Disusun oleh
Kelompok Jawa 3 :
2022/2023
‘
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sehat merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap manusia dalam berbagai
tatanan kehidupan dan tingkatan kehidupan tanpa mengenal jenis kelamin, usia, suku
maupun golongan. Suatu saat jika kondisi seseorang mengalami gangguan sehingga
dinyatakan sakit maka akan muncul konsekuensi tidak bisa bekerja, yang dibenarkan
sebagai alasan meninggalkan tugas, yang akhirnya berdampak pada penurunan produktifitas
dan penghasilan seseorang atau perusahaan.
Konsep sehat merupakan pemahaman yang sangat mendasar bagi manusia. Perilaku manusia
untuk merespon stimulus atau obyek selalu didahului dengan ranah pengetahuan, ranah
bersikap (affective), ranah berperilaku (psychomotor) atau tindakan yang harus dilakukan
untuk mempertahankan (health maintenance), meningkatkan dan menghambat penurunan
kondisi kesehatan serta perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). (Skinner,
1938 dalam Notoatmodjo, 2007)
Apakah perspektif budaya Jawa masih ada dan dilakukan oleh masyarakat Jawa sekarang?
Jika dilihat bersama perilaku masyarakat yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
dan pengobatan tradisional yang berakar pada budaya masyarakat Jawa, maka sangat
dimungkinkan budaya masyarakat tetap dilakukan oleh komunitas Jawa untuk tetap dijaga,
dipelihara, diyakini dan dijalankan oleh masyarakat Jawa. (Setyonegoro K. , 1996).
Hasil pengamatan sementara yang perlu dikaji lebih mendalam. Sehat adalah kondisi yang
tentrem ayem, lingkungan yang gemah ripah loh jinawi. Masalah utama yang mendorong
terwujudnya ide peneliti yaitu masih banyak masyarakat Jawa khususnya di wilayah Blitar
yang masih menggunakan jasa paranormal atau dukun untuk menyembuhkan penyakit yang
diderita, misalnya ; pada sakit psikis (sawan) ke dukun, kena api atau tersiram air panas ke
dukun suwuk, badan yang meriang ke dukun pijat, patah tulang ke dukun sangkal putung,
walaupun sudah ada dan tersedia tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
modern. Ada di kalangan masyarakat yang memanfaatkan tenaga kesehatan untuk
menyembuhkan penyakit yang diderita, namun masih ada dorongan dari anggota keluarga
atau tetangga untuk mencari pengobatan tambahan ke paranormal atau dukun. Nampak
masih belum jelasnya konsep sehat atau sakit yang dianut masyarakat Jawa.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Menggali konsep sehat menurut perspektif budaya Jawa dan perilaku
berkembang di masyarakat.
Tujuan Khusus
1. Secara khusus tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna yang ada
di balik konsepsi sehat sakit menurut masyarakat Jawa:
2. Mengidentifikasi konsep sehat menurut perspektif budaya Jawa yang
diajarkan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
3. Mengidentifikasi faktor perilaku (activities) yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
4. Mengidentifikasi benda hasil karya (artifacts) masyarakat Jawa yang
mempengaruhi kesehatan.
5. Melahirkan teori baru sehat menurut perspektif budaya Jawa.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep sehat menurut Depkes (UU No. 36, 2009) yang sebetulnya juga mengacu pada
konsep sehat WHO di atas. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Konsep sehat menurut budaya Jawa yang sementara ini dipersepsikan oleh sebagian
kalangan masyarakat yang harus diteliti lebih mendalam: Sehat adalah seger kuwarasan,
tentrem ayem, gemah ripah loh jinawi, kerto raharjo, kondisi hayu hayuning bawono,
mamayu hayuning bawono. Menurut Ki Ageng Suryo Mentaraman yang menawarkan
perspektif baru dan unik, sekaligus mendialogkan dengan dunia “modern”.
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow meliputi:
1. Kebutuhan Psikologis (physiological needs)
2. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
3. Kebutuhan akan keterikatan dan cinta (belongingness and love needs)
4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
5. Kebutuhan untuk pemenuhan diri (self-actualization
Menurut budaya Jawa: kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan/ kepentingan yang
berupa: (semat, drajat, kramat, krabat).
Hidup manusia dimulai dari proses kehamilan: kelahiran di dunia, proses pertumbuhan
dan perkembangan dengan permasalahan kehidupan dan akhir dari kehidupan (kematian).
