Anda di halaman 1dari 14

BAB I

THOREQAT MU’TABAROH

Thoreqat yang mu’tabaroh (diakui sah) seluruhnya ada 42 Thoreqat, yang seluruhnya
berdasarkan keterangan Al-Qur’an dan Hadits.

Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Jin ayat 16:

‫ط ِريقَ ِة ََل َ ْسقَ ْينَا ُه ْم َما ًء َغدَقًا‬


َّ ‫َوأ َ ْن لَ ِو ا ْستَقَا ُموا َعلَى ال‬

“Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam),
benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang
banyak)”.

Thoreqat yang mu’tabaroh, seluruhnya mengambil dri ajaran Rasulullah SAW.,


sebagaimana yang diceritakan oleh Syekh Bushiri dalam Kitab Burdah, yaitu:

ِ َ‫ غَرفًا ِمنَ ْال َبحْ ِر اَ ْو َر ْشفًا ِمن‬،‫س‬


‫الد َي ِم‬ ٌ ‫س ْو ِل هللاِ ُم ْلت َِم‬
ُ ‫َو ُكلُّ ُه ْم ِم ْن َر‬

“Semua ahli Thoreqat mengambil dari Rasulullah. Hanya saja ada yang seperti
menciduk air dari lautan atau sekedar mengambil cipratan air hujan”.

Kesimpulannya, thoreqat yang memakai dasar kitabullah dan sunnah Rasul, disebut
Thoreqat Haq (benar).

BAB II

ASAL-USUL THOREQAT

Asal-usul Thoreqat Qodiriyyah Naqsyabandiyah ialah dari Sayyidina Ali kw. Dan
dari Sayyidina Abu Bakar Siddiq ra.

Adapun hadits yang menerangkan asal muasalnya bai’at atau talqin dzikir yang
berasal dari Nabi SAW yang selanjutnya wirid itu disebut thoreqat, yaitu rawinya Hadits
Syadad bin Aos, Thobrani Ahmad Yusuf Kaorani, yang bunyinya:

“Dan adalah Nabi SAW., mentalqinkan kalimah Thayyibah ini kepada sahabat-sahabat
r.a. Untuk menjernihkan hati mereka dan mensucikan jiwa mereka dan agar mereka bisa
sampai ke Hadirat Allah”.

Adapun cara-cara mentalqinkan dzikir Nabi SAW., kepada para sahabatnya, ujar
Syadad ibnu Aos dan Thobrani, ada dua macam:

• Caranya yang diberjamaahkan

• Caranya yang sendiri-sendiri

Adapun talqin yang diberjamaahkan menurut Syadad adalah sebagai berikut:

2
“Kami semua dengan para Sahabat sedang berada di dalam masjid. Tak lama
kemudian datang Rasulullah SAW, sabdanya: Apakah dalam kumpulan ini ada orang
yang merantau? (maksudnya, kepada ahli kitab, yaitu orang yahudi dan nasrani). Setelah
mendapat jawaban dari Sahabat bahwa tidak ada, selanjutnya Nabi SAW,
memerintahkan menutup pintu dan bersabda: Angkatlah kedua tangan kalian dan
ucapkan oleh kalian kalimah Laa ilaaha illallah. Lalu para Sahabat mengucapkan lafadz
“Laa ilaaha illallah” bersama-sama. Selanjutnya beliau bersabda: Alhamdulillah, Ya
Allah, sesungguhnya Engkau telah mengampuniku dengan kalimah ini, dan Engkau telah
menjanjikan kepadaku, siapa saja yang membaca kalimah itu akan diberi surga. Lalu
beliau bersabda lagi: Ingatlah, kalian harus bergembira sesungguhnya Allah SWT telah
mengampuni kamu sekalian”.

Melihat keterangan hadits Syadad bin Aos, ini menunjukkan bahwa adanya bai’at
dzikir itu adalah kelakuan Rasulullah dan para sahabatnya.

BAB III

LAFADZ-LAFADZ DZIKIR DAN KEUNGGULANNYA

Lafadz-lafadz dzikir itu sangat banyak, diantaranya: tasbih, tahmid, tahlil, takbir,
tamjid, shalawat, dll. Akan tetapi, diantara lafadz-lafadz dzikir yang disebut diatas tadi,
ada yang paling utama. Menurut sabda Rasulullah SAW, yaitu kalimah Laa ilaaha
illallah. Sebagaimana keterangan hadits:

ُ‫ض ُل َما قُ ْلتُ اَنَا َوالنَّبِي ُّْونَ ِم ْن قَ ْب ِلى َل اِلهَ ا ََِّّللل‬


َ ‫ا َ ْف‬

“yang paling utama apa yang aku ucapkan dan apa yang diucapkan Nabi-nabi
sebelumku, yaitu Laa ilaaha illallaah”.

