanya (iman dan taqwa) dapat mengantarkan mereka kepada jalan-jalan kedamaian, kebahagiaan dan kesempurnaan. Petunjuk ayat Diantara petunjuk ayat diatas adalah : a. Agar memperkuat iman kepada Allah Ta'ala, kitabNya dan RasulNya serta ajakan agar mencari hidayah melalui Al-Quran Al-Karim. b. Menjelaskan keutamaan taqwa dan orang-orang yang bertaqwa.

"Kitab Aysar At-Tafaasiir Li Kalaami Al-'Aliyyil Kabiir"


Karya : Syaikh Abu Bakar al-Jazairi- hafizhahullah

Surat al-Baqarah ayat 3 - 5

Artinya : (3) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (4) Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Syarah Kalimat

Mereka membenarkan dengan pembenaran yang pasti (jazim) setiap yang ghaib yang tidak dapat diprediksi dengan panca indera seperti beriman dengan ar-Rabb Tabaraka Wata'ala sebagai zat dan sifat, para

Malaikat, hari kebangkitan, serta surga beserta kenikmtan yang ada didalamnya dan neraka beserta 'azab yang ada didalamnya.

Melaksanakan shalat lima waktu secara kontinyu pada waktu-waktunya (yang ditelah ditentukan) disertai perhatian penuh terhadap syaratsyaratnya, rukun-rukunnya, sunnah-sunnahnya dan nafilah-nafilahnya serta lain-lainnya.

Dari sebagian harta yang dianugerahkan oleh Allah kepada mereka, mereka infaqkan yaitu dengan mengeluarkan zakat harta, infaq terhadap jiwa mereka, isteri-isteri, anak-anak, dan kedua orangtua serta dengan bersedekah kepada orang-orang faqir dan miskin.

Mereka membenarkan wahyu yang diturunkan kepada engkau wahai Rasul yaitu : al-Kitab dan as-Sunnah.

Dan mereka membenarkan kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah Ta'ala kepada para Rasul sebelum kamu seperti Taurat, Injil dan Zabur.

Dan dengan kehidupan di Akhirat dan hisab, pahala, serta siksaan yang ada di dalamnya mereka mengetahui dan meyakininya ; mereka tidak meragukannya sedikitpun serta tidak bimbang dengannya karena keimanan mereka yang sempurna dan ketaqwaan mereka yang besar.

Kata tunjuk/isyarat ( ) ditujukan kepada orang-orang yang memiliki lima sifat sebelumnya dan memberitakan tentang mereka bahwa mereka, dengan keimanan dan amal shalih yang merupakan bagian dari hidayat Allah kepada mereka, mampu beristiqamah dalam manhaj Allah yang akhirnya membawa mereka kepada kemenangan.

Kata tunjuk/isyarat ( ) ditujukan kepada orang-orang yang mendapat hidayat secara penuh dan memberitakan tentang mereka bahwa merekalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan yang

pantas untuk mendapatkan kemenangan tersebut, yaitu masuk surga setelah selamat dari neraka. Makna ayat Allah Ta'ala menyebutkan dalam ketiga ayat ini sifat al-Muttaqin (orangorang yang bertaqwa) yaitu ; beriman kepada hal yang ghaib, mendirikan shalat, membayar zakat, beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah dan beriman kepada Darul Akhirat. Allah memberitahukan kepada mereka bahwa mereka, lantaran hal itu semua, mendapatkan sesempurna hidayat dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan di dunia dengan kesucian dan ketenangan dan kemenangan di Akhirat dengan masuk ke dalam surga setelah selamat dari neraka. Petunjuk Ayat Diantara petunjuk ayat diatas : Mengajak kaum Mukminin dan mensugesti mereka untuk bersifat dengan sifat-sifat orang-orang yang mendapatkan hidayat dan kemenangan agar mereka bisa mengambil jalan yang mereka tempuh sehingga mereka mendapatkan hidayat tersebut dan mendapatkan kemenangan di dunia dan akhirat.

"Kitab Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir"


Karya : DR. Muhammad Sulaiman bin Abdullah Al-Asyqar

Surat al-Baqarah ayat 6 - 7


[Mulai dari ayat 6 surat al-Baqarah ini, kami mengambil materi kajian tafsirnya dari kitab "Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir" (disingkat; zub) karya DR. Muhammad Sulaiman bin Abdullah al-Asyqar (yang merupakan ringkasan dari kitab tafsir "Fathul Qadir" karya Imam asy-Syaukani) sedangkan hal-hal yang kami anggap penting lainnya masih kami ambil dari kitab tafsir "Aysarut Tafsr li kalmil 'aliyyil Kabir" karya Syaikh Abu Bakar al-Jazairi hafizhahullhu Ta'ala-(disingkat; Ays)]

"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman (6) Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka

dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat (7)". Munasabah/korelasi kedua ayat tersebut dengan ayat sebelumnya Ketika Allah Ta'ala menyinggung tentang orang-orang yang beriman, bertaqwa dan orang-orang yang mendapat hidayah serta keberuntungan, Dia kemudian menyinggung tentang orang-orang yang berbuat kekufuran, kesesatan dan mendapatkan kerugian . (Ays) Tafsirannya Ayat 6 : Sesungguhnya orang-orang yang bersikeras/ngotot dalam mengingkari risalahmu wahai Muhammad, serta mengingkari juga ayat-ayat yang jelas yang engkau bawa padahal kebenaran bagi mereka sudah jelas disamping tidak adanya syubhat/kesamarsamaran serta keyakinan mereka bahwa engkau adalah orang yang jujur ; (namun begitu) peringatanmu kepada mereka tidak akan bermanfaat sama sekali bagi mereka karena mereka hanya mengikuti hawa nafsu mereka belaka. (zub) Ayat 7 : ; Mereka tidak melihat adanya petunjuk, tidak mendengar, memahami dan mengerti. Ibnu Jarir berkata : " Sesungguhnya bila secara terus menerus dosa-dosa mengikuti/menempel ke hati maka ia akan menutupnya rapat-rapat, dengan demikian tidak akan ada lagi jalan untuk menggapainya sementara tidak ada jalan keluar pula bagi kekufuran darinya.(zub) ; maknanya adalah yaitu penutup/penyumbat yang menutupi/menyumbat jalan sesuatu yang ingin dicegah agar tidak sampai kepadanya. (Ays) ; siksaan yang dirasakan sehingga menghilangkan kenikmatan dan kelezatan hidup. (Ays) Artinya : Allah Ta'ala memberitahukan bahwa mereka tidak siap untuk beriman sehingga adanya peringatan terhadap mereka dan tidak adanya, sama saja disisi mereka, karena demikianlah sunnatullah pada mereka yang telah mencap/mengunci mati hati-hati mereka hingga tidak dapat memahami, dan pendengaran- pendengaran mereka hingga tidak dapat mendengar serta menyumbat/menutupi

mata-mata mereka hingga mereka tidak dapat melihat. Yang demikian itu sebagai akibat dari kesombongan, kebangkangan/keengganan serta kengototan mereka dalam kekufuran. Oleh karena itu, mereka pantas/wajib mendapatkan azab yang amat dahsyat, untuk kemudian mereka dihukum dengan azab tersebut. Inilah hukum Allah Ta'ala terhadap orang-orang yang membangkang, sombong dan bersikeras sepanjang masa dan di setiap tempat. (Ays) Petunjuk Ayat 1. Penjelasan mengenai sunnatullah terhadap orang-orang yang membangkang, sombong dan bersikeras/ngotot (dalam kekufuran) bahwa Allah mengharamkan mereka untuk mendapatkan hidayah yaitu dengan tidak memfungsikan pancaindera mereka hingga mereka tidak dapat memanfaatkannya yang oleh karenanya pula mereka tidak beriman dan mendapat hidayah. 2. Peringatan terhadap sikap bersikeras/ngotot dalam kekufuran, kezhaliman dan berbuat kerusakan dimana hal ini akan mendapatkan timpalannya yaitu wajib/pantasnya mereka mendapat azab yang besar. (Ays)

"Kitab Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir"


Karya : DR. Muhammad Sulaiman bin Abdullah Al-Asyqar

Surat al-Baqarah ayat 8 - 9 - 10

"Di antara manusia ada yang mengatakan:'kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman (8). Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar (9). Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (10)". (Q.,s. al-baqarah). Korelasi/munasabah antara ayat ini dan ayat sebelumnya Ketika Allah Ta'ala (pada ayat sebelumnya) menyinggung tentang orang-orang Mukmin sejati (sempurna imannya) kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang kontra dengan mereka yaitu orang-orang Kafir sejati (yang berlebih-lebihan dalam kekufurannya), maka disini Dia menyinggung kelompok (ketiga) orang-orang

Munafiq yaitu yang dari sisi lahiriah termasuk kelompok orang-orang beriman (Mukminun) sedangkan dari sisi bathiniah/luar termasuk kelompok orang-oang Kafir. Mereka adalah lebih jelek dari orang-orang kafir sejati yang paling jelek sekalipun. (Ays) Tafsirannya Ayat 8 : Allah Ta'ala menyinggung tentang orang-orang Mukmin sejati dalam surat ini, kemudian dilanjutkan dengan orang-orang Kafir sejati setelahnya, baru setelah itu menyinggung tentang orang-orang yang bukan dari kedua kelompok sebelumnya bahkan menjadi kelompok ketiga karena dari sisi lahiriah mereka menyamai kelompok pertama sedangkan dari sisi bathiniah mereka menyamai kelompok kedua. Tetapi meskipun demikian mereka termasuk penghuni neraka yang paling bawah. (Zub) Ayat 9 : "Yukhaadi'uunallaah" : mereka menipu Allah ** dengan menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran. (Ays). ** Jika ada yang mengatakan: apa sisi penipuan mereka terhadap Allah dan kaum Mukminin; jawabnya: (penipuan mereka terhadap Allah) yaitu ;dengan keimanan dan keislaman yang mereka tampakkan dimana menurut pandangan mereka akan dapat mengelabui Allah padahal mereka tidak tahu ke-Agungan dan ke-SempurnaanNya. Sedangkan (penipuan mereka terhadap kaum Mukminin) yaitu:sangkaan mereka bahwa mereka (kaum Mukminin) tidak mengetahui kekufuran dan permusuhan yang mereka sembunyikan di dalam jiwa mereka. Adapun sisi bagaimana (sebenarnya) Allah lah Yang menipu mereka adalah IlmuNya Ta'ala terhadap kekufuran dan kejahatan yang mereka sembunyikan dan tidak mereka buka secara terus terang namun Dia tidak membongkar rahasia-rahasia mereka dan tidak satupun dari wahyuNya yang menyinggung mereka dengan (menyebut) nama-nama mereka. Dan sisi penipuan kaum Mukminin terhadap mereka adalah bahwa mereka mengetahui kenifakan mereka namun tidak menghukum mereka maupun menisbatkannya kepada mereka .Jawaban diatas bisa dinyatakan demikian, jika kita katakan bahwa sighat (bentuk)"Al-Mufaa'alah" disini bukan dalam bab-nya tetapi ia bermakna "Khada'a Yakhdi'u" seperti bila kita katakan : " 'aaqabtu al-lishsha" (aku telah memberikan sanksi kepada pencuri) dan seperti " 'aalajtu al-mariidha" (aku telah mengobati orang sakit) maka dalam hal ini kita tidak memerlukan lagi keterangan yang telah disebutkan diatas. Wallhu a'lam. (Ays). " Wamaa Yakhda'uuna Illaa Anfusahum" : padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri; manakala mereka menipu Yang tidak akan tertipu maka mereka dengan sendirinya menipu diri sendiri karena penipuan itu bisa efektif bila diarahkan terhadap orang yang tidak mengetahui hal-hal yang bersifat bathiniah.(Zub). " Wamaa Yasy'uruun" : mereka tidak mengetahui bahwa akibat dari penipuan yang mereka lakukan tersebut akan menjadi bumerang bagi mereka. (Ays) Ayat 10 : " Fii Quluu bihim maradhun " : dalam hati mereka ada penyakit." AlMaradha " maksudnya kerusakan yang terjadi pada 'aqidah mereka baik disebabkan oleh keraguan dan kenifakan, ataupun oleh kejuhudan/keingkaran dan pembangkangan dan pendustaan.(Ays) " Fazaadahumullaahu maradhan " : lalu ditambah Allah penyakitnya ; hal itu selalu terjadi begitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendapatkan nikmatnikmat dan anugerah-anugerah dari Allah baik yang bersifat duniawi maupun

agamawi. Lantaran itulah mereka selalu diuji dengan keraguan yang selalu bertambah, penyesalan yang selalu menyertai dan kenifakan yang selalu berlebihlebihan.(Ays). " Walahum 'adzaabun aliim" dan bagi mereka siksa yang pedih ; berupa siksaan yang sangat menyakitkan. (Ays). " Bimaa kaanuu Yakdzibuun" : disebabkan mereka berdusta; maksudnya dalam pengakuan keimanan mereka padahal mereka bukan termasuk orang-orang beriman (Ays). Petunjuk Ayat 1. Peringatan terhadap perbuatan dusta, nifaq dan menipu dan bahwa perbuatan menipu akan menjadi bumerang bagi pelakunya sendiri sebagaiman hal nya kejahatan hanya akan melahirkan kejahatan yang sepertinya pula. 2. Terdapat Qira'at dalam ayat "Wamaa Yakhda'uuna" dimana Imam Nafi' dan Jumhur membacanya dengan " Wamaa Yukhaadi'uuna" dengan tambahan alif setelah huruf kha' sedangkan Imam Hafsh membacanya dengan " dengan men-sukun kan (mematikan harakat) huruf kha'.

