Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

SISTEM KEPERCAYAAN BUDAYA UTAMA ORANG-ORANG DARI


BERAGAM BUDAYA

ANGGOTA KELOMPOK 39 :
ANIK TRI SUBEKTI
SUNARKO
SITI HARTINAH
REVI NUR RISTANTI
SHINTA SALSABILA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022
SISTEM KEPERCAYAAN BUDAYA UTAMA ORANG-ORANG DARI
BERAGAM BUDAYA

A. Sistem Kepercayaan Budaya


Kebudayaan merupakan pedoman dalam kehidupan warga penyandangnya yang
lebih kompleks dari sekedar menentukan pemikiran dasar, karena kenyataan
kebudayaan itu sendiri akan membuka suatu orientasi berpikir dan kinerja manusia
sebagai makhluk sosial. Jadi keanekaragaman persepsi sehat dan sakit itu ditentukan
oleh pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma kebudayaan masing-masing masyarakat
penyandang kebudayaannya. Dapatlah dikatakan bahwa kebudayaanlah yang
menentukan apa yang menyebabkan orang menderita sebagai akibat dari
perilakunya. Sehubungan dengan hal di atas, maka kebudayaan sebagai konsep dasar,
gagasan budaya dapat menjelaskan makna hubungan timbal balik antara gejala-gejala
sosial (sosiobudaya) dari penyakit dengan gejala biologis (biobudaya) seperti apa
yang dikemukakan oleh Foster dan Anderson (1986).
Kebudayaan yang ideal datang dari pembentukan manusia itu sendiri dan berasal
dari kebutuhan masyarakat. Anggota masyarakat berasal dari organisasi masyarakat
sehingga anggota masyarakat harus mengikuti kebudayaan yang dimiliki oleh
organisasi masyarakat itu. Sebagai contoh disini digambarkan bahwa kebudayaan
yang timbul yang terbentuk oleh golongan kecil adalah masyarakat kapitalis yang
berasal dari kebutuhan ekonomi yang akhirnya menciptakan ideologi bisnis, dan
filsafat pemerintah yang kemudian membentuk kesatuan nasional. Ide kebudayaan
besar timbul dari kebutuhan masyarakat. Walaupun demikian di dalam pembentukan
kebudayaan selalu timbul ketidak cocokan diantara ide yang satu dengan ide lainnya.
Meskipun terjadi ketidaksesuaian hal ini tidak selalu menjadi besar tanpa adanya
konflik dan kekerasan dari masyarakat yang ingin membentuk suatu kesamaan
kebudayaan.
B. Sistem Kepercayaan Kesehatan
Sistem kepercayaan kesehatan dibagi dalam tiga kategori besar :
1. Tradisi Supernatural/Magis/Religius
Tradisi pelayanan kesehatan yang berdasarkan kekuatan
supernatural/magis/religius datang dari sistem kepercayaan dimana dunia
dianggap sebagai arena dimana kekuatan supernatural yang mendominasi.
Penyebab penyakit berhubungan dengan kekuatan spiritual. Ada ilmu sihir,
melanggar hal yang tabu, mengganggu objek yang sakit, mengganggu roh yang
menyebabkan penyakit dan kehilangan jiwa. Namun dalam beberapa budaya
bahwa penyakit merupakan akibat dari roh jahat yang memasuki tubuh seseorang
akibat jampi-jampi. Penyakit dianggap sebagai penyembahan pada berhala atau
dewa-dewa, makluk bukan manusia (hantu atau roh jahat), dan orang jahat
(tukang sihir).
Pengobatan penyakit melibatkan hubungan yang positif dengan roh-roh
dan dewa-dewa. Pengobatan dilaksanakan oleh seorang penyembuh yang disebut
dukun (shaman). Tergantung dari budayanya,penyembuh ini dapat disebut
dengan ahli obat, kahuna, curandero, santero atau penyembuh jiwa dan merujuk
pada seseorang yang bekerja dengan kekuatan supernatural.
2. Tradisi Holistik
Kesehatan holistik didasarkan pada prinsip bahwa semua hal tersebut
diciptakan saling bergantungan dan berhubungan. Seorang pribadi terdiiri atas
bagian yang saling bergantungan yang disebut fisik, mental, emosi, dan rohani.
Ketika satu bagian tidak bekerja dengan baik, hal itu akan memengaruhi semua
bagian tubuh orang tersebut.
Pendekatan holistik terhadap penyebab penyakit beranggapan bahwa ada
hukum alam yang mengatur segala sesuatu dan setiap orang ada di alam semesta.
Supaya orang sehat, harus hidup selarass dengan hukum alam serta dengan
sukarela menyesuaikan diri dan beradaptasi pada perubahan lingkungan.
Pengobatan holistik ditemukan dalam praktek pengobatan Cina. Obat—obatan
Cina yang berfungsi mengembalikan keseimbangan yin dan yang.
3. Tradisi Ilmiah/Biomedis
Sistem pelayanan kesehatan ilmiah/biomedis berfokus pada diagnosis
objektif dan penjelasan ilmiah atas penyakit. Sistem ini menggunakan
pendekatan yang berdasarkan pada bukti tes laboratorium untuk menguji
kebenaran penyakit. Tradisi ini menekankan masalah biologis dan menemukan
ketidaknormalam dalam tubuh. Penyakit dipercaya datang ketika kondisi
seseorang dilihat menyimpang dari kondisi yang seharusnya berdasarkan ilmu
biomedis. Pengobatan dalam pendekatan ini dilakukan untuk menghilangkan
penyebab penyakitnya, mengobati bagian yang terinfeksi atau mengontrol
sistem tubuh yang terinfeksi.