Diantara keunggulan kalimah Laa ilaaha illallaah ialah:

1. Apabila ditimbang, berat kalimah Laa ilaaha illallaah lebih berat timbangannya
dibandingkan dengan tujuh petala langit.
2. Menambah dan memperkuat iman seseorang, sebagaimana sabda Nabi SAW:

“perbaharuilah iman kamu! Para sahabat bertanya: bagaimana kami memperbaharui


iman kami ya Rasulullah? Jawab Nabi: dengan memperbanyak ucapan Laa ilaaha
illallah”.
3. Dapat menghancurkan empat ribu dosa besar.
4. Ahli Laa ilaaha illallah akan masuk surga.

“barangsiapa mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dan bersih hatinya, pasti ia
masuk surga”.
“Kalimah Laa ilaaha illallah adalah benteng Kami. Barangsiapa yang masuk kedalam
benteng itu tentu akan diselamatkan dari siksa Kami”.

3
BAB IV
SYARAT-SYARAT DZIKIR
Dzikir itu ada syaratnya, yaitu harus adanya “guru”. Gurunya adalah harus seorang
manusia yang sudah dapat izin (mandat) dari gurunya.
Sesuai dengan firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 43 yang berbunyi:
َ‫الذ ْك ِر إِ ْن ُك ْنت ُ ْم َل ت َ ْعلَ ُمون‬ ِ ُ‫س ْلنَا ِم ْن قَ ْبلِكَ ِإ َّل ِر َج ًال ن‬
ِ ‫وحي ِإلَ ْي ِه ْم ۚ فَا ْسأَلُوا أ َ ْه َل‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui”.
Pengertian dari “tanyakan kepada ahli dzikir” itu, maksudnya agar manusia
mengetahui mengenai perihal dzikir, jangan sampai terjadi “mencaci karena tidak
mengerti, mengejek karena tidak tahu”, yang akhirnya menjadi pertengkaran anatara
sesama umat Islam.
Apabila sampai terjadi demikian, yang rugi sudah pasti adalah kaum Islam, karena
tidak adanya lagi persatuan dan kesatuan antara sesama kaum Islam. Terjadilah
pertengkaran yang disebabkan oleh “buruk sangka”.
Untuk menghindarkan dari berburuk sangka, kita harus banyak bertanya kepada
ahlinya, apakah itu dengan jalan dialog, atau diskusi, ataupun musyawarah agar ada
dalam kemaslahatan, ketenteraman dan persatuan.

BAB V
PEMBAGIAN IBADAH

Para ulama membagi ibadah menjadi : 1. Syari’at; 2. Thoreqat; 3. Hakikat

Firman Allah SWT :

َ‫ُور َو ُهدًى َو َرحْ َمةٌ ِل ْل ُمؤْ ِمنِين‬


ِ ‫صد‬ُّ ‫ظةٌ ِم ْن َربِ ُك ْم َو ِشفَا ٌء ِل َما فِي ال‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
َ ‫اس قَدْ َجا َءتْ ُك ْم َم ْو ِع‬
“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus: 57)
 Yang dimaksud dengan mau’idoh, yaitu syari’at.
 Yang dimaksud dengan syifa, yaitu thoreqat.
 Yang dimaksud dengan hudan warohmah, yaitu hakikat.

Demikian pula sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :

“Syari’at adalah ucapan. Thoreqat adalah pelaksanaan. Hakikat adalah tingkah laku
(kelakuan). Ma’rifat adalah pangkal kekayaan (modal)”.

Barangsiapa yang menjalankan Syari’at dan Thoreqat, itu sudah benar, karena
menjalankan syari’at itu artinya memegang (melaksanakan) agama yang dibawa oleh
Rasulullah SAW., tegasnya menegakkan perintah Allah dan menghindari segala macam
yang diharamkan.

4
Adapun thoreqat, itu mengambil yang terpenting dari agama, rapih dalam kelakuan,
mau untuk menahan nafsu, dan memaksa agar amarah asyik dalam tho’at pada Allah
SWT.,

Adapun hakikat, yaitu sampainya kepada yang dituju, tegasnya musyahadah.

Untuk mencapai yang tiga macam tadi, ilmunya juga ada tiga macam, yaitu:

• Fiqih : untuk mensahkan tho’at (ibadah kepada Allah)

• Tasawuf : untuk membersihkan hati agar ikhlas

• Usuluddin : untuk meluruskan tekada agar tepat kepada siapa kita beribadah.

BAB VI

TALQIN & BAI’AT DZIKIR

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai bai’at dzikir yang caranya tidak
diberjama’ahkan (seorang-seorang).

Asalnya yang melaksanakan cara ini adalah Sayyidina Ali.

Keterangan Yusuf Al-Karani dengan yang lain, dengan sanad yang shoheh: Sayyidina
Ali bertanya kepada Nabi Muhammad SAW. “Ya Rasulullah, semoga Anda dapat
memberi petunjuk kepadaku, jalan yang terdekat kepada Allah Ta’ala, dan yang
termudah dilaksanakannya oleh kami semua abdi Allah dan yang menurut Allah paling
utama”.