"Kitab Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir"


Karya : DR. Muhammad Sulaiman bin Abdullah Al-Asyqar

Surat al-Baqarah ayat 11 - 12 - 13


" Dan bila dikatakan kepada mereka:'Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi'. Mereka menjawab:'Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan'.(11). Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (12). Apabila dikatakan kepada mereka:"Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman. Mereka menjawab:'Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman'. Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu". (13). [Q.,s.2/al-Baqarah: 11-13).

Tafsirannya Ayat 11: Allah memberitahukan tentang orang-orang Munafiq bahwa bila salah seorang dari orang-orang beriman berkata kepada mereka : 'janganlah berbuat kerusakan di muka bumi (Ays). Dengan berbuat kemunafikan, loyal terhadap orang-orang kafir serta upaya memisahkan manusia dari beriman kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam dan Al-Qur'an ; jika kalian melakukan hal itu maka akan terjadi kerusakan di muka bumi berupa binasanya jasad-jasad dan porak porandanya rumah-rumah (Zub). Mereka akan menjawab sembari berkata: 'sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berbuat kebaikan (kaum reformis), menurut pengakuan mereka. (Ays) Ayat 12: maka Allah membatalkan pengakuan ini dan menetapkan bahwasanya merekalah satu-satunya orang-orang yang melakukan kerusakan bukan orang-orang beriman yang menentang mereka, namun demikian

mereka tidak mengetahui hal itu lantaran hati mereka telah dikuasai oleh kekufuran (Ays). Manakala Allah telah melarang mereka dari berbuat kerusakan, mereka menjadikan sifat ash-Shalah (yang hanya bisa terealisasi dengan iman yang shahih dan amal shalih-Ays) hanya khusus bagi mereka saja, maka Allah memberikan jawaban yang amat tegas, yaitu mengembalikan kepada mereka sifat kerusakan tersebut yang sebenarnya khusus dimiliki oleh mereka akan tetapi mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah ahlul fasad (pelaku kerusakan) yang sebenarnya karena prilaku mereka yang memusuhi kebenaran dan orang-orang yang berjalan diatasnya serta prilaku merintangi jalan Allah (Zub). Ayat 13: Allah juga memberitahukan tentang mereka bahwa bila salah seorang dari orang-orang beriman berkata kepada mereka: 'bersungguhsungguhlah dalam keimanan kalian dan berimanlah seperti keimanan si fulan dan si fulan seperti Abdullah bin Salam' ; mereka akan menjawab sembari berkata: 'apakah kami harus beriman seperti keimanan as-Sufaha' (jamak dari as-Safah yaitu orang yang akalnya tipis, tidak dapat menindaki suatu urusan dan mengaturnya dengan baik) yang tidak memiliki kejernihan berfikir dan bashirah (Ays). Mereka menisbatkan as-Safah kepada orang-orang beriman dengan penuh ejekan dan pelecehan sehingga hal itu menyebabkan mereka dicatatkan oleh Allah sebagai orang yang memiliki sifat tersebut dan membatasi sifat tersebut dan ketipisan akal hanya buat mereka. (Zub). .. maka Allah mengembalikan pengakuan tersebut dan menetapkan sifat asSafah kepada mereka dan menafikannya dari orang-orang memiliki keimanan yang sungguh-sungguh (al-Mukminun ash-Shadiqun) serta (sebaliknya) menyifati mereka dengan sifah bodoh/jahil dan tidak memiliki ilmu pengetahuan (Ays). Petunjuk ayat Mencela pengakuan yang penuh kedustaan dan sifat ini biasanya hanya merupakan salah satu sifat orang-orang Munafik. Berbuat kebaikan (al-Ishlah) di muka bumi hanya dapat direalisasikan dengan mengamalkan ketaatan kepada Allah dan RasulNya, sedangkan berbuat kerusakan (al-Ifsad) diatasnya akan terjadi melalui perbuatan maksiat kepada Allah dan RasulNya. Para pelaku kerusakan di muka bumi selalu berdalih bahwa kerusakan yang mereka lakukan adalah suatu bentuk berbuat kebaikan (al-Ishlah) bukan kerusakan (al-Ifsad)..[Ays].

