Anda di halaman 1dari 3

ILMU

I. Keutamaan ilmu, belajar dan mengamalkan


Bismillahi Rahman Rahim
Pembahasan tentang keutamaan ilmu banyak ditemukan dalam al-Qur'an. Di
antaranya, firman Allah SWT;
ٍ ‫ِين ُأو ُتوا ْالع ِْل َم دَ َر َجا‬
‫ت‬ َ ‫َيرْ َف ِع هَّللا ُ الَّذ‬
َ ‫ِين َءا َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذ‬
Artinya; " Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."
Ibnu Abbas berkata; "Derajat orang yang berilmu lebih tinggi tujuh ratus derajat
dari pada orang-orang mu'min, dan jarak di antara satu derajat ke derajat lainnya tujuh
ratus tahun."
Allah SWT berfirman; "Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?".
Di lain ayat; "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama."
Di lain ayat, "Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia;
dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu."
Dalam hadits Nabi, Rasulullah Saw bersabda; "Seutama-utama hamba adalah
mu'min yang berilmu, jika dibutuhkan maka dia akan bermanfaat bagi orang lain. Dan
jika minta pertolongan, maka akan selalu merasa cukup dengan apa yang diterimanya."
Di lain hadits, beliau bersabda;
‫مْر ُت ُه اَ ْلع ِْل ُم‬
َ ‫ َو َث‬,ُ‫ َو ِز ْي َن ُت ُه اَ ْل َح َياء‬,‫اَِإْل ْي َمانُ عُرْ َيانٌ َولِ َبا ُس ُه ال َّت ْق َوى‬.
Artinya; "Iman itu (sifatnya) telanjang. Pakaiannya adalah taqwa, perhiasannya
adalah hidup sejahtera, dan buahnya adalah ilmu."
Dan juga bersabda; "Sedekat-dekat derajat manusia kepada derajat para Nabi
adalah golongan orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang ikut berjihad. Adapun
golongan yang berilmu, adalah selalu menuntun ke jalan para Rasul. Sementara,
kelompok orang yang ikut berjihad adalah mereka yang berjihad dengan peralatan
perangnya sejalan dengan ala perangnya para Rasul".
Nabi bersabda; "Orang yang berilmu adalah kepercayaan (wakil) Allah di muka
bumi."
Nabi bersabda; "Golongan yang memperoleh syafa'at pada hari kiamat adalah
golongan para Nabi, kemudian golongan Orang-orang yang berilmu, lalu para
syuhada."
Fath al-Mushilî berkata; "Bukankah orang sakit yang sudah tidak bisa makan,
minum dan makan obat akan menemui ajalnya?" Di jawab: "Ya. Beliau berkata lagi:
"Demikian pula dengan hati, jika sudah tidak bisa menerima kata-kata hikmah maupun
ilmu selama tiga hari, maka (hati) mati. Sangat benar, karena sesungguhnya menu
makanan buat hati adalah ilmu dan siraman kata-kata hikmah. Namun, hati sudah tidak