Dari proses kehidupan tersebut kemudian muncul ilmu pengetahuan dalam budaya Jawa
yang ingin mengungkap proses kehidupan manusia yang akhirnya muncul pertanyaan
Ilmu Sangkan Paraning Dumadi, suatu Ilmu yang ingin mengungkap asal mula manusia
dan akhirnya kemana tujuan kehidupan manusia setelah mati.
Asal mula dari kejadian kehidupan manusia:
Berasal dari unsur bumi, banyu, geni, angin (4 buah).
1. Syahadat Taukhid dan Syahadat Rosul (2 buah).
2. Mani, madi, wadi, manikem (4 buah).
3. Syariat, torikot, ma’rifat, hakikat (4 buah).
4. Dzat Allah (sumber), dzat Muhammad (utusan/ perjalanan roh suci), dzat Rosul
(menjalankan roh suci dengan jasmani manusia bercampurnya roh dan jasmani) (3
buah).
Faktor yang mempengaruhi kesehatan dapat dilihat dari dua kutub yang melibatkan
masalah kesehatan dan penyakit. Secara konseptual, lapangan perhatian ini dapat
dinyatakan dalam suatu rangkaian kesatuan, yaitu pada kutub yang satu adalah biologis,
sedang kutub yang lainnya adalah sosial budaya. Pada kutub biologis, perhatian tertuju
kepada pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia, peranan penyakit dalam evolusi
manusia, adaptasi biologis terhadap perubahan lingkungan alam dan pola penyakit di
kalangan manusia purba. Pada kutub sosiobudaya perhatian tertuju antara lain: Pada
sistem-sistem kesehatan/ medis pribumi atau tradisional (aspek-aspek etiologi, terapi,
peranan praktisi medis tradisional, ide dan praktek pencegahan dari penyakit dan lain-
lain), masalah-masalah perawatan kesehatan modern (kedokteran), peranan dan
sosialisasi personil medis, perilaku kesehatan dan dalam keadaan sakit, interaksi dokter
pasien, dinamika pelayanan medis kedokteran.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta
lingkungan
Menurut (Becker, 1979 dalam Notoatmojo, 2007), klasifikasi perilaku kesehatan sebagai berikut:
Perilaku Hidup Sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Makan dengan menu seimbang (appopriate diet),
olah raga dengan teratur, pengendalian diri terhadap asap/ zat yang berbahaya, tidak minum-
minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stress, perilaku atau gaya hidup
positif bagi kesehatan.
Perilaku Sakit (illness behavior) mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit
dan sebagainya.
Perilaku Peran Sakit (the sick role behavior). Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai
peran yang mencakup hak-hak (right) dan kewajiban (obligation) sebagai orang sakit. Hak dan
kewajiban itu harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya),
yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role).
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan. Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana
pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak (memberitahukan penyakitnya
kepada orang lain, terutama kepada dokter atau petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya
kepada orang lain dan sebagainya).
Mas Kumambang adalah salah satu tembang mocopat dalam budaya Jawa yang
menggambarkan sebuah kiasan dalam siklus kehidupan manusia pada masa anak yang
diumpamakan seperti logam mulia yang mengambang dan memerlukan perhatian dan
bimbingan. Permasalahan pada masa anak ini biasanya sulit makan, banyak beraktifitas,
semua benda yang ada di sekitarnya dianggap sebagai suatu permainan. Anak belum bisa
berterus terang mengenai kebutuhan eliminasi, bab, bak, biasanya akibat belum terlatih.
Pada masa ini saatnya anak di khitan atau sunatan pada anak laki-laki sedangkan pada anak
perempuan mulai saat datang bulan atau menstruasi.
Sinom adalah salah satu tembang mocopat dalam budaya Jawa yang menggambarkan sebuah kiasan
dalam siklus kehidupan manusia pada masa remaja. Pada masa sinom (remaja) umumnya mulai
melakukan usaha-usaha untuk keselamatan diri baik secara lahir misalnya melakukan menempa diri
dengan berbagai jenis seni bela diri maupun keselamatan diri secara batin dengan membentengi diri
dengan berbagai ilmu kanuragan dan ilmu joyo kawijayan seperti yang diajarkan oleh para leluhur
sesuai dengan budaya Jawa.
5. Asmorodono (Masa Dewasa)
Asmorodono adalah salah satu tembang mocopat dalam budaya Jawa yang menggambarkan sebuah
kiasan dalam siklus kehidupan manusia pada masa dewasa. Pada masa ini kehidupan manusia
sedang mencari pasangan hidup dan saat sedang jatuh cinta, masa kehidupan yang sesuai dengan
kiasan Asmorodono tersebut. Berdasarkan sekar mocopat asmorodono di atas yang perlu
diperhatikan jika sudah saatnya masa dewasa maka sebagai pegangan/ pedoman untuk pernikahan,
bukan harta benda atau wajah saja, tapi yang paling utama adalah rasa hati yang paling menyintai
secara tulus apa adanya.
6. Pangkur (Masa Tua)
Pangkuradalah salah satu tembang mocopat dalam budaya Jawa yang menggambarkan sebuah
kiasan dalam siklus kehidupan manusia pada masa tua. Pada masa ini fungsi dari panca inderapun
mulai menurun, misalnya ketajaman mata selalu terjadi penurunan, kemampuan alat pendengar juga
mulai terjadi penurunan, kemampuan mengingatpun juga mengalami penurunan karena terjadi
degenerative, apoptosis dan nekrosis.
7. Megatruh (Masa Lanjut Usia)
Megatruh adalah salah satu tembang mocopat dalam budaya Jawa yang menggambarkan
sebuah kiasan dalam siklus kehidupan manusia pada masa lanjut usia. Berdasarkan sekar
mocopat megatruh diatas pada masa lanjut usia ini manusia lebih mengedepankan
ketentraman hati dan pasrah dan penyerahan diri kepada Yang Maha Kuasa untuk selalu
berdoa dan beramal untuk mendapatkan kedamaian hati untuk mencapai kesempurnaan
di alam setelah proses kematian (alam kelanggengan). Pada usia lanjut usia ini seseorang
lebih menekankan pada kesiapan mental dalam menghadapi masa-masa kematian.
8. Pucung (Masa Kematian)
Pucung adalah salah satu tembang mocopat dalam budaya Jawa yang menggambarkan
sebuah kiasan dalam siklus kehidupan manusia pada masa kematian. Berdasarkan fakta
di atas bahwa manusia yang menghadapi masa kematian dalam budaya Jawa dia harus
lilo lan legowo artinya harus ikhlas segalanya di dalam menghadapi kematian, tidak
khawatir terhadap hal-hal yang akan terjadi dan tidak menyalahkan pada siapapun, dan
akhirnya menyerahkan semua urusannya kepada Yang Maha Tunggal.
Ramuan
Jamu perlu dilakukan jika ingin melakukan kegiatan yang memerlukan aktifitas fisik
relatif berat atau optimal agar kegiatan tersebut bisa berjalan dengan lancar namun
kadang-kadang beliau menggunakan jamu apabila kondisi badan merasa kurang enak dan
kurang nyaman. Obat tradisional /ramuan adalah media pengobatan yang menggunakan
pengetahuan tradisional yang berkembang dari generasi ke generasi sesuai kepercayaan
yang dianut oleh masyarakat sebelum era kedokteran modern. Bahan pengolah jamu
tradisional yang berperan sebagai bahan untuk membuat jamu tradisional misalnya beras
kencur, cabe puyang, jamu kunir asem, jamu gepyokan, jamu sari rapet yang semuanya
berasal dari tumbuhan dan rempah-rempah yang dihaluskan dan ditumbuk menggunakan
alat tradisional lumpang dan penumbuk (alu) dan selanjutnya disaring, hasil penyaringan
tersebut dapat dikonsumsi sebagai jamu yang membantu menambah kebugaran
seseorang. Bahan ini masih banyak kita jumpai ditempat penjual jamu gendongan.
BAB III
PENUTUP
1. Sehat adalah kondisi dinamis dari hati dan pikiran yang teguh, kondisi fisik yang rahayu,
maupun perilaku dan tuntutan kebutuhan manusia yang slamet.
3. Dengan ditemukannya konsep sehat menurut budaya yang mengacu pada siklus kehidupan
manusia mulai masa kehamilan sampai dengan masa kematian dimana manusia memiliki
permasalahan-permasalahan yang berbeda pada setiap fase kehidupan, maka proses
keperawatan harus menyesuaikan dengan permasalahan siklus kehidupan tersebut.
4. Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan peradaban
manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit secara fisiologis dan biologis
dalam hidup manusia.
Daftar Pustaka
https://repository.unair.ac.id/32854/8/32854.pdf
Aulia,2009. Ritual Puasa Orang Jawa, Yogyakarta, Narasi.
Ageng Pangestu Rama, 2007. Kebudayaan Jawa “Ragam Kehidupan Kraton Dan Masyarakat
di Jawa 1222-1998”, Cahaya Ningrat, Yogyakarta.