"Kitab Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir"


Karya : DR. Muhammad Sulaiman bin Abdullah Al-Asyqar

Surat al-Baqarah ayat 14 - 15 - 16


"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: 'Kami telah beriman'. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: 'Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok'(14). Allah akan (membalas) olokan-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka (15). Mereka

itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk"(16). {Q.,s.2/al-Baqarah: 14-16}. Tafsirannya Ayat-ayat diatas masih menyinggung masalah orang-orang Munafiq dan kondisi mereka:

14. Bahwa mereka, lantaran kemunafikan dan kebusukan (hati) mereka; bila
mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman di suatu tempat, mereka memberitahu mereka bahwa mereka beriman kepada Allah dan Rasul serta agama yang dibawa oleh beliau (Ays), (dan apabila mereka kembali) kepada pemimpin-pemimpin mereka yang selalu merencanakan kejahatan kedalam kekufuran; (mereka mengatakan: 'sesungguhnya kami sependirian dengan kamu'); konsekuen dalam kekufuran (kami hanyalah berolok-olok) terhadap orang-orang yang beriman dalam sikap sependirian kami tersebut padahal dalam bathin kami sama sekali tidak sependirian dengan mereka, ataupun kecenderungan kepada mereka (Zub).

15. (Allah akan (membalas) olokan-olokan mereka) yakni dengan menimpakan


kenistaan dan kehinaan kepada mereka, dendam terhadap mereka serta merendahkan martabat mereka sebagai kemahaadilanNya terhadap hambahambaNya yang beriman (dan membiarkan mereka); Dia memberi tangguh kepada mereka (terombang-ambing dalam kesesatan mereka); dalam kekufuran yang mereka ngotot untuk terus tenggelam didalamnya (Zub).

16. (Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk) yakni mereka
menggantikan petunjuk tersebut dengan kesesatan. Sebab kata adhDhalaalah artinya adalah keraguan, menyimpang dari tujuan dan kehilangan petunjuk (maka tidaklah beruntung perniagaannya) yakni mereka tidak memperoleh untung dalam perniagaan mereka karena mereka mengikuti kekufuran ketimbang keimanan (dan tidaklah mereka mendapat petunjuk) dalam tindakan mereka membeli iman dengan kekufuran dan keluarnya mereka dari petunjuk menuju kesesatan, dari jama'ah/persatuan menuju perpecahan, dari rasa aman menuju rasa takut serta dari (mengamalkan) sunnah menuju (perbuatan) bid'ah (Zub). Petunjuk Ayat Kecaman dan peringatan terhadap orang-orang Munafiq dan tingkah laku mereka yang selalu merubah wajah dalam menghadapi orang; terkadang dengan wajah yang ini dan terkadang dengan wajah yang lain. Dalam sebuah hadits dikatakan: "sejahat-jahat kalian adalah orang yang bermuka dua". (H.R. Bukhari dan Muslim). Sesungguhnya diantara manusia terdapat syaithan-syaithan yang mengajak kepada kekufuran dan perbuatan-perbuatan maksiat, menyeru berbuat kemungkaran dan melarang berbuat kebajikan/ma'ruf. Penjelasan tentang hukuman-hukuman Allah yang akan ditimpakan kepada musuh-musuhNya 'Azza wa Jalla. (Ays)

"Kitab Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir"


Karya : DR. Muhammad Sulaiman bin Abdullah Al-Asyqar

Surat al-Baqarah ayat 17 - 20


"Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak dapat melihat. (17). Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), (18). Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. (19). Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu". (20). [Q.,s. 2/al-Baqarah: 17-20) Tafsirannya

17. Perumpamaan keimanan yang ditampakkan oleh orang-orang Munafiq dengan


kekufuran yang mereka sembunyikan adalah seperti orang yang menyalakan api untuk dijadikan sebagai unggun/perapian yang menerangi mereka, namun tatkala api itu menerangi sekeliling mereka dan mereka merasakan manfaat yang paling rendah darinya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka tersebut, dan membiarkan mereka dalam kegelapan dan keadaan tidak melihat; karena dengan keimanan yang mereka tampakkan, mereka telah menjaga darah, harta, isteri-isteri serta keturunan mereka dari pembunuhan dan penyanderaan sedangkan dengan kekufuran yang mereka sembunyikan bila mereka mati, maka mereka akan masuk neraka dan merugi dalam segala hal hingga diri mereka sendiri [Ays]. ( matsaluhum ka matsalil lazis tauqada naara: Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api ); Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas dan beberapa shahabat mengenai ayat ini, mereka berkata: "sesungguhnya ada beberapa orang yang masuk Islam ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam datang ke Madinah, namun kemudian mereka menjadi orang-orang yang munafiq; mereka diumpamakan seperti seorang laki-laki yang berada dalam kegelapan, kemudian dia menyalakan api sehingga menerangi gangguan-gangguan yang ada di sekelilingnya yang dapat menyakitinya, lantas dia dapat melihatnya (gangguan-gangguan tersebut) dan tahu bagaimana dia dapat menjaga diri darinya. Tatkala dia dalam kondisi demikian, api pun padam sehingga dia tidak tahu bagaimana dia dapat menjaga dirinya dari gangguan-gangguan yang dapat menyakitinya tersebut. Demikian pula halnya dengan orang Munafiq; dia berada dalam kegelapan syirik, kemudian masuk Islam dan mengetahui mana yang halal dan haram, yang baik dan buruk namun kemudian dalam kondisinya yang demikian dia kembali kepada kekufuran sehingga dia tidak tahu lagi mana yang halal dan haram serta mana yang baik dan buruk". [Zub]

