Anda di halaman 1dari 16

Makalah Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis

Disusun oleh :

1. Atri lisawati (202241027)


2. Agnes Sri Wahyuni (202241033)
3. Chrishadi Yulian Putra (202241020)
4. Debora Rika Aprilia P.A (202241018)
5. Marcus Purwanto (202241029)
6. Patrecia Ivonnie Yones (202241028)
7. Ratna Nur Aini (202241025)
8. Siti Handayani (202241015)
9. Wahyu Nala Siwi (20221016)
10.Widodo (202241030)

STIKES ELISABETH SEMARANG


PROGAM STUDI S1 EKSTENSI KEPERAWATAN
2022/2023
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Berpikir bukan merupakan sebuah proses statis; berpikir dapat


berubah setiap hari atau setiap jam.karena berpikir sangat dinamis(berubah
secara konstan) dan karena semua tindakan keperawatan memerlukan
pemikiran,maka penting untuk memahami brpikir secara umum.Penting
juga untuk memahami gaya dan pola unik seseorang serta
mengidentifikasi tentang apa yang membantu seseorang untuk dapat
berpikir dengan lebih baik.

Setiap pilihan memerlukan model berpikir yang berbeda dan


mungkin bergantung pada kebiasaan masa lalu atau situasi belajar di lihat
sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan.Dan kemungkinan besar
memutuskan untuk melakukan suatu hal baru atau berbeda,seperti
membaca sembari mengayuh sepeda statis dan mendengarkan
music.Semua tindakan yang dilakukan memerlukan pemikiran,tetapi tidak
semua pemikiran sama.

Mengeksplorasi pemikirn seseorang mungkin bukan merupakan


bagian pembelajaran yang diharapkan dalam keperawatan suatu profesi
yang sering kali dihubungkan dengan banyak melakukan
sesuatu.Namun,semua hal yang dilakukan perawat memerlukan pemikiran
tingkat tinggi; tidak ada tindakan yang dilakukan tanpa berpikir
kritis.Fokus berpikir kritis memberikan penekanan yang tepat pada proses
keperawatan dan memungkin kan penggunaan keterampilan
intelektual,interpersonal,dan teknik agar berhasil dalam keperawatan.
Berpikir kritis dalam keperawatan memberikan awal yang baik
bagi perawat yang harus belajar bagaimana bertindak dan bagaimana
berpikirdalam dunia pelayanan kesehatan yang kompleks saat ini.

B. Tujuan

1) Tujuan Umum

Mengetahui tentang konsep, sikap, model, dan tingkat berfikir


kritis dalam keperawatan

2) Tujuan Khusus

a. Menjelaskan tentang konsep berfikir kritis dalam


keperawatan serta menjelaskan bagaimana penerapan dalam
praktek klinik (memberikan contoh kasus dan
pembahasannya).

b. Menjelaskan tentang sikap berfikir kritis dalam


keperawatan serta menjelaskan bagaimana penerapan dalam
praktek klinik (memberikan contoh kasus dan
pembahasannya).

c. Menjelaskan tentang model berfikir kritis dalam


keperawatan serta menjelaskan bagaimana penerapan dalam
praktek klinik (memberikan contoh kasus dan
pembahasannya).

d. Menjelaskan tentang tingkat berfikir kritis dalam


keperawatan serta menjelaskan bagaimana penerapan dalam
praktek klinik (memberikan contoh kasus dan
pembahasannya).

C. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan


a. Terciptanya maha siswa yang paham tentang konsep
berfikir kritis

b. Terciptanya landasan teori konsep berfikir kritis

2. Bagi Profesi Keperawatan

a. Terciptanya tenaga kesehatan yang professional

b. Terciptanya rasa nyaman pada setiap pasien yang di rawat

c. Terciptanya SDM yang berintelektual tinggi

3) Bagi Mahasiswa
a. Bisa memahami konsep berfikir krtis.
b. Lebih mengetahui keterampilan dan pengetahuan untuk
menganalisis informasi yang belum di ketahui.
c. Bisa memahami model berfikir kritis dalam keperawatan.
d. Bisa memahami tingkat berfikir kritis dalam keperawatan.
BAB II

Konsep Teori

A. Definisi

Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau


mengevaluasi informasi.Informasi tersebut didapatkan dari hasil
pengamatan,pengamalan,akal sehat,atau komunikasi.Dalam
keperawatan,berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat
mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual
untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan
adalah suatu komponen penting dalam mempertanggungjawabkan
profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.Berpikir kritis
merupakan pengujian rasional terhadap
ide,pengaruh,asumsi,prinsip,argument,kesimpulan,isu,pernyataan,keyakina
n,dan aktivitas (Bandman dan Bandman,1988 dalam Deswani, 2011).