Jawab Rasulullah: “Wajib oleh kamu sekalian dan semua pengikut kami melaksanakan
(mendawamkan) dzikir kepada Allah”.

Sayyidina Ali bertanya lagi: “Bagaiman caranya dzikir itu, Ya Rasulullah?”

Sabda Nabi SAW: “Pejamkanlah mata kalian kedua-duanya, dengarkan akan kuucapkan
tiga kali, setelah itu kalian juga meniru mengucapkan dan akan kudengarkan”.

Lalu Rasulullah SAW mengucapkan kalimah Laa ilaaha illallaah tiga kali sambil beliau
memejamkan matanya, suaranya agak dikeraskan. Sayyidina Ali mendengarkan, lalu
Sayyidina Ali juga meniru cara Rasulullah tadi dan didengarkan oleh Rasulullah.

Dzikir yang ditalqinkan oleh Nabi Muhammad SAW tersebut disebut Dzikir jahar,
artinya jelas. Karena dzikir itu diucapkan oleh lisan.

Kalimah Laa ditariknya dari pusar, terus merambat ke atas sampai ke otak. Lalu
kalimah Ilaaha harus mencakup (melewati) buah dada sebelah kanan atas dan bawah
yang antaranya dua jari dari putik buah dada. Lalu kalimah Illallaah dilewatkan ke buah
dada sebelah kiri, harus nembus ke hulu hati dibarengi dengan ucapan suara yang keras.

5
Berdzikir harus dengan suara yang keras. Karena hati itu dimisalkan batu yang keras,
malahan lebih keras dari pada batu. Seandainya kita ingin membelah batu itu, maka kita
harus memukulnya dengan tenaga yang kuat. Begitu pula dengan hati manusia yang
keras, supaya menajadi lembut harus keras dzikirnya dibarengi dengan suara yang keras
pula.

Menurut Imam Al-Ghazali: “Sunat dzikir jahar diberjama’ahkan di masjid, karena


dengan banyaknya suara itu membuat lebih cepat lembutnya hati, seperti sebuah batu
dipukul beramai-ramai, sudah tentu akan lebih cepat belahnya”.

Yang menjadi sebab terjadinya hijab hati adalah “roan”, tegasnya sebuah titik hitam
dalam hati. Yang menjadikan terjadinya roan yaitu dari perbuatan maksiat. Bila hatinya
sudah hitam, orang itu menjadi gelap mata yang akhirnya membabi buta, hidupnya
memperturutkan hawa nafsu.

Hal-hal yang menjadikan bobroknya akhlaq dan rusaknya budi pekeerti manusia itu
disebabkan oleh karena lupa kepada Allah.

Sabda Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani q.s.: “Penyebab butanya mata hati yaitu
sebab ingkar dari hakikat perintah Allah. Penyebab ingkar karena terbawa oleh perintah
bermacam-macam nafsu kedholiman, seperti takabur, sombong, dendam, hasud, kikir,
ujub, mengupat, mengadu domba, berdusta, dan lain-lain, tegasnya setiap sifat yang
tercela (madzmumah).

Adapun obat untuk menghilangkan sifat madzmumah itu adalah dengan


membersihkan cermin hati dengan kalimah Tauhid, dengan ilmu, dengan amal, dan
memerangi hawa nafsu dengan perang yang hebat dhohir-bathin, hingga menghasilkan
hidupnya hati dengan cahaya Tauhid.

BAB VII

FADILAH DZIKIR

Dijelaskan oleh Syekh Ali Al-Mursafi dalam Kitab Minhajaz-Salik ilaa Asyroofil
Masaalik, fadhilah dzikir itu ada tiga puluh lima macam, yaitu:

1. Menurut perintah Allah dalam QS. Al-Ahzab: 14, “Hai orang-orang yang beriman,
berdzikirlah (dengan menyebut) nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”.
2. Ingatnya Allah kepada kamu sekalian.
3. Ridlo Allah kepada kamu sekalian.
4. Allah mengagungkan kamu sekalian dikala hati kamu mengingat Allah.
5. Terjaminnya anggota badanmu selalu dipakai tho’at kepada Allah.
6. Dekatnya Malaikat kepada kamu sekalian serta mereka sangat bergembira karena
kamu sekalian berdzikir.
7. Dekatnya Allah kepada kamu sekalian.

