PEMBAHASAN
1
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum
ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling
sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010).
2.2 Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan
menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini
para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi penyebabnya
dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya.
Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan juga Digeorge
Syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan
embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal
septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary
stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan
adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal.
Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang
dini.Supit, Alice I., Kaunang. Erling D, 2012).
2.3 Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya
melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko
terjadinya tetralogi Fallot adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus
lainnya
2. Gizi yang buruk selama
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita
sindroma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung
sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke
2
seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan
sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana
bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis (Yayan A.I,
2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga
diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
a. Faktor endogen :
- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes
melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
b. Faktor eksogen :
- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin, jamu).
- Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
- Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90%
kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor
penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada
minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai
3
4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
5. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas,
makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran
pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan
shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt).
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen
dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya
jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan
mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang justru
dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis
yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih
banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis
pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I,
2010).
2.5 Patofisiologi
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang
bersamaan, yaitu :
a. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari
sebuah lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga
menerima darah dari kedua ventrikel.
b. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah
masuk ke aorta.
c. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta,
mengaabaikan lubang ini.
d. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang,
sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan (Yayan A.I, 2010).
4
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak
melewati paru sehingga tidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena
yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta
tanpa mengalami oksigenasi (Yayan A.I, 2010). Untuk klasifikasi/ Derajat TOF
dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis
bertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan
peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal
atau rendah mungkin menderita defisiensi besi (Samik Wahab, 1996).
b. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
5
d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke
paru-paru
e. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah (Samik Wahab, 1996).
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot dapat
dirawat jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa sianosis
maupun dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila Tetralogi Fallot
termasuk dalam derajat IV dengan sianosis atau dispneu berat (Yayan A.I, 2010).
Berikut penatalaksanaannya:
a. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:
Mengatasi kegawatan yang ada.
Oksigenasi yang cukup.
Tindakan konservatif.
Tindakan bedah (rujukan) :
- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi
total: dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang
jelas. (derajat III dan IV)
- Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD +
reseksi infundibulum.
- Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
- Tatalaksana radang paru kalau ada.
6
- Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan
endokarditis
7
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu penutupan
defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel kanan. Pada umunya
koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun dengan perkiraan
berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum terpenuhi,
dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri sistemik
dengan dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A.
subclavia dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1
tahun(Yayan A.I, 2010).
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa
diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
- Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada
selama serangan sianosis.
8
BAB III
Asti, seorang anak perempuan berusia 18 bulan datang ke klinik Special Dental
Care Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung tanggal 07 Oktober 2017 atas rujukan
dari Bagian Kardiolog Anak untuk mencari fokal infeksi dan penatalaksanaannya
sebelum dilakukan operasi jantung di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta. Pasien
didiagnosis dengan Tetralogi Fallot, dengan gejala-gejala klinis berupa mudah
lelah, sesak napas. Pasien Diagnosis kerja akhir dari Bagian Kardiologi Anak
adalah DF, yaitu compensated heart disease, DA, yaitu TOF. Pasien tampak
lemah dan kebiruan, ibu kalien mengatakan klien mengalami kesulitan dalam
bernafas dan tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan klinis ditemukan keadaan
sebagai berikut, status umum berupa nadi suhu = 36oC, nadi = 80 x / menit,
respirasi = 40x/ menit, tekanan darah = 100 x/80 mmHg, BB = 9 kg sebelum
sakit, saat dikaji BB 7 kg, TB = 75 cm. Pada status lokalis terlihat ekstra oral tidak
ada kelainan.
9
- Pekerjaan :-
- Alamat : Jl. PB. Sudirman, no. 21 X
- Diagnose medis : Tetralogi of Fallot
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : klien mengalami kesulitan dalam bernafas (sesak
npas)
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan, klien sebelumnya belum pernah mengalami
penyakit seperti ini.
3. Riwayat keluarga
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, yaitu ibu klien menderita
hipertensi dan saat hamil sering mengkonsumsi obat – obatan tanpa
resep dokter.
10
Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering
mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas.
5. Rekreasi
Ibu klien juga mengatakan saat diajak jalan – jalan bersama keluarga
klien mudah keletihan
6. Istirahat tidur
Klien terbiasa tidur ± 2 – 3 jam pada siang hari dan di malam hari tidur
jam 20.30 – 6.00. ibu mengatakan pasien sering terbangun di malam
hari karena mengalami kesulitan dalam bernafas.
7. Kebersihan diri
Saat pengkajian kondisi klien bersih karena selalu dibantu ibunya
untuk mandi dan klien sudah bisa berpakaian dan gosok gigi sendiri.
8. Suhu tubuh
Menurut ibu klien suhu tubuh klien setelah sakit tidak menentu,
sebelum dibawa ke rumah sakit suhu tubuh normal, saat pengkajian ibu
klien tidak mengeluh suhu tubuh klien panas.