C. Perilaku Kesehatan Dan Penyakit


Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap kepercayaan, tradisi, dan sebagian dari
orang tua tau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas
kesehatan, sikap dan perilaku para petugas kesehatan juga dapat memperkuat
terbentuknya perilaku Perilaku kesehatan diantaranya menurut Becker konsep
perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang
dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain,
yaitu pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health
attitude) dan praktek kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur
seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis
penelitian. Perilaku kesehatan merupakan segala aktivitas atau kegiatan seseorang,
baik yang dapat diamati secara langsung (observable) maupun yang tidak dapat
diamati secara langsung oleh orang lain (unobservable) yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini pada
garis besarnya dikelompokan menjadi dua, yakni : perilaku sehat (Health Behavior)
yang merupakan perilaku orang yang sehat agar tetap sehat atau kesehatannya
meningkat dan perilaku pencarian kesehatan (Health Seeking Behavior) yang
merupakan perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk
memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatanya (Notoatmodjo,
2014).
Perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pemikiran dan
perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan sebagai referensi dan sumber-
sumber atau fasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat.
Seseorang yang tidak mau membuat jamban keluarga atau tidak mau buang air besar
di jamban, mungkin karena ia mempunyai pemikiran dan perasaan yang tidak enak
kalau buang air besar di jamban (thought and feeling). Atau mungkin karena tokoh
idolanya juga tidak membuat jamban keluarga sehingga tidak ada orang yang
menjadi referensinya (personal reference). Faktor lain juga mungkin karena
langkanya sumber-sumber yang diperlukan atau tidak mempunyai biaya untuk
membuat jamban keluarga (resources). Faktor lain lagi mungkin karena kebudayaan
(culture) bahwa jamban keluarga belum merupakan budaya masyarakat
(Notoatmodjo, 2014).
Perilaku sehat adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang untuk
meningkatkan atau mempertahankan kesehatan (Taylor, 2012). Perilaku sehat adalah
semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang diamati (observable) maupun
yang tidak diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2014). Selanjutnya Sarafino dan Smith (2011)
mendefinisikan perilaku sehat adalah perilaku yang dilakukan seseorang untuk
meningkatkan atau mempertahankan kesehatannya, tanpa memandang status
kesehatan yang mereka rasakan, demi mencapai tujuan kesehatan yang akan dicapai.
Perilaku kesehatan juga diartikan sebagai pola perilaku, tindakan dan kebiasaan yang
berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan dan peningkatan
kesehatan (Gochman, 1998).
Kasl dan Cobb (dalam Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008) mendefinisikan tiga
kategori perilaku sehat, antara lain:
a. Perilaku pencegahan (Preventive health behaviour ) yaitu setiap aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang yang yakin akan dirinya sendiri menjadi sehat, untuk
tujuan mencegah atau mendeteksi suatu penyakit sebelum gejala penyakit itu
muncul.
b. Perilaku sakit (illness behaviour) yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang yang merasakan dirinya sakit, untuk menentukan keadaan kesehatannya
dan menemukan obat yang cocok untuk dirinya.
c. Perilaku peran sakit (sick-role behaviour) yaitu individu yang menganggap dirinya
sakit dan melakukan sebuah aktivitas yang bertujuan untuk kesembuhan.
Seorang ahli (Becker, 1979 dalam Kholid, 2012) membuat klasifikasi lain tentang
perilaku kesehatan. Perilaku hidup sehat yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Perilaku ini antara lain:
a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam
arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas
dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang,
tetapi juga tidak lebih).
b. Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk berolahraga. Dengan sendirinya kedua
aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
c. Tidak merokok, merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai
macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini khususnya di Indonesia seolah-
olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok.
Bahkan dari hasil penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok.
d. Tidak minum-minuman keras dan narkoba, kebiasaan minumminuman keras dan
mengkonsumsi narkoba (narkotik dari bahanbahan berbahaya lainnya) juga
cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia usia dewasa diperkirakan
sudah mempunyai kebiasaan minum-minuman keras ini.
e. Istirahat cukup, dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk
penyesuian lingkungan modern, mengharuskan orang-orang bekerja keras dan
berlebihan, sehingga kurang waktu untuk beristirahat.
f. Mengendalikan stres, stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-
macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras,
kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. Stres tidak dapat kita
hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan,
kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan
yang positif.
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-
ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan,
dan sebagainya.
Perilaku ini adalah tentang bagaimana seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan
penyakit yang sifatnya respon internal (berasal dari dalam diri) maupun eksternal