6
8. Malaikat hafadhoh dengan segera menuliskansegala amal baik orang yang bedzikir.
9. Jauhnya setan dari kamu sekalian.
10. Menguatkan iman dan mahabbahnya si abdi kepada Tuhannya.
11. Menghilangkan sifat munafik.
12. Dijaga dari godaan setan.
13. Dijaga dari neraka.
14. Nikmat Allah kepada kamu sekalian, yaitu dengan dijadikan-Nya kamu orang yang
selalu ingat kepada-Nya, tidak dijadikan orang yang lupa kepada-Nya.
15. Terangnya hati oleh cahaya dzikir.
16. Aku bersama-sama dengan orang-orang yang ingat kepada-Ku. (Hadits Qudsi)
17. Ingatnya hati dari lupa ketika ada bisikan kepada hal yang dicela.
18. Dibukakan pintu langit untuk naiknya Malaikat membawa amal dzikir.
19. Seluruh makhluk dan bumi yang dipakai dzikir mendengar kepada dzikir itu, dan
seluruhnya membanggakan dirinya kepada seluruh tempat yang tidak dipakai dzikir.
20. Lembutnya hati dan khusyu ketika berdzikir.
21. Seluruh keburukan akan dilebur oleh kalimat dzikir.
22. Tenteram dan damainya hati.
23. Malaikat istirahat dari menuliskan segala amal buruk.
24. Meringankan dari beratnya kesulitan pada hari Qiyamah.
25. Dzikir lebih utama dari pada berhaji, perang atau sedekah.
26. Allah memberi lebih banyak, daripada kepada orang yang memohon tidak dibarengi
dzikir, meskipun orang yang berdzikir tersebut tidak memohon apa-apa.
27. Orang yang berdzikir itu diliputi oleh rahmat, diberi sakinah, senang hati dan diberi
barokah.
28. Orang yang berdzikir sehari penuh, akan diampuni segala dosanya.
29. Ada yang berseru dari langit: “Hai orang yang berdzikir bangkitlah, sebenarnya Aku
mengganti segala amal burukmu dengan amal baik, dan aku mengampuni segala
dosamu”.
30. Majlis sholeh karena dzikir, mengayomi seribu majlis yang buruk.
31. Orang yang memperbanyak dzikir kepada Allah, pada hari Qiyamah didudukkan diatas
mimbar dari Nur, serta Malaikat dan para Nabi merasa bangga melihat kedudukan ahli
dzikir, sebab wajahnya lebih bersinar laksana bulan tanggal 14. Pada waktu orang-
orang sedang dalam keadaan bingung, para ahli dzikir tidak merasa takut ataupun
kaget.
32. Pada hari Qiyamah, para ahli dzikir mendapat karomah dari Allah SWT.
33. Para ahli dzikir setiap waktu bersenan-senang di Taman surga.
34. Menjadikan diteranginya bumi.
35. Adapun dzikir khofi (samar), tegasnya dzikir itu tidak ada yang mengetahui, kecuali
yang berdzikirnya sendiri dan Allah SWT, oleh Allah, dzikir khofi itu akan disimpan
di suatu gudang samapai hari Qiyamah. Pada waktu para ahli dzikir akan masuk
kedalam surga, Allah SWT, berfirman: “Bagi kamu sekalian, dari-Ku ada pahala, yaitu
dzikir Khofi”. (Dzikir yang tidak dapat diketahui oleh makhluk).

7
BAB VIII

TINGKATAN DZIKIR

Dzikir itu ada tiga tingkatan:

1. Dzikir dengan lisan sambil lupa hatinya.


Dzikir seperti ini disebut dzikir adat. Dan buahnya itu adalah menjadi siksa, sebab
menjadi dosa. Contohnya: lisannya mengucapkan Laa ilaaha illallaah akan tetapi hatinya
mengingat kepada selain Allah, seperti dzikir ketika kita kaget ada gempa.
2. Dzikir dengan lisan akan tetapi hatinya ingat kepada Allah.
Ini disebutnya dzikir ibadah dan buahnya tentu pahala. Contohnya: lisannya
mengucapkan Laa ilaaha illallaah dan hatinya ingat pada arti kalimah tersebut.
3. Dzikir dengan bergetarnya seluruh badan.
Dzikir ini disebut dzikir mahabbah dan ma’rifat. Dan buahnya tidak ada yang tahu
kecuali Allah semata. Contohnya: lisan mengucapkan Laa ilaaha illallaah dibarengi
dengan bergoyangnya kepala dari bawah hingga ke atas, ke kanan dan ke kiri, dan dzikir
tersebut tembus ke dalam hatinya.
Dzikir ini diamalkan oleh para ahli Thoreqat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Dalam
mengamalkan dzikir ini ada syaratnya, yaitu Guru yang sudah mendapat izin dari
Gurunya untuk memberikan ijazah dzikir, yaitu yang disebut Wakil atau Khalifah.

