Anda di halaman 1dari 19

TPOKR G@Y@ZK_KTKL KLKG MM

EKYNZKL Y@LDKFPEPKL T@TZKENO] NA AKEENT YKDK KLKG

NE@F

;. GNHKLO K]P TZMRLK HKFKZKLM (;7B;9;46)


2. LM _K]KL KZMRGKLMTFK (;7B;9;00)
2. LM YPTP K]P GZMRLK]KLTM (;7B;9;07)

MLRTMTPT@ T@GLNENOM DKL G@R@FKTKL

JKEM RKZCKLK G@Y@ZK_KTKL

2929
K. GNLR@Y Y@L]KGMT
;. D@AMLMRM

Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik. Kelainan yang
terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum

septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling
sedikit sama besar dengan lubang aorta (Sylvia, 2013). Sebagai konsekuensinya, didapatkan
adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut:

Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF


1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik
kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan
penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel
dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar dengan
lubang aorta (Sylvia, 2013).
2. ETIOLOGI

Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya melibatkan
berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot
adalah:

1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya
2. Gizi yang buruk selama
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita sindroma Down
Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan
darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit
berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian
hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis (Namira,
2017).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga diduga karena
adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
a. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,

hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan


b. Faktor eksogen :
1. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin, jamu).
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3. Pajanan terhadap sinar —X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah
multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir
bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan
jantung janin sudah selesai.

2. HKLIAERTKRI GLILIR

- Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter.
Ia merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada
denyut
jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai
suara murmur jantung.
- Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah
suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami
oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
- Warna kulit pucat
- Frekuensi pernafasan yang meninggi
- Kulit terasa dingin
- BB yang rendah
- Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan
- Clubbing finger's

4. YKTOAIRIOLOGI

Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, yaitu :
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah lubang pada
septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah dari kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel kanan ke
paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum ventrikel dan
kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan lubang ini.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta yang
bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga terjadi pembesaran
ventrikel kanan (Sylvia, 2013).
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak melewati
paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang kembali ke jantung
dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi (Wati,
2017). Untuk klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis bertambah, ada
dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.

0. YEHEZIGRKKL DIKGLORTIG

1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga
seperti sepatu.

3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal
perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel
kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

1. YELKTKLKGRKLKKL HEDIR DKL GEYEZK_KTKL

Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan
dan mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke paru
menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis
berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan
dengan pemberian :
a) Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut
jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10
ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila
serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit
berikutnya.
b) Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative

c) penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat
meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah
dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga
meningkat.
Lakukan selanjutnya yaitu :
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi
Tindakan Bedah
Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita TF. Pada bayi dengan sianosis yang
jelas, sering pertama-tama dilakukan operasi pintasan atau langsung dilakukan pelebaran
stenosis trans-ventrikel. Koreksi total dengan menutup VSD (Ventrikel Septum Defek)
seluruhnya dan melebarkan PS pada waktu ini sudah mungkin dilakukan. Umur optimal
untuk koreksi total pada saat ini ialah 7-10 tahun. Walaupun kemajuan telah banyak
dicapai, namun sampai sekarang operasi semacam ini selalu disertai resiko besar.
Pengobatan Konservatif
Anak dengan serangan anoksia ditolong dengan knee-chest position, dosis kecil morfin
(1/8-1/4 mg) disertai dengan pemberian oksigen. Dengan tindakan ini serangan anoksia
sering hilang dengan cepat. Pada waktu ini diberikan pula obat-obat pemblok beta
(propanolol) untuk mengurangi kontraktilitas miokard. Pencegahan terhadap anoksia
dilaksanakan pila dengan mencegah/mengobati anemia defisiensi besi relative, karena hal

ini sering menambah frekuensi serangan. Asidosis metabolic harus diatasi secara adekuat.

