Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tetralogy Of Fallot (TOF)

Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik.


Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau
lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga
ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang
aorta (Yayan A.I, 2010). Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat
kelainan anatomi sebagai berikut:
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang
keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal
dan menimbulkan penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel
kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari
bilik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal

1
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum
ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling
sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010).

2.2 Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan
menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini
para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi penyebabnya
dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya.
Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan juga Digeorge
Syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan
embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal
septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary
stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan
adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal.
Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang
dini.Supit, Alice I., Kaunang. Erling D, 2012).

2.3 Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya
melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko
terjadinya tetralogi Fallot adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus
lainnya
2. Gizi yang buruk selama
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita
sindroma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung
sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke

2
seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan
sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana
bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis (Yayan A.I,
2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga
diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
a. Faktor endogen :
- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes
melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
b. Faktor eksogen :
- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin, jamu).
- Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
- Pajanan terhadap sinar –X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90%
kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor
penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada
minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai

2.4 Manifestasi Klinis


Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
1. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya
menangis atau mengedan)
2. Berat badan bayi tidak bertambah
3. Pertumbuhan berlangsung lambat

3
4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
5. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas,
makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran
pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan
shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt).

Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen
dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya
jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan
mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang justru
dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis
yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih
banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis
pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I,
2010).

2.5 Patofisiologi
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang
bersamaan, yaitu :
a. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari
sebuah lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga
menerima darah dari kedua ventrikel.
b. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah
masuk ke aorta.
c. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta,
mengaabaikan lubang ini.
d. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang,
sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan (Yayan A.I, 2010).

4
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak
melewati paru sehingga tidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena
yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta
tanpa mengalami oksigenasi (Yayan A.I, 2010). Untuk klasifikasi/ Derajat TOF
dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis
bertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan
peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal
atau rendah mungkin menderita defisiensi besi (Samik Wahab, 1996).

b. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.

c. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal

5
d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke
paru-paru

e. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah (Samik Wahab, 1996).

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot dapat
dirawat jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa sianosis
maupun dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila Tetralogi Fallot
termasuk dalam derajat IV dengan sianosis atau dispneu berat (Yayan A.I, 2010).
Berikut penatalaksanaannya:
a. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:
 Mengatasi kegawatan yang ada.
 Oksigenasi yang cukup.
 Tindakan konservatif.
 Tindakan bedah (rujukan) :
- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi
total: dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang
jelas. (derajat III dan IV)
- Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD +
reseksi infundibulum.
- Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
- Tatalaksana radang paru kalau ada.

6
- Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan
endokarditis

b. Tatalaksana Rawat Jalan


 Derajat I :
- Medikametosa : tidak perlu
Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total dapat
dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada
komplikasi abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan.
 Derajat II dan III :
- Medikamentosa ; Propanolol
- Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat
dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada
komplikasi abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan
- Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.

c. Pengobatan Pada Serangan Sianosis


 Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :
- Membuat posisi knee chest atau fetus
- Ventilasi yang adekuat
 Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im
atau subkutan
 Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg
iv untuk mencegah asidosis metabolik
 Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan
sampai Hb 15-17gr/dl
 Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell
diteruskan dosis rumatan 1-2 mg/kg oral

7
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu penutupan
defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel kanan. Pada umunya
koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun dengan perkiraan
berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum terpenuhi,
dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri sistemik
dengan dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A.
subclavia dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1
tahun(Yayan A.I, 2010).
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa
diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
- Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada
selama serangan sianosis.

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS TOF

Asti, seorang anak perempuan berusia 18 bulan datang ke klinik Special Dental
Care Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung tanggal 07 Oktober 2017 atas rujukan
dari Bagian Kardiolog Anak untuk mencari fokal infeksi dan penatalaksanaannya
sebelum dilakukan operasi jantung di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta. Pasien
didiagnosis dengan Tetralogi Fallot, dengan gejala-gejala klinis berupa mudah
lelah, sesak napas. Pasien Diagnosis kerja akhir dari Bagian Kardiologi Anak
adalah DF, yaitu compensated heart disease, DA, yaitu TOF. Pasien tampak
lemah dan kebiruan, ibu kalien mengatakan klien mengalami kesulitan dalam
bernafas dan tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan klinis ditemukan keadaan
sebagai berikut, status umum berupa nadi suhu = 36oC, nadi = 80 x / menit,
respirasi = 40x/ menit, tekanan darah = 100 x/80 mmHg, BB = 9 kg sebelum
sakit, saat dikaji BB 7 kg, TB = 75 cm. Pada status lokalis terlihat ekstra oral tidak
ada kelainan.

3.1 Pengkajian Keperawatan

Tgl. MRS                 : 07 Oktober 2017


Ruangan/kelas          : Ratna/I
No. kamar                : 2B
Data Dasar               : -
a. Identitas Pasien
- Nama Pasien : Asti
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Usia : 18 Bulan
- Status Perkawinan : Belum
- Agama : Islam
- Suku Bangsa : Indonesia
- Pendidikan : Belum

9
- Pekerjaan :-
- Alamat : Jl. PB. Sudirman, no. 21 X
- Diagnose medis : Tetralogi of Fallot

b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : klien mengalami kesulitan dalam bernafas (sesak
npas)
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan, klien sebelumnya belum pernah mengalami
penyakit seperti ini.
3. Riwayat keluarga
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, yaitu ibu klien menderita
hipertensi dan saat hamil sering mengkonsumsi obat – obatan tanpa
resep dokter.

c. Data Bio Psiko Sosial Spiritual


1. Bernafas
Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan bernafas dan
sesak.
2. Makan dan Minum
Makan : Sebelum masuk rumah sakit ibu klien mengatakan, klien tidak
nafsu makan, yang biasanya 1 porsi anak – anak penuh tiga kali sehari
menjadi ¼ porsi tiga kali sehari.
Minum : Klien biasanya minum ± 5 – 6 gelas/hari masing – masing
100 cc. Sekarang klien hanya bisa minum ± 4 gelas
3. Eleminasi BAB/BAK
Keluarga mengatakan, BAB klien di rumah maupun di Rumah Sakit
satu kali, sedangkan BAK klien normal, tidak ada gangguan.
4. Aktivitas

10
Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering
mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas.
5. Rekreasi
Ibu klien juga mengatakan saat diajak jalan – jalan bersama keluarga
klien mudah keletihan
6. Istirahat tidur
Klien terbiasa tidur ± 2 – 3 jam pada siang hari dan di malam hari tidur
jam 20.30 – 6.00. ibu mengatakan pasien sering terbangun di malam
hari karena mengalami kesulitan dalam bernafas.
7. Kebersihan diri
Saat pengkajian kondisi klien bersih karena selalu dibantu ibunya
untuk mandi dan klien sudah bisa berpakaian dan gosok gigi sendiri.
8. Suhu tubuh
Menurut ibu klien suhu tubuh klien setelah sakit tidak menentu,
sebelum dibawa ke rumah sakit suhu tubuh normal, saat pengkajian ibu
klien tidak mengeluh suhu tubuh klien panas.
9. Rasa nyaman
Klien menangis ketika beraktivitas karena sesak napas
10. Rasa aman
Klien selalu merasa tenang saat bersama dan jika selalu dekat dengan
kedua orang tuanya.
11. Belajar
Keluarga klien mengatakan, belum bisa belajar secara efektif karena
masih kecil.
12. Prestasi
Klien belum bersekolah, dan belum mempunyai prestasi dibidang
akademik.

d. Pengkajian Fisik
1.  Kesadaran Umum
- Kesadaran : CM ( Compos Mentis )

11
- Kebersihan : cukup bersih
2. Pergerakan : agak terbatas karena, terpasang infuse pada extrimitas
kanan atas
- Postur : tegak agak kurus
- Status gizi  : baik
3. Sistem penglihatan          
Bentuk mata normal, pergerakan mata normal, pupil dilatasi, konjung
tipa merah muda, sclera putih, visus 6/6.
4. Sistem pendengaran        
Bentuk normal, keadaan bersih, pendengaran normal, serumen tidak
ada, kelainan tidak ada.
5. Sistem bicara                  
Mulut bersih, mukosa bibir merah muda, stomatitis tidak ada, caries
tidak ada.
6. Warna kulit : Sawo mateng
7. Suara waktu menangis : Cukup melengking dan agak keras
8. Tonus otot        : Normal
9. Turgor kulit       : Normal
10. Kepala                : Bentuk normal, UUB tertutup, ketombe
dan rambut rontok tidak  ada.
11. Hidung               : Bentuk normal, secret tidak ada, gerakan
cuping hidung tidak ada, kelainan tidak ada
12. Leher                  : bentuk normal, kaku kuduk tidak ada,
pembesaran kelenjar limfa di leher positif.
13. Persyarafan : normal
14. Alat kelamin     : kebersihan cukup, bentuk normal, kelainan
tidak ada.
15. Anus                 : bentuk normal, kebersihan cukup,
hemoroid tidak ada.

