NE@F
2929
K. GNLR@Y Y@L]KGMT
;. D@AMLMRM
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik. Kelainan yang
terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum
septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling
sedikit sama besar dengan lubang aorta (Sylvia, 2013). Sebagai konsekuensinya, didapatkan
adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut:
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya melibatkan
berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot
adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya
2. Gizi yang buruk selama
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita sindroma Down
Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan
darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit
berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian
hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis (Namira,
2017).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga diduga karena
adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
a. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
2. HKLIAERTKRI GLILIR
- Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter.
Ia merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada
denyut
jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai
suara murmur jantung.
- Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah
suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami
oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
- Warna kulit pucat
- Frekuensi pernafasan yang meninggi
- Kulit terasa dingin
- BB yang rendah
- Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan
- Clubbing finger's
4. YKTOAIRIOLOGI
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, yaitu :
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah lubang pada
septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah dari kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel kanan ke
paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum ventrikel dan
kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan lubang ini.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta yang
bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga terjadi pembesaran
ventrikel kanan (Sylvia, 2013).
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak melewati
paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang kembali ke jantung
dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi (Wati,
2017). Untuk klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis bertambah, ada
dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
0. YEHEZIGRKKL DIKGLORTIG
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga
seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal
perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel
kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan
dan mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke paru
menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis
berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan
dengan pemberian :
a) Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut
jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10
ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila
serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit
berikutnya.
b) Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
c) penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat
meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah
dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga
meningkat.
Lakukan selanjutnya yaitu :
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi
Tindakan Bedah
Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita TF. Pada bayi dengan sianosis yang
jelas, sering pertama-tama dilakukan operasi pintasan atau langsung dilakukan pelebaran
stenosis trans-ventrikel. Koreksi total dengan menutup VSD (Ventrikel Septum Defek)
seluruhnya dan melebarkan PS pada waktu ini sudah mungkin dilakukan. Umur optimal
untuk koreksi total pada saat ini ialah 7-10 tahun. Walaupun kemajuan telah banyak
dicapai, namun sampai sekarang operasi semacam ini selalu disertai resiko besar.
Pengobatan Konservatif
Anak dengan serangan anoksia ditolong dengan knee-chest position, dosis kecil morfin
(1/8-1/4 mg) disertai dengan pemberian oksigen. Dengan tindakan ini serangan anoksia
sering hilang dengan cepat. Pada waktu ini diberikan pula obat-obat pemblok beta
(propanolol) untuk mengurangi kontraktilitas miokard. Pencegahan terhadap anoksia
dilaksanakan pila dengan mencegah/mengobati anemia defisiensi besi relative, karena hal
ini sering menambah frekuensi serangan. Asidosis metabolic harus diatasi secara adekuat.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016) diagnosa keperawatan
tetralogy of fallot pada anak yaitu:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan defisisensi stimulus
5. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah
ke otak
3. INTERVENSI
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018) diagnosa keperawatan
tetralogy of fallot pada anak yaitu:
melawan efek
normal hipoksia/iskemia
2. Intoleransi Setelah a. e
aktivitas dilakukan servas s
berhubungan tindakan i i
dengan kelemahan keperawatan….. keterb s
x 24 jam klien atasan ,
dapat klien p
melakukan dalam u
aktifitas secara melak c
mandiri ukan a
Dengan riteria aktivit t
hasil: as. )
- Berpartisip b. Kaji faktor yang .
asi pada menyebabkan d. Bantu klien
aktivitas kelelahan. untuk mengidetifikasi
yang di c. aktivitas yang
inginkan nitor
mampu dilakukan.
- Memenuhi respo
e.Memotivasi klien
perawatan n untuk meningkatkan
diri sendiri kardio
aktivitas sesuai
- mencapai vaskul
dengan kemampuan.
peningkata er
n toleransi terhad
aktivitas ap
yang dapat
diukur aktivit
- dibuktikan as
oleh (takik
menurunny ardi,
kelemahan
sesak
nafas,
diapor
a. Mengetahui batas kemampuan
beraktifitas pasien
b. mengetahui aktifitas
yang mempercepat kelelahan
c. Penurunan/ ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup
selama
aktivitas dapat menyebabkan
peningkatan segera frekuensi jantung
dan kebutuhan oksigen juga
peningkatan kelelahan dan kelemahan.
d.Meminimalisir tingkat kelelahan
dalam beraktifitas
e.Membantu meningkatkan aktifitas pasien
dengan
membatasi sesuai kemampuan pasien
dan
kelelahan.
mata i
5. Risiko perfusi Setelah a.
r
serebral tidak dilakukan … nitor
e
efektif x24jam
g
berhubungan diharapkan tanda
u
dengan penurunan risiko perfusi gejala
l
sirkulasi darah ke serebral tidak penin
e
otak efektif teratasi gkatan
r
Dengan kriteria TIK
)
hasil : (tekan
b. Berikan posisi semi
- Tingkat an
fowler
kesadaran darah
c. Atur Ventilator
pasien menin
agar PaCO2
meningkat gkat,
optimal
- Nilai rata- kesada
d. Kolaborasi
rata tekanan ran
Pemberian diuretik
darah menur
osmosis jika perlu
un,
membaik
pola
napas
a. Untuk mengetahui apakah pasien
mengalami peningkatan TIK
b. Memberikan posisi pasien dengan
nyaman
c. Mengatasi agar ventilator PaCO2 tetap
optimal
d. Pemberian diuretic osmosis jika keadaan
pasien menurun
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.
5. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh
mana masalah ibu dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga memberikan umpan
balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai,
maka dalam hal ini proses peawatan dapat di modifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Rtkldkr Dikolnsis G`p`rkwktkl Mldnl`sik : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Rtkldkr Eukrkl G`p`rkwktkl Mldnl`sik. 3 Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Rtkldkr Mlt`rv`lsi G`p`rkwktkl Mldnl`sik. : Definisi dan
Penurunan
O2 dalam
gg.pertukaran darah
gas Hipoxemia
Gang.pertumb
Nutrisi ke sel (-)
Hipoxia uhan
sesak Penurunan O2
Jaringan perifer Oksigen tidak pada sel otak
mencukupi u/
pembentukan ATP
Sianosis Pola nafas Penurunan
tidak efektif kesadaran
Clubbing finger
Penurunan energi
Perubahan
Gang.citra kelemahan perfusi
gg.perfusi tubuh
jaringan perifer
Intoleransi aktifitas