Pemikir kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang


mempunyai keterampilan pengetahuan untuk menganalisis,menerapkan
standar,mencari informasi,menggunakan alasan rasional,memprediksi,dan
melakukan transformasi pengetahuan. Para pemikir kritis dalam
keperawatan melatih keterampilan kognitif dalam menganalisis,
menerapkan standar, membedakan, mencari informasi, memberi alasan
logis, memperkirakan, mengubah pengetahuan. Menurut Tapen (1989)
dalam Sumijatun (2009), berfikir kritis adalah keterampilan dalam
mengembangkan atau mencari alternatif untuk pemecahan masalah dan
mengadopsinya sebagai pendekatan dalam pertanyaan – pertanyaan yang
harus dijawab.

B. Model Berfikir Kritis dalam Keperawatan

Model Berfikir Kritis dalam Keperawatan ada lima yaitu:

1. Total Recall (ingatan total)

Ingatan total berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat


tempat dan bagaimana cara untuk menemukannya ketika
dibutuhkan. Ingatan total juga merupakan kemampuan untuk
mengakses pengetahuan, yang dipelajari dan disimpan dalam
pikiran.

2. Habits (kebiasaan)
Kebiasaan adalah pendekatan berfikir yang sering kali diulang
sehingga menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara
– cara yang dapat diterima dalam melakukan segala hal, yang
berhasil, menghemat waktu, atau diperlukan. Tindakan kebiasaan
sebenarnya bukan dilakukan tanpa berfikir: hanya saja, proses
berfikir telah begitu mendarah daging sehingga tampaknya, atau
sebenarnya mungkin, dilakukan dibawah sadar. Kebiasaan
memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus
memikirkan sebuah metode baru setiap kali ia akan bertindak.
Kadang kala kebiasaan dapat ditelusuri kembali asal pemikirannya
dengan mudah. Misalnya RJP, jika dipraktikkan berung kali, dapat
menjadi sifat alami. Namun, sebagian besar perawat dapat
mengingat pengalaman pertama mereka ketika melakukan proses
RJP dan menjelaskan bagaimana hal tersebut menjadi kebiasaan
sejalan dengan waktu.
3. Inquairy (penyelidikan)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan
mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas
penyelidikan juga merupakan jenis berfikir yang sangat penting
untuk mencapacai kesimpulan. Kesimpulan dapat dicapai tanpa
menggunakan penyelidikan, tetapi kesimpulan menjadi lebih baik
jika menggunakan penyelidikan.

4. New Ideas and Creativity (ide baru dan kreativitas)


Ide baru dan kreativitas merupakan model berfikir yang sangat
khusus karena merupakan akar dari asuhan yang diindividualisasi
atau asuhan yang sesuai dengan spesifikasi klien.
5. Knowing How You Think (mengetahui bagaimana anda berfikir)
Mengetahui bagaimana anda berfikir adalah model terakhir tetapi
bukan tidak penting, berarti berfikir tentang pemikiran seseorang.
Mengetahui bagaimana anda Namun, keperawatan mengharuskan
menjadi pemikir kritis. Bagian dari berpikir kritis adalah terus
menerus berusaha membuat seseorang berfikir dengan lebih baik
atu untuk mengetahui bagaimana anda berfikir.

C. Sikap Berfikir Kritis dalam Keperawatan


1. Tanggung Gugat
Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan
berfikir kritis,adalah tugas individu tersebut untuk mudah
menjawab apapun keputusan yang dibuatnya.Sebagai perawat
profesional,perawat harus membuat keputusan dalam berespons
terhadap hak, kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima
tanggung gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas nama
klien.
2. Berfikir Mandiri
Untuk berfikir mandiri, seseorang menantang cara tradisional
dalam berfikir, dan mencari rasional serta jawaban logis untuk
masalah yang ada.
3. Mengambil Risiko
Kemauan dan niat mengambil risiko dibutuhkan untuk mengenali
keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan
didasarkan keyakinan yang didukung oleh fakta yang kuat. Kecuali
seseorang mampu mengambil risiko, maka orang tersebut
mengalami kesulitan untuk menerima perubahan.
4. Kerendahan Hati
Pemikir kritis menerima bahwa mereka tidak mengetahui dan
mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk
membuat keputusan yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan
klien mungkin berisiko jika perawat tidak mampu mengenali
ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah praktik.
5. Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan
keyakinan pribadinya seteliti mereka menguji pengetahuan dan
keyakinan orang lain.
6. Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekat untuk menemukan solusi yang efektif
untuk masalah perawatan klien. Perawat belajar sebanyak mungkin
mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk
perawatan, dan terus mencari sumber tambahan sebagai
pendekatan yang tepat digunakan.
7. Kreativitas
Kreativitas mencakup berfikir orginal. Hal ini berarti menemukan
solusi diluar apa yang dilakukan secara tradisional. Sering kali
klien menghadapi masalah yang membutuhkan pendekatan unik.
D. Tingkat Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Model berfikir kritis membantu memperlihatkan kompleksitas dari
proses pembuatan keputusan dalam keperawatan. Sejalan dengan perawat
mendapat pengetahuan baru tentang professional kompeten, maka
kemampuannya untuk berfikir secara kritis juga berkembang. (Model
Kataoka-Yiro dan Saylor 1994, dalam Potter dan Perry 2005)
mengidentifikasi tiga tingkat berfikir kritis dalam keperawatan: tingkat
dasar, kompleks, dan komitmen.Pada tingkat dasar pembelajar
menganggap bahwa yang berwenang yang benar untuk setiap masalah.
Berfikir cenderung untuk menjadi konkret dan di dasarkan pada
mempunyai jawaban serangkaian peraturan atau prinsip. Individu
mempunyai keterbatasan pengalaman dalam berfikir kritis. Dalam kasus
perawat baru, berfikir kritis sambil melakukan prosedur keperawatan
masih terbatas . Pada tingkat berfikir kritis yang kompleks seseorang
secara kontinu mengenali dalam keragaman dari pandangan dan persepsi
individu. Pengalaman membantu individu mencapai kemampuan untuk
terlepas dari kewenangan dan menganalisis serta meneliti alternatif secara
lebih mandiri dan sistematis. Dan pada tingkat ketiga dari berpikir kritis
adalah komitmen.Pada teingkat ini perawat memilih tindakan atau
keyakinan berdasarkan alternatif yang diidentifikasikan pada tingkat
berpikir kompleks.Perawat mampu untuk mengantisipasi kebutuhan untuk
membuat pilihan yang kritis setelah manganalis keuntungan dari alternatif
lainnya.

E. Penerapan dalam Praktik Klinik


Pertimbangan adalah salah satu cara orang berpiki. Seseorang
mencerminkan dan sampai pada suatu keputusan serta memecahkan
masalah (Bandman dan bandman,1995). Sebagai contoh, ketika
perawat,Nn. Sims, mengamati Tn. Sierra sedang duduk di ruang
pemeriksaan Klinik, berbagai pikiran mulai melintas dalam dalam
benaknya ,perilaku klien apa yang dikenali?apa makna dari pelaku tersbut?
apakah ada perawat yang telah mengenali perilaku ini sebelumnya?
bagaimana perawat bereaksi terhadap klien?apakah ada factor tertentu di
klinik yang mempengaruhi klien?perawat mulai menggunakan
pertimbangan untuk berhasil dalam menentukan minat dan kebutuhan
perawatan kesehatan klien.Sebagai contoh,pertimbangan tersebut mebantu
perawat memutuskan apa yang harus dikatakan pada Tn.sierra setelah
klien bertanya,”apakah saya harus dirawat di rumah sakit?”respons
seseorang mungkin ,”hanyadokter anda yang tahu.”dan respons lainnya
mungkin,”ceritakan pada saya apa yang membuat anda berfikir bahwa
anda harus dirawat di rumah sakit.”
Metode ilmiah adalah salah satu pendekatan terhadap
pertimbangan yang beralih dalam fakta fakta pengalaman yang dapat
diamati hingga penjelasan masuk akal dari fakta – fakta tersebut
(Bandman dan bandman,1995). Metode ini adalah pendekatan yang
memungkinkan untuk identikasi dan resolusi dari masalah. Proses
keperawatan mencangkup pertimbangan ilmiah (Tabel 6-2). Perawat
membuat kesimpulan tentang makna dari respon klien terhadap masalah
kesehatan atau menyemaratkan status fungsi kesehatan klien.
Proses keperawatan hanya satu variasi dari pertimbangan ilmiah
yang memungkinkan perawat mengatur, membuat system, dan membuat
konsep praktik keperawatan (Bandman dan bandman,1995). Proses
keperawatan merupakan pendekatan umum terhadap system dan
individual, keluarga, kelompok, atau komunitas klien.
BAB III