12
e. Gejala cardinal  :
- suhu = 36oC
- nadi = 80 x / menit
- respirasi = 29 x / menit
- Tekanan darah = 100 x/80mmHg

f. Antropometri :     
- BB = 9 kg (sebelum sakit)
- BB= 7 kg (saat dikaji)
- TB = 75 cm

3.2 Analisa Data


No Analisa Data Etiologi Masalah
. Keperawatan

1. DS : Gangguan pertukaran Gangguan


- Ibu kalien mengatakan gas pertukaran gas
pasien mengalami kesulitan
dalam bernafas. Sesak napas dan
DO : kelemahan tubuh
- Pasien tampak Iemah dan
kebiruan (sianosis), Hipoksemia
- pasien terlihat sesak napas
- suhu = 36oC
Pencampuran darah kaya
- nadi = 80 x / menit
O2 dengan CO2
- respirasi = 29 x / menit
-Tekanan darah = 100
x/80mmHg. Defek sektum vertikel

13
2. DS: Intoleransi aktifitas Intoleransi
- Ibu klien mengatakan, aktifitas.
aktivitas klien berkurang, Aktivitas berkurang
karena klien sering
mengalami kelelahan dan
Sering mengalami
sering mengalami sesak
kelelahan dan sesak
dalam bernafas.
bernafas.
- Ibu klien mengatakan
bahwa klien mengalami
kesulitan dalam bernafas. Ketidakseimbangan
DO: antara suplai dan
- Pasien tampak Iemah dan kebutuhan oksigen
kebiruan
- suhu = 36oC
- nadi = 80 x / menit
- respirasi = 29 x / menit
-Tekanan darah = 100
x/80mmHg.
3. DS: Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
- Ibu klien mengatakan, nutrisi: kurang dari nutrisi: kurang dari
klien tidak nafsu makan, kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
awal 1 porsi, sekarang
menjadi ¼ porsi.
Berat badan menurun
- Ibu klien mengatakan,
aktivitas klien berkurang,
karena klien sering Kurang minat pada
mengalami kelelahan dan makanan
sering mengalami sesak
dalam bernafas.
DO:
- Klien biasanya minum ± 5

14
sampai 6 gelas/hari masing.
Sekarang hanya bisa minum
± 4 gelas.
- Pasien tampak lemah
- BB = 9 kg (sebelum
sakit)
- BB= 7 kg (saat dikaji)

3.3 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia
ditandai dengan Ibu kalien mengatakan pasien mengalami kesulitan dalam
bernafas, pasien tampak Iemah dan kebiruan (sianosis), pasien terlihat
sesak napas, suhu 36oC, nadi  80 x / menit, respirasi = 29 x / menit,
tekanan darah = 100 x/80mmHg.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
ditandai dengan Ibu klien mengatakan aktivitas klien berkurang karena
klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam
bernafas, Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan dalam
bernafas. Pasien tampak Iemah dan kebiruan, suhu = 36oC, nadi = 80 x /
menit, respirasi = 29 x / menit, tekanan darah = 100 x/80mmHg.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang minat pada makanan
ditandai dengan Ibu klien mengatakan, klien tidak nafsu makan, awal 1
porsi, sekarang menjadi ¼ porsi, Ibu klien mengatakan, aktivitas klien
berkurang, karena klien sering mengalami kelelahan dan sering
mengalami sesak dalam bernafas. Klien biasanya minum ± 5 sampai 6
gelas/hari masing, sekarang hanya bisa minum ± 4 gelas, pasien tampak
lemah, BB = 9 kg (sebelum sakit), BB= 7 kg (saat dikaji)
3.4 Intervensi Keperawatan