(dari luar dirinya), baik respons pasif (pengetahuan, sikap, dan persepsi), maupun
aktif (prakteknya) yang dilakukan dan berhubungan dengan sakit dan penyakit.
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit sangatlah sesuai dengan tingkat-
tingkat dari pemberian pelayanan kesehatan yang secara menyeluruh ataupun sesuai
dengan tingkat pencegahan penyakit, yaitu:
1. Perilaku dalam peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion
behavior) sebagai contoh, ibu-ibu yang memasak makanan yang bervitamin dan
bergizi untuk keluarga.
2. Perilaku dalam pencegahan penyakit (health prevention behavior). sebagai contoh,
melakukan 3M (menimbun, membakar, dan menguras) untuk mencegah dan
menghindari penyakit deman berdarah.
3. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).Contohnya, pergi
berobat ke puskesmas, rumah sakit, dan Dokter-dokter praktik.
4. Perilaku dalam pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior). sebagai
contohnya, seorang yang menderita hepatitis akan melakukan diet dengan tidak
makan makanan yang mengandung lemak (Sunaryo, 2004: 16-17).
D. Jenis Sistem Penyembuhan
Masih banyak masyarakat yang memiliki perilaku pencarian pengobatan melalui
layanan-layanan tradisional, sehingga perlu dilihat penyebab dari perilaku
masyarakat tersebut, serta kajian-kajian ilmu mengenai perilaku pengobatan
tradisional yang berlaku di masyarakat. Tujuannya agar kebudayaan mengenai
pencarian pengobatan tradisional dapat diinteraksikan dengan pengobatan modern
agar derajat kesehatan masyarakat dapat semakin ditingkatkan.
Realitas ini pula yang terjadi pada masyarakat yang ada di daerah perdesaan
yang masih menjaga dan melestarikan nilai-nilai kultural yang mereka terima dari
generasi sebelumnya. Dari fenomena kultural tersebut dapat dipahami bahwa sistem
pengobatan tradisional atau etnomedisin hingga saat ini masih tetap eksis dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Dalam realitasnya, praktik-
praktik modern juga semakin berkembang pesat dengan banyaknya pusat-pusat
kesehatan resmi dari pemerintah ataupun swasta. Dalam kaitannya dengan hal
demikian, tampaknya gerakan back to nature (kembali ke alam) yang semakin
digencarkan oleh negara-negara maju telah berdampak positif terhadap tumbuh
suburnya praktik-praktik pengobatan tradisional. Sistem etnomedisin memiliki posisi
yang khusus dalam masyarakat, yakni sebagai local wisdom yang diwariskan secara
turun-temurun dari leluhurnya. Selain itu, sistem pengobatan tradisional juga, secara
fungsional, masih diperlukan oleh masyarakat, terutama dalam menjaga dan
memelihara kesehatan, serta menjaga stamina dan kebugaran tubuh. Hal ini
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam melestarikan budaya
daerah.
Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang asal
mula penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat
tertentu. Aspek etnomedisin merupakan aspek yang muncul seiring perkembangan
kebudayaan manusia di bidang antropologi medis, etnomedisin memunculkan
terminologi yang beragam. Cabang ini sering disebut pengobatan tradisionil,
pengobatan primitif, tetapi etnomedisin terasa lebih netral (Foster dan Anderson,
1986).
Pengobatan Tradisional memahami tentang konsep yang dimiliki oleh
pengobatan tradisional dalam praktik pengobatan tradisional amatlah diperlukan
dengan diketahuinya konsep tersebut diharapakan dapat diikuti jalan pikiran dan
alasan dilakukakan pengobatan tradisional ketika menghadapi penderita yang
meminta pertolongan. Konsep yang dimaksud di sini meliputi konsep yang ada
hubungannya dengan kesehatan, yang sederhana setidaknya meliputi konsep
kehidupan, kematian, penyebab penyakit serta kepercayaan. Menurut pendapat
organisasi kesehatan dunia (WHO, 2000), pengertian mengenai pengobatan
tradisional sebagai serangkaian penegetahuan, keterampilan dan praktik-praktik yang
berdasarakan teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat
budaya yang berbeda, baik dijelasakan atau tidak yang dilakukan dalam
pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan diagnosa, perbaikan dan pengobatan
secara fisik dan juga mental.
Menurut Asmino (1995), pengobatan tradisional dibagi menjadi dua. Pertama,
cara pengobatan tradisional (traditional healing) yang terdiri dari pijatan, kompres,
akupuntur dan sebagainya. Kedua, ialah pengobatan trdisional (traditional drugs),
yaitu dengan menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari alam seperti
tanaman, hewan, sumber mineral atau garam-garam serta mata air yang keluar dari
tanah. Pengobatan Modern merupakan cara-cara pengobatan yang dilakukan
berdasarkan penelitian ilmiah dan berdasarkan pengetahuan dari berbagai aspek.
Biasanya pengobatan medis menggunakan beberapa disiplin ilmu pengetahuan dalam
mengobati sebuah penyakit, cara pemeriksaan dan diagnosa penyakit pun lebih
akurat dari pada pengobatan tradisional. Selain itu obat yang digunakan merupakan
hasil uji klinis yang mendalam dan memiliki fungsi yang dapat dibuktikan secara
ilmiah. Pengobatan modern memiliki sebuah prosedur yang sesuai dan terus
ditingkatkan seiring dengan kemajuan teknologi. Saat ini obat modern memiliki
jawaban untuk mendeteksi dan sejumlah besar dari berbagai kondisi medis, terutama
yang dipicu oleh bakteri, virus dan jenis lain dari penyebab infeksi atau penyakit.
Penyakit-penyakit yang dulunya tidak dapat disembuhkan dan berakhir pada
kematian tetapi sekarang mudah untuk disembuhkan antara lain batuk rejan, difteri,
cacar, dan penyakit lainnya. Mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zainal
Abidin mengatakan bahwa teknologi kedokteran semakin berkembang. Namun
sejauh ini teknologi kedokteran modern masih dalam koridor Islam sesuai Alquran
dan Sunah Nabi.