B. KONSEP ASKEP TEORI TETRALOGI OF FALLOT


1. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien :
Nama, Usia (Menjelang usia 2-3 bulan pembentukan jari-jari tabuh pada tangan dan
kaki akan tampak. Pada usia tahun pertama, sianosis akan terjadi dan nampak
paling menonjol. biasanya muncul pada umur 5 tahun ke atas), Jenis Kelamin
2. Identitas Orangtua:
Nama Ayah/Ibu, Usia, Pendidikan (Pendidikan yang rendah pada orangtua
mengakibatkan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit anak), Pekerjaan (Biasanya
ibu hamil yang bekerja di pabrik-pabrik kimia cernderung mempengaruhi kesehatan
anak dalam kandungan)
3. Keluhan
Menanyakan dan melihat keluhan apa saja yang diungkapkan pasien atau orangtua
pasien, baik secara verbal maupun nonverbal. Keluhan utama tidak selalu
merupakan keluhan yang pertama disampaikan. Tetapi keluhan atau gejala yang
menyebabkan

pasien dibawa berobat.


4. Riwayat kehamilan ibu
Ditanyakan keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta
apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Melakukan
pemeriksaan kehamilan atau tidak, bila ya berapa kali seminggu dan kepada siapa
(dukun, bidan atau dokter), obat-obat yang diminum pada trisemester pertama. Infeksi
beberapa jenis virus, misalnya virus Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus dan
HerpeS simpleks, maupun HIV (TORCH). (Abdul, 2000; 13).
5. Riwayat penyakit sekarang
Mengumpulkan data kronologi/ awal terjadinya penyakit. Pada penderita TF,
biasanya diawali dengan gejala sianosis, dispneu, pertumbuhan dan perkembangan
abnormal, bising sistolik, dan murmur.
6. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit TF diderita oleh anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung

bawaan, adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti ; DM, hipertensi,kelainan


bawaan jantung, ibu menderita penyakit infeksi rubella, atau ibu pernah terkena
pajanan terhadap sinar X.
7. Riwayat tumbuh kembang
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit. Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya berada di bawah rata-rataserta otot-
otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga
terlambat.
8. Data psikososial
Mekanisme koping anak/ keluarga, Pengalaman hospitalisasi sebelumnya.
9. Pemenuhan kebutuhan dasar (di rumah dan di Rumah Sakit)
a. Nutrisi, cairan dan elektrolit
Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan : air susu ibu (ASI) atau
pengganti air susu ibu (PASI), ataukah keduanya. Bila ASI apakah diberikan secara
eksklusif atau tidak.
b. Hygene perseorangan :Bagaimana cara perawatan diri pada anak khususnya
pada gigi geligi.
c. Eliminasi : Biasanya pada penderita tetralogi fallot terjadi penurunan haluaran
urine.
d. Aktivitas dan istirahat tidur : Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak
dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam
beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
10. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : Anak terlihat biru, terutama pada bagian wajah dan ektremitas
atas/bawah, terlihat clubbing finger
- TTV :
a. Nadi : laju nadi pada TF biasanya bradikardia, iramanya disritmia pada
keadaan ini denyut nadi teraba lebih cepat pada waktu inspirasi dan lebih lambat
pada waktu ekspirasi
b. Tekanan darah : tekanan darah biasanya menurun karena akibat dari sirkulasi

udara yang mengalami hambatan oleh hipertrofi ventrikel kanan.


c. Pernapasan : pada penderita TF anak akan mengalami dispneu bila melakukan
aktivitas fisik, yang dapat disertai juga sianosis dan takipneu. perlu diperhatikan
apakah distres terjadi terutama pada inspirasi atau ekspirasi.
d. Suhu : pada TF normal (36oC-37,5oC)
e. Berat badan : pada bayi TF usia 9 bulan berat badan tidak mengalami
pertumbuhan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016) diagnosa keperawatan
tetralogy of fallot pada anak yaitu:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan defisisensi stimulus
5. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah

ke otak
3. INTERVENSI
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018) diagnosa keperawatan
tetralogy of fallot pada anak yaitu:

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional

o Keperawatan kriteria hasil


1. Gangguan Setelah a. Kaji frekuensi, a. Mengetahui
pertukaran gas dilakukan kecepatan dan keadaan
berhubungan tindakan kedalaman pernafasan pasien
dengan keperawatan pernafasan. b. Mengetahui
ketidakseimbanga selama …..x24 b. Catat adanya otot bantu
n perfusi ventilasi. jam diharapkan kesimetrisan nafas yang
gangguan pergerakan dada, digunakan
pertukaran gas penggunaan otot c. Mengatahui

pasien teratasi. tambahan, dan tingkat status


retraksi otot mental pasien
Dengan kriteria intercostal. d. Pucat
hasil: atau
- indikator c. Observasi status sianosis
tidak ada mental atau tingkat menunjukkan
gangguan kesadaran pasien. menurunnya
frekuensi d. Observasi perfusi perifer
pernafasan adanya sianosis sekunder terhadap
- tidak ada terutama tidak adekuatnya
gangguan curah jantung,
frekuensi di mukosa mulut. vasokontriksi dan
dyspnea e. Kolaborasi anemia.
saat pemberian oksigen e. Meningk
istirahat sesuai indikasi. atkan sediaan
- fungsi paru oksigen untuk
dalam kebutuhan

batas miokard untuk

melawan efek
normal hipoksia/iskemia
2. Intoleransi Setelah a. e
aktivitas dilakukan servas s
berhubungan tindakan i i
dengan kelemahan keperawatan….. keterb s
x 24 jam klien atasan ,
dapat klien p
melakukan dalam u
aktifitas secara melak c
mandiri ukan a
Dengan riteria aktivit t
hasil: as. )
- Berpartisip b. Kaji faktor yang .
asi pada menyebabkan d. Bantu klien
aktivitas kelelahan. untuk mengidetifikasi
yang di c. aktivitas yang
inginkan nitor
mampu dilakukan.
- Memenuhi respo
e.Memotivasi klien
perawatan n untuk meningkatkan
diri sendiri kardio
aktivitas sesuai
- mencapai vaskul
dengan kemampuan.
peningkata er

n toleransi terhad

aktivitas ap

yang dapat
diukur aktivit

- dibuktikan as

oleh (takik

menurunny ardi,

kelemahan
sesak
nafas,

diapor
a. Mengetahui batas kemampuan
beraktifitas pasien
b. mengetahui aktifitas
yang mempercepat kelelahan
c. Penurunan/ ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup
selama
aktivitas dapat menyebabkan
peningkatan segera frekuensi jantung
dan kebutuhan oksigen juga
peningkatan kelelahan dan kelemahan.
d.Meminimalisir tingkat kelelahan
dalam beraktifitas
e.Membantu meningkatkan aktifitas pasien
dengan
membatasi sesuai kemampuan pasien
dan
kelelahan.

3. Pola napas tidak Setelah a.Monitor jalan anak lain


efektif dilakukan …x24 napas (frekuensi,
berhubungan jam diharapkan kedalaman, usaha
dengan hambatan pola napas tidak napas)
upaya napas efektif teratasi b. Monitor bunyi
Dengan kriteria napas tambahan
hasil: c. Pertahankan
- Menunjukka kepatenan jalan
n jalan napas
napas yang d.
paten isikan
- Frekuensi semi
napas fowler
membaik atau
- Penggunaan semi
otot bantu fowler
napas e. Berikan oksigen
menurun jika perlu
f. Ajarkan teknik
batuk efektif
g. Kolaborasi
pemberian
4. Gangguan tumbuh bronkodilator
kembang Setelah
berhubungan dilakukan …
dengan defisisensi x24jam
stimulus diharapkan a. Identifikasi
gangguan pencapaian tugas
tumbuh perkembangan
kembang anak
b. Motivasi anak
berinteraksi dengan
a.Mengetahui apakah frekuensi kedalaman
napas pasien dalam keadaan baik
b. Memonitori adakah suara napas
tambahan
c. Mengetahui apakah kepatenan jalan
napas pasien baik
d. Memberikan posisi pada pasien yang
nyaman
e. Pemberian oksigen berguna jika
frekuensi kedalaman usaha napas pasien
memburuk
f. Teknik batuk efektif diajarkan jika pasien
susah untuk
mengeluarkan sputum
g. kolaborasi pemberian
bronkodilator jika perlu a.Mengidentifikasi
pencapain tugas perkembangan anak
b.Memotivasi anak agar mau berinteraksi
dengan orang lain /teman sebaya
teratasi c. Anjurkan orang c.Menganjurkan orang
Dengan kriteria tua berinteraksi tua agar memiliki
hasil : dengan anaknya waktu untuk
- Meningkatk e. Rujuk untuk berinteraksi
an konseling, jika dengan anak
kemampuan perlu e.Melakukan konseling
melakukan jika perlu
perawatan
diri
- Memperbaik
i pola tidur
- Meningkatk
an konta