15
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Gangguan Setelah diberi asuhan  Monitor tanda-tanda vital
pertukaran gas keperawatan 2 x 24  Monitor kecepatan, irama,
jam diharapkan kedalaman dan kesulitan
gangguan pertukaran bernafas
gas dalam tubuh klien  Catat pergerakan dada, catat
dapat diatasi. Dengan ketidaksimetrisan,
kriteria hasil : penggunaan otot-otot bantu
- Klien dapat nafas, dan reaksi otot
bernafas dengan supraclaviculas dan interkosta
normal  Monitor suara tambahan
- Tanda-tanda vital seperti ngorok atau mengih
normal : RR:23-35  Monitor pola nafas (misalnya
x/menit bradipneu, takipneu,
- Saturasi O2kembali hiperfentilasi, pernafsasan
normal kusmaul, pernafasan 1:1,
- Warna kebiruan apneustik, respirasi beot, dan
yang timbul pada pola ataxic)
tubuh dapat  Monitor saturasi oxygen pada
berkurang pasien yang tersedia (seperti
SAO2, SVO2, SPO2) sesuai
dengan protokol yang ada
 Pasang sensor pemantauan
oksigen noninfasif (misalnya
pasang alat pada jari, hidung
dan dahi) dengan mengatur
alarm pada pasien beresiko
tinggi (misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan pernah
mengalami apnea saat tidur,

16
mempunyai riwayat penyakit
dengan terapi oksigen
menetap, usia extrim) sesuai
dengan prosedur yang ada.

2. Intoleren Setelah diberikan  Pertimbangkan


Aktivitas asuhan keperawatan kemampuan klien dalam
selama 2 x 24 jam, berpartisipasi melalui
diharapkan aktivitas spesifik
 Kriteria Hasil :  Berkolaborasi dengan
- Klien dapat (ahli) terapis fisik, okupasi
melakukan dan terapi rekreasional
aktivitas dalam perencanaan dan
- Klien tidak pemantauan program
tampak lemah    aktivitas, jika memang
- Nafas klien diperlukan
kembali normal  Pertimbangkan komitmen
sehingga dapat klien untuk meningkatkan
melakukan frekuensi dan jarak
aktivitas aktifitas
 Bantu klien untuk
mengeksplorasi tujuan
personal dari aktivitas-
aktivitas yang biasa
dilakukan (misalnya
bekerja) dan aktivitas-
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
memilih aktivitas dan
pecapaian tujuan melalui
aktivitas yang konsisten

17
dengan kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial.
 Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
mengembangkan rencana
perawatan dengan
melibatkan klien dan
orang-orang terdekatnya
dengan tepat

3. Ketidakseimbang Setelah diberikan  Ajarkan dan dukung


an nutrisi: kurang asuhan keperawatan konsep nutrisi yang baik
dari kebutuhan selama 2 x 24 jam, dengan klien(dan orang
tubuh diharapkan gangguan terdekat klien dengan
nutrisi kurang dari tepat)
kebutuhan tubuh dapat  Dorong klien untuk
diatasi, dengan Kriteria mendiskusikan makanan
Hasil : yang disukai bersama
- klien terlihat dengan ahli gizi
segar dan tidak  Kembangkan hubungan
lemah yang mendukung dengan
- Nafsu makan klien
klien meningkat  Monitor tanda-tanda
dengan fisiologis (tanda-tanda
menghabiskan vital, elektrolit) jika
porsi makan diperlukan
klien saat  Timbang berat badan
dirumah sakit klien secara rutin ( pada
hari yang sama dan
setelah BAB/BAK)
 Monitor intake/asupan dan

18
asupan cairan secara tepat
 Monitor asupan kalori
makanan harian

3.5 Implementasi
NO Hari/tanggal/ Diagnosa Implementasi paraf
jam
1 Jumat, 21 Gangguan  Monitor tanda-tanda vital AK
oktober 2017 pertukaran  Memonitor kecepatan,
gas irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas pasien
 Mencatat pergerakan
dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu nafas, dan reaksi
otot supraclaviculas dan
interkosta
 Memonitor suara
tambahan seperti ngorok
atau mengih
 Memonitor pola nafas
(misalnya bradipneu,
takipneu, hiperfentilasi,
pernafsasan kusmaul,
pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi beot,
dan pola ataxic)
 Memonitor saturasi
oxygen pada pasien yang

19
tersedia (seperti SAO2,
SVO2, SPO2) sesuai
dengan protokol yang
ada
 Memasang sensor
pemantauan oksigen
noninfasif (misalnya
pasang alat pada jari,
hidung dan dahi) dengan
mengatur alarm pada
pasien beresiko tinggi
(misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan
pernah mengalami apnea
saat tidur, mempunyai
riwayat penyakit dengan
terapi oksigen menetap,
usia extrim) sesuai
dengan prosedur yang
ada.

2 Jumat/21 Intoleren  Mempertimbangkan AK


oktober 2017 Aktivitas kemampuan klien
dalam berpartisipasi
melalui aktivitas
spesifik
 Melakukan kolaborasi
dengan (ahli) terapis
fisik, okupasi dan
terapi rekreasional
dalam perencanaan

20
dan pemantauan
program aktivitas,
jika memang
diperlukan
 Mempertimbangkan
komitmen klien untuk
meningkatkan
frekuensi dan jarak
aktifitas
 Membantu klien
untuk mengeksplorasi
tujuan personal dari
aktivitas-aktivitas
yang biasa dilakukan
(misalnya bekerja)
dan aktivitas-aktivitas
yang disukai
 Membantu klien
untuk memilih
aktivitas dan
pecapaian tujuan
melalui aktivitas yang
konsisten dengan
kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial.

3 Jumat/21 Ketidaksei  Melakukan kolaborasi AK


oktober 2017 mbangan dengan tim kesehatan
nutrisi: lain untuk
kurang dari mengembangkan

21
kebutuhan rencana perawatan
tubuh dengan melibatkan
klien dan orang-orang
terdekatnya dengan
tepat
 Mengajarkan dan
dukung konsep nutrisi
yang baik dengan
klien(dan orang
terdekat klien dengan
tepat)
 Mendorong klien
untuk mendiskusikan
makanan yang disukai
bersama dengan ahli
gizi
 Mengembangkan
hubungan yang
mendukung dengan
klien
 Memonitor tanda-
tanda fisiologis
(tanda-tanda vital,
elektrolit) jika
diperlukan
 Melakukan timbang
berat badan klien
secara rutin ( pada
hari yang sama dan
setelah BAB/BAK)
 Memonitor

22
intake/asupan dan
asupan cairan secara
tepat
 Memonitor asupan
kalori makanan harian

3.6 Evaluasi
No Hari/Tangga Diagnosa Evaluasi Ket
. l
1. Senin, 23 Gangguan S :    Ibu klien mengatakan AK
Oktober pertukaran gas bahwa, saat bernafas klien
2017. sudah terasa lebih lega atau
tidak susah lagi dalam
bernafas.
O :   klien terlihat bernafas
dengan normal dan tidak
terlihat tersengal – sengal
yaitu 30x/mnt, Saturasi
O2 klien ada pada batas
normal, Warna kebiruan yang
timbul pada tubuh mulai
berkurang
A :.Masalah  gangguan
pertukaran gas teratasi
sebagian
P :    lanjutkan intervensi

23
2. Senin, 23 Intoleransi S : Ibu klien mengatakan klien AK
oktober 2017 aktifitas sudah bisa beraktivitas
O : Klien tidak tampak lelah
dalam beraktivitas
A : Intoleren aktivitas teratasi
teratasi
P : Hentikan intervensi.

3 Jumat, 23 Gangguan nutrisi S :    ibu klien mengatakan, AK


Oktober kurang dari nafsu makan klien mulai
2017 kebutuhan tubuh kembali bertambah.
O :    Klien terlihat lebih
segar, porsi makan klien
sudah bertambah
A :   tujuan intervensi tercapai
dengan nafsu makan klien
bertambah
P  :   lanjutkan intervensi
memonitor nutrisi pada klien

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung
bawaan sianotik (Tetralogi Fallot) akan menentukan untuk kelansungan hidup
anak, mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TOF bahkan
dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia, syok maupun

24
gagal. Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan, kompetensi, dan
pengetahuan yang luas tentang konsep dasar perjalanan penyakit TOF. Sehingga
dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot,
yang akhirnya angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.

4.2 Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus dissesuaikan dengan respon dan
kondisi pasien, begitu pula dengan pasien TOF pada anak. Maka diharapkan bagi
seorang perawat untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih
dalam lagi akan perkembanagan penyakit TOF sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak serta
kebutuhan anak yang belum terpenuhi

DAFTAR PUSTAKA

Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


Kidlington: Elsevier

Israr, A.Y., (2010). Tetralogi fallot (TOF). Diunduh pada tanggal 22 September
2017. Diunduh dari http://www.Files-of-DrsMed.tk.

25
Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012). Tetralogi fallot dan atresia pulmonal.
Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/a
rticle/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington:
Elsevier

Samik Wahab, (1996). Kardiologi anak Nadas. Yogyakarta : Gadjah Mada


Ununiversity Press.

26

Anda mungkin juga menyukai