Anda di halaman 1dari 51

S egala puji hanyalah milik Allah

semata. Shalawat dan salam untuk


Rasulullah yang tidak ada Nabi dan Rasul
setelahnya. Amma ba'du!
Saudaraku seislam yang saya muliakan,
ketahuilah bahwa laa ilaaha illallahu
merupakan ucapan paling mulia yang
diucapkan oleh seorang hamba. Ia pendek
lafazhnya, mudah mengucapkannya, namun
besar ganjaran dan manfaatnya. Kalimat ini
sering disebut juga dengan Miftaahu Al-
Jannah (kunci surga).

Al-Imam Al-Bukhari –rahimahullahu–


menyebutkan dalam kitab hadits shahihnya
(Shahih Al-Bukhari) bab fil-janaaiz wa man
kaana aakhiru kalaamihi laa ilaaha
illallahu (bab tentang urusan jenazah, dan
siapa yang akhir ucapannya laa ilaaha
illallahu):
َ ََْ ِّ َ ُ ْ َْ َ َ
‫ب ة َِ ٌِت ٍّ أىيس‬ ِ ْ ِٔ ‫ل‬ ‫ِيو‬ ‫وق‬
َ َ َ َ َّ َ ْ ُ َ ْ ُ َّ َّ َ َ
،‫ال لإ إِال اَّلل ٌِفتاح اْلِ ِث كال ةل‬
ٌ َ ْ َ ُ َ َّ ٌ َْ َ َْ ْ ََ
،‫كَ ىيس ٌِفتاح إِال َل أشِان‬ ِ ‫وى‬
ٌ َ ْ َ َُ َْ َ ْ ْ َ
،‫اح َل أشِان‬ ٍ ‫ج ة ِ ٍِفت‬ ‫جئ‬ ِ ‫ن‬ ِ ‫فإ‬
َ َ ْ َ ْ ُ َ َّ َ َ َ ُ
‫ َو إِال ل ًْ يفتح لم‬،‫فتِح لم‬
Dikatakan kepada Wahb bin Munabbih
–rahimahullahu–, „Bukankah kunci surga
adalah Laa ilaaha illallahu?‟ Beliau
menjawab, „Betul, Laa ilaaha illallahu
adalah kunci Surga! Akan tetapi tidak
ada sebuah kunci melainkan ia memiliki
gigi-giginya. Apabila engkau datang
membawa kunci yang memiliki gigi-giginya
maka surga akan dibukakan untukmu.
Sedangkan apabila engkau membawa kunci
yang tidak memiliki gigi-giginya maka

2
Catatan Ibnu Mukhtar
surga tidak akan pernah dibukakan
untukmu. [Lihat kitab Shahih Al-Bukhari
karya Imam Al-Bukhari –rahimahullahu–
5/76, Al-Maktabah Asy-Syaamilah]
Yang dimaksud dengan gigi-gigi pada
kunci ini adalah syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh seorang hamba agar laa
ilaaha illallahu yang diucapkannya
menjadi sebab keselamatan baginya dari api
neraka dan memasukkannya ke surga.
Inilah pembawa kunci surga yang penulis
maksudkan dalam catatan kecil ini, seorang
hamba yang mendapatkan manfaat dari laa
ilaaha illallahu yang diucapkannya
sewaktu di dunia.
SIFAT-SIFAT PEMBAWA KUNCI
SURGA
Saudaraku seislam yang saya cintai, berikut
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang
pembawa kunci surga, semoga Allah
menjadikan kita termasuk di dalamnya,
Aamiin.

3
Catatan Ibnu Mukhtar
PERTAMA, MENGETAHUI MAKNA
DAN KONSEKUENSI KALIMAT LAA
ILAAHA ILLALLAHU.

S
eorang pembawa kunci surga harus
mengetahui bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali hanyalah Allah
semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya,
sedangkan semua yang disembah selain
Allah –apapun namanya, bagaimanapun
bentuknya– adalah sesembahan yang salah
dan akan merugikan penyembahnya di
akhirat kelak.

Allah Ta’aala berfirman:

      

     

    

4
Catatan Ibnu Mukhtar
Yang demikian itu, adalah karena
sesungguhnya Allah, Dia-lah sesembahan
yang benar (Al-Haq). Dan sesungguhnya
apa saja yang mereka seru (ibadahi) selain
Allah, itulah yang batil. Dan sesungguhnya
Allah, Dia-lah yang Maha Tinggi lagi
Maha besar. [QS. Al-Hajj ayat 62]

      

      

      

     

 

Dan siapakah yang lebih sesat daripada


orang yang menyembah sembahan-

5
Catatan Ibnu Mukhtar
sembahan selain Allah yang tiada dapat
memperkenankan doanya sampai hari
kiamat dan mereka lalai dari
memperhatikan doa mereka? Dan apabila
manusia dikumpulkan pada hari kiamat
niscaya sembahan-sembahan itu menjadi
musuh mereka dan mengingkari
peribadatan para penyembahnya.
[QS. Al-Ahqaaf ayat 5-6]

Inilah makna dan konsekuensi ucapan laa


ilaaha illallahu yang sebenarnya yaitu
mengingkari semua sesembahan yang
disembah selain Allah dan menetapkan
hanya Allah semata yang tidak ada sekutu
bagi-Nya sebagai satu-satunya zat yang
berhak untuk diibadahi dengan benar.

Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah


Al-Fauzan –hafizahullahu– mengatakan:
“Dan makna kalimat ini (kalimat laa ilaaha
illallahu) yang benar menurut para Salaf
dan para peneliti adalah:

6
Catatan Ibnu Mukhtar
ّ
‫ال ٌعتٔد حبق إال اهلل‬
Laa ma‟buuda bihaqqin illallahu (yang
artinya) : Tidak ada yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali Allah. [Lihat kitab
Aqiidatu At-Tauhiid hal. 51, Daar Al-
‘Aashimah]
Pengertian laa ilaaha illallahu seperti ini
menunjukkan dua perkara yang harus
diketahui dan diamalkan oleh orang yang
menginginkan laa ilaaha illallahu yang
diucapkannya bermanfaat.

Pertama, dalam ucapan, ‘laa ilaaha (‫’)ال لإ‬


atau sering di sebut juga dengan rukun
pertama dari laa ilaaha illallahu
mengandung pengingkaran, penolakan, dan
pembatalan semua sesembahan yang
disembah selain Allah. Rukun ini
dinamakan juga dengan An-Nafyu (‫)انليف‬

7
Catatan Ibnu Mukhtar
ّ
Kedua, dalam ucapan, ‘illallahu (‫’)إال اهلل‬
atau sering di sebut juga dengan rukun
kedua dari laa ilaaha illallahu
mengandung penetapan bahwa hanya Allah
yang tidak ada sekutu bagi-Nya sajalah
sebagai satu-satunya sesembahan yang
berhak diibadahi dengan benar. Rukun ini
dinamakan juga dengan Al-Itsbaat ( ‫) اإلجتات‬.

Di antara dalil yang menunjukkan bahwa


ilmu yaitu pengetahuan yang benar tentang
makna dan konsekuensi laa ilaaha illallahu
sebagai salah satu syarat bagi pembawa
kunci surga adalah sebagai berikut:
Allah Ta’aala berfirman:

     

      

Dan sembahan-sembahan yang mereka


sembah selain Allah tidak dapat memberi

8
Catatan Ibnu Mukhtar
syafa'at. Akan tetapi (orang yang dapat
memberi syafa'at ialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka
meyakininya [QS. Az-Zukhruf ayat 86]
Asy-Syaikh Abdur-Rozzaq bin Abdul
Muhsin Al-Badr –hafizahullahu– mengata-
kan: “Para ahli tafsir mengatakan,
ّ ّ
،‫ ال لإ إال اهلل‬/‫إال ٌَ شٓد ةـ‬
„Kecuali orang yang bersaksi dengan laa
ilaaha illallahu
ّ‫و ًْ يعئٍن أي ٌعىن ٌا شٓدوا ة‬
ًٓ‫يف كئبًٓ و ألصنت‬
Sedangkan mereka mengetahuinya,
maksudnya adalah: Sedangkan mereka
mengetahui makna yang mereka
persaksikan dalam hati dan lisan mereka.‟”
[Kalimatu At-Tauhid Laa ilaaha Illallahu,
hal. 29]

9
Catatan Ibnu Mukhtar
َ َ َ َُْ ْ َ
/‫ كال‬-ِّ‫عَ عحٍان –ريض اهلل ع‬
َّ ُ ُ َ َ َ
/-ً‫صل اهلل عييّ وشي‬- ِ‫كال رشٔل اَّلل‬
ُ َّ َّ َ َ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ
‫ٌَ ٌات ؤْ يعيً أُّ ال إَِل إِال اَّلل‬
َ َّ َ ْ َ َ َ
‫دخو اْلِث‬
Dari „Utsman bin Affan –radhiyallahu
„anhu–, ia berkata: “Rasulullah
–shallallahu „alaihi wa sallama– telah
bersabda: „Barangsiapa yang mati
sedangkan dia mengetahui bahwa tidak ada
yang berhak diibadahi dengan benar
kecuali Allah maka ia masuk surga.‟”
[HSR. Muslim –rahimahullahu– dalam
kitab shahihnya no. 145, Al-Maktabah Asy-
Syaamilah]

10
Catatan Ibnu Mukhtar
KEDUA, YAKIN.

S
eorang pembawa kunci surga hatinya
harus benar-benar yakin terhadap laa
ilaaha illallahu yang diucapkannya.
Hatinya tidak ada keraguan dan
kebimbangan sedikitpun bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi dengan
benar kecuali hanyalah Allah semata yang
tidak ada sekutu bagi-Nya, sedangkan
semua yang disembah selain Allah –apapun
namanya, bagaimanapun bentuknya–
adalah sesembahan yang salah dan akan
merugikan penyembahnya di akhirat kelak.
Inilah tanda nyata keimanan seorang hamba
yang benar imannya, yakin dan tidak ada
keraguan sedikitpun di hatinya terhadap apa
saja yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya.

    

     

11
Catatan Ibnu Mukhtar
      

 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman


yang sebenarya adalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dalam
keimanannya itu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. Mereka itulah orang-
orang yang benar. [QS. Al-Hujuraat ayat
15]

Oleh karena itu, Rasulullah –shallallahu


„alaihi wa sallama– mengabarkan bahwa
hati yang yakin dengan makna dan
konsekuensinya yang benar dari laa ilaaha
illahu yang diucapkan seorang hamba
sebagai syarat baginya mendapatkan surga.

