Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO dalam Suddarth (2002) kesehatan adalah suatu keadaan

kesejahteraan fisik, mental, dan sosial lengkap dan semata - mata bukan

hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut Carol Taylor (1997)

Faktor - faktor yang bisa mempengaruhi kesehatan diantaranya adalah

sosial, emosional, fisik, spiritual, pekerjaan, lingkungan serta intelektual.

Untuk mencapai kesehatan yang optimal maka diperlukan kerjasama

antara komponen masyarakat dengan professional kesehatan. Mereka

menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan, Menurut Kozier (2004)

yang termasuk professional kesehatan diantaranya adalah dokter, perawat,

bidan, fisioterapis, apoteker serta analis.

Perawat sebagai salah satu komponen dalam sistem pelayanan

kesehatan memiliki beberapa tugas atau fungsi. Salah satu fungsi perawat

dalam system pelayanan kesehatan adalah pemberi pelayanan kesehatan

atau caregiver yang fungsinya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

secara komprehensif. Berbagai kebutuhan individu yang terganggu dapat

dipenuhi secara berkesinambungan. Menurut Maslow dalam Kozier

(2004), berbagai kebutuhan yang mengalami gangguan tentunya akan

bervariasi tingkat pemenuhannya. Ada yang harus dipenuhi segera, karena

jika tidak dipenuhi akan mengganggu kebutuhan lain, ada pula yang
memerlukan pemenuhan tidak segera setelah muncul gangguan, karena

tidak menimbulkan gangguan yang lain.

Virginia Henderson dalam Doengoes (2000), menyatakan manusia

memiliki beberapa kebutuhan meliputi kebutuhan udara, air dan cairan,

makan dan nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, seks, berpakaian, bekerja,

spiritual, belajar, gerak dan keseimbangan, aman dan nyaman serta

komunikasi. Semua kebutuhan tingkat dasar tersebut harus dipenuhi.

Rasa aman dan nyaman bisa terganggu oleh beberapa hal diantaranya,

kecemasan, nyeri, stress, kurang pemenuhan istirahat dan tidur, kurang

dalam kebutuhan seks, kurang dalam kebutuhan bergerak, kehilangan

secara umum bisa juga karena mengalami sakit. Menurut Kozier (2004),

Nyeri adalah salah satu factor yang bisa menyebabkan orang mengalami

gangguan aman dan nyaman. Menurut Hinschliff (1999), Nyeri bisa

dimunculkan oleh beberapa sebab yaitu oleh mekanik , termal atau kimia.

Salah satu penyebab nyeri berbentuk mekanik adalah tindakan bedah atau

operasi.

Pembedahan adalah tindakan terakhir pada penderita yang tidak

memiliki respon terhadap terapi medik atau penderita yang mengalami

komplikasi seperti perforasi, perdarahan atau obstruksi Sabiston (1994).

Tindakan bedah merupakan ancaman potensial atau aktual kepada

integritas seseorang baik biopsikososial dan spiritual yang dapat

menimbulkan respon berupa nyeri. Bedah invasive minimal adalah tehnik

pembedahan dengan meminimalkan akses untuk mencapai organ tubuh

dengan tetap mempertahankan efisiensi operasi dan memperoleh hasil


pembedahan yang optimal. Tujuan bedah invasive minimal ialah

mengurangi daerah akses kedalam rongga tubuh atau lumen organ untuk

mencegah kerusakan jaringan berlebihan. Penderita sesudah tindakan

bedah invasive minimal akan mengalami beberapa perubahan pada tubuh

salah satunya adalah nyeri Sjamsuhidajat (2005). Nyeri muncul karena

pada tindakan pembedahan dilakukan insisi, yaitu terputusnya kontinuitas

jaringan, hal tersebut diterima saraf sensorik menjadi nyeri. Nyeri adalah

suatu mekanisme protektif bagi tubuh. Timbul bila jaringan sedang

dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan

rangsang nyeri tersebut (Guyton, 1995). Nyeri adalah keadaan subjektif

dimana seseorang memperlihatkan rasa tidak nyaman secara verbal

maupun non verbal (Engram, 1998). Nyeri sangat mengganggu dan

menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun.