BPI SMP IT TSamrotul Fuad


dapat menerimanya lagi, karena disibukan oelh urusan duniawi sehingga menghapus
fungsi hati. Ketika kematian telah mendekat kepadanya, sedangkan ia disibukkan
dengan urusan duniawi, maka hati akan merasakan sakit yang tidak terkira perihnya
dan terus menerus tanpa akhir." Inilah yang dimaksudkan dalam sabda Nabi Saw,
"Manusia itu tidur (lalai), maka jika mereka mati, barulah manusia bangun (sadar)."
Adapun keutamaan menuntut ilmu, ditegaskan dalam satu hadits Nabi, "Sungguh
para malaikat akan membentangkan sayap-sayapnya (merendahkan sayap-sayapnya
untuk memberi perlindungan) bagi penuntut ilmu karena ridha dengan apa mereka
lakukan."
Di hadits lain, Nabi bersabda, "Jika kemampuanmu hanya mempelajari satu bab
ilmu, maka itupun lebih baik dari pada shalat sebanyak seratus rakaat."
Abu Darda' berkata, "Barang siapa yang tidak memandang bahwa menuntut ilmu
merupakan jihad, maka sungguh ia telah berpikir keliru dan salah."
Adapun keutamaan mengajar, ditegaskan dalam salah satu ayat,
َ ‫ِين ُأو ُتوا ْال ِك َت‬
‫اب َل ُت َب ِّي ُن َّن ُه‬ َ ‫ َوِإ ْذ َأ َخ َذ هَّللا ُ مِي َث‬.
َ ‫اق الَّذ‬
Artinya, "Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang
Telah diberi Kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia,
dan jangan kamu menyembunyikannya,"
Ketika Rasulullah membaca ayat ini, beliau bersabda, "Allah SWT tidak pernah
memberi ilmu kepada seorang alim kecuali didahului dengan suatu perjanjian,
sebagaimana yang telah diberlakukan kepada golongan para Nabi agar engkau
menjelaskan dan tidak menyembunyikannya."
Ketika Rasulullah Saw menutus sahabat Mu'adz ke negeri Yaman, beliau
berkata,
َ ‫ َأ َحبَّ ِإ َلي‬,‫ َلِئنْ َي ْهدِي هللاُ ِب َك َر ُجاًل َوا ِح ًدا‬.
‫ْك م َِن ال ُّد ْن َيا َو َما ِف ْي َها‬
Artinya, "Petunjuk yang diberikan Allah kepada seseorang lewat perantaramu,
adalah lebih baik bagimu daripada dunia berserta isinya."
Umar radhiyallahu 'Anhu berkata, "Barang siapa yang menceritakan suatu hadits
lalu mengamalkannya, baginya pahala sebesar pahala amal itu." Muadz bin Jabal
berkata mengenai belajar dan mengajar ilmu yang diriwayatkannya dengan marfu'
"Belajarlah ilmu, karena mempelajari suatu ilmu karena Allah adalah kebaikan,
menuntut ilmu adalah ibadah, pengkajiannnya adalah tasbih, penelitiannya adalah
jihad, mengajarkannya kepada yang tidak tahu merupakan sadaqah dan memberikan
amanah kepada ahlinya adalah pendekatan diri kepada Allah. Ilmu menajdi penghibur
di kala sepi, teman di kala sendiri, dalil saat berbicara tentang agama, petunjuk di kala
senang dan sempit, teman dan pembantu di setiap keadaan dan obor penerang jalan
menuju ke surga. Dengannya Allah mengangkat derajat suatu golongan dan
menempatkannya pada tempat yang terhormat dan menjadi petunjuk baginya dalam
memimpin dan kebaikan bagi yang dipimpin. Jejak mereka diikuti dan perilaku mereka

BPI SMP IT TSamrotul Fuad


diteladani. Para Malaikat melindungi mereka dengan sayap-sayapnya yang
mengembang. Setiap benda, baik kering maupun basah memohon ampunan baginya,
hingga ikan-ikan di laut dan binatang-binatangnya, hewan-hewan buas dan binatang
ternak di darat serta burung-burung di langit."
Ilmu dapat menghidupkan hati, penerang mata dari kegelapan, penguat jasmani
dari kelemahan sehingga dapat mengangkat derajat hamba ke tingkat golongan
orang-orang shaleh. Berpikir dengan ilmu sama nilainya dengan pahala puasa dan
mengkajinya sebanding dengan shalat malam. Dengan ilmu, manusia ta'at kepada
Allah, menyembah-Nya, meng-Esakan-Nya, memiliki sifat rendah diri, menyambung
dan mempererat tali silaturrahim. Ilmu adalah pemimpin dan amal shaleh pengikutnya.
Orang yang berilmu adalah hamba yang bahagia, sebaliknya yang tidak berilmu
menjadi orang yang sengsara.
Dari sudut akal, tidak dapat disangkal bahwa ilmu adalah sesuatu yang utama.
Dengan ilmu, manusia dapat sampai dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Yaitu
kebahagiaan abadi
dan kenikmatan kekal yang tiada berujung. Dengan ilmu, manusia meraih
kemuliaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Dunia adalah lahan amal untuk bekal di akhirat. Seseorang yang mengamalkan
ilmunya, maka akan menuai hasilnya buat dirinya, berupa bahagia selamanya karena
telah mendidik akhlaknya dengan tuntunan ilmu. Demikian pula kebahagiaan yang
kekal bagi mereka yang mengambil faedah dari orang yang berilmu lewat proses
belajar mengajar. Orang yang mengajar memberi nasehat dan bimbingan akhlak
kepada manusia, dan dengan ilmu pula mengajak mereka mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Dalam satu firman-Nya, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah Mareka dengan cara yang baik."

BPI SMP IT TSamrotul Fuad

Anda mungkin juga menyukai