12
Catatan Ibnu Mukhtar
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu „anhu–,
Rasulullah –shallallahu „alaihi wa
sallama– pernah bersabda:

َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ََ
‫فٍَ ى ِليج ٌَِ وراءِ ْذا اْلائ ِِط‬...
َ ً ْ َ ْ ُ ُ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
‫يشٓد أن ال إَِل إِال اهلل مصتي ِلِا ةِٓا‬
َّ َ ْ ُ ْ ِّ َ َ ُ ُ ْ َ
.. ‫كيتّ فبِّشه ةِاْلِ ِث‬
“..Siapa saja yang engkau jumpai di balik
tembok (kebun) ini yang bersaksi bahwa
tidak ada yang berhak diibadahi dengan
benar kecuali Allah dalam kondisi hatinya
yakin terhadap kalimat tersebut maka
berilah kabar gembira dengan surga
untuknya.” [HSR. Muslim –rahimahullahu–
dalam kitab shahihnya no. 156, Al-
Maktabah Asy-Syaamilah]

13
Catatan Ibnu Mukhtar
KETIGA, IKHLAS

S
eorang pembawa kunci surga harus
ikhlas ketika mengucapkan laa
ilaaha illallahu. Ia tidak mencari
keridhaan dan pujian makhluk atau
kenikmatan duniawi dari laa ilaaha
illallahu yang diucapkannya tersebut. Ia
mengucapkan laa ilaaha illallahu itu benar-
benar murni dari lubuk hatinya atau tulus
dari dirinya sendiri hanyalah menginginkan
keridhaan Rabbnya.

      

       

    

Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku,


sembelihanku/ibadahku, hidup dan matiku
hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.

14
Catatan Ibnu Mukhtar
tidak ada sekutu bagiNya; dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah)” [QS.
Al-An‟aam ayat 162-163]
Inilah makna ikhlas yang bermanfaat bagi
seorang hamba yang menginginkan
keselamatan dirinya di hadapan Allah
kelak. Ia murnikan niyatan, maksud, dan
pendorong dari semua amalannya itu
hanyalah untuk Allah semata. Begitu pula
ia pun bersungguh-sungguh dalam
menjauhi kesyirikan yang besar mau pun
kecil dan amalan-amalan lainnya yang
merusak dan membinasakan dirinya seperti
kekafiran dan kemunafikan.
Oleh karena itu, Rasulullah –shallallahu
„alaihi wa sallama- telah mengabarkan
dalam salah satu haditsnya yang shahih
bahwa manusia yang paling berbahagia
dengan syafa‟at beliau di hari kiamat kelak
adalah orang yang ikhlas dalam

15
Catatan Ibnu Mukhtar
‫‪mengucapkan laa ilaaha illallahu sewaktu‬‬
‫‪hidupnya di dunia.‬‬
‫َ َّ ُ‬ ‫َ ْ َ َََُْ‬
‫عَ أ ِِب ْريرة –ريض اهلل عِّ‪ -‬أُّ‬
‫َّ‬ ‫َ َ َ ُ َ َّ َ ْ َ ْ َ ُ‬ ‫َ َ‬
‫اس‬ ‫كال قِيو يا رشٔل اَّللِ‪ ٌَ ،‬أشعد انل ِ‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ُ َّ‬
‫بِشفاعتِم ئم اى ِلياٌ ِث كال رشٔل اَّللِ‬
‫ََ ْ َ َْ ُ‬
‫‪-‬صل اهلل عييّ وشيً‪ « -‬ىلد ظِِج‬
‫َ ْ َ َ‬ ‫َ ََ ُ ََْ َ َ ْ َ َْ ََ‬
‫يا أةا ْريرة أن ال يصأى ِن عَ ْذا‬
‫َ ََْ ُ‬ ‫َ َ ٌ َ َّ ُ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫يث أخد أول ٌِِم‪ ،‬ل ٍِا رأيج‬ ‫اْل ِد ِ‬
‫ْ َُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ َ ََ‬
‫اس‬ ‫يث‪ ،‬أشعد انلَّ ِ‬ ‫لَع َ‬
‫اْل ِد ِ‬ ‫خر ِصم‬ ‫ٌَِ ِ‬
‫ال الَ إ ََلَ‬ ‫َ َ َ ْ ََْ ْ َ َ َ ْ َ َ‬
‫ِ‬ ‫بِشفاع ِت ئم اى ِلياٌ ِث ٌَ ك‬
‫َّ ُ َ ً ْ َ ْ َ ْ َ ْ‬
‫إِال اهلل‪ ،‬خال ِصا ٌَِ كيتِ ِّ أو نف ِص ِّ »‬

‫‪16‬‬
‫‪Catatan Ibnu Mukhtar‬‬
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu „anhu–
bahwasanya dia berkata: “Ya Rasulullah
siapakah orang yang paling berbahagia
dengan syafa‟atmu di hari kiamat kelak?”
Rasulullah –shallallahu „alaihi wa
sallama– berkata: “Sungguh aku sudah
menduga wahai Abu Hurairah, tidak ada
seorang pun yang bertanya tentang
masalah ini yang mendahului kamu. Sebab,
aku sudah melihat semangatmu yang
tinggi terhadap hadits. Manusia yang
paling berbahagia dengan syafa‟atku di
hari kiamat kelak adalah orang yang
mengatakan laa ilaaha illallahu secara
tulus dari hatinya atau dari dalam
dirinya sendiri.”[HSR. Al-Bukhari
–rahimahullahu– dalam kitab shahihnya
no. 99, Al-Maktabah Asy-Syaamilah]

17
Catatan Ibnu Mukhtar
KEEMPAT, JUJUR.

S
eorang pembawa kunci surga
tidaklah berdusta ketika
mengucapkan laa ilaaha illallahu.
Ia mengatakan kalimat mulia tersebut
benar-benar jujur dari dalam dirinya.
Makna dan kandungan dari laa ilaaha
illallahu yang diucapkan dengan lisannya
tidaklah ia dustakan dan ingkari dengan hati
dan perbuatannya. Inilah kejujuran yang
bermanfaat di hari akhirat kelak.
Rasulullah –shallallahu „alaihi wa
sallama– bersabda kepada Mu‟adz bin
Jabal –radhiyallahu „anhu– :
ُ‫ٌَا ٌ َِْ َأ َخد ي َ ْش َٓ ُد َأ ْن الَ إ ََلَ إالَّ اهلل‬
ِ ِ ٍ
َْ ْ ً ْ َّ ُ ُ َ ً َّ َ ُ َّ َ َ
ِّ ِ‫وأن ُمٍدا رشٔل اَّللِ ِصدكا ٌَِ كيت‬
َّ َ َ ُ َّ ُ َ َّ َ َّ
‫ار‬
ِ ‫إِال خرٌّ اَّلل لَع انل‬