(Suddarth, 2002)

Menurut Guyton ( 1995), Rasa nyeri sering timbul hampir setelah

setiap jenis tindakan operasi. Bedah sedang merupakan salah satu tindakan

operasi yang menimbulkan nyeri. Bila tidak diatasi dapat menimbulkan

efek yang membahayakan yang akan mengganggu proses penyembuhan.

Menurut Price (1999), Nyeri yang tidak tertahankan bisa memunculkan

atau menstimulasi munculnya shock neurogenik selain itu klien akan

kehilangan kemampuan untuk bergerak, kompensasi paru berkurang,

pergerakan thorax menurun, resiko terjadi trombo emboli, kerja jantung

meningkat sehingga permintaan miokard akan oksigen meningkat,


kerusakan system imun dan penurunan fungsi lambung dan usus Meeker

dan Rothrock (1999).

Untuk itu perlu penanganan yang efektif untuk meminimalkan nyeri.

Usaha untuk meminimalkan intensitas nyeri bisa menggunakan dua cara

yaitu farmakologik dan non farmakologik. Cara farmakologik merupakan

kewenangan atau tugas dari dokter sedangkan profesional pelayanan

kesehatan yang lain misalkan Perawat, Bidan, dan Fisiotherapis

menggunakan cara - cara non farmakologis untuk meminimalkan

intensitas nyeri. Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama

pasien yang mengalami nyeri dibanding tenaga professional lain. Perawat

mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan

efeknya yang membahayakan. Peran pemberi perawatan primer adalah

mengidentifikasi dan mengobati nyeri dan meresepkan obat-obatan untuk

menghilangkan nyeri.Kozier (2004). Perawat memberikan intervensi

pereda nyeri, mengevaluasi efektifitas intervensi, bertindak sebagai

advokat pasien saat intervensi tidak efektif. Selain itu, perawat berperan

sebagai pendidik untuk pasien dan keluarga, mengajarkan mereka untuk

mengatasi penggunaan analgesik atau regimen pereda nyeri oleh mereka

sendiri ketika memungkinkan.

Salah satu cara untuk menurunkan nyeri adalah dengan distraksi, terapi

humor merupakan salah satu cara distraksi. Kozier (2004). Terapi humor

dilakukan dengan beberapa cara dengan mlihat film lucu, dengan

mendengarkan kelompok lawak, dengan melihat kartun, komik dan

karikatur yang lucu serta membaca kumpulan cerita lucu, Doulau (2004).
Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan di ruang cempaka RSUD

Ambarawa pada bulan Oktober 2005, diperoleh data bahwa hampir semua

pasien paska bedah invasive minimal pada hari ke 1 mengeluh nyeri pada

skala 4 – 5 dengan skala pengukuran descriptive sederhana, pada saat ini

untuk mengatasi nyeri masih mengandalkan analgetik, sementara

penggunaan analgetik terutama dari golongan narkotik memiliki efek atau

dampak jangka panjang yang sangat buruk Doulau (2004). Pengaruh

narkotik salah satunya adalah munculnya ketergantungan terhadap obat

serta terhambatnya proses opiat endogenous karena penggunaan opium

eksternal. Bila hal ini dibiarkan maka akibat dari bedah invasive minimal

justru membawa komplikasi yang lebih buruk kepada pasien. Ada

beberapa terapi modalitas yang mampu mendukung penurunan nyeri salah

satu diantaranya adalah terapi humor. Terapi ini diharapkan mampu

mereduksi efek ketergantungan analgetik pada klien paska bedah invasive

minimal. Selama ini dilapangan, penggunaan terapi humor untuk

menurunkan intenistas nyeri belum dilakukan, padahal dengan terapi

humor akan dikeluarkan endorphin dan enkhepalin yang mampu

menurunkan nyeri. Pembedahan yang akan kita teliti memfokuskan pada

bedah invasive minimal . Biasanya di RSUD ambarawa untuk mengurangi

nyeri pada paska bedah diberikan obat - obatan analgetik. Tetapi biasanya

rasa nyeri masih ada sehingga peneliti akan mencoba memberi tambahan

untuk mengurangi nyeri dengan terapi humor. Therapi humor adalah

tindakan untuk menstimulasi seseorang untuk tertawa, tindakan ini mampu

merangsang pelepasan opiat endogenous yang disebut dengan endhorphin.


