Anda di halaman 1dari 2

Dalil tentang keutamaan ilmu adalah beberapa ayat Quran. Di antaranya adalah Syahidallahu...

Lihatlah bagaimana Allah memulai dengan dzatNya, kemudian para malaikat, dan ketiga ahli ilmu. Itu
menunjukkan betapa mulia dan utamanya ahli ilmu.

Allah juga berfirman; yarfa’illah...

Di lain ayat, Allah juga berfirman; qul hal yastawi...

Dan juga dalam ayat; innama yakhsya...

Dan terakhir dalam; walaw radduhu...

Allah mengembalikan hukum-hukumNya dalam kenyataan kepada istinbath ahli ilmu. Dan Allah juga
menyamakan derajat mereka dengan derajat para nabi dalam mengungkapkan hukum Allah ta’ala.

Sedangkan hadis, Rasulullah Saw bersabda; ketika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba,
maka Allah akan membuatnya memperdalami agama, dan juga memberinya petunjuk.

Di dalam riwayat lain, para ulama adalah pewaris para nabi. Dan diketahui, bahwa tiada derajat di
atas derajat kenabian, dan tiada kemuliaan semulia perawis derajat tersebut. Rasulullah juga
bersabda, jika datang padaku satu haru, dan tidak ada ilmu yang kudapat untuk mendekatkanku
kepadaNya, maka tiada keberkahan untukku sejak terbitnya matahari pada hari itu.

Beliau juga bersabda tentang lebih utamanya ilmu daipada ibadah dan syahadah(persaksian);
keutamaan orang berilmu dibanding orang tak berilmu itu bagai keutamaanku atas rendah-
rendahnya seorang lelaki di kalangan sahabatku.

Maka lihatlah bagaimana derajat ilmu disamakan dengan derajat kenabian. Dan lihatlah bagaimana
derajat suatu perbuatan yang dilandasi ilmu dengan suatu perbuatan yang tidak dilandasi ilmu. Jika
seorang ahli ibadah beribadah, maka harus dilandasi dengan ilmu. Jika tidak, maka itu bukan
dianggap sebagai ibadah.

Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda; keutamaan seorang ahli ilmu dibanding ahli ibadah itu
seperti keutamaan purnama atas bintang-gemintang lainnya.

Di antara wasiat Luqman kepada anakanya adalah; wahai anakku, berkumpullah dengan para ulama.
Sesungguhnya Allah menghidupkan hati dengan cahaya hikmah seperti halnya Allah menghidupan
bumi dengan hujan dari langit.

Fadhilah Belajar

Pada al-Taubah ayat 122, maksud ayat tersebut adalah belajar dan memberi bimbingan. Sedang Ali
Imrah ayat 187 adalah sebagai dalil wajibnya belajar. Lalu al-Baqarah ayat 146 adalah pelarangan
menyembunyikan ilmu sebagaimana dalam petikan ayat al-Baqarah 283, Fushshilat 33, al-Nahl 125,
dan ayat “.... wa yu’allimuhumul kitaba wal hikmah..” yang terdapat pada surah al-Baqarah 129, Ali
Imran 164, dan al-Jumuah 2.

Adapun dalil dari hadis Nabi, di antaranya adalah ketika Nabi mengutus Muadz ke Yaman, berkata,
“Allah memberi hidayah satu orang melaluimu itu lebih baik bagimu ketimbang dunia seisinya.”
Nabi berkata, “barangsiapa mengetahui satu ilmu, kemudian dia menyembunyikannya, maka Allah
akan mencambuknya di hari kiamat dengan cambuk api.”

Nabi berkata, “Sesungguhnya Allah, para malaikat, dan para penghuni langit dan bumi hingga seekor
semut di lubangnya, hingga ikan yang ada di laut, akan selalu mendoakan kebaikan orang yang
mengajari manusia.”

Nabi berkata, “Ketika anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; sedekah
jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak salih yang mendoakannya.”

Nabi berkata, “Orang yang menunjukkan pada kebaikan itu sama seperti pelakunya.”

Nabi berkata, “Rahmat Allah meliputi para penggantiku.” Dikatakan, di antara para khalifah
(pengganti) Allah adalah mereka yang menghidupkan sunnahku (Muhammad) dan mengajarkannya
kepada para hambaNya.

Dalil dalam atsar, diriwayatkan dari Muadz, dia berkata; “ajarkanlah ilmu karena mengajarkannya
karena Allah adalah sebentuk takut kepada Allah, mencarinya adalah sebentuk ibadah, mendarasnya
sebentuk tasbih, menuntutnya sebentuk jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum
mengetahui adalah sebentuk sedakah, mengupayakannya adalah sebentuk ibadah. Ilmu adalah
teman kala sendiri, dalil agama, dan penyabar ketika susah atau senang. Allah mengangkat kaum
karena ilmu, dan menjadikannya sebagai pemimpin dalam kebaikan yang diikuti oleh yang lainnya. Ia
adalah dalil dalam kebaikan. Dengan ilmu seorang hamba dapat mencapai derajat abrar yang luhur.
Bertafakkur tentangnya sama halnya dengan berpuasa. Mendarasnya seperti salat malam. Dengan
ilmu Allah ditaati. Dengan ilmu Allah disembah, diesakan, diagungkan. Dengan ilmu seseorang
bertawarru’ (hati-hati), dengannya pula seseorang menyambung tali rahim. Dengannya dapat
dibedakan mana halal mana haram. Ia adalah pemimpin amal. Dengannya orang bahagia, sedang
orang yang terhalang ilmu akan celaka.

Al-Hassan berkata, “Kalau bukan karena ulama, manusia akan menjadi layaknya hewan.” Artinya,
ilmu adalah pembatas/pembeda antara manusia dan hewan.

Penjelasan ilmu yang hukumnya fardhu ain.

Nabi berkata, “Mencari ilmu adalah kefarduan bagi setiap muslim.” Di antara ilmu yang fardhu ain
adalah ilmu yang dapat mengetahui tauhid, sifat-dzat Allah, ibadah dan muamalat yang halal dan
haram, ilmu yang dapat mengetahui keadaan hati yang terpuji seperti sabar, syukur, dermawan,
akhlak dan pergaulan yang baik, jujur, ikhlas dan apa yang tercela seperti hasud, takabbur, riya’,
marah, dan kikir. Mengetahui hal-hal yang pertama dan menjauhi hal-hal kedua adalah fardhu ‘ain,
seperti membenarkan akidah, ibadah dan muamalah.

Anda mungkin juga menyukai