9. Rasa nyaman
Klien menangis ketika beraktivitas karena sesak napas
10. Rasa aman
Klien selalu merasa tenang saat bersama dan jika selalu dekat dengan
kedua orang tuanya.
11. Belajar
Keluarga klien mengatakan, belum bisa belajar secara efektif karena
masih kecil.
12. Prestasi
Klien belum bersekolah, dan belum mempunyai prestasi dibidang
akademik.
d. Pengkajian Fisik
1. Kesadaran Umum
- Kesadaran : CM ( Compos Mentis )
11
- Kebersihan : cukup bersih
2. Pergerakan : agak terbatas karena, terpasang infuse pada extrimitas
kanan atas
- Postur : tegak agak kurus
- Status gizi : baik
3. Sistem penglihatan
Bentuk mata normal, pergerakan mata normal, pupil dilatasi, konjung
tipa merah muda, sclera putih, visus 6/6.
4. Sistem pendengaran
Bentuk normal, keadaan bersih, pendengaran normal, serumen tidak
ada, kelainan tidak ada.
5. Sistem bicara
Mulut bersih, mukosa bibir merah muda, stomatitis tidak ada, caries
tidak ada.
6. Warna kulit : Sawo mateng
7. Suara waktu menangis : Cukup melengking dan agak keras
8. Tonus otot : Normal
9. Turgor kulit : Normal
10. Kepala : Bentuk normal, UUB tertutup, ketombe
dan rambut rontok tidak ada.
11. Hidung : Bentuk normal, secret tidak ada, gerakan
cuping hidung tidak ada, kelainan tidak ada
12. Leher : bentuk normal, kaku kuduk tidak ada,
pembesaran kelenjar limfa di leher positif.
13. Persyarafan : normal
14. Alat kelamin : kebersihan cukup, bentuk normal, kelainan
tidak ada.
15. Anus : bentuk normal, kebersihan cukup,
hemoroid tidak ada.
12
e. Gejala cardinal :
- suhu = 36oC
- nadi = 80 x / menit
- respirasi = 29 x / menit
- Tekanan darah = 100 x/80mmHg
f. Antropometri :
- BB = 9 kg (sebelum sakit)
- BB= 7 kg (saat dikaji)
- TB = 75 cm
13
2. DS: Intoleransi aktifitas Intoleransi
- Ibu klien mengatakan, aktifitas.
aktivitas klien berkurang, Aktivitas berkurang
karena klien sering
mengalami kelelahan dan
Sering mengalami
sering mengalami sesak
kelelahan dan sesak
dalam bernafas.
bernafas.
- Ibu klien mengatakan
bahwa klien mengalami
kesulitan dalam bernafas. Ketidakseimbangan
DO: antara suplai dan
- Pasien tampak Iemah dan kebutuhan oksigen
kebiruan
- suhu = 36oC
- nadi = 80 x / menit
- respirasi = 29 x / menit
-Tekanan darah = 100
x/80mmHg.
3. DS: Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
- Ibu klien mengatakan, nutrisi: kurang dari nutrisi: kurang dari
klien tidak nafsu makan, kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
awal 1 porsi, sekarang
menjadi ¼ porsi.
Berat badan menurun
- Ibu klien mengatakan,
aktivitas klien berkurang,
karena klien sering Kurang minat pada
mengalami kelelahan dan makanan
sering mengalami sesak
dalam bernafas.
DO:
- Klien biasanya minum ± 5
14
sampai 6 gelas/hari masing.
Sekarang hanya bisa minum
± 4 gelas.
- Pasien tampak lemah
- BB = 9 kg (sebelum
sakit)
- BB= 7 kg (saat dikaji)
15
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Gangguan Setelah diberi asuhan Monitor tanda-tanda vital
pertukaran gas keperawatan 2 x 24 Monitor kecepatan, irama,
jam diharapkan kedalaman dan kesulitan
gangguan pertukaran bernafas
gas dalam tubuh klien Catat pergerakan dada, catat
dapat diatasi. Dengan ketidaksimetrisan,
kriteria hasil : penggunaan otot-otot bantu
- Klien dapat nafas, dan reaksi otot
bernafas dengan supraclaviculas dan interkosta
normal Monitor suara tambahan
- Tanda-tanda vital seperti ngorok atau mengih
normal : RR:23-35 Monitor pola nafas (misalnya
x/menit bradipneu, takipneu,
- Saturasi O2kembali hiperfentilasi, pernafsasan
normal kusmaul, pernafasan 1:1,
- Warna kebiruan apneustik, respirasi beot, dan
yang timbul pada pola ataxic)
tubuh dapat Monitor saturasi oxygen pada
berkurang pasien yang tersedia (seperti
SAO2, SVO2, SPO2) sesuai
dengan protokol yang ada
Pasang sensor pemantauan
oksigen noninfasif (misalnya
pasang alat pada jari, hidung
dan dahi) dengan mengatur
alarm pada pasien beresiko
tinggi (misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan pernah
mengalami apnea saat tidur,
16
mempunyai riwayat penyakit
dengan terapi oksigen
menetap, usia extrim) sesuai
dengan prosedur yang ada.