Pembahasan Kasus

Contoh Kasus yang Menerapkan Berpikir Kritis


“Akan mengambil tindakan namun terhalang otoritas”
A adalah seorang perawat IGD rumah sakit yang sedang berdinas malam, sedang
B adalah pasien. Pasien B datang ke IGD karena mengalami demam tinggi 3 hari
ini, pusing setelah dilakukan TTV di dapati TD: 130\70, N: 112, RR: 25, T: 39.0,
Saturasi: 97%. Pasien B meminta obat penurun panas pada perawat A supaya
suhu tubuhnya normal lagi. Sebenarnya, perawat A ingin membantu tetapi ia tidak
bisa melakukan itu tanpa perintah atau advice dokter, sedangkan dokter tidak
berada di tempat dikarenakan ada pasien kritis di ruang ICU

Pertanyaan Pemicu
1. Apa yang sedamg terjadi pada kasus tersebut?
2. Apa yang harus dilakukan oleh perawat pada kasus tersebut?
3. Proses penyelesaian seperti apa yang harus dilalui?
4. Apa saja tahapan yang dilakukan untuk membuat keputusan pada kasus
tersebut?
5. Apakah kasus tersebut membutuhkan clinical judgement, clinical
reasoning, dan clinical decision making?
Pembahasan Contoh Kasus Berpikir Kritis
1. Apakah perawat A harus memberikan obat penurun panas untuk menolong
pasien B atau menunggu dokter datang untuk pemberian obat.
2. Perawat harus melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan
pertama pada pasien agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika
tidak segera ditolong bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah dan bisa
berakibat fatal. Kemudian setelah itu perawat sesegera mungkin
menghubungi dokter agar mendapatkan perintah untuk melakukan proses
penanganan pasien selanjutnya.
3. Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik dan TTV pasien (suhu,
tekanan  darah, pernapasan, dan denyut nadi), pasien dianjurkan banyak
minum air, memberikan kompres hangat, memantau status hidrasi pasien,
harus dilakukan oleh perawat jika menghadapi pasien dengan kasus
hipertermi dan segera menghubungi dokter jika dokter tidak berada
ditempat.
4. Pendefinisian masalah & kriteria:
a. Hipertemi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
peningkatan suhu tubuh diatas 37,8 derajat celcius peroral atau
38,8 derajat celcius perrektal karena factor eksternal. (Carpenito,
1995).
b. Pengembangan solusi yang mungkin:
Pada pasien yang menderita hipertermi, sebaiknya perawat
melakukan tindakan pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik dan
TTV pasien (suhu, tekanan  darah, pernapasan, dan denyut nadi),
pasien dianjurkan banyak minum air, memberikan kompres hangat,
memantau status hidrasi pasien, dan setelah melakukan
pertolongan dasar kepada pasien perawat segera menghubungi
dokter.
c. Evaluasi solusi yang mungkin:
1) Melakukan pertolongan dasar tanpa menghubungi dokter
Positif :
a) Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan
hipertermi yang diderita pasien tidak akan mnejadi
lebih parah.
b) Tidak akan membahayakan jiwa pasien
Negatif :
a) Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena
penanganan yang dilakukan masih sangat dasar
(setengah-setengah).