18
Catatan Ibnu Mukhtar
“Tidaklah seseorang bersaksi dengan jujur
dari hatinya bahwa tidak ada yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Allah dan
Muhammad itu adalah utusan Allah
melainkan Allah akan mengharamkan
orang tersebut dari api neraka.” [HSR. Al-
Bukhari –rahimahullahu– no. 128, Al-
Maktabah Asy-Syaamilah]
Adapun mereka yang tidak jujur dalam
menyatakan keimanannya maka Allah
memasukkan mereka sebagai golongan
orang-orang munafik yang akan menempati
neraka yang paling bawah.

     

       

    

19
Catatan Ibnu Mukhtar
Apabila orang-orang munafik datang
kepadamu, mereka berkata, “Kami
mengakui, bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul-Nya; dan Allah
menyaksikan bahwa orang-orang munafik
itu benar-benar pendusta. [QS. Al-
Munaafiquun ayat 1]

      

    

Sesungguhnya orang-orang munafik itu


ditempatkan pada tingkatan neraka yang
paling bawah. dan kamu sekali-kali tidak
akan mendapat seorang penolong pun bagi
mereka. [QS. An-Nisaa ayat 145]

20
Catatan Ibnu Mukhtar
KELIMA, RASA CINTA

S
eorang pembawa kunci surga harus
mencintai kalimat laa ilaaha
illallahu yang diucapkannya,
mencintai makna dan konsekuensi yang
terkandung di dalamnya, mencintai semua
orang-orang yang mengamalkannya, dan
membenci apa-apa yang menyelisihi makna
dan kandungan kalimat tersebut.
Seorang hamba yang benar imannya pasti
akan mencintai Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang berhak diibadahi dengan
benar. Tidak mungkin baginya untuk
memberikan kecintaan kepada apa-apa
yang disembah selain Allah meski hanya
sebesar debu atau lebih kecil dari itu.
Hanya orang-orang yang masih terdapat
kesyirikan di dalam dirinya sajalah yang
akan mencintai sembahan-sembahan selain
Allah sebagaimana mereka mencintai
Allah. Renungilah firman Allah berikut:

21
Catatan Ibnu Mukhtar
      

      

         

      

  

Dan di antara manusia ada yang


menyembah sembahan-sembahan selain
Allah yang mereka cintai sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman mereka sangat besar
cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan
itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa

22
Catatan Ibnu Mukhtar
Allah amat berat siksaan-Nya niscaya
mereka menyesal. [QS. Al-Baqarah ayat
165]
Dan hanya orang-orang yang tidak beriman
sajalah apabila hanya nama Allah yang
disebut mereka akan sangat kesal
mendengarnya, sedangkan apabila nama-
nama sesembahan selain Allah yang disebut
mereka malah bergembira.

      

      

     

Dan apabila hanya nama Allah saja yang


disebut, kesal sekali hati orang-orang yang
tidak beriman kepada kehidupan akhirat.
Namun apabila nama sembahan-sembahan
selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka

23
Catatan Ibnu Mukhtar
menjadi bergembira. [QS. Az-Zumar ayat
45]

Maka seorang pembawa kunci surga hanya


akan mencintai Allah dan mencintai apa-
apa yang dicintai-Nya. Siapa yang diberi
taufik oleh Allah untuk mencintai dan
membenci seseorang karena Allah semata,
memberi dan mencegah karena Allah
semata maka orang itu sungguh telah
menyempurnakan keimanannya.
ََ َُ َ ْ َ
-ِّ‫عَ أ ِِب أٌاٌث –ريض اهلل ع‬
َّ ُ َ ْ َ
-ً‫صل اهلل عييّ وشي‬- ِ‫ٔل اَّلل‬ ِ ‫عَ ر‬
‫ش‬
َ َ
َّ َ َ ْ َ َّ َّ َ ْ َ َ َ ُ َّ َ
ِ‫أُّ كال « ٌَ أخب َِّللِ وأبغض َِّلل‬
ََ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َّ َ ْ ََ
‫وأعطٕ َِّللِ وٌِع َِّللِ فل ِد اشتهٍو‬
َ َ
.» ‫اإليٍان‬ ِ

24
Catatan Ibnu Mukhtar
Dari Abu Umamah –radhiyallahu „anhu–,
dari Rasulullah –shallallahu „alaihi wa
sallama– bahwasanya beliau pernah
bersabda: “Siapa yang mencintai dan
membenci karena Allah, memberi dan
mencegah karena Allah, sungguh
orang tersebut telah menyempurnakan
keimanannya.” [HR. Abu Dawud
–rahimahullahu– dalam sunannya
no. 4683. Hadits ini dinilai shahih oleh Al-
Albani –rahimahullahu– dalam kitab
Shahih wa Dha‟if Sunan Abi Dawud
no.4681, Al-Maktabah Asy-Syaamilah]
Dan ketahuilah bahwa seorang itu akan
bersama dengan orang yang dicintainya,

َ ْ ََ ْ َ
begitulah Nabi kita mengabarkan.

-ِّ‫ريض اهلل ع‬- ‫عَ أن ِس ة َِ ٌال ٍِم‬


ُ َ َ ٌ ُ َ َ َ َ َ
‫صل اهلل‬- ِ‫ٔل اهلل‬
ِ ‫كال جاء رجو إَِل ر‬
‫ش‬
َ ُ َ َ ََ
ِ‫ فلال يا َرشٔل اهلل‬-ً‫عييّ وشي‬

25
Catatan Ibnu Mukhtar
‫َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ‬
‫ٌَت الصاعث كال‪ /‬وٌا أعددت ل ِيصاع ِث‪.‬‬
‫َ َ َ َّ َ‬ ‫ََ ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ َ ُ‬
‫َٔلِ كال‪ /‬فإُِم‬ ‫كال خب اهللِ ورش ِ‬
‫َ َ َ ْ َ ْ َْ َ َ َ ٌََ َ َ َ ْ َ‬
‫ٌع ٌَ أختتج»‪ .‬كال أنس فٍا ف ِرخِا‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َْ َ‬
‫اإل ْشال ِم ف َر ًخا أ َش َّد ٌ َِْ ك ْٔ ِل انلَِّبِّ‬‫بع ِ‬ ‫د‬
‫ِ‬
‫َ َّ َ‬
‫‪-‬صل اهلل عييّ وشيً‪« -‬فإُِم‬
‫َ َ ٌََ َََ‬ ‫َ ْ َ ْ َْ َ‬ ‫ََ‬
‫ٌع ٌَ أختتج»‪ .‬كال أنس فأُا‬
‫كر َو ُع ٍَرَ‬ ‫َ َ َ ُ َ ُ ََ َ َ ْ‬ ‫ُّ‬ ‫ُ‬
‫َ‬ ‫خب َاهلل َ ورشَٔل وأةا ة ٍ‬ ‫أ ِ‬
‫ْ ُ َ َ َ ُ ْ َ ْ َْ ْ َ ْ‬ ‫ََْ ُ‬
‫فأرجٔ أن أكٔن ٌعًٓ وإِن لً أعٍو‬
‫ةأَ ْع ٍَال ًِٓ‪ْ.‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫‪Dari Anas bin Malik –radhiyallahu „anhu–,‬‬
‫‪ia berkata: “Seorang laki-laki mendatangi‬‬
‫‪Nabi –shallallahu „alaihi wa sallama–, ia‬‬

‫‪26‬‬
‫‪Catatan Ibnu Mukhtar‬‬
bertanya: „Ya Rasulullah, kapankah hari
kiamat itu?‟ Beliau bertanya: „Apa yang
telah kamu persiapkan untuk
menghadapinya?‟ Lelaki itu mengatakan:
„Cinta kepada Allah dan cinta kepada
Rasul-Nya‟. Beliau bersabda: „Jika
demikian maka engkau akan bersama
dengan orang yang engkau cintai‟
Mendengar sabda Rasulullah –shallallahu
„alaihi wa sallama– tersebut Anas
mengatakan: “Kami tidak merasakan
kegembiraan setelah masuk Islam suatu
kegembiraan yang melebihi ucapan Nabi,
„Sesungguhnya kamu akan bersama dengan
orang yang engkau cintai‟ Anas
mengatakan: “Maka aku mencintai Allah,
Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, aku
berharap akan bersama mereka (yakni
Rasulullah dan dua sahabatnya Abu Bakar
dan Umar) di surga meski aku belum
bisa beramal semisal amal-amal mereka.”
[HSR. Muslim –rahimahullahu– dalam
shahihnya no. 6881, Maktabah Syamilah]

27
Catatan Ibnu Mukhtar
KEENAM, MENERIMA MAKNA
DAN KONSEKUENSI LAA ILAAHA
ILLALLAHU YANG DIUCAPKAN-
NYA.

S
sorang pembawa kunci surga
hanyalah menjadikan Allah semata
sebagai sesembahan yang ia ibadahi
dengan benar, baik benar dalam niyatan
maupun benar dalam tata caranya.
Sedangkan semua sembahan yang diibadahi
selain Allah –apapun namanya,
bagaimanapun model penyembahannya–,
semuanya itu ia ingkari tanpa terkecuali.

Adapun mereka yang mengucapkan laa


ilaaha illallahu namun tidak mengingkari
dan meninggalkan sesembahan selain-Nya,
dan tidak berlepas diri dari para penyembah
selain Allah itu maka ucapannya tersebut
tidaklah memberi manfaat bagi dirinya baik
di dunia maupun di akhirat.

28
Catatan Ibnu Mukhtar
Allah Ta’aala berfirman:

     

      

        

    

 

Maka sesungguhnya mereka pada hari


itu bersama-sama merasakan azab.
Sungguh demikianlah Kami berbuat
terhadap orang-orang yang berbuat dosa.
Sesungguhnya mereka dahulu apabila
dikatakan kepada mereka, “Laa ilaaha
illallahu" (Tiada yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali Allah)” mereka

29
Catatan Ibnu Mukhtar
menyombongkan diri, dan mereka berkata,
“Apakah kami harus meninggalkan
sembahan-sembahan kami karena seorang
penyair gila?" [QS. Ash-Shaffaat ayat 33-
36]

ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ
‫عَ أ ِِب ٌال ٍِم عَ أبِي ِّ كال ش ٍِعج‬
َّ َ ُ
-ً‫صل اهلل عييّ وشي‬- ِ‫َرشٔل اَّلل‬
َ َ ُ َّ َّ َ َ َ َ ْ َ ُ َُ
‫يلٔل « ٌَ كال ال إَِلَ إِال اَّلل َوكف َر‬
ُ ُ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ َّ ُ ْ َُُْ َ
ٌّ‫ون اَّللِ خرم ٌاَل ود‬ ِ ‫ةٍِا يعتد ٌَِ د‬
َّ َ َ ُ ُ َ َ
.» ِ‫خصاةّ لَع اَّلل‬ِ ‫و‬
Dari Abu Malik dari bapaknya, ia
mengatakan: “Aku pernah mendengar
Rasulullah –shallallahu „alaihi wa
sallama– bersabda: „Siapa yang
mengatakan laa ilaaha illallahu dan ia

30
Catatan Ibnu Mukhtar
kufur/ingkar kepada apa yang disembah
selain Allah maka harta dan darahnya
terlindungi sedangkan perhitungannya
adalah urusan Allah.‟” [HSR. Muslim
–rahimahullahu– dalam kitab shahihnya
no. 139, Al-Maktabah Asy-Syaamilah]
Maka seorang pembawa kunci surga akan
merasa ridha menjadikan Allah sebagai
satu-satunya rabb yang ia ibadahi dengan
benar, Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi
wa sallama- sebagai Nabinya, dan Islam
yang dibawa Nabi Muhammad –shallallahu
‘alaihi wa sallama- sebagai agamanya.
Inilah kerelaan yang menghantarkan
pemiliknya ke surga.
َّ َ ُ َ َّ َ ِّ ْ ُ ْ َ َ ْ َ
ِ‫يد اْلد ِرى أن رشٔل اَّلل‬ ٍ ‫عَ أ ِِب ش ِع‬
ََ َ َ َ
‫ كال « يا أةا‬-ً‫صل اهلل عييّ وشي‬-
ً َ ْ َ ًّ َ َّ َ َ ْ َ َ
ِ
‫اإلشالم دِيِا‬
ِ ِ ‫ب‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ب‬‫ر‬ ِ ‫اَّلل‬ِ ‫ة‬ ‫ِض‬ ِ ‫ر‬ َ ٌ ‫يد‬
ٍ ‫ع‬
ِ ‫ش‬

31
Catatan Ibnu Mukhtar
َ‫ َف َعجب‬.» ‫اْل َِّ ُث‬ َ ْ ُ‫َوب ٍُ َد ٍَّد َُب ًّيا َو َج َت ْج ََل‬
ِ ِ ٍ ِ
ََ َ ْ َ َ ََ َ ُ َ ََ
َّ‫لَع‬ ‫يد فلال أعِدْا‬ ٍ ‫لٓا أةٔ ش ِع‬
ْ ُ َ َ ُ َ َ َ َ َّ َ ُ َ
‫يا َرشٔل اَّللِ ففعو ث ًَّ كال « َوأخ َرى‬
َّ َ ْ َ َ َ ََ ُ َْْ َ ُ َُْ
‫يرفع ةِٓا اىعتد ٌِائث درج ٍث ِِف اْلِ ِث‬
َ َّ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ِّ ُ َ ْ َ َ
ِ‫ْي الصٍاء‬ ‫ْي نٍا ب‬ ِ ‫ٌا بْي ُك درجت‬
َّ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ
ِ‫ كال وٌا ِِه يا رشٔل اَّلل‬.» ‫واألر ِض‬
ُ َ ْ َّ َ ُ َ ْ َ َ
‫اْلٓاد‬ ِ ِ‫يو اَّلل‬ ِ ِ‫اْلٓاد ِِف شب‬ ِ « ‫كال‬
َّ َ
.» ِ‫يو اَّلل‬ ِ ِ‫ِِف شب‬
Dari Abu Sa‟id al-Khudri –radhiyallahu
„anhu– bahwasanya Rasulullah
–shallallahu „alaihi wa sallama- telah
bersabda: “Wahai Abu Sa‟id! Siapa yang
ridha menjadikan Allah sebagai Rabbnya,

32
Catatan Ibnu Mukhtar
Islam sebagai agamanya, dan Muhammad
–shallallahu „alaihi wa sallama– sebagai
Nabinya maka surga menjadi balasan
untuknya.” Abu Sa'id takjub/kagum dengan
sabda Rasulullah -shallallahu „alaihi wa
sallama- tersebut. Oleh karena itu ia
berkata: „Wahai Rasulullah, ulangilah
sabdamu itu untukku.‟ Maka Beliau pun
mengulangi sabdanya. Kemudian beliau
bersabda: „Dan ada satu amalan yang
dengannya seorang hamba akan diangkat
derajatnya di surga sebanyak seratus
derajat, antara derajat satu dengan derajat
yang lain jaraknya seperti jarak antara
langit dan bumi.‟ Abu Sa'id berkata,
„Amalan apakah itu wahai Rasulullah?‟
Beliau menjawab: „Jihad di jalan Allah,
Jihad di jalan Allah.‟” [HSR. Muslim
–rahimahullahu– dalam kitab shahihnya
no. 4987, Al-Maktabah Asy-Syaamilah]

Apapun perkara yang ditetapkan oleh Allah


dan Rasul-Nya semuanya ia terima dengan

33
Catatan Ibnu Mukhtar
hati lapang dan bahagia. Tidak ada satupun
ketetapan Allah dan Rasul-Nya yang ia
koreksi baik karena menganggapnya ada
kesalahan di dalam ketetapan tersebut, atau
karena menganggap aturan tersebut tidak
cocok diterapkan di lingkungannya, atau
karena ia takut mendapatkan kerugian
apabila mengikuti aturan Allah dan Rasul-
Nya itu.

