Anda di halaman 1dari 9

SEVEN JUMP

INFEKSI PUERPERIUM
Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas II

DisusunOleh:
RISKA DWI

SODIK DONI

UMI ULFAH

PROGRAM PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019
LO:
Setelah mengikuti mata kuliah maternitas, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mengetahui pengertian infeksi puerperium
2. Mengetahui fisilogi infeksi puerperium
3. Mengetahui etiologi infeksi puerperium
4. Mengetahui pathogenesis infeksi puerperium
5. Mengetahui klasifikasi infeksi puerperium
6. Mengetahui penatalaksanaan infeksi perperium

Jawaban:

1. Definisi
Infeksi Nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk
ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi
setelahmelahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama (Joint Committee on Maternal Welfare, AS).

2. Fisiologi
a. Involusi Alat-alat Kandungan
1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil 2. Segera setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri
kira – kira sepusat. Korpusi uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium
yang dIbungkus serosa dan dilapisidesidua. Dinding anterior dan posterior
menempel dengan tebal masing – masing 4 – 5 cm. Karena adanya kontraksi
rahim pembuluh darah tertekan sehingga terjadi Iskemic. Selama 2 hari berikut
uterus masih tetap pada ukuran yang sama dan 2 minggu kemudian telah turun
kerongga panggul dan tidak dapat diraba diatas syimpisis dan mencapai ukuran
normal dalam waktu 4 minggu .Setelah persalinan uterus seberat kurang lebih 1
kg. karena involusi 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhirnya
minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudahnya menjadi 100 gram.
Jumlah sel – sel otot tidak berkurang banyak hanya ukuran selnya yang
berubah . Setelah 2 hari persalinan desidua yang terringgal di uterus
berdiferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik, terkelupas
keluar bersama lochea dan lapisan basalis tetap utuh menjadi sumber
pembentukan endrometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung
cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu
ke-3.
2) Bekas implantasi uri : Segera setelah persalinan, tempat plasenta terdiri dari
banyak pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah kelahiran, ukuran
pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurangnya mendekati
sebelum hamil.5 Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum
uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjasi 3,5 cm, pada minggu
keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.
3) Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
4) Rasa sakit, yang disebut after pain, (merian atau mules-mules) disebabkan
kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan
obat-obat antisakit dan antimules.
5) Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas:
a) Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa verniks kaseosa,
lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke
3-7 pasca persalinan.
c) Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
d) Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lochiostasis : lochia tidak lancar keluarnya.
6) Serviks : Seviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang tipis, kolaps dan
kendur setelah kala III persalinan. Mulut serviks sempit, serviks menebal dan
salurannya akan terbentuk kembali.Miometrium segmen bawah uterus yang
sangat tipis berkontraksi tapi tidak sekuat korpus uteri. Beberapa minggu
kemudian segmen bawah menjadi istmus uteri yang hampir tidak dapat
dilihat.Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-
perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim;
setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1
jari. Vagina dan pintu keluar vagina akan membentuk lorong berdinding lunak
yang ukurannya secara perlahan mengucil. Rugaeterlihat kembali pada minggu
ketiga. Himen muncul sebagai potongan jaringan yang disebut carunclae
mirtiformis.
7) Ligamen-ligamen : Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan,
kebiasaan wanita Indonesia melakukan “berkusuk” atau “berurut” , di mana
sewaktu dikusuk tekanan intra-abdomen bertambah tinggi. Karena setelah
melahirkan ligamenta, fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika
dilakukan kusuk/urut, banyak wanita akan mengeluh “kandungannya turun” atau
“terbalik”. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan dan
gimnastik pasca persalinan2.

3. Etiologi
Dalam obstetri modern, sepsis puerperalis yang gawat jarang terjadi, pernah
dilaporkan epidemi yang disebabkan grup A streptoccocus hemolitikus. Infeksi nifas
pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang pada keadaan normal berada pada usus atau
jalan lahir. Gorback mendapatkan dari 70% biakan cervix normal dapat pula ditemukan
bakteri aerob dan anaerob yang patogen. Walaupun dari cerviks dan jalan lahir ditemukan
kuman-kuman tersebut cavum uteri adalah steril sebelum ketuban pecah. Kuman anaerob
adalah coccus gram positif ( Peptostreptococus, Peptococus, Bakteriodes, dan
Clostridium). Kuman aerob adalah bermacam gram positif dan E.colli :

Selain itu infeksi nifas dapat disebabkan oleh:


a. Streptococcus Hemoliticus Aerobicus. Streptococcus ini merupakan sebab infeksi
yang berat khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen ( dari penderita lain,
alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain)
b. Stapylococcus Aureus, kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas walaupun
kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi umum. Stafilococcus banyak ditemukan di
Rumah Sakit dan dalam tenggorokan orang yang terlihat sehat
c. E.Coli, kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing dan rektum dan dapat
menyebabkan infeksi terbatas dalam perineum, uvula, dan endometrium. Kuman ini
merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
d. Clostridium Welchii, infeksi dengan kuman ini yang bersifat anaerobik jarang
ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya, infeksi lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis.

Infeksi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gabungan antara beberapa macam
bakteri. Bakteri tersebut bisa endogen atau eksogen.
a. Bakteri Endogen
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa menimbulkan
bahaya (misal, beberapa jenis stretopkokus dan stafilokokus, E. Coli, Clostridium
welchii).Bahkan jika teknik steril sudah digunakan untuk persalinan, infeksi masih
dapat terjadi akibat bakteri endogen.
Bakteri endogen juga dapat membahayakan dan menyebabkan infeksi jika :
1) Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui instrumen
pemeriksaan pelvic
2) Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/ laserasi, atau jaringan yang
mati (misalnya setelah persalinan traumatik atau setelah persalinan macet)
3) Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang lama.
b. Bakteri Eksogen
Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (streptokokus, Clostridium tetani, dsb).
Bakteri eksogen dapat masuk ke dalam vagina :
1) melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril
2) melalui substansi / benda asing yang masuk ke dalam vagina (misal, ramuan /
jamu, minyak, kain).
3) melalui aktivitas seksual.
Di tempat – tempat di mana penyakit menular seksual (PMS) (misal, gonorrhea
dan infeksi klamidial) merupakan kejadian yang biasa, penyakit tersebut merupakan
penyebab terbesar terjadinya infeksi uterus. Jika seorang ibu terkena PMS selama
kehamilan dan tidak diobati, bakteri penyebab PMS itu akan tetap berada di vagina
dan bisa menyebabkan infeksi uterus setelah persalinan.

Faktor Predisposisi yang penting pada waktu nifas adalah :


1) Keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan
banyak, pre-eklampsia, juga adanya infeksi lain seperti pneumonia, penyakit
jantung dan sebagainya.
2) Partus lama terutama ketuban pecah lama
3) Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir
4) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah bekas luka
dengan diameter 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyakknya
vena yang tertutup trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik bagi tumbuhnya
kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks
sering mengalami perlukaan dalam persalinan begitu juga pulva, vagina, dan
perineum, yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman patogen, proses
radang dapat terjadi terbatas pada luka tersebut atau dapat menyebar keluar luka
asalnya.
4. Patogenesis
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang memakai sarung tangan pada pemeriksaan
dalam membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina kedalam uterus.
Kemungkinan lain adalah sarung tangan dan alat-alat lain yang dimasukkan dalam
jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b. Droplet Infecsion. Sarung tangan dan alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya. Oleh
karena itu mulut dan hidung petugas yang bekerja dalam kamar bersalin harus
ditutup dengan masker, dan penderita infeksi saluran nafas dilarang masuk kamar
bersalin.
c. Dalam Rumah Sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-
penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran
udara keman-mana, antara lain handuk, kain-kain dan alat-alat yang suci hama, dan
yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
d. Koitus pada waktu akhir kehamilan tidak merupakan penyebab penting terjadinya
infeksi, kecuali apabila menyebabkan pecahnya ketuban.
e. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada partus lama,
apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan
dalam. Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan
takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasa menjadi
keruh dan bau.
5. Klasifikasi
Infeksi nifas dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
a Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya
membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ; jahitan ini mudah terlepas dan
luka yang terbuka menjadi ulkus dan mangeluarkan pus.
b Vaginitis
c Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum.
Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah
mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi
pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
d Servisitis
e Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala.
Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
f Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki
endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat
mengikutsertakan seluruh endometrium.

6. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip pengelolaan sepsis nifas adalah: kecepatan, keterampilan dan prioritas.
Penekanan terletak pada pentingnya bekerja dengan cepat dan menurut. Prioritas dalam
mengelola sepsis nifas adalah:
a. menilai kondisi pasien
b. memulihkan pasien
c. mengisolasi sesegera mungkin pasien yang diduga infeksi
d. mengambil spesimen untuk menyelidiki organisme kausatif dan mengkonfirmasikan
diagnosis
e. memulai terapi antibiotik yang sesuai prioritas, ini berarti harus dilakukan pertama
atau sebelum hal lainnya.

Manajemen Umum Sepsis Puerperalis:


a Mengisolasi pasien yang diduga terkena sepsis puerpuralis dalam pemberian
pelayanan kebidanan. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran infeksi pada
pasien lain dan bayinya.
b Pemberian antibiotik
c Kombinasi antibiotik diberikan sampai pasien bebas demam selama 48 jam, dan
kombinasi antibiotik berikut ini dapat diberikan :
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam, dan
c. metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.

Anda mungkin juga menyukai