2) Melakukan pertolongan dasar kemudian menghubungi


dokter
Positif :
a) Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk
menginjeksi atau memberikan obat kepada pasien.
b) Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena
penanganan yang dilakukan tidak harus menunggu
kedatangan dokter melainkan melalui perintah dokter lewat
telepon.
c) Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau
ditolong atau ditangani tanpa harus menunggu kedatangan
dokter.
d) Mempercepat pemulihkan kondisi pasien.
Negatif :
a) Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat
komunikasi masih minim atau sulit, maka penanganan
pasien dapat tertunda.
b) Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter.
3) Menghubungi dokter terlebih dahulu untuk menerima perintah
penanganan pasien
Positif :
a) Dokter dapat memberi perintah untuk menagani pasien
meski melalui telepon.
Negatif :
a) Waktu dan tindakan kurang efesien karena pasien belum
mendapatkan pertolongan dasar dari perawat.
b) Harus mengeluarkan biaya
4) Menunggu kedatangan dokter
Positif :
a) Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat.
b) Ketika dokter datang bisa langsung meresepkan atau
memberikan obat atau injeksi untuk pasien.
Negatif :
a) Jika dokter berada pada jarak yang jauh dan tidak bisa
segera datang, maka kondisi pasien bisa menjadi semakin
parah.
b) Bisa membahayakan jiwa pasien dan berakibat fatal jika
tidak segera mendapatkan penanganan.
5) Melakukan pemberian obat secara langsung tanpa menunggu
kedatangan dokter
Positif :
a) Pasien tertangani dengan baik.
b) Suplai obat-obatan bisa menurunkan hipertermi pada
pasien.
Negatif :
a) Perawat dapat disalahkan atau ditegur karena melakukan
tindakan tanpa perintah dokter.
b) Perawat tidak menghargai wewenang dokter.
c) Perawat melanggar undang-undang.
d. Pemilihan solusi terbaik:
1) Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipertermi
yang diderita pasien tidak akan mnejadi lebih parah.
2) Tidak akan membahayakan jiwa pasien
3) Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk
menginjeksi atau memberikan obat kepada pasien.
4) Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena
penanganan yang dilakukan tidak harus menunggu
kedatangan dokter melainkan melalui perintah dokter lewat
telepon.
5) Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau
ditolong atau ditangani tanpa harus menunggu kedatangan
dokter.
6) Mempercepat pemulihkan kondisi pasien.
7) Dokter dapat memberi perintah untuk menagani pasien
meski melalui telepon.
8) Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat.
9) Ketika dokter datang bisa langsung meresepkan atau
memberikan obat atau injeksi untuk pasien.
10) Pasien tertangani dengan baik.
11) Suplai obat-obatan bisa menurunkan hipertermi pada
pasien.
e. Implementasi:
1) Melakukan pertolongan dasar tanpa menghubungi dokter
2) Melakukan pertolongan dasar kemudian menghubungi
dokter
3) Menunggu kedatangan dokter
f. Evaluasi & rencana tindak lanjut:
1) Suhu tubuh turun menjadi 37
2) Observasi pasien terkait dengan suhu
3) Lapor dokter dan edukasi keluarga terkait kondisi pasien
5. Ya kasus tersebut membutuhkan clinical judgement, clinical reasoning,
dan clinical decision making. Dalam kasus tersebut kita lakukan pencarian
kelengkapan data/pengkajian untuk mencari solusi yang terbaik untuk
mengatasi pasien tersebut.
BAB IV

Penutup

A. Kesimpulan

Perawat harus memberikan pertolongan dasar seperti pemeriksaan


fisik dan TTV pasien (suhu, tekanan  darah, pernapasan, dan denyut nadi),
menganjurkan pasien banyak minum air, memberikan kompres hangat,
memantau status hidrasi pasien. Kemudian setelah itu perawat segera
menghubungi dokter yang bersangkutan agar perawat segera menerima
perintah untuk memberikan obat-obatan atau tindakan lain.

B. Saran

Perlu di bahas lebih lanjut mengenai konsep berfikir kritis agar


tercipta perawat yang lebih paham dan bisa menjunjung tinggi kode etik
perawatan

Anda mungkin juga menyukai