       

      

       

  

Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang


mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukminah, apabila Allah dan rasul-

34
Catatan Ibnu Mukhtar
Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, kesesatan yang
nyata. [QS. Al-Ahzaab ayat 36]

35
Catatan Ibnu Mukhtar
KETUJUH, TUNDUK DAN PATUH.

S
eorang pembawa kunci surga harus
tunduk dan patuh terhadap makna
dan konsekuensi dari laa ilaaha
illallahu yang diucapkannya itu.
Di antara bentuk tunduk dan patuh seorang
mukmin sebagai tanda nyata dari manfaat
laa ilaaha illallahu yang diucapkannya
adalah sebagai berikut:
Pertama, ia siap mendengar dan taat
kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman:

       

     

     

36
Catatan Ibnu Mukhtar
Sesungguhnya jawaban orang-orang
mukmin, bila mereka diajak kepada Allah
dan rasul-Nya agar Rasul menghukum
(mengadili) di antara mereka ialah ucapan.
“Kami mendengar, dan kami taat”. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung.
[QS. An-Nuur ayat 51]
Seorang mukmin akan merasa takut apabila
tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

      

      

     

     

   

37
Catatan Ibnu Mukhtar
Pada hari ketika wajah mereka dibolak-
balikan dalam neraka, mereka berkata,
“Alangkah baiknya, andaikata kami taat
kepada Allah dan taat (pula) kepada
Rasul”. Dan mereka berkata, “Ya Rabb
kami, Sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-
pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb
kami, timpakanlah kepada mereka azab dua
kali lipat dan kutuklah mereka dengan
kutukan yang besar". [QS. Al-Ahzaab ayat
66-68]

Oleh karena itu perintah apapun yang


datang, ia akan cocokkan terlebih dulu
dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Apabila perintah tersebut sesuai dengan
ketetapan Allah dan Rasul-Nya maka
perintah tersebut ia laksanakan dengan
segenap kemampuannya. Namun apabila
perintah tersebut termasuk bentuk maksiat
kepada Allah dan Rasul-Nya maka –dengan

38
Catatan Ibnu Mukhtar
‫‪memohon pertolongan Allah– perintah‬‬
‫‪tersebut akan ia tolak. Tidak ada ketaatan‬‬
‫‪kepada makhluk dalam bermaksiat kepada‬‬
‫‪Allah, inilah salah satu prinsip dalam Islam.‬‬
‫َ‬
‫لَع ‪ -‬رِض اهلل عِّ‪ -‬أ َّن انلَِّبَّ‬ ‫َع َْ َ ِ ٍّ‬
‫ِ‬
‫ََ َ َْ ً‬
‫‪-‬صل اهلل عييّ وشيً‪ -‬بعث جيشا‬
‫َ َ َّ َ َ َ ْ ْ َ ُ ً َ َ ْ َ َ َ ً َ َ َ‬
‫وأٌر عيي ًِٓ رجال‪ ،‬فأوكد ُارا وكال‬
‫َََ ُ َ ْ َْ ُ ُ َ ََ َ‬ ‫ْ ُ ُ َ‬
‫ادخئْا ‪ .‬فأرادوا أن يدخئْا‪ ،‬وكال‬
‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ ُ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ‬
‫ِيِِبِّ‬
‫آخرون إِنٍا فررُا ٌِِٓا ‪ ،‬فذنروا ل ِ‬
‫ال ل ََِّّل َ‬
‫ِيَ‬
‫ََ َ‬
‫‪-‬صل اهلل عييّ وشيً‪ -‬فل‬
‫َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ َ َْ َ َ ُ َ َْ ََ ُ‬
‫أرادوا أن يدخئْا « لٔ دخئْا لً يزالٔا‬
‫ِآلخر َ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ‬ ‫َ َ َِْ ْ َ َ‬
‫يَ‬ ‫ِ‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ك‬‫و‬ ‫‪.‬‬ ‫»‬ ‫ث‬
‫ِ‬ ‫اٌ‬ ‫فِيٓا إَِل ئم اى ِلي‬

‫‪39‬‬
‫‪Catatan Ibnu Mukhtar‬‬
ُ َ َّ َ َّ َ َْ َ َ َ َ
‫ إِنٍا اىطاعث‬،‫«ال طاعث ِِف ٌع ِصي ٍث‬
ُ ْ َْ
» ‫وف‬
ِ ‫ِِف الٍعر‬
Dari Ali bin Abi Thalib –radhiyallahu
„anhu–, bahwasanya Rasulullah
-shallallahu „alaihi wa sallama– pernah
mengutus sebuah pasukan perang dan
mengangkat salah seorang dari mereka
sebagai komandannya. Komandan perang
tersebut menyalakan api. Ia mengatakan
kepada pasukannya, „Masukklah kalian ke
dalam kobaran api.‟ Maka sebagian
anggota pasukan akan memasuki kobaran
api tersebut sedangkan anggota lainnya
mengatakan, „Kami akan menjauhi api
tersebut (yakni tidak mau mematuhi
perintah komandannya). Setelah mereka di
hadapan Nabi –shallallahu „alaihi wa
sallama– mereka menceritakan kejadian
tersebut. Mendengar laporan tersebut, Nabi
–shallallahu „alaihi wa sallama– bersabda

40
Catatan Ibnu Mukhtar
kepada anggota pasukan yang ingin masuk
ke kobaran api itu, „Kalau kalian memasuki
kobaran api tersebut, niscaya kalian
senantiasa berada dalam api itu sampai
hari kiamat.‟ Dan Nabi –shallallahu „alaihi
wa sallama– bersabda kepada anggota
pasukan yang tidak mentaati perintah
komandannya itu, „Tidak ada ketaatan
dalam maksiat kepada Allah. Sesungguhnya
ketaatan itu hanyalah dalam perkara
yang ma‟ruf‟” [HSR. Al-Bukhari
–rahimahullahu–no. 7257 dan Muslim
–rahimahullahu–no. 4871, Maktabah
Syamilah]
Kedua, ia harus suka rela menyerahkan
semua bentuk ibadahnya hanyalah untuk
Allah semata.
Ketika berdoa, ia berdoa kepada Allah
dengan cara yang diajarkan Rasul-Nya.
Ketika ia memohon pertolongan atas urusan
yang menghimpitnya maka ia ber-
istighatsah dan ber-isti‟anah hanya kepada

41
Catatan Ibnu Mukhtar
Allah semata. Ketika ia menyembelih
sembelihan, ia menyembelih hewan yang
dihalalkan untuk tujuan yang benar dan
dengan cara yang ditetapkan syari’at.
Ketika ia merasa takut saat berada di satu
tempat misalnya maka ia memohon
perlindungan hanya kepada Allah semata
dan bukan memohon perlindungan kepada
para jin yang ada di situ atau kepada benda-
benda yang dikeramatkan orang. Apapun
bentuk ibadahnya, semuanya hanyalah
untuk Allah semata.
Allah berfirman:

        

       

       

  

42
Catatan Ibnu Mukhtar
Katakanlah: “Hai manusia, jika kamu
masih dalam keragu-raguan tentang
agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak
menyembah yang kamu sembah selain
Allah, tetapi aku menyembah Allah yang
akan mematikan kamu dan aku telah
diperintah supaya termasuk orang-orang
yang beriman”, [QS. Yunus ayat 104]
Ketiga, ia harus tegas menjauhi semua
bentuk kesyirikan dan berlepas diri dari
para pelakunya.

      

     

     

      

   

43
Catatan Ibnu Mukhtar
Katakanlah: “Maka apakah kamu
menyuruh aku menyembah selain Allah,
wahai orang-orang yang bodoh?” Dan
Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan
kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika
kamu mempersekutukan Allah niscaya akan
hapuslah amalanmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.
Karena itu, maka hendaklah Allah saja
yang kamu sembah dan hendaklah kamu
termasuk orang-orang yang bersyukur”.
[QS. Az-Zumar ayat 64-66]

      

      

       

     

44
Catatan Ibnu Mukhtar
      

       

       

  

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang


baik bagimu pada Ibrahim dan orang-
orang yang bersama dengannya, ketika
mereka berkata kepada kaumnya,
“Sesungguhnya kami berlepas diri dari
kamu dan dari apa yang kamu sembah
selain Allah, kami mengingkari
kekafiranmu dan telah nyata antara kami
dan kamu ada permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu
beriman kepada Allah saja. Kecuali
perkataan Ibrahim kepada bapaknya,
“Sungguh aku akan memohonkan ampunan

45
Catatan Ibnu Mukhtar
bagimu dan aku tidak dapat menolak
siksaan Allah terhadapmu”. (Ibrahim
berkata), “Ya Rabb kami hanya kepada
Engkaulah kami bertawakkal dan hanya
kepada Engkaulah kami bertaubat dan
hanya kepada Engkaulah kami kembali.”
[QS. Al-Mumtahanah ayat 4]
Keempat, ia harus siap menerima semua
ketetapan syari’at Allah tanpa ada
pembangkangan dan keberatan di hatinya.

     

       

     

Maka demi Rabbmu, mereka (pada


hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara
yang mereka perselisihkan. Kemudian

46
Catatan Ibnu Mukhtar
mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima
keputusan tersebut dengan sepenuh
hatinya. [QS. An-Nisaa ayat 65]
Kelima, ia siap menjadi pembela-Nya baik
dengan harta maupun jiwanya.

      

     

      

      

     

     

47
Catatan Ibnu Mukhtar
Hai orang-orang yang beriman, jadilah
kamu penolong (agama) Allah
sebagaimana Isa ibnu Maryam telah
berkata kepada pengikut-pengikutnya yang
setia: “Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku (untuk menegakkan
agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang
setia itu berkata: “Kamilah penolong-
penolong agama Allah”, lalu segolongan
dari Bani Israil beriman dan segolongan
lain kafir; Maka Kami berikan kekuatan
kepada orang-orang yang beriman
terhadap musuh-musuh mereka, lalu
mereka menjadi orang-orang yang menang.
[QS. Ash-Shaff ayat 14]

Demikian catatan kecil penulis tentang


sifat-sifat seorang pembawa kunci surga.
Apa yang benar hanyalah dari Allah
semata, sedangkan yang salah atau keliru
adalah dari kekurangan dan kelemahan
penulis serta gangguan setan.

48
Catatan Ibnu Mukhtar
Semoga Allah menjadikan risalah
sederhana ini sebagai amal sholeh penulis
yang diterima dan terjaga pahalanya, serta
bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Wa shallallahu wa sallama „alaa


Nabiyyinaa Muhammadin wa „alaa aalihi
wa shahbihi ajma‟iin

Cibaruis, Shafar 1442 H

Ibnu Mukhtar

49
Catatan Ibnu Mukhtar
Doaku Untuk Dermawan

______________________________ Ibnu Mukhtar

Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan


Atas dukungan yang engkau berikan
Kepada semua yang aku lakukan
Menebar dakwah, manfaat, dan kebaikan

Harta yang engkau keluarkan


Demi sebuah sunnah yang diajarkan
Atau membantu orang yang dalam kesulitan
Semua ini ada ganjarannya dari Arrahman

Doaku untuk dermawan


Semoga harta dan keluargamu dalam
keberkahan
Dirimu mendapat petunjuk dan perlindungan
Surga nan indah jadi tempat kediaman

50
Catatan Ibnu Mukhtar

Anda mungkin juga menyukai