BAB IX
HIKAYAT
Diceritakan oleh Syekh Abi Saad Al-Qurtubi: “Aku mendengar dari sebagian hadits
atsar, tegasnya yang kewarid dari para sahabat, sebenarnya orang yang mengucapkan
kalimah Laa ilaaha illallaah 70.000 (tujuh puluh ribu) kali, akan jadi penebus dari
neraka. Oleh sebab itu, lalu aku mengamalkan membaca 70.000 kali karena
mengharapkan berkahnya dari janji hadits tersebut. Pertama, karena aku mengharapkan
dapat menebus ahli-ahliku (keluarga). Kedua, mengamalkan untuk bekal di akhirat
kelak.
Kebetulan suatu saat ada seorang pemuda yang menginap di rumahku. Pemuda itu
telah mukasyafah, dapat melihat alam gaib, dapat melihat surga dan neraka. Seluruh
penduduk percaya, hanya aku yang masih meragukan. Diantara tetanggaku ada yang
ingin dikunjungi olehku dan pemuda tersebut. Aku dan pemuda itu mengunjunginya. Di
rumah tetanggaku itu, disuguhi makanan dan minuman.
Tiba-tiba pemuda itu berteriak keras sekali. Seisi rumah kaget dan heran. Pemuda itu
cepat-cepat ditolong dan dipijat.
Ketika pemuda itu sadar, lalu berkata keras sekali: “Aduuh...Pak, ibuku sedang
terbakar dalam api neraka”. Lalu pemuda itu pingsan lagi.
Pada waktu itu barulah aku percaya kemampuan pemuda itu, bisa mukasafah. Timbul
rasa iba dan aku bicara dalam hati, “Hari ini aku akan mencoba akan kebenaran hadits

8
itu, Allah SWT mengilhamkan kepadaku untuk mengamlkan membaca kalimah ikhlas
70.000 kali, dibacannya pelan-pelan dan tidak ada yang tahu, kecuali Allah SWT.”
Selesai membaca 70.000 kal, aku berkata lagi dalam hati, “Hadits itu benar, yang
menceritakan hadits itu uga semuanya benar. Ya Allah, semoga kalimah Laa ilaaha
illallaah yang 70.000 kali ini, menjadi penebus wanita ibunya pemuda ini”.
Belum tamat aku berkata dalam hati, tiba-tiba pemuda itu bnagkit, lalu berkata:
“Bapak, sekarang ibuku sudah keluar dari neraka oleh berkahnya kalimah Laa ilaaha
illallaah yang 70.000 kali Alhamdulillah....”
Kesimpulan hikayat di atas, menunjukkan bahwa membaca kalimah Laa ilaaha
illallaah itu sangat besar faedahnya, oleh karena itu ahli Thoreqat di dalam wiridnya
sangat mengutamakan memperbanyak membaca kalimah tersebut.

BAB X
HIKMAH DZIKIR JAHAR
Hikmah dzikir jahar ada 6, yaitu:
1. Ijtima’i Satati Qolbi Sahibihi. Mengumpulkan terpecahnya ingatan hati manusia yang
sedang dzikir. Ingatan hati, menurut ahli tasawuf ada 70.000 ingatan.
2. Himmatun A’liyah. Membuat tinggi cita-citanya dalam menjalankan ibadah kepada
Allah dan menegakkan hukum Allah. Tegasnya dalam menghadapi banyaknya
kepedihan/rintangan, tidak cengeng betul-betul kokoh menegakkan semua yang
diperintahkan oleh Allah.
3. Anisul Mutawahis. Menjinakkan perkara yang seringkali liar.
4. Jarrul Khoer. Menarik kepada kebaikan. Umpamanya mengajak orang lain untuk
beribadah atau memimpin dalam segala amal ibadah.
5. Khotrotus Samawiyyah. Bisikan-bisikan dari langit.
Tanda-tanda datangnya khotrotus samawiyyah, yaitu bulu kuduk berdiri, hati agak
gentar, perasaan ngeri, banyak yang terasa menyedihkan, yang akhirnya tidak tahan
menahan sedih, menangis sambil tidak tahu apa yang disedihkan, lupa kepada rasa malu.
Menangis bukan tangis biasa, karena kalau sengaja ingin menangis seperti itu tentu tak
akan bisa. Karena ini merupakan rahmat dari Allah yang Maha Esa.
6. Miftahul Ghaib. Terbukanya segala sesuatu yang samar-samar.
Untuk mengetahui perihal yang ghaib memang tidak mudah, harus tahu dahulu
perbedaan antara malaikat dengan syetan. Dua-duanya makhluk halus yang bisa
berwujud apa saja.
Untuk membedakannya, Sulthon Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani QS, ditanya
oleh para muridnya: “Bagaimana perbedaan antara Malaikat dengan Syetan?” Jawabnya:
“Syetan suka mengajak kepada ma’syiat, sedangkan Malaikat menunjukkan kepada
munjiah, yaitu jalan keselamatan dunya dan akhirat”.

9
BAB XI
MENELITI DIRI

Mengetahui hakikat diri itu fardu ‘ain, tegasnya wajib tiap-tiap manusia yang aqil
baligh, karena sebenarnya ma’rifat kepada Allah itu ditangguhkan hingga mengetahui
hakikat dirinya.
Sabda Rasulullah SAW:
ُ ‫ف َربَّه‬ َ ‫ف نَ ْف‬
َ ‫سهُ فَقَدْ َع َر‬ َ ‫َم ْن َع َر‬
“Siapa yang kenal akan dirinya, maka kenal akan Tuhannya”.
Ma’rifat kepada Allah adalah fardu ‘ain, karena beribadah kepada Allah harus tahu
ma’budnya (yang disembahnya).
Yang dimaksud diri ialah semua yang halus-halus dalam badan, apabila kita selagi
hidup tidak mengenalnya, sudah tentu tidak akan tahu ketika kita sudah mati. Apabila
kita tidak mengenal sudah tentu kepada Allaj-pun tidak akan ma’rifat. Sebagaimana
firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 72:

“Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan
lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”.
Manusia itu disusun dari latifah-latifah yang sepuluh. Yang lima dinamakan Alamul
Amri yaitu Latifatul Qolbi; Latifatur Ruhi; Latifatus Sirri; Latifatul Khoffi; Latifatul
Akhfa. Dan yang lima lagi dinamakan Alamul Kholqi yaitu Air; Tanah (bumi); Api;
Hawa/udara/angin, (1 s/d 4 dinamakan anasir opat, atau disebut “Latifatul Qolab” yaitu
yang halus disekujur badan); Latifatun Nafsi.
Adapun hasilnya jumlah latifah yang ada diseluruh tubuh itu ada 7 (tujuh), yaitu:
1. Latifatul Qolbi (Latifah Hati).
Tempatnya kira-kira 2 jari di bawah buah dada kiri. Yang mengisi latifah tersebut ialah
Nafsu Lawamah, yang mempunyai pengikut 7 yaitu: gampang tertarik, zalim,
mengumpat, ingin dipuji, tidak ada rasa kasihan, dusta dan lalai terhadap kewajiban.
2. Latifatur Ruh.
Tempatnya kira-kira 2 jari di bawah buah dada kanan. Yang mengisi latifah ini ialah
Nafsu Mulhimah (Sawiyah), pengikutnya ada 7, yaitu: pemurah, sederhana, ramah-
tamah, rendah hati, menyadari kekhilafannya, sabar dan tabah terhadap kesusahan.
3. Latifatus Sirri.
Tempatnya kira-kira 2 jari di atas buah dada kiri. Yang mengisi latifah ini adalah Nafsu
Mutmainah. Pengikutnya ada 6, yaitu: sayang pada sesama makhluk, tawakal, senang
beribadah, selalu bersyukur, ridho dan takut berbuat dosa.
4. Latifatul Khoffi.
Tempatnya kira-kira 2 jari di atas buah dada kanan. Yang mengisi latifah ini ialah Nafsu
Mardiyah (Rodhiyah). Pengikutnya ada 7, yaitu: baik budi, meninggalkan segala hal
selain Allah, belas kasih kepada sesama makhluk, selalu mengajak kepada kebaikan,
memaafkan kesalahan orang lain, kasih sayang kepada sesama manusia dan peduli
terhadap perasaan orang lain.
5. Latifatul Akhfa.

10
Tempatnya di tengah-tengah dada. Yang mengisi latifah ini ialah Nafsu Mardliyyah,
artinya kesempurnaan. Pengikutnya ada 3, yaitu: Ilmul yaqin (yaqin tahunya), Ainul
yaqin (nyata tahunya) dan Haqqul yaqin (mutlak tahunya).
6. Latifatun Nafsi.
Tempatnya diantara dua alis (ditengah-tengah jidat). Yang mengisi latifah ini ialah Nafsu
Amarah. Pengikutnya ada 7, yaitu: kikir, ambisius, hasud, bodoh, sombong, syahwat dan
marah.
7. Latifatul Qolab.
Yang mengisi latifah ini ialah Nafsu Kamilah. Yang ini tidak punya pengikut, karena
berasal dari anasir yang 4, yaitu:
a. Cahaya air putih (inti air),
b. Cahaya angin itu kuning (inti angin),
c. Cahaya api itu merah (inti api),
d. Cahaya tanah/bumi itu hitam (inti bumi).

Adapun nafsu kamilah itu adalah nafsu yang sudah sempurna, merupakan
watak/tabi’at yang tetap, selalu berada dalam kebaikan dan selanjutnya bisa naik ke
pangkat yang lebih sempurna sehingga senang dan istiqomah dalam ibadah dibarengi
mau memberi petunjuk kepada orang lain dan bisa menyempurnakan segala
kekurangannya, malahan maqomnya disebut tajalli asma was-sifat. Kelakuannya
langgeng taqorub kepada Allah selamanya sehingga disebut insan kamil mukamil.

BAB XII

DZIKIR KHOFI

Ketika Nabi Muhammad SAW dan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.
Bersembunyi di Gua Hira, kaum Quraisy yang kafir memburu Nabi ke Gua itu. Abu
Bakar sangat khawatir mereka mengetahui bahwa Nabi berada disitu. Kemudian Nabi
bersabda sebagaimana termaktub dalam Surat at-Taubah ayat 40: “Janganlah kamu
berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”.

Abu Bakar berkata: “Ya Rasulullah, mohon anda memberi petunjuk, agar hati hamba
tenteram jangan merasa bimbang seperti sekarang”.

Sabda Nabi : “Ucapkan olehmu asma Allah”.

“Bagaimana caranya mengucapkan kalimah itu dan dimana menempatkannya, ya


Rasulullah?” Kata Abu Bakar.