Manfaat endorphin adalah menurunkan intensitas nyerii. Karena pengaruh

dari therapy humor yang mampu menstimulasi pelepasan endhorphin.

Untuk itu maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “ pengaruh

pemberian terapi humor terhadap intensitas nyeri paska bedah invasive

minimal hari ke 2 di ruang Dahlia RSUD Ambarawa tahun 2019.

B. RUMUSAN MASALAH

Tindakan bedah atau operasi memunculkan stimulus nyeri secara

Mekanik karena terjadi diskontinuitas jaringan. Keadaan ini dapat

menyebabkan rasa tidak nyaman bagi pasien. Nyeri yang dibiarkan tidak

mendapatkan penanganan akan mengalami shock neurogenik selain itu

klien juga akan kehilangan kemampuan untuk bergerak, kompensasi paru

berkurang, pergerakan thorax menurun, resiko terjadi trombo emboli, kerja

jantung meningkat sehingga permintaan miokard akan oksigen meningkat,

kerusakan system imun dan penurunan fungsi lambung dan usus Meeker

dan Rothrock (1999).Kondisi ini bisa mempengaruhi secara fisik dan

emosional kepada pasien. Akibat dari perubahan fisik dan emosional bisa

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan dasar klien. Sementara berdasarkan

penelitian, therapi humor mampu mereduksi nyeri karena terjadi

pelepasan endhorphin yang bersifat menurunkan intensitas nyeri. Bertolak

dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “ apakah ada pengaruh pemberian terapi humor terhadap intensitas

nyeri pada pasien paska bedah invasive minimal “


C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh pemberian terapi humor terhadap intensitas

nyeri pada pasien paska bedah invasif minimal.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran , intensitas nyeri pada klien paska bedah

invasif minimal sebelum dilakukan therapi humor.

b. Mengetahui gambaran, intensitas nyeri pada klien paska bedah

invasif minimal setelah dilakukan therapi humor.

c. Mengetahui pengaruh therapi humor terhadap intensitas nyeri pada

klien paska bedah invasif minimal

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Ilmu keperawatan.

Mengetahui pengaruh terapi humor sebagai salah satu cara

mereduksi nyeri non farmakologik.

2. Rumah sakit.

Sebagai masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

tentang pelayanan keperawatan periode postoperasi pada individu

dewasa awal dan menengah.

3. Bagi peneliti.

Mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapat mengenai

penelitian, menambah wawasan dalam bidang penelitian dan dalam

asuhan keperawatan pada individu post operasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Nyeri merupakan pengalaman yang bersifat subjective, maka nyeri yang

dirasakan seseorang tidak bisa dibandingkan dengan nyeri yang dirasakan

oleh orang lain. Nyeri akut biasanya mempunyai onset tiba tiba dan berguna

sebagai tanda peringatan sementara nyeri kronik merupakan nyeri yang tidak

bermanfaat serta jarang menjadi ancaman bagi jiwa penderitanya. (Hinchliff,

1999)

Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh (Guyton, 1995)

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Brunner &

Suddarth, 2002)

Ada 3 macam reseptor nyeri yaitu : a), Reseptor nyeri mekanosensitif

yaitu reseptor nyeri yang sensitif terhadap stress mekanik berlebihan atau

kerusakan mekanis pada jaringan. b), Reseptor nyeri termosensitif merupakan

sensitif terhadap panas dan dingin. c), Reseptor nyeri kemosensitif merupakan

reseptor nyeri yang sensitif terhadap zat kimia. Zat kimia yang dimaksud

meliputi bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam prostaglandin,

asetilkolin dan enzim proteolitik.

Nyeri umumnya tidak dirasakan setelah kerusakan terjadi tetapi hanya

dirasakan sementara kerusakan sedang terjadi. Serabut nyeri cepat adalah

isyarat nyeri yang dihantarkan oleh serabut kecil jenis A delta dengan
kecepatan 6 sampai 30 m/dtk sedangkan jenis C kecepatannya 0,5 – 2 m/dtk.

Bila serabut jenis A delta dihambat tanpa menghambat serabut C dengan

penekanan moderat pada trunkus saraf. Nyeri tertusuk hilang bila serabut jenis

C dihambat tanpa menghambat serabut delta dengan obat anestesi local

konsentrasi rendah, nyeri terbakar dan pegal lenyap.

Reaksi psikis terhadap nyeri meliputi sedih, ansietas, menangis,

depresi, mual, keadaan terangsang otot yang berlebihan diseluruh tubuh.

Enkefalin dan endorfin berfungsi sebagai zat penghantar eksitasi yang

mengaktivasi bagian sistem analgesia otak. Pengkajian nyeri merupakan

fungsi yang penting dalam peran perawat khususnya pada perawatan anak

anak dan bayi yang tidak mampu mengungkapkan pengalaman nyerinya. Ada

beberapa alat untuk mengkaji nyeri, sebagian besar diantaranya meliputi

penggunaan skala deskriptive sederhana yang pada salah satu ujungnya

tercantum angka 0 untuk menyatakan tidak ada nyeri dan pada ujung lainnya

angka 5 untuk nyeri yang paling parah. Klien diminta untuk menunjuk angka

yang sesuai dengan rasa nyeri yang dialaminya saat itu. Beberapa alat

pengkaji nyeri lainnya telah dikembangkan untuk pemakaian pada anak - anak

dengan berbagai usia misalnya skala wajah dari Whaley dan Wong dimana

anak akan memperlihatkan ekspresi wajah yang sesuai dengan pengalaman

nyerinya (Hinchliff, 1999) ada tiga golongan nyeri yaitu : nyeri tertusuk,

nyeri terbakar dan nyeri pegal. Istilah lain, nyeri berdenyut, nyeri memualkan,

nyeri kejang, nyeri tajam, nyeri listrik


B. Terapi Humor

1. Pengertian terapi humor.

Terapi humor adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan secara

sengaja untuk menstimulasi seseorang untuk tertawa. Manfaat tertawa

adalah membuat jantung sehat, memperbaiki fungsi pembuluh darah .

2. Manfaat tertawa dan humor

Para ahli kedokteran dari Universitas Maryland, AS, menyatakan

bahwa orang yang tertawa pembuluh darahnya mengembang 22 % lebih

cepat dibandingkan dengan orang yang tidak tertawa. ketika tertawa,

maka terjadi pelepasan endorphin, hormon yang diyakini bisa membantu

memperbaiki kondisi pembuluh darah. Pelepasan hormon ini dalam

jumlah banyak juga terjadi setelah seseorang melakukan olah raga. Selain

itu tertawa akan merangsang pelepasan nitrat oksida, yaitu gas yang

mampu merelaksasi endothelium (salah satu bagian dari pembuluh darah).

Memang, masih butuh penelitian lanjutan yang lebih mendalam untuk

memastikan hal ini.

Humor dan tertawa memang tidak dapat menggantikan pengobatan

medis yang standar, namun bisa menjadi pengobatan tambahan yang

manjur. (VOA/Ellen), Tertawa dan humor diyakini dapat memperbaiki

suasana hati yang buruk, Pemakaian humor untuk merangsang tertawa

dapat menjadi terapi efektif menurunkan stres dan memperbaiki aktivitas

sel pembunuh alami.. Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa tertawa

dapat meningkatkan sistem kekebalan sampai 40 %. Karena itu, para


profesional kesehatan sebaiknya memandang humor sebagai sebuah terapi

Marry (2004).

Mereka yang banyak menebar tawa akan lebih bebas dalam

bernapas, karena tertawa mempercepat keluarnya udara jenuh dari tubuh

yang langsung digantikan dengan udara segar. Pergantian itu akan

memperkaya darah dengan oksigen serta membersihkan bagian respirasi

atau alat pemapasan. Napas kuat juga ikut melatih otot jantung dan

memperbaiki sirkulasi darah serta mempercpat aliran oksigen dan nutrisi.

Artinya, dengan bernapas kuat, kontraksi otot jantung akan lebih terlatih

dalam hal irama ritmik otomasinya, sehingga aliran darah menjadi lebih

baik. Darah dalam pembuluh akan lebih cepat mengangkut oksigen dan

nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya ke seluruh tubuh serta memperbaiki

fungsi nutrisi sirkulasi tubuh. Selama tertawa, antibodi tubuh serta sel

darah putih aktif menghadang infeksi, sedangkan hormon mampu

meningkatkan kesiagaan dan fungsi memori.

Tertawa menghilangkan rasa cemas, bingung, sedih, dan gelisah.

Stres pun dapat ditanggulangi. Maka, tak ada salahnya bila setiap rumah

sakit menerapkan program humor. Tentu, tanpa harus mengabaikan

prosedur standar medis. Terapi penderita penyakit jantung dan kanker pun,

menurut penelitian terakhir, bisa dibantu dengan mengusahakan agar

pasien mau tertawa lebar untuk membantu penyembuhan.

Kalau seseorang mampu berhumor, maka mereka akan lebih

kreatif. Hati gembira, dapat mencegah proses penuaan fisiologis otak


terutama kemampuan daya ingat serta meningkatkan daya tahan tubuh

secara mencolok. Doulau (2004)

Richard Belson (2003) mengemukakan bahwa cara berpikir yang

dibarengi dengan rasa humor akan meningkatkan sistem imunitas. Tertawa

berhubungan dengan salah satu zat otak kelompok endorfin. Zat dalam

grup endorfin itu tampaknya mempengaruhi kebugaran emosi dan siap

melindungi selama 24 jam penuh. Sebuah penelitian telah memisahkan 23

endorfin, tetapi hanya mengamati satu di antaranya, khusus untuk humor

dan tertawa, yang disebut delyoson, Satu hal menakjubkan mengenai

delyoson yaitu jika seseorang tertawa selama 15 menit dalam sehari, maka

delyoson akan membanjiri tubuh selama 12 jam berikutnya. , bila

seseorang dapat tertawa selama 15 menit sehari, ia dapat terhindar dari

serangan sakit kepala. Tekanan darahnya bahkan bisa turun 10 -20 poin!

Tidak hanya itu, denyut nadi yang terlalu cepat pun cenderung turun. Cara

kerjanya mungkin berkaitan dengan lebih banyaknya udara masuk ke

paru-paru, sehingga dengan sendirinya oksigen akan melapangkan kepala.

Pasien yang tengah didera sakit kepala pun mendapat manfaat langsung,

berupa pengurangan dosis obat biusnya. Richard Belson (2003).

Terapi tawa manjur mengobati berbagai penyakit, tawa punya

khasiat sama dengan meditasi. Bisa membuat orang rileks dan santai.

Arman Archisaputra, (1990),Rupanya suatu tawa mampu meningkatkan

kekebalan tubuh manusia. Satu penelitian menyebutkan suara tawa dapat

meningkatkan sistem kekebalan hingga 40 %.


Wanita yang terpingkal-pingkal oleh adegan film komedi ternyata

memiliki sistem kekebalan lebih sehat daripada mereka yang menonton

film wisata. Dr. Mary Bennet (2003) Penggunaan humor guna merangsang

tertawa dapat menjadi terapi efektif buat menurunkan stres dan

memperbaiki aktifitas sel pembunuh alami. di Amerika Serikat, workshop

humor telah dipasarkan bagi penyembuhan dan menurunkan stres.

Orang yang banyak menebar tawa akan lebih bebas dalam

bernafas. Sebab, tertawa mempercepat keluarnya udara jenuh dari tubuh

yang langsung digantikan dengan udara segar. Pergantian itu akan

memperkaya oksigen dalam darah serta membersihkan bagian respirasi

atau alat pernafasan.Hadang Infeksi. Selama tertawa, dikatakan juga,

antibodi tubuh serta sel darah putih aktif menghadang infeksi, sedangkan

hormon mampu meningkatkan kesiagaan dan fungsi memori.Hilangkan

Stres. Tertawa diyakini mampu menghilangkan rasa cemas, bingung,

sedih, dan gelisah. Stres pun dapat ditanggulangi. Tak ada salahnya bila

setiap rumah sakit menerapkan program humor. Tentu tanpa harus

mengabaikan prosedur standar medis.


C. Kerangka Teori

Factor factor yang mempengaruhi nyeri


 Pengalaman nyeri dimasa lalu
 Etnik dan nilai budaya
 Tahap tumbuh kembang
 Pengertian nyeri
 stres
 cemas
 Dukungan orang lain dan
lingkungan
 Reduksi nyeri ( terapi humor,
terapi musik, hipnotherapi ) Nyeri paska bedah
 Penggunaan analgetik invasive minimal
 Pemberian kompres

Modifikasi dari : Potter, P. A., & Perry, A. G, (1991), Kozier (1994).

Gambar 3.1 kerangka teori

D. Kerangka Konsep Penelitian.

Variabel Independen Variabel dependen

Paska bedah invasif minimal therapi humor intensitas nyeri

Gambar 3.2 Kerangka konsep penelitian

E. Hipotesis

ada pengaruh terapi humor terhadap nyeri paska bedah invasif minimal

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara quasi eksperimen pre dan post control

group design, rancangan penelitian ini mengobservasi sebanyak dua kali yaitu

sebelum dan sesudah, peneliti akan membagi responden menjadi dua

kelompok yaitu kelompok yang diberi terapi humor sebagai kelompok

eksperimen dan kelompok yang tidak diberi terapi humor sebagai kelompok

kontrol.

B. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian akan dilakukan di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Ambarawa .

C. Definisi Operasional.

Tabel 3.1 Definisi operasional terapi humor dengan pola nyeri post

operasi .

Definisi
Variabel Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
Operasional
Nyeri Nyeri post Alat ukur Lembar Jumlah skor interval

postoperasi operasi adalah skala nyeri pengkajian yang

sebelum perasaan tidak deskriptif skala nyeri diperoleh

diberikan nyaman/ sederhana yang sudah dibuat mean

therapi mengancam diisi oleh atau rata rata

humor yang dialami responden kelompok

pasien pada diberikan skor:

masa setelah 0 : bila tidak

dilakukan nyeri
operasi 1 : bila nyeri

sebelum ringan

diberikan 2 : bila nyeri

tindakan tidak

therapi humor nyaman

3 : bila nyeri

menderita

4 : bila nyeri

sangat

menderita

5 : bila nyeri

menyiksa
Nyeri Nyeri post Alat ukur Lembar Jumlah skor interval

postoperasi operasi adalah skala nyeri pengkajian yang

setelah perasaan tidak deskriptif skala nyeri diperoleh

diberikan nyaman/ sederhana yang sudah dibuat mean

therapi mengancam diisi oleh atau rata rata

humor yang dialami responden kelompok

pasien pada diberikan skor:

masa setelah 0 : bila tidak

dilakukan nyeri

operasi 1 : bila nyeri

setelah ringan

diberikan 2 : bila nyeri

tindakan tidak
therapi humor nyaman

3 : bila nyeri

menderita

4 : bila nyeri

sangat

menderita

5 : bila nyeri

menyiksa
Terapi Suatu cara Bacaan Meminta klien

humor atau tindakan berisi membaca

untuk cerita atau kumpulan

menstimulasi artikel humor yang

seseorang humor. sudah

untuk tertawa disediakan

peneliti

DAFTAR PUSTAKA
Sue Hinchliff, Kamus Keperawatan, edisi 17, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 1999

Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Guyton, penerbit buku kedokteran

EGC, Jakarta, 1995.

Doengoes E Marlyn, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta, 2000

Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing, Pearson Education, New Jersey,

2004Engram Barbara, Keperawatan Medikal Bedah, Airlangga, Jakarta,

1998.

Suddarth & Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2002.

Sabiston, David C., Buku Ajar Bedah, Essentials of Surgery, EGC, Jakarta, 1994

Anda mungkin juga menyukai