18. (Shummun bukmun 'umyun fahum laa yarji'uun: Mereka tuli, bisu, dan buta,
maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar) ; maksudnya, tinggallah pemilik-pemilik api yang menyinarinya setelah padam tersebut

menjadi orang yang tuli dan tidak dapat mendengar seruan orang, bisu dan tidak dapat menanyakan jalan (yang benar), buta dan tidak dapat melihatnya serta tidak bisa kembali kepada jalan mereka semula; demikian pula halnya dengan orang-orang Munafiq yang telah masuk Islam kemudian kembali kepada kekufuran. [Zub]

19. (Au ka-shayyibin minas samaa': Atau seperti (orang-orang yang ditimpa)
hujan lebat dari langit); yang dimaksud dengan ash-Shayyib adalah al-Mathar (hujan yang lebat); Allah menjadikannya sebagai perumpamaan bagi alQur'an karena ia turun dengan hal yang menakutkan orang-orang Munafiq. [Zub] (fiihi zhulumaatun wa ra'dun wa barqun : disertai gelap gulita, guruh dan kilat) ; hal itu semua merupakan peringatan-peringatan al-Qur'an.[Zub] (yaj'aluuna ashaabi'ahum fii aazaanihim minash shawaa'iqi hazaral maut: mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati ); artinya, mereka menjaga diri mereka dari bahaya dengan sesuatu yang tidak dapat menjaga diri mereka, demikian pula dengan orang-orang Munafiq; mereka hanya bisa menutup telinga mereka agar tidak mendengar ayat-ayat al-Qur'an. [Ays] (wallaahu muhiithun bil kaafiriin: Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir); makna "al-ihaathah" adalah mengambil sesuatu dari segala sisi sehingga tidak ada lagi yang terlewati. [Zub]

20. (yakaadul barqu yakhthafu abshaarahum: Hampir-hampir kilat itu

menyambar penglihatan mereka); hampir-hampir ayat-ayat al-Qur'an yang muhkam (yang jelas dan tidak samar lagi-red) menunjukkan aib-aib orangorang Munafiq. [Ays] (kullamaa adhaa-a lahum masyau fiihi: Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu ); artinya, jika mereka memiliki banyak harta, anak-anak serta mereka mendapatkan ghanimah (harta rampasan) dan melakukan penaklukan, maka mereka berpartisipasi dan terus jalan sembari berkata: 'kalau begitu, sesungguhnya agama Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam adalah benar', lalu mereka akan konsekuen dengannya. [Zub] (wa idzaa azhlama 'alaihim qaamu : dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti); jika harta-harta mereka musnah dan mereka ditimpa bencana; mereka berkata:'ini semua demi agama Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam ', lalu mereka kemudian murtad dan kembali kepada kekufuran.[Zub] (wa-lau syaa Allaahu la-zahaba bisam'ihim wa abshaarihim. Innallaaha 'alaa kulli syai-in qadiir : Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu); dan jika Allah menghendaki niscaya Dia Ta'ala akan melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka sebab Dia Ta'ala Maha Kuasa atas segala sesuatu. Demikianlah kondisi orang-orang Munafiq padahal al-Qur'an turun dan menyinggung tentang kekufuran, yakni berupa azh-Zhulumaat (kegelapan), menyinggung tentang al-Wa'iid (ancaman), yakni berupa petir dan guntur, menyinggung tentang hujjah-hujjah dan penjelasan-penjelasan, yakni berupa kilat dengan kekuatan cahayanya. Mereka takut al-Qur'an turun dan menyingkap kedok dimana mereka berlindung dibaliknya sehingga membuat mereka dihukum; bila ada ayat turun dan tidak menyinggung serta membicarakan mereka, mereka terus berjalan dalam keimanan mereka yang hanya secara zhahir, dan bila ada ayat-ayat turun dan mengecam kebathilan dan apa yang mereka lakukan mereka berdiri ling-lung dan bingung; tidak dapat melangkah maju atau mundur; bila Allah menghendaki untuk mengambil/melenyapkan pendengaran-pendengaran dan penglihatan-

penglihatan mereka niscaya Dia dapat melakukannya karena Dia merupakan Ahlinya dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Ays]. Petunjuk ayat Memaparkan permisalan-permisalan guna mendekatkan makna kedalam pikiran adalah sesuatu yang baik. Ahli kebathilan akan selalu gagal dalam upaya mereka dan akan menanggung akibat perbuatan mereka tersebut. Dengan al-Qur'an hati akan hidup sebagaimana bumi hidup dengan adanya air. Orang-orang Munafik adalah seburuk-buruk golongan orang-orang kafir.

Wallhu a'lam . Rabu, 2/7/1422=19/9/2001.

"Kitab Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir"


Karya : DR. Muhammad Sulaiman bin Abdullah Al-Asyqar

Surat al-Baqarah ayat 21 - 22


" Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. (21). Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui ". (22). [al-Baqarah: 21-22] Korelasi antara ayat ini dan sebelumnya Bahwa ketika Allah menyinggung tentang orang-orang mukmin yang beruntung dan orang-orang kafir yang merugi, Dia Ta'ala menyinggung pula tentang kaum Munafiqin yang berada diantara posisi kedua golongan diatas, kemudian dengan cara iltifat (pengalihan), Dia Ta'ala menyeru seluruh mereka dengan ungkapan "an-Naas" (manusia) sehingga menjadi seruan umum bagi manusia semuanya di setiap tempat dan masa, dan memerintahkan mereka agar beribadah kepadaNya untuk menjaga diri mereka dari kerugian. Tafsirannya (21). (Yaa Ayyuhannaasu'budu rabbakumulladzi khalaqakum: Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakanmu); disini, Allah mengkhususkan ni'matul khalq (nikmatNya yang dianugerahkan kepada manusia berupa penciptaan mereka-red) dan memperbanyak dalam menyebut anugerahNya tersebut atas mereka karena seluruh nikmatnikmatNya merupakan tindak lanjut darinya (ni'matul khalq). Nikmat tersebut merupakan sumber utama yang tanpanya tidak akan ada sesuatupun dari nikmat-nikmat tersebut. Demikian pula, orang-orang kafir mengakui bahwa Allah adalah al-Khaliq , sebagaimana dalam ayat: (Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka:"Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:"Allah", [QS. 43/az-Zukhruf:87] ) ; disini juga, Dia Ta'ala

memperbanyak dalam menyebut anugerahNya atas mereka berupa sesuatu yang mereka sendiri mengakuinya dan tidak pernah mengingkarinya (Zub). (walladziina min qablikum la'allakum tattaquun: dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa); dengan menjadikan sesuatu yang dapat menjaga mereka dari 'azab Allah, yaitu berupa keimanan dan amal yang shalih setelah meninggalkan kesyirikan dan semua kemaksiatan. (Ays) (22). (alladzii ja'ala lakumul ardha firaasyaa: Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu) ; yakni tempat mereka menginjakkan kaki dan menetap diatasnya. Dan juga menjadikan ( as-Samaa-a binaa-a : langit sebagai atap) ; seperti kubah yang dipasang diatas mereka dan atap rumah yang mereka tinggali, kemudian Dia Ta'ala memperbanyak dalam menyebut anugerahNya atas mereka berupa turunnya hujan dari langit. (fa-akhraja bihii minatstsamaraati rizqan lakum : lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu) ; yakni, Kami hasillkan bagi kamu berbagai jenis buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan agar menjadi sarana bersenang-senang untuk beberapa waktu. (falaa taj'aluu lillaahi andaada : karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah) ; yakni, janganlah kamu menjadikan bagiNya sekutu-sekutu yang kamu sembah sebagaimana kamu menyembahNya. (wa antum ta'lamuun : padahal kamu mengetahui) ; bahwa sekutu-sekutu itu tidak menciptakan kamu, tidak menjadikan bumi sebagai hamparan, langit sebagai atap, serta tidak menghasilkan bagi kamu tetumbuhan. (Zub) Petunjuk ayat Diantara petunjuk kedua ayat diatas adalah: o o o Wajibnya beribadah kepada Allah Ta'ala karena ia (ibadah) merupakan 'illat adanya kehidupan secara keseluruhan * Wajibnya ma'rifatullah Ta'ala ** (mengenal Allah Ta'ala) melalui asmaNya dan sifat-sifatNya Haramnya segala bentuk kesyirikan; syirik kecil, besar, yang nampak dan tersembunyi. (Ays)

* Hal itu berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: 'wahai anak cucu Adam! Sungguh Aku telah menciptakan segala sesuatu karena-Ku, dan Aku menciptakanmu juga karena-Ku '; yakni untuk beribadah kepadaNya. Dalam al-Qur'anul Karim, Allah berfirman: "Dan tidaklah Aku ciptakan bangsa jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku". (Ays) ** sebab sejauhmana seorang hamba takut Kepada-Nya dan mencintai-Nya terkait kepada ma'rifatullah Ta'ala melalui asmaNya dan sifat-sifatNya. (Ays)

"Kitab Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir"


Karya : DR. Muhammad Sulaiman bin Abdullah Al-Asyqar

Surat al-Baqarah ayat 23 - 24

" Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar. (23). Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir (24) ".

Korelasi antara ayat ini dan sebelumnya Korelasi antara ayat ini dan sebelumnya bahwa tatkala Allah Ta'ala dalam ayat sebelumnya menetapkan pokok agama (Ashluddin), yaitu tauhid yang merupakan kegiatan spritual beribadah kepada Allah semata; maka pada ayat ini Dia Ta'ala menetapkan pokok agama kedua, yaitu kenabian RasulNya, Muhammad Shallallhu 'alaihi wasallam . Hal ini terjadi melalui cara pembuktian (berupa tantangan) ; "Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur'an yang Kami turunkan kepada hamba Kami, Rasul Kami, Muhammad Shallallhu 'alaihi wasallam maka buatlah satu surat (saja) dari yang semisal surat-surat yang ada dalam al-Qur'an atau dari seorang yang buta huruf semisal hamba Kami dalam kebutahurufannya; Maka jika kamu tidak mampu membuatnya karena kelemahan kamu maka jagalah diri kamu dari api neraka dengan beriman kepada wahyu ilahi dan beribadah kepada Allah Ta'ala sesuai dengan apa yang telah disyari'atkanNya". [Ays] Tafsirannya (23). (Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang apa yang Kami wahyukan kepada hamba Kami) ; yakni al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad Shallallhu 'alaihi wasallam . (Maka buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur'an itu) ; Allah Ta'ala menantang mereka untuk membuat satu surat saja semisal surat apa saja yang ada di dalam alQur'an, meskipun kecil (sedikit). (Dan ajaklah para syuhada' kamu) ; yakni, orang-orang yang bersaksi untukmu bahwa apa yang kamu buat itu adalah semisal al-Qur'an. (selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar). [Zub]. (24). (Maka jika kamu tidak dapat membuat [nya] ) ; yakni jika kamu tidak kuat untuk itu dan telah kentara ketidakmampuanmu. ( dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), maka peliharalah dirimu dari neraka) ; yaitu dengan beriman kepada Allah, kitab-kitabNya, RasulRasulNya dan menjalankan semua kewajiban yang diembankan olehNya serta menjauhi semua larangan-laranganNya. Dan ini merupakan hal-hal yang ghaib, yang diberitakan oleh al-Qur'an sebelum terjadi, karena (realitasnya) belum pernah terjadi penentangan oleh seorangpun dari orang-orang kafir pada periode kenabian, periode setelahnya hingga saat ini. ( yang bahan bakarnya []) ; kata maknanya adalah (kayu bakar), yakni api ini berbahan bakar manusia dan batu, lalu dinyalakan sebagaimana sesuatu yang dimaksudkan untuk dibakar dengannya. Dari Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallhu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada seorang nabipun dari para nabi melainkan diberikan kepadanya semisal ayat-ayat yang karenanya manusia beriman, dan sesungguhnya yang telah diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah kepadaku;

maka aku berharap menjadi (nabi) yang paling banyak pengikutnya diantara mereka (para nabi) pada hari Kiamat". (manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir) ; [Zub] Petunjuk ayat Pengukuhan kenabian Rasulullah Shallallhu 'alaihi wasallam yang dimantapkan dengan turunnya al-Qur'an. Menguatkan akan kelemahan manusia untuk membuat satu surat saja semisal surat-surat yang ada dalam al-Qur'an al-Karim setelah berlangsung selama 1406 tahun. Tantangan untuk itu tetap berlaku namun belum ada mereka yang mampu membuat satu surat saja semisal surat-surat yang ada dalam al-Qur'an tersebut Hal ini (sebagai bukti kebenaran dari) firmanNya: "dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya)". Api neraka dapat dijauhi dengan keimanan dan amal yang shalih. Dalam hadits yang shahih, nabi Shallallhu 'alaihi wasallam bersabda:"dan jauhilah api neraka, meskipun dengan sebelah buah kurma". [Ays]

(Diambil dari Kitab Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadiir (disingkat : Zub), karya DR. Muhammad Sulaiman al-Asyqar dan kitab Aysarut Tafaasiir li Kalaamil 'Aliyyil Kabiir (disingkat: Ays) , karya Syaikh Abu Bakar al-Jazairi).

Anda mungkin juga menyukai