17
dengan kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial.
Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
mengembangkan rencana
perawatan dengan
melibatkan klien dan
orang-orang terdekatnya
dengan tepat
18
asupan cairan secara tepat
Monitor asupan kalori
makanan harian
3.5 Implementasi
NO Hari/tanggal/ Diagnosa Implementasi paraf
jam
1 Jumat, 21 Gangguan Monitor tanda-tanda vital AK
oktober 2017 pertukaran Memonitor kecepatan,
gas irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas pasien
Mencatat pergerakan
dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu nafas, dan reaksi
otot supraclaviculas dan
interkosta
Memonitor suara
tambahan seperti ngorok
atau mengih
Memonitor pola nafas
(misalnya bradipneu,
takipneu, hiperfentilasi,
pernafsasan kusmaul,
pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi beot,
dan pola ataxic)
Memonitor saturasi
oxygen pada pasien yang
19
tersedia (seperti SAO2,
SVO2, SPO2) sesuai
dengan protokol yang
ada
Memasang sensor
pemantauan oksigen
noninfasif (misalnya
pasang alat pada jari,
hidung dan dahi) dengan
mengatur alarm pada
pasien beresiko tinggi
(misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan
pernah mengalami apnea
saat tidur, mempunyai
riwayat penyakit dengan
terapi oksigen menetap,
usia extrim) sesuai
dengan prosedur yang
ada.
20
dan pemantauan
program aktivitas,
jika memang
diperlukan
Mempertimbangkan
komitmen klien untuk
meningkatkan
frekuensi dan jarak
aktifitas
Membantu klien
untuk mengeksplorasi
tujuan personal dari
aktivitas-aktivitas
yang biasa dilakukan
(misalnya bekerja)
dan aktivitas-aktivitas
yang disukai
Membantu klien
untuk memilih
aktivitas dan
pecapaian tujuan
melalui aktivitas yang
konsisten dengan
kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial.
21
kebutuhan rencana perawatan
tubuh dengan melibatkan
klien dan orang-orang
terdekatnya dengan
tepat
Mengajarkan dan
dukung konsep nutrisi
yang baik dengan
klien(dan orang
terdekat klien dengan
tepat)
Mendorong klien
untuk mendiskusikan
makanan yang disukai
bersama dengan ahli
gizi
Mengembangkan
hubungan yang
mendukung dengan
klien
Memonitor tanda-
tanda fisiologis
(tanda-tanda vital,
elektrolit) jika
diperlukan
Melakukan timbang
berat badan klien
secara rutin ( pada
hari yang sama dan
setelah BAB/BAK)
Memonitor
22
intake/asupan dan
asupan cairan secara
tepat
Memonitor asupan
kalori makanan harian
3.6 Evaluasi
No Hari/Tangga Diagnosa Evaluasi Ket
. l
1. Senin, 23 Gangguan S : Ibu klien mengatakan AK
Oktober pertukaran gas bahwa, saat bernafas klien
2017. sudah terasa lebih lega atau
tidak susah lagi dalam
bernafas.
O : klien terlihat bernafas
dengan normal dan tidak
terlihat tersengal – sengal
yaitu 30x/mnt, Saturasi
O2 klien ada pada batas
normal, Warna kebiruan yang
timbul pada tubuh mulai
berkurang
A :.Masalah gangguan
pertukaran gas teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
23
2. Senin, 23 Intoleransi S : Ibu klien mengatakan klien AK
oktober 2017 aktifitas sudah bisa beraktivitas
O : Klien tidak tampak lelah
dalam beraktivitas
A : Intoleren aktivitas teratasi
teratasi
P : Hentikan intervensi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung
bawaan sianotik (Tetralogi Fallot) akan menentukan untuk kelansungan hidup
anak, mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TOF bahkan
dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia, syok maupun
24
gagal. Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan, kompetensi, dan
pengetahuan yang luas tentang konsep dasar perjalanan penyakit TOF. Sehingga
dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot,
yang akhirnya angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.
4.2 Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus dissesuaikan dengan respon dan
kondisi pasien, begitu pula dengan pasien TOF pada anak. Maka diharapkan bagi
seorang perawat untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih
dalam lagi akan perkembanagan penyakit TOF sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak serta
kebutuhan anak yang belum terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
Israr, A.Y., (2010). Tetralogi fallot (TOF). Diunduh pada tanggal 22 September
2017. Diunduh dari http://www.Files-of-DrsMed.tk.
25
Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012). Tetralogi fallot dan atresia pulmonal.
Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/a
rticle/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington:
Elsevier
26