“Harus ingat kamu kepada Tuhanmu di dalam hati dengan merendah, merasa malu dan
takut, tidak usah dengan ucapan yang keras (tidak dilisankan), cukup dengan getarnya
hati, detaknya jantung. Cara berdzikir seperti itu harus dari pagi sampai petang serta
ingat terus jangan ada lupanya”. Sabda Nabi SAW.

11
Semua itu adalah asal-usul adanya Thoreqat Naqsyabandiyah.

Arti dari Naqsyandiyah itu berasal dari kalimat naqsun-bandun yang artinya
mecapkan stempel. Maksudnya menerapan cap/stempel yang abadi yang tidak bisa
dilebur/dihapus oleh apa-apa, adapun hapusnya oleh lupa.

BAB XIII

ALAMUL AMRI & POKOK THOREQAT

1. Alamul Amri, yaitu alam pemerintahan, dalam alam itu ada wilayah yang disebut
wilayah Ulul Azmi, tegasnya mempunyai kesabaran. Sebagaimana firman Allah dalam
Al-Qur’an yang artinya: “Harus sabar kamu sekalian seperti sabarnya Ulul ‘Azmi dari
beberapa Rasul”.
a. Latifatul Qolbi : wilayah Nabi Adam a.s.
b. Latifatul Ruh : wilayah Nabi Ibrahim a.s.
c. Latifatus Sir : wilayah Nabi Musa a.s.
d. Latifatul Khofi : wilayah Nabi Isa a.s.
e. Latifatul Akhfa : wilayah Nabi Muhammad SAW.
f. Latifatun Nafsi & Latifatul Qolab : tanpa wilayah

Latifah yang tujuh harus diisi oleh Dzikir Khofi. Apabila dzikir itu sudah naik kepada
latifah di seluruh badan, disebut Sulthonul Azkar (rajanya segala dzikir).

2. Pokok Thoreqat
Asal-usul/pokok thoreqat itu ada dua, yaitu Thoreqat Qodiriyyah dan Thoreqat
Naqsyabandiyah. Asal mulanya dari Thoreqat sahabat, yaitu Sayyidina Ali dan
Sayyidina Abu Bakar.
Menurut Syekh Akbar Sayyidina Bahauddin Naqsyabandi: “Adapu asal thoreqatku
merupakan ujung dari thoreqat yang lain, karena ini adalah thoreqat sahabat, tidak
kurang tidak lebih. Disebut akhir dari thoreqat, karena thoreqat ini yang bisa
melanggengkan ibadah lahir-bathin serta bisa diamalkan oleh orangtua maupun anak-
anak, oleh wanita atau laki-laki, oleh yang bodoh maupun yang pandai, oleh yang kaya
maupun yang misin, oleh rakyat ataupun pejabat, malahan sedemikian luasnya, thoreqat
ini bukan saja untuk yang hidup, bahkan yang mati pun dapat diberi ijazah dengan
thoreqat ini”.
Para pemuka Thoreqat Naqsyabandiyah memilih dzikir hati karena hati adalah tempat
Allah menilai, tempat iman, gudangnya segala macam rahasia, serta tempat sumbernya
bermacam-macam cahaya, malah jasad akan maslahat, karena hatinya maslahat.

12
BAB XIV
SILSILAH THOREQAT NAQSYABANDIYAH

(Menurut keterangan Abuya Dr. Syekh H. Jalaluddin)

1. Allah SWT
2. Malaikat Jibril as.
3. Nabi Muhammad SAW
4. Sayyidina Abu Bakar ra. & Sayyidina Ali kw.
5. Syekh Parisy ra.
6. Syekh Qosim bin Muhammad ra.
7. Syekh Imam Ja’far Siddiq ra
8. Syekh Abu Yazid Busthami ra
9. Syekh Abu Hasan Kharqani ra
10. Syekh Abi ‘Ali Farmady ra
11. Syekh Yusuf Hamdani ra
12. Syekh Abdul Khaliq Fajruani ra (Imam Khaujakan)
13. Syekh Arif Riju Kari ra
14. Syekh Mahmud Anjiri ra
15. Syekh ‘Ali Banitami ra
16. Syekh Muhammad Baba’s Samasi ra
17. Syekh Amir Kulaili ra
18. Syekh Bahauddin Syah Naqsyabandi ra
19. Syekh Muhammad Alauddin ‘Athari ra.
20. Syekh Yakub Jarkhi ra.
21. Syekh Ubaidullah Ahrari Samarqandy ra.
22. Syekh Muhammad Zahidi ra.
23. Syekh Darwisy Muhammad ra.
24. Syekh Muhammad Chaujaki Amkanaki ra.
25. Syekh Muhammad Baqi Billahi ra.
26. Syekh Muhammad Faruqi Sarhihi (Imam Robbani ra)
27. Syekh Muhammad Maksum ra.
28. Syekh Syaifuddin ra.
29. Syekh Nur Muhammad Badawi ra.
30. Syekh Syamsuddin Habibullah Jan Janany ra.
31. Syekh Abdullah Bahlawi ra.
32. Syekh Khalid Qurdy ra.
33. Syekh Abdullah Affandy ra.
34. Syekh Sulaiman Qurdy ra.
35. Syekh Sulaiman Zuhdy ra.
36. Syekh ‘Ali Ridha Istiqamah ra.
37. Syekh Dr. H. Jalaluddin ra.