Sumber-Sumber Pengobatan
a) Pengobatan Sendiri
Menurut Sukasediati (1992), pengobatan sendiri merupakan upaya yang dilakukan
oleh orang awam untuk mengatasi penyakit atau gejalanya yang dialami sendiri atau
oleh orang sekitarnya, dengan pengetahuan dan persepsinya sendiri, tanpa bantuan
atau suruhan seseorang yang ahli dalam bidang medis atau obat. Upaya pengobatan
sendiri ini dapat berupa pengobatan dengan obat modern atau obat tradisional.
Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan, pengobatan sakit
ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter. Sementara
itu, peran pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan efektif
keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan
kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta meningkatkan
keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan (WHO, 1998 dalam
Supardi, 2005).
b) Pengobatan Tradisional
Obat tradisional adalah obat-obatan yanga diolah secara tradisional secara turun-
temurun berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan atau kebiasaan
setempat, baik bersifat magis, maupun pengetahuan tradisional. Pengobatan
tradisional juga bisa menyembuhkan penyakit yang berupa magis, seperti kesurupan,
terkena santet, dan masih banyak penyakit yang tidak bisa diteliti secara ilmiah.
c) Pengobatan Modern
Pengobatan modern adalah pengobatan yang dilakukan dan sudah diteliti secara
ilmiah berdasarkan pengetahuan dari berbagai aspek. Pengobatan modern adalah
pengobatan yang teruji seperti menyembukan penyakit yang serius, seperti kanker,
tbc, komplikasi dan masih banyak lagi penyakit yang dapat membahayakan
penderita.
DAFTAR PUSTAKA

Asmino 1995. Pengalaman Pribadi dengan pengobatan Alternatif. Surabaya: Airlangga


University Press
Foster dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia
Glanz, Rimer & Visnawath. 2008. Health Behavior and Health Education (4thed).
San fransisco: Jossey-Bass
Gochman, David S. 1998. Health Behaviour: Emerging Research Perspectives. New
York : Spinger Science+Business Media.
Kholid, Ahmad. 2012. Promosi Kesehatan : Dengan Pendekatan Teori Perilaku.
Jakarta : Rajawali Pers.
Leininger, M., & Mc Farland, M. . (2002). Transcultural Nursing: Concept, Theories,
Research and Practice (3 edition). USA: USA: Mc-Graw Hill Companies.
Notoatmodjo, S. 2014. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sarafino, Edward P & Smith, Timothy W. 2011. Health Psychology Biopsychosocial
Interactions (7th ed). USA John Wiley & Sons. Inc.
Taylor, Shelley E. 2012. Health Psychology (ed 8th). New York McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai