Disusun Oleh:
Kelompok 5:
B. Karakteristik Budaya
Dalam perspektif ilmu antropologi, Leininger mengartikan budaya sebagai sebuah
pembelajaran, kebersamaan serta transmisi pengetahuan, dimana merupakan nilai dari
sebuah kebiasaan, keyakinan serta norma dalam kelompok budaya tertentu, dimana
tujuan akhir teori ini yaitu sebuah bentuk perawatan kongruen berdasarkan budaya yang
diartikan sebagai sebuah bentuk tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
kebudayaan, lebih spesifiknya disesuaikan dengan kebutuhan pasien guna
meningkatkan, menjaga kesehatan serta mensejahterakan mereka. (Leininger (2002)
dalam Ping Zou (2016)).
Menurut Samovar dan Porter (1995) ada 6 karakteristik budaya :
1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika dan
hidup di Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah
secara otomatis anak itu bisa berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses
pembelajaran oleh orangtuanya.
2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui
banyak hal tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya karena generasi
sebelum kita mengajarkan kita banyak hal tersebut. Suatu contoh upacara
penguburan plasenta pada masyarakat jawa, masyarakat tersebut tidak belajar
secara formal tetapi mengikuti perilaku nenek moyangnya.
3. Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa mempelajari budaya orang memerlukan
simbol. Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar pikiran dan
komunikasi sehingga memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Contoh beberapa simbol yang
mengkarakteristikkan budaya adalah kalung pada suku dayak, manik-manik,
gelang yang semua itu menandakan simbol pada budaya tertentu.
4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis
dan adaptif maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada
sekelompok masyarakat merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning,
pada zaman modern tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-
elemen budaya yang lain. Misalnya lingkungan sosial akan dapat mempengaruhi
perilaku seseorang yang tinggal di lingkungan tersebut.
6. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa budaya kitalah yang paling baik
diantara budaya-budaya yang lain. Suku baduy akan merasa budaya Baduy yang
benar, apabila melihat perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal ini terjadi
pada kelompok suku yang lain.
Meskipun setiap kelompok memiliki pola yang dapat dilihat yang membantu
membedakannya dengan kelompok lain, sebagian besar individu juga mengungkapkan
keyakinan atau sifat yang tidak sesuai dengan norma kelompok. Seseorang bisa sangat
tradisional dalam satu aspek dan sangat modern dalam aspek lain. Ketika orang
sakit, mereka kadang menjadi lebih tradisional dalam harapan mereka dan pemikiran
mereka. Juga ada variasi signifikan dengan dan antara kelompok. Pengetahuan tentang
kelompok juga bernilai ketika memberikan sekumpulan harapan realistik. Tetapi, hanya
belajar tentang individu atau keluarga yang dihadapi sehingga tenaga medis dapat
memahami dalam hal apa pola kelompok bermakna (Leininger 2000).
D. Keperawatan Transkultural
• Pengertian
Ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu
atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan/meningkatkan perilaku
sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang
budaya (Leininger, 1984).
Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan
budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan antara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan
sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan
ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya
atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Aplikasi teori dalam keperawatan transkultural mengharapkan adanya
kesadaran terhadap perbedaan budaya. Perbedaan budaya memberikan
pengaruh dalam pemberian asuhan keperawatan yang menuntut pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan dengan menghargai nilai budaya
individu.
• Tujuan
1. Penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan
sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal (Leininger,
1978)
• Kultur yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma
yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain seperti
pada suku Osing,Tengger, ataupun Dayak.
• Kultur yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan
norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua
kebudayaan seperti budaya olahraga untuk mempertahankan
kesehatan.
2. Membantu individu atau keluarga dengan budaya yang berbeda-beda
untuk mampu memahami kebutuhannya terhadap asuhan keperawatan
dan kesehatan
3. Membantu perawat dalam mengambil keputusan selama pemberian
asuhan keperawatan pada individu atau keluarga melalui pengkajian
gaya hidup, keyakinan tentang kesehatan dan praktik kesehatan klien
4. Asuhan Keperawatan yang relevan dengan budaya dan sensitif terhadap
kebutuhan klien akan menurunkan kemungkinan stres dan konflik
karena kesalahpahaman budaya
Kemudian agar komunikasi dengan pasien dapat berjalan dengan baik dan
lancar, setiap perawat perlu memahami berbagai bentuk komunikasi keperawatan
transkultural. Hal ini perlu dilakukan agar tercapai keefektifan pengiriman serta
penerimaan pesan dalam berkomunikasi. Efektivitas penerimaan dan pengiriman pesan
ini adalah hal yang sangat penting dalam komunikasi. Hal ini perlu dilakukan agar
individu dapat berinteraksi dengan yang lain secara normal. Proses interaksi dan
komunikasi awalnya mungkin akan sulit, terutama ketika pengirim dan penerima tidak
memiliki kesamaan budaya dan bahasa. Budaya jelas amat mempengaruhi bagaimana
individu mempersepsikan, merespon serta menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
Budaya juga amat berpengaruh terhadap masing-masing individu, khususnya ketika
mereka berinteraksi dengan yang lain.
Komunikasi transkultural adalah hal yang amat penting dalam proses asuhan
keperawatan. Oleh karena itu perawat harus mengerti tentang sistem kepercayaan, serta
bagaimana keyakinan hidup sehat dari pandangan klien. Tren demografi baru
menunjukkan adanya peningkatan budaya dan keragaman etnik di suatu tempat.
Perawat memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan klien, oleh karena itu
perawat harus menyadari pentingnya budaya yang berkaitan dengan komunikasi.
Keterampilan berkomunikasi dalam proses transkultural keperawatan, serta berbagai
pengetahuan akan konsep dan prinsipnya, pasti akan menjadi kebutuhan penting untuk
menyediakan kompetensi keperawatan. Ini semua dilakukan agar perawat dapat
mengakomodir berbagai perubahan yang cepat dalam masyarakat yang heterogen
Perawat harus selalu belajar untuk menilai budaya, serta keragaman budaya yang ada
di masyarakat. Termasuk berbagai apresiasi budaya yang ada. Misalnya saja
keterampilan negosiasi untuk melakukan komunikasi secara efektif.
KESIMPULAN
Keperawatan transkultural merupakan salah satu area utama dalam keperawatan yang berfokus
pada komparatif dan analisis tentang budaya dan sub-budaya yang berbeda di dunia yang
menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang sehat-sakit,
serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowledge yang ilmiah
dan humanistic guna member tempat praktik keperawatan pada buday atertentu dan budaya
universal. Meskipun setiap kelompok memiliki pola yang dapat dilihat yang membantu
membedakannya dengan kelompok lain, sebagian besar individu juga mengungkapkan
keyakinan atau sifat yang tidak sesuai dengan norma kelompok. Perawat memiliki banyak
waktu untuk berinteraksi dengan klien, oleh karena itu perawat harus menyadari pentingnya
budaya yang berkaitan dengan komunikasi.