mata i
5. Risiko perfusi Setelah a.
r
serebral tidak dilakukan … nitor
e
efektif x24jam
g
berhubungan diharapkan tanda
u
dengan penurunan risiko perfusi gejala
l
sirkulasi darah ke serebral tidak penin
e
otak efektif teratasi gkatan
r
Dengan kriteria TIK
)
hasil : (tekan
b. Berikan posisi semi
- Tingkat an
fowler
kesadaran darah
c. Atur Ventilator
pasien menin
agar PaCO2
meningkat gkat,
optimal
- Nilai rata- kesada
d. Kolaborasi
rata tekanan ran
Pemberian diuretik
darah menur
osmosis jika perlu
un,
membaik

pola
napas
a. Untuk mengetahui apakah pasien
mengalami peningkatan TIK
b. Memberikan posisi pasien dengan
nyaman
c. Mengatasi agar ventilator PaCO2 tetap
optimal
d. Pemberian diuretic osmosis jika keadaan
pasien menurun
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.

5. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh
mana masalah ibu dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga memberikan umpan
balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai,
maka dalam hal ini proses peawatan dapat di modifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Rtkldkr Dikolnsis G`p`rkwktkl Mldnl`sik : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Rtkldkr Eukrkl G`p`rkwktkl Mldnl`sik. 3 Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Rtkldkr Mlt`rv`lsi G`p`rkwktkl Mldnl`sik. : Definisi dan

Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.


Sylvia. 2013. TNA WNB. https://www.scribd.com/doc/169634643/TOF-WOC-18-9-2013-1.
Diakses pada tanggal 7 Maret 2020.

Namira. 2017. Ekpnrkl Y`ldkfueukl Tna. https://id.scribd.com/doc/296692385/Laporan-


Pendahuluan-Tof. Diakses pada tanggal 7 Maret 2020.

Wati, Lidya. 2017. Ksufkl G`p`rkwktkl T`trkenoy Na Akeent.


https://www.academia.edu/34972021/ASUHAN_KEPERAWATAN_TETRALOGY_OF_FALL
OT. Diakses pada tanggal 7 Maret 2020.

_OB TETZKLOGI OA AKLLOT


Terpapar faktor endogen & Anak dengan syndrom down
- KehamiIan (+) rubeIIa
eksogen selama kehamilan
- Gizi buruh saat hehamiIan
trimester I-II
- lbu aIhohoIih
- Usia ibu >4Oth saat hamiI
- lbu dengan DM berat

Kelainan jantung konginetal


TOF (Tetralogi of Fallot)

Stenosis pulmonal VSD

Obstruksi pada katup pulmo


Pencampuran
Obstruksi aliran darah dari darah dari Darah dari vent.kiri
ventrikel kanan vent.kanan dan &kanan mengalir ke
Penurunan aliran darah ke paru vent.kiri aorta

Penurunan pertukaran Kerja ventrikel kanan berlebih Overiding aorta


gas di paru Darah mengandung
O2 dan CO2 bercampur

Hipertrofi ventrikel kanan

Penurunan
O2 dalam
gg.pertukaran darah
gas Hipoxemia

Gang.pertumb
Nutrisi ke sel (-)
Hipoxia uhan

sesak Penurunan O2
Jaringan perifer Oksigen tidak pada sel otak
mencukupi u/
pembentukan ATP
Sianosis Pola nafas Penurunan
tidak efektif kesadaran
Clubbing finger
Penurunan energi

Perubahan
Gang.citra kelemahan perfusi
gg.perfusi tubuh
jaringan perifer
Intoleransi aktifitas

Anda mungkin juga menyukai