13
BAB XV
SILSILAH THOREQAT QODIRIYYAH-NAQSYABANDIYYAH

1. Allah SWT
2. Jibril AS
3. Nabi Muhammad SAW
4. Sayyidina Ali kw
5. Sayyidina Husein ra.
6. Sayyidina Zaenal Abidin ra.
7. Sayyidina Muhammad Baqir ra.
8. Sayyidina Ja’far Shodiq ra.
9. Sayyidina Imam Musal Kadhim
10. Syekh Abdul Hasan bin Musar Rido ra.
11. Syekh Ma’ruful Karkhi ra.
12. Syekh Sirri Saqothi ra.
13. Syekh Abull Qosim Al-Junaedil Baghdadi ra.
14. Syekh Abu Bakrin Dilfisy Syibli ra.
15. Syekh Abul Fadli Ao ’Abdul Wahid At-Tamimi ra.
16. Syekh Abul Faroj Ath Thurthusi ra.
17. Syekh Abul Hasan ‘Ali ra.
18. Syekh Abu Sa’idil Mubarok ra.
19. Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani qs.
20. Syekh Abdul Aziz ra.
21. Syekh Muhammad Al-Hattak ra.
22. Syekh Syamsuddin ra.
23. Syekh Syarofuddin ra.
24. Syekh Nuruddin ra.
25. Syekh Waliyuddin ra.
26. Syekh Hisyamuddin ra.
27. Syekh Yahya ra.
28. Syekh Abu Bakrin ra.
29. Syekh Abdurrohim ra.
30. Syekh Utsman ra.
31. Syekh Abdul Fattah ra.
32. Syekh Muhammad Murrod ra.
33. Syekh Syamsuddin ra.
34. Syekh Ahmad Khotib As-Syambasi ra.
35. Syekh Tholhah ra.
36. Syekh Abdullah Mubarok ra (Abah Sepuh)
37. Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra (Abah Anom)

14
BAB XVI

ROBITHOH & SILSILAH

1. Robithoh
Robithoh, menurut lughot Arab yaitu: “Ibsarotun an ta’alluqil qolbi bisyaein ‘ala
wajhil mahabbah”, artinya : terkaitnya hati kepada macam-macam hal sambil
menyenanginya.Adapun definisi Robithoh menurut ahli thoreqat, yaitu: “Ibarotun ‘an
tashowwuri shauroti syaehihi fi madrokihi fi qolbi”, artinya: suatu ibarat dari ingat
kepada Gurunya di waktu idrak, teganya ketika menemui hal yang gaib-gaib yang tidak
dimengerti, tidak terjangkau oleh akal, lalu robithoh kepada gurunya, nanti akan menjadi
sebab kita dapat mengerti kepada hal-hal tersebut. Atau bisa dikatakan, robithoh itu ingat
kepada guru sampai mereka merasa tidak jauh dari gurunya.
2. Silsilah
Silsilah artinya ialah turun-temurun thoreqat yang sifatnya berurutan.
Mengapa harus tahu silsila? Karena menurut keterangan ulama sufi: “Sesungguhnya
manusia yang tidak tahu ayahnya dan kakeknya dalam thoreqat, maka orang itu yang
mempelajari “thoreqat mardud” artinya tidak diterima”.
Thoreqat yang disebut “Mutabaroh”, harus ada silsilahnya, jelas asal-muasalnya yang
mengalir sampai sekarang. Sabda Rasulullah dalam hadits yang sohih: “Al ulamaa’u
warosatul anbiyaa”. Artinya: “Adapun ulama itu adalah pewaris para Nabi”. Ahli waris
itu tentu ada silsilahnya atau keturunannya.

BAB XVII

MANAQIB

Asal kata manaqib menurut lugot bahasa arab artinya adalah “jalan di atas gunung”
atau “tanjakan”. Adapun istilah manaqib yaitu: “ma urrifa bihi minal khisho lil hamidati
wal akhlaqi kamidati”. Perkara yang sudah diketahui bahwa keluarnya perkara itu dari
hal yang terpuji dan dari budi pekerti yang baik. Bisa juga disebut tanda keagungan.

Di dalam manaqib terdapat 3 kandungan, yaitu: Riwayat; Karamat: Wasiyat.

Adapun hukum manaqib adalah sunat, karena manaqib bisa menjadi kifarat dari dosa.
Seperti hadits yang disampaikan oleh Ahmad dan Tabrani yang artinya:

“Memperingati orang-orang sholeh akan memperoleh kifarat dosa dan pada peringatan
tersebut akan turun rahmat dan memperoleh barokah”.

15

Anda mungkin juga menyukai