Anda di halaman 1dari 5

RESUME JURNAL

MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN PALIATIF


KANKER STADIUM LANJUT

Disusun Oleh:

SITI HARTINAH

PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022
Pengobatan kanker yang dapat menimbulkan nyeri yaitu, kemoterapi,
pembedahan, dan radioterapi. Rasa nyeri akibat pengobatan seperti pembedahan,
radiasi maupun akibat kemoterapi terjadi pada 20% penderita kanker. Sedangkan
nyeri tidak langsung akibat dari pertumbuhan tumor terjadi pada 10% penderita
kanker disertai rasa nyeri seperti keadaan pada nyeri otot dan tulang, sakit kepala
atau migren terjadi akibat ketegangan jaringan. (Lukman, 2017). Nyeri merupakan
masalah ketidakefektifan pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman. Nyeri yang
tidak tertangani akan berdampak pada kecemasan, depresi, hopelessness,
keinginan untuk mengakhiri kehidupan, dan ketakutan pada pasien maupun
keluarga (Koller, 2014).
Nyeri merupakan salah satunya. Menurut International Association for the
Study of Pain (IASP) nyeri merupakan perasaan tidak menyenangkan yang
berasal dari area tertentu di tubuh yang bergantung atau tidak bergantung
pada kerusakan jaringan dan berhubungan dengan pengalaman sebelumnya.
50-70% pasien kanker mengalami nyeri. Nyeri pada kanker merupakan satu
fenomena yang subjektif. Yang merupakan gabungan antara fisik dan non fisik.
Nyeri berasal dari berbagai bagian tubuh ataupun sebagai akibat dari terapi dan
prosedur yang dilakukan termasuk operasi kemoterapi, dan radioterapi. Nyeri
kanker didominasi oleh neuropathic, psychological, sosial dan spiritual
berhubungan dengan nyeri nociceptive (WHO, 2018).
Nyeri yang dirasakan oleh pasien kanker merupakan nyeri tingkat sedang
hingga berat. Jika nyeri tersebut terus menerus dirasakan dalam waktu yang lama
dengan intensitas yang sering akan menyebabkan klien merasa semakin tidak
nyaman. Ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan klien menjadi susah tidur
dan tidak bisa melakukan activity daily life (ADL) seperti biasa. Masalah tersebut
akan terus berlangsung selama sumber nyeri belum teratasi dengan manajemen
nyeri yang efektif. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi nyeri yaitu manajemen nyeri. Manajemen nyeri adalah suatu tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan oleh
seseorang. Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu pasien dalam mengontrol
nyeri ataupun mengatur nyeri secara optimal yang pada akhirnya pasien mampu
mengontrol ataupun nyeri yang dirasa tersebut hilang. Manajemen nyeri adalah
hal yang sangat penting dan merupakan bagian dari perawatan kanker rutin telah
tegasi dikemukakan oleh WHO (Worl Health Organization), organisasii
profesional internasional dan nasional, serta lembaga pemerintahi. (American
Cancer Society, 2015).
Manajemen nyeri dapat dilakukan dengan teknik farmakologi
berkolaborasi dengan tim medis ataupun intervensi mandiri teknik non
farmakologis. Teknik farmakologis adalah cara yang paling efektif untuk
menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung
selama berjam- jam atau bahkan berhari- hari. Pentingnya teknik non farmakologi
dalam menurunkan skala nyeri, mengkombinasikan teknik non farmakologis
dengan obat- obatan mungkin cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri
(Smeltzer & Bare, 2013). Teknik non farmakologi sendiri mempunyai definisi
yaitu adalah terapi pengobatan tanpa menggunakan obat-obatan. Jenis pengobatan
tanpa menggunakan obat-obatan non-farmakologi. Terapi non-farmakologi dapat
berupa terapi pikiran tubuh (relaksasi progresif, meditasi, imajinasi, terapi
musik, humor, tertawa, dan aromaterapi) (ACS, 2019). Penggunaan kompres
panas dan dingin, dan sentuhan terpeutik. Terapi-terapi tersebut pada
umumnya dapat dikatakan aman, tersedia dengan mudah dan dilakukan di
rumah atau kondisi lingkungan dengan fasilitas perawatan akut.
Terapi Non Fakmakologi Nyeri Kanker :
Guided Imagery
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Weny Amelia et al (2020), Guided
Imagery menunjukkan bahwa rerata skala nyeri responden pada kelompok
kontrol sebelum diberikan prosedur mempunyai rentang skor antara 7-9.
Setelah diberikan prosedur terapi analgetik maka rentang skor tingkat nyeri
menjadi 5-7. Selain itu juga terdapat hasil persamaan yang diperoleh
menunjukkan bahwa Guided Imagerydapat menurunkan skala nyeri dengan
ketentuan bahwa setiap terjadi penambahan jumlah mendapatkan Guided
Imagerysebanyak satu kali, maka akan terjadi penurunan skala nyeri sebesar
2,067. Penurunan skala nyeri sebanyak 2,067 memiliki makna yang
signifikan karena pada penelitian ini menggunakan skala nyeri NRS dengan
rentang respon nyeri 0 hingga 10. Hasil akhir penelitian ini merekomendasikan
penerapan Guided Imagerysebagai keperawatan intervensi untuk mengurangi dan
meminimalisir rasa sakit pada pasien kanker payudara.
Kombinasi Terapi Musik dan Art Therapy
Selain menggunakan teknik Guided Imagery, art therapy dan musik juga dapat
berfungsi untuk mengurangi skala nyeri. Teknik art therapy dapat memberikan
persepsi stimulus yang menyebabkan seseorang mengalihkan perhatian dan
berfokus pada aktivitas art therapyyang menyenangkan sehingga menekan
stimulus nyeri yang ada. Sedangkan efek musik terhadap nyeri berfungsi
untuk mengalihkan perhatian dan mempunyai efek relaksasi yang membuat
mekanisme endorfin meningkat, sehingga sistem penekanan nyeri aktif.
teraktivasi kemudian mengaktivasi transmisi serabut saraf A Beta yang lebih
berdiameter besar dan cepat sehingga menyebabkan gerbang sinaps menutup
transmisi impuls nyeri sehingga persepsi nyeri akan berkurang.
Aromatherapy Essential Oil Rose
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak essential tumbuhan
yangberguna untuk memperbaiki suasana hati dan kesehatan. Essential oil
rosememiliki beberapa zat yang terkandung di dalamnya, salah satu
contohnya adalah linalool yang berfungsi untuk menstabilkan sistem saraf
sehingga dapat menimbulkan efek tenang untuk seseorang yang menghirupnya.
Pada saat aromaterapi terhirup molekul, hal tersebut akan membawa unsur
aromatic ke puncak hidung dimana silia muncul dari sel-sel reseptor.
Apabila molekul menempel pada rambut-rambut tersebut, maka elektrokimia
akan ditransmisikan melalui saluran olfaktori ke dalam sistem limbik. Hal
ini akan merangsang memori dan responemosional. Hipotalamus yang berperan
sebagai regulator memunculkan pesan yang harus disampaikan ke otak. Pesan
yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan berupa senyawa
elektrokimia yang menyebabkan perasaan tenang dan rileks.

References :
Amelia, W., Irawaty, D. and Maria, R., 2020. Pengaruh Guided Imagery Terhadap
Skala Nyeri Pada Pasien Kanker Payud ara Di Ruangan Rawat Inap Bedah
Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 5(2).
American Cancer Society. (2015). Cancer Facts For Woman.
http://www.cancer.orgDiakses 14 Februari 2020.
Fajri, I., Nurhamsyah, D., Aisyah, S., Mudrikah, K. A., & Azjurnia, A. R. (2022).
Terapi Non-Farmakologi dalam Mengurangi Tingkat Nyeri pada Pasien
Kanker Payudara Stadium 2-4: Literature Review. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Indonesia (JIKI), 5(2), 106-120.
Koller A, Hasemann M, Jaroslawski k, et al. Testing the feasibility and effect of a
self-management support intervention for patients with cancer and their
family caregivers to reduce pain and related symptoms(AntiPain): Study
protocol of a pilot study. 2014; (4) : 85-94
Lukman, G & Harjanto, E. (2007). Tata laksana farmakologi nyeri kanker.
Indonesian Journal of Cancer, 3, 121-123.
Smeltzer, S. C. & Bare,B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai