Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Pada masa kini kita mengetahui mengenai penyakit jantung yang bukan hanya dapat diderita
oleh orang dewasa, namun dapat juga diderita oleh anak-anak bahkan saat baru lahir. biasanya penyakit
jantung pada anak memang tidak dapat langsung diketahui, namun seiring bertambahnya usia, tanda-
tanda dan gejala dari penyakit jantung ini akan sangat mudah diketahui. banyak anak-anak dengan usia
yang masih muda mengalami kematian akibat penyakit jantung karena ketidakwaspadaan dan
ketidaktahuan orang tua terntang tanda dan gelaja dari penyakit jantung, terutama untuk penyakit jantung
bawaan (dibawa dari lahir/dalam kandungan).
Salah satu penyakit jantung pada anak adalah tof (tetralogi of fallot) kelainan jantung kongenital
dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi
defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta dan hipertrofi ventrikel kanan. Oleh karena itu
di dalam makalah ini akan dibahas mengenaipenyakit tof yang dapat mempermudah seorang perawat
atau ahli kesehatan lain dalam mempelajari penyakit jantung pada anak khususnyatof.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam penyusunan makalah ini, yaitu:
Baimana konsep dasar yang meliputi, pengertian, etiologi/penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi, dan
pemeriksaan penunjang dari penyakit jantung tetralogi of fallot (tof)?
1. Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan tetralogi of fallot (tof)?
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penyususnan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar yang meliputi, pengertian, etiologi/penyebab,
manifestasi klinis, patofisiologi, dan pemeriksaan penunjang dari penyakit jantung tetralogi of fallot
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan tetralogi of
fallot (tof)

1
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan paper ini ialah sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis
Secara teoritis paper ini dapat menambah wawasan atau pengetahuan pembaca mengenai
konsep asuhan keperawatan pada pasien tetralogy of fallot
2. Manfaat Teoritis.
Paper ini dapat menjadi pedoman bagi pembaca yang sedang melaksanakan praktik
keperawatan terlebih tentang keperawatan anak tetntang tetralogy of fallot.

2
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

2.1 Definisi Tetralogy Of Fallot (TOF)


Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik. Kelainan yang
terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian
infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek
tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010). Sebagai
konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut:

Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF


1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari
bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan
penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal

Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel
dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar dengan
lubang aorta (Yayan A.I, 2010).

3
2.2 Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati angka 5-
7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para dokter tidak dapat
memastikan sebab terjadinya, akan tetapi penyebabnya dapat berkaitan dengan factor
lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan
kromosom 22 deletions dan juga Digeorge Syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki
daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil
kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD,
pulmonary stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan
adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini
dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang dini.Supit, Alice I.,
Kaunang. Erling D, 2012).
2.3 Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya melibatkan
berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot
adalah:
 Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya
 Gizi yang buruk selama
 Ibu yang alkoholik
 Usia ibu diatas 40 tahun
 Ibu menderita diabetes
 Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita sindroma Down
Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena terjadi
pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi
sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul
di kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis
(Yayan A.I, 2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga diduga karena
adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
A. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan

4
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan
B. Faktor eksogen :
 Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum
obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin,
amethopterin, jamu).
 Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
 Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab
adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum
akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan
pembentukan jantung janin sudah selesai
2.4 Manifestasi Klinis
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
1. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya menangis atau
mengedan)
2. Berat badan bayi tidak bertambah
3. Pertumbuhan berlangsung lambat
4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
5. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu, atau
menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh)
muncul dan menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt).
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen dimana
percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan
oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang
mereka alami dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah
sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt
dan membawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat
stenosis pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I,
2010).
2.5 Patofisiologi
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, yaitu :

5
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah
lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah dari
kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel
kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum
ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan lubang ini.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta
yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga terjadi
pembesaran ventrikel kanan (Yayan A.I, 2010).
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak melewati
paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang kembali ke
jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi
(Yayan A.I, 2010). Untuk klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4 derajat :
A. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
B. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
C. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis bertambah,
ada dispneu.
D. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
2.6 Parthway

6
Sumber :academia.edu
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi
(Samik Wahab, 1996).

7
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel
kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah (Samik Wahab, 1996)..
2.8 Prognosis
Prognosis cukup baik pada yang dioprasi usia anak-anak. Prognosis jangka Panjang
kurang baik bila:
 Dioprasi pada usia dewasa yang sudah terjadi gangguan fungsi ventrikel kiri akibat
hipoksia yang lama
 Pasca bedah dengan residual PI berat sehingga terjadi gagal ventrikel kanan.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot dapat
dirawat jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun
dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila Tetralogi Fallot termasuk dalam
derajat IV dengan sianosis atau dispneu berat (Yayan A.I, 2010).
A. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:
1. Mengatasi kegawatan yang ada.
2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif.
4. Tindakan bedah (rujukan) :
- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total:
dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat III

8
dan IV)
- Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi
infundibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6. Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis
B. Tatalaksana Rawat Jalan
1. Derajat I :
- Medikametosa : tidak perlu
Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan kalau
BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan.
2. Derajat II dan III :
- Medikamentosa ; Propanolol
- Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat dikerjakan
kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan
- Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.

C. Pengobatan Pada Serangan Sianosis


a. Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :
- Membuat posisi knee chest atau fetus
- Ventilasi yang adekuat
b. Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im atau subkutan.
c. Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv untuk mencegah
asidosis metabolik
d. Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan sampai Hb 15-17gr/dl
e. Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell diteruskan dosis rumatan 1-2
mg/kg oral
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu penutupan defek
septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel kanan. Pada umunya koreksi primer
dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun dengan perkiraan berat badan sudah mencapai
9
sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum terpenuhi, dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu
membuat pirau antara arteri sistemik dengan dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-
Tausig shunt (pirau antara A. subclavia dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum
mencapai 1 tahun(Yayan A.I, 2010).
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa
diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
- Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama
serangan sianosis.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.Pengkajian
 Identitas Pasien
 Keluhan utama / keadaan saat ini
 Riwayat Penyakit keluarga :
 Penyakit genetic yang ada dalam keluarga : misalnya down syndrome
 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
 Riwayat sakit keluarga: penyakit jantung, kelainan bawaan,DM,Hypertensi
 Riwayat kehamilan:
 Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun
 Program KB hormonal, riwayat mengkonsumsi obat – obat (thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)
 Penyakit infeksi yang diderita ibu : rubella ( campak Jerman ) atau infeksi virus
lainnya
 Pajanan terhadap radiasi selama kehamilan
 Ibu yang alkoholik
 Gizi ang buruk selama kehamilan
 Pajanan yang terjadi sebelum akhir bulan ke dua atau minggu ke 8 karena
pembentukan jantung berlangsung sampai dengan minggu ke dua
 Riwayat Tumbuh

10
 Pertumbuhan berat badan
 Kesesuaian berat badan dengan usia
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit
 Riwayat perkembangan / psikososial
 Kemampuan psikososial
 Kesesuaian kemampuan psikososial dengan usia
 Kelainan tumbang yang menyertai
 Mekanisme koping anak / keluarga
 Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
 Perubahan status kesadaran dan sirkulasi
Riwayat kejang,pingsan, sianosis
 Pola aktifitas
 Toleransi terhadap aktifitas misalnya menangis, makan, mengejan
 Posisi tubuh setelah aktifitas : kneechest, sguanting
 Adakah kelelehan saat menyusu
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Kemampuan makan / minum
 Apakah bayi mengalami kesulitan untuk menyusu
 Hambatan pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Diagnose Keperawatan
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan
tubuh.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
3. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.


Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.

11
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala gagal
jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam aktifitas yang
mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 – 2 ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan 1. Kaji frekuensi 5. Memonitor adanya
keperawatan selama 3 x 24 jam, nadi, RR, TD perubahan
diharapkan penurunan cardiac secara teratur sirkulasi jantung
output pada klien dapat diatasi, setiap 4 jam. sedini mungkin.
dengan kriteria hasil : 2. Catat bunyi 6. Mengetahui
 Denyut nadi klien kembali jantung. adanya perubahan
normal, yaitu 90 – 140 3. Kaji irama jantung.
x/mnt. perubahan 7. Pucat
 Klien tidak terlihat pucat. warna kulit menunjukkan
 Klien tidak terlihat lemah. terhadap adanya penurunan

 Tidak mengalami sianosis sianosis dan perfusi perifer

pada tubuhnya. pucat. terhadap tidak


adekuatnya curah
jantung. Sianosis
4. Pantau intake terjadi sebagai
dan output akibat adanya
setiap 24 jam. obstruksi aliran
5. Batasi aktifitas darah pada
secara adekuat. ventrikel.
8. Ginjal berespon
untuk menurunkna
6. Berikan curah jantung
kondisi dengan menahan
psikologis produksi cairan
lingkungan dan natrium.
yang tenang. 9. Istirahat memadai
diperlukan untuk
memperbaiki

12
efisiensi kontraksi
jantung dan
menurunkan
komsumsi O2 dan
kerja berlebihan.
10. Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatkan
TD dan
meningkatkan
kerja jantung.

b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan


tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat tidur
tercukupi.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan 1. Ikuti pola 4. Menghindari
keperawatan selama 3 x 24 jam, istirahat gangguan pada
diharapkan masalah intoleransi pasien, hindari istirahat tidur
aktivitas dapat teratasi dengan pemberian pasien sehingga
kriteria hasil: intervensi kebutuhan energi
pada saat dapat dibatasi
 Melakukan aktivitas sesuai istirahat. untuk aktifitas lain
dengan batas kemampuan. 2. Lakukan yang lebih penting.
 Pasien tidak lemas perawatan 5. Meningkatkan
dengan cepat, kebutuhan istirahat
ur nyenyak pada hindari pasien dan
pengeluaran menghemat energi

13
energi pasien.
berlebih dari
pasien. 6. Menghindarkan
3. Bantu pasien pasien dari
memilih kegiatan yang
kegiatan yang melelahkan dan
tidak meningkatkan
melelahkan. beban kerja
jantung.
4. Hindari 7. Perubahan suhu
perubahan lingkungan yang
suhu mendadak
lingkungan merangsang
yang kebutuhan akan
mendadak. oksigen yang
meningkat.
5. Kurangi 8. Kecemasan
kecemasan meningkatkan
pasien dengan respon psikologis
memberi yang merangsang
penjelasan peningkatan
yang kortisol dan
dibutuhkan meningkatkan
pasien dan suplai O2.
keluarga. 9. Stres dan
6. Respon kecemasan
perubahan berpengaruh
keadaan terhadap
psikologis kebutuhan O2
pasien jaringan.
(menangis,
murung dll)
dengan baik.

14
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh kembang
sesuai dengan usia.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Sediakan 1. Menunjang
selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan kebutuhan nutrisi
pertumbuhan dan perkembangan klien nutrisi adekuat. pada masa
dapat mengikuti kurva tumbuh pertumbuhan dan
kembang sesuai dengan usia , dengan perkembangan
kriteria hasil : 2. Monitor serta
-Anak usia 6 bulan dapat : BB/TB, buat meningkatkan
Merangkak,duduk dengan bantuan, catatan khusus daya tahan tubuh.
menggenggam, dan memasukkan sebagai 2. Sebagai monitor
benda ke mulut. monitor. terhadap keadaan
-Berat badan, lingkar kepala, lingkar 3. Kolaborasi pertumbuhan dan
lengan atas, dan rata – rata masa tubuh intake Fe keadaan gizi
berada dalam batas normal sesuai usia. dalam nutrisi. pasien selama
-Klien dapat berinteraksi dengan dirawat.
keluarga 3. Mencegah
terjadinya anemia
sedini mungkin
sebagi akibat
penurunan kardiak
output.

d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.


Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Rencana intervensi dan rasional:

15
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Kaji tanda vital 1. Memonitor gejala
selama 3 x 24 jam, diharapkan infeksi dan tanda – dan tanda infeksi
pada klien tidak terjadi dengan kriteria tanda infeksi sedini mungkin.
hasil : umum lainnya. 2. Menghindarkan
2. Hindari kontak pasien dari
-Terbebas dari tanda - tanda infeksi dengan sumber kemungkinan
-Menunjukkan hygiene pribadi yang infeksi. terkena infeksi dari
adekuat 3. Sediakan waktu sumber yang dapat
istirahat yang dihindari.
adekuat. 3. Istirahat adekuat
4. Sediakan membantu
kebutuhan nutrisi meningkatkan
yang adekuat keadaan umum
sesuai pasien.
kebutuhan. 4. Nutrisi adekuat
menunjang daya
tahan tubuh pasien
yang optimal.

16
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “AP”
DENGAN PENYAKIT TETRALOGI FALLOT (TOF)
DI RUANG A RSUD SEJAHTERA
Tanggal 4-6 Pebruari 2018

B. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Februari 2018 pada pukul 09.00 WITA. Pasien
dirawat di Ruang A RSUD Sejahtera dengan nomor CM. 134485. Informasi
didapatkan melalui pasien, keluarga pasien, dan catatan medis pasien. Teknik
pengumpulan data melalui wawancara/anamnesa, observasi, dan pemeriksaan fisik.
I. IDENTITAS
A. Anak
1. Nama : “AP”
2. Anak yang ke : 1 (pertama)
3. Tanggal lahir/umur: 4 tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Hindu
B. Orang tua
1. Ayah
a. Nama : “NW” ayah kandung
b. Umur : 30 tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Jl. Nusa Indah, No. 7, Denpasar, Bali
2. Ibu
a. Nama : “NA” ibu kandung
b. Umur : 29 tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Jl. Nusa Indah, No. 7, Denpasar, Bali

17
II. ALASAN DIRAWAT
a) Keluhan Utama :
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak napas dan lemas sejak 2
hari yang lalu.
b) Riwayat Penyakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien menderita penyakit gangguan jantung sejak ia
lahir.

III. RIWAYAT ANAK (0 – 6 TAHUN), tergantung penyakit


3. Perawatan dalam masa kandungan :
Dilakukan pemeriksaan kehamilan 4 kali di praktik mandiri dokter, pada saat
pemeriksaan bayi terkesan normal, selama hamil ibu tidak mengonsumsi obat-obatan,
ibu tidak menderita penyakit menular, dan tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan.
4. Perawatan pada waktu kelahiran :
Umur kehamilan 41 minggu dilahirkan di RSUD Wangaya, ditolong oleh doter dan
bidan, kelahiran berlangsung biasa, keadaan bayi setelah lahir mengalami sianosis
BB lahir 3,4 Kg PBL 50 cm,

IV. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual


6. Bernafas
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak
saat bernafas.
7. Makan dan Minum
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien sudah makan dan
minum. Pasien mengatakan mampu menghabiskan makanan dan
minuman yang sudah disediakan di rumah sakit.
8. Eliminasi
BAK : saat pengkajian pasien tidak mengalami kesulitan dalam BAK
BAB : saat pengkajian pasien tidak mengalami kesulitan dalam BAB
9. Gerak dan Aktifitas
Kemampuan ADL : saat pengkajian keluarga pasien
mengatakan pasien kesulitan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari seperti
mandi dan berpakaian sendiri.

18
Kemampuan Mobilisasi : saat pengkajian keluarga pasien mengatakan
pasien kesulitan dalam berjalan dan
berpindah. Dia kesulitan dalam berpindah
dari tempat tidur ke berdiri karena pasien
merasa lemas.
10. Istirahat dan Tidur
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengalami
gangguan tidur pada malam hari pasien tidur ±7 jam dan tidur siang
selama 1 jam.
11. Pengaturan Suhu Tubuh
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan tubuh pasien tidak panas
ataupun dingin
12. Kebersihan Diri
Pasien mengatakan ingin meningkatkan perawatan dirinya. Pasien juga
mengatakan tidak mampu mengakses kamar mandi dan tidak mampu
membasuh tubuhnya sendiri.
13. Rasa Nyaman
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien mengalami
ketidaknyamanan karena pasien mengalami lemas.
14. Rasa Aman
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengalami
gangguan keamanaan saat berada di rumah sakit
15. Melakukan Ibadah
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengalami
distress spiritual
16. Komunikasi dan Sosialisasi
Pasien mengatakan dia dapat berbicara dan tidak mengalami kesulitan
mengekspresikan pikiran secara verbal. Pasien mengatakan dia tidak
mengalami ketidaknyamanan dalam situasi sosial. Pasien juga
mengatakan tidak mengalami gangguan interaksi dengan orang lain.
17. Prestasi
Pasien mengatakan dia sedikit mengalami gangguan pengetahuan. Ia
sedikit kesulitan dalam mengungkapkan masalah yang dialami dan
pasien ingin meningkatkan pengetahuannya.
19
18. Rekreasi
Saat di rumah sakit pasien dihibur dengan sanak saudara yang
menjenguk pasien.
19. Belajar
Pasien mengatakan saat di rumah sakit ia mulai belajar memahami
prosedur perawatan yang dilakukan di rumah sakit.
V. PENGAWASAN KESEHATAN
Bila sakit pasien selalu diajak ke poliklinik penyakit dalam di RSUD Sejahtera oleh
keluarganya, karena keluarga pasien sangat takut jika penyakit yang pasien alami menjadi
semakin parah.
Imunisasi ( 1 – 5 tahun)
Imunisasi Umur Tgl diberikan Reaksi Tempat
Imunisasi

DPT I 8 minggu 2 Agustus 2012 Tidak ada alergi Posyandu


CAMPAK 9 bulan 5 Maret 2013 Tidak ada alergi Posyandu

VI. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


No Jenis Akut/Kronis Umur Lamanya Pertolongan
Penyakit /Menular/tidak saat
sakit
1 Tetralogi Fallot Kronis 0 tahun S/d Dibawa ke Rs
sekarang

VII. KESEHATAN LINGKUNGAN


Lingkungan disekitar pasien sangat mendukung pasien untuk menjalani pengobatan.
VIII. PERKEMBANGAN ANAK (0 – 6 tahun)
Motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan personal sosial pasien sudah berkembang sesuai
dengan usianya.

IX. Pengkajian Fisik


1. Kesadaran Umum
a) Kesan Umum : Compos Mentis

20
b) Warna Kulit : Sawo Matang
c) Turgor kulit : turgor kulit kurang
2. Gejala Kardial
a) Suhu : 370C
b) Tekanan Darah : 110/ 60 mmHg
c) Nadi : 80 x/menit
d) Respirasi : 28 x/ menit
3. Keadaan Fisik
a) Kepala : kebersihan cukup, rambut lurus dan beruban,
rambut tidak tersebar merata, nyeri tekan (-), bentuk simetris, lesi
(-), benjolan (-), edema (-), suhu kulit normal.
b) Mata :kedua mata simetris, pupil isokor, reflex mata
(+), penglihatan baik, secret (-)
c) Hidung : bentuk hidung simetris, secret (-), edema (-),
lesi (-), nyeri tekan(-), kebersihan cukup, penciuman (+)
d) Telinga : kedua telinga simetris, secret (+), kebersihan
cukup, nyeri tekan (-), edema (-), lesi (-)
e) Mulut dan Gigi :kebersiham mulut dan gigi cukup, mukosa bibir
lembab, pembesaran tonsil(-), gigi lengkap, rahang gigi simetris,
perdarahan gusi (-)
f) Leher :pembesaran kelenjar tiroid (-), nyeri tekan (-),
massa (-), bendungan vena jugularis (-), kebersihan cukup
g) Thorax : bentuk simetris, napas tambahan (+), nyeri
tekan(-) , sesak (+).
h) Abdomen : umbilicus tepat ditegah, kebersihan cukup,
nyeri tekan (-), bising usus (-)
i) Ekstremitas :
 Ekstremitas Atas : kedua tangan simetris, terpasang infus di
tangan kanan, lesi (-), nyeri tekan (-), kekuatan otot menurun,
sianosis (+)
j) Ekstremitas Bawah : kedua kaki simetris, kebersihan cukup,
kekuatan otot menurun, sianosis (+)
k) Genetalia : tidak terobservasi

21
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
No Hari/tanggal Data Fokus Data Standar Diagnosa
Dx Keperawatan
1. Kamis, 4 DS : keluarga pasien Risiko
Februari mengatakan  Denyut nadi klien penurunan
2019 pasien kembali normal, cardiac
mengalami yaitu 90 – 140 output
sesak nafas x/mnt.
DO : klien tampak  Klien tidak terlihat
pucat, lemah pucat.
dan mengalami  Klien tidak terlihat
sianosis pada lemah.
tubuhnya. TD =  Tidak mengalami
110/60 mmHg, sianosis pada
suhu = 37 ͦC, R tubuhnya.
= 28 x/ menit,
N= 80 x/menit
2 Kamis, 4 DS : keluarga pasien  Melakukan aktivitas Intoleran
Februari mengatakan sesuai dengan batas aktivitas
2019 pasien tidak bisa kemampuan.
melakukan  Pasien tidak lemas
aktivitas sehari-
harinya karena
pasien merasa
lemas.
DO : pasien tampak
lemas. TD =
110/60 mmHg,
suhu = 37 ͦC, R
= 28 x/ menit,
N= 80 x/menit

22
2. Analisa Masalah
1) P : Risiko penurunan cardiac output
E : Kelainan struktural jantung
S : Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak nafas, klien tampak
pucat, lemah dan mengalami sianosis pada tubuhnya. TD = 110/60 mmHg,
suhu = 37 ͦC, R = 28 x/ menit, N= 80 x/menit
2) P : Intoleran Aktivitas
E : Ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh
S :Keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-
harinya karena pasien merasa lemas, pasien tampak lemas. TD = 110/60
mmHg, suhu = 37 ͦC, R = 28 x/ menit, N= 80 x/menit
3. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko penurunan cardiac output berhubungan dengan kelainan struktural
jantung, ditandai dengan keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak
nafas, klien tampak pucat, lemah dan mengalami sianosis pada tubuhnya. TD
= 110/60 mmHg, suhu = 37 ͦC, R = 28 x/ menit, N= 80 x/menit
b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan pemenuhan O2
terhadap kebutuhan tubuh ditandai dengan Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya karena pasien merasa lemas,
pasien tampak lemas. TD = 110/60 mmHg, suhu = 37 ͦC, R = 28 x/ menit, N=
80 x/menit

D. PERENCANAAN
1. Prioritas Diagnosa Keperawatan
a. Risiko penurunan cardiac output berhubungan dengan kelainan struktural
jantung, ditandai dengan keluarga pasien mengatakan pasien mengalami
sesak nafas, klien tampak pucat, lemah dan mengalami sianosis pada
tubuhnya. TD = 110/60 mmHg, suhu = 37 ͦC, R = 28 x/ menit, N= 80
x/menit
b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan pemenuhan O2
terhadap kebutuhan tubuh ditandai dengan Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya karena pasien merasa
lemas, pasien tampak lemas. TD = 110/60 mmHg, suhu = 37 ͦC, R = 28 x/
menit, N= 80 x/menit
23
2. Intervensi Keperawatan
NO HARI/TGL DX TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
1 Selasa, 4 Risiko penurunan Setelah 1. Kaji frekuensi 1. Memonitor
Februari 2019 cardiac output diberikan asuhan nadi, RR, TD adanya perubahan
berhubungan keperawatan secara teratur sirkulasi jantung
dengan kelainan selama 2 x 24 setiap 4 jam. sedini mungkin.
struktural jantung, jam, diharapkan 2. Catat bunyi 2. Mengetahui
ditandai dengan penurunan jantung. adanya perubahan
keluarga pasien cardiac output 3. Kaji irama jantung.
mengatakan pasien pada klien dapat perubahan 3. Pucat
mengalami sesak diatasi, dengan warna kulit menunjukkan adanya
nafas, klien kriteria hasil : terhadap penurunan perfusi
tampak pucat,  Denyut nadi sianosis dan perifer terhadap
lemah dan klien pucat. tidak adekuatnya
mengalami kembali 4. Pantau intake curah jantung.
sianosis pada normal, dan output Sianosis terjadi
tubuhnya. TD = yaitu 90 – setiap 24 jam. sebagai akibat
110/60 mmHg, 140 x/mnt. 5. Batasi adanya obstruksi
suhu = 37 ͦC, R =  Klien tidak aktifitas aliran darah pada
28 x/ menit, N= 80 terlihat secara ventrikel.
x/menit pucat. adekuat. 4. Ginjal
 Klien tidak 6. Berikan berespon untuk
terlihat kondisi menurunkna curah
lemah. psikologis jantung dengan
 Tidak lingkungan menahan produksi
mengalami yang tenang. cairan dan natrium.
sianosis 5. Istirahat
pada memadai diperlukan
tubuhnya. untuk memperbaiki
efisiensi kontraksi
jantung dan
menurunkan
komsumsi O2 dan

24
kerja berlebihan.
6. Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatkan
TD dan
meningkatkan kerja
jantung.
2 Selasa, 4 Intoleran aktivitas Setelah 1.Ikuti pola 1. Menghindari
Februari 2019 berhubungan diberikan asuhan istirahat gangguan pada
dengan keperawatan pasien, istirahat tidur pasien
ketidakseimbangan selama 2 x 24 hindari sehingga kebutuhan
pemenuhan O2 jam, diharapkan pemberian energi dapat dibatasi
terhadap masalah intervensi untuk aktifitas lain
kebutuhan tubuh intoleransi pada saat yang lebih penting.
ditandai dengan aktivitas dapat istirahat. 2. Meningkatkan
Keluarga pasien teratasi dengan 2.Lakukan kebutuhan istirahat
mengatakan pasien kriteria hasil: perawatan pasien dan
- Pasien dapat tidak bisa dengan cepat, menghemat energi
melakukan  Melakukan hindari pasien.
aktivitas sehari- aktivitas pengeluaran 3. Menghindarkan
harinya karena sesuai dengan energi pasien dari kegiatan
pasien merasa batas berlebih dari yang melelahkan dan
lemas, pasien kemampuan. pasien. meningkatkan beban
tampak lemas. TD  Pasien tidak 3.Bantu pasien kerja jantung.
= 110/60 mmHg, lemas memilih 4. Perubahan
suhu = 37 ͦC, R = kegiatan yang suhu lingkungan
28 x/ menit, N= 80 tidak yang mendadak
x/menit melelahkan. merangsang
4.Hindari kebutuhan akan
perubahan oksigen yang
suhu meningkat.
lingkungan 5. Kecemasan

25
yang meningkatkan respon
mendadak. psikologis yang
5.Kurangi merangsang
kecemasan peningkatan kortisol
pasien dengan dan meningkatkan
memberi suplai O2.
penjelasan 6. Stres dan
yang kecemasan
dibutuhkan berpengaruh
pasien dan terhadap kebutuhan
keluarga. O2 jaringan.
6.Respon
perubahan
keadaan
psikologis
pasien
(menangis,
murung dll)
dengan baik.

E. IMPLEMENTASI

No Hari/tanggal/ Nomor Implementasi Respon TTD


jam Dx. petugas
1 Selasa, 4
Februari Perawat
2019
09.00 WITA 1,2 Mengkaji keadaan Klien mengatakan
umum klien masih lemas

09.10 WITA 1 Mengakji perubahan Kulit klien masih


warna kulit terhadap terlihat kebiruan
sianosis

26
09.20 WITA 1,2 Mengkaji tanda - Suhu : 37 0C
tanda vital klien - Tekanan Darah
: 110/ 60 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Respirasi :
28 x/ menit

12.00 WITA 1,2 memberikan terapi Pasien kooperatif,


obat injeksi : obat masuk dengan
cefoperazone IV/set, Tidak ada
sulbactam 1 gr reaksi alergi.
metronidazole 500
mg (1 flash)
ranitidine 50 mg
(1amp)
paracetamol 1000
mg (1 fls)

14.00 WITA 1,2 Mengoservasi tanda


– tanda vital klien a). Tekanan Darah
: 110/ 60 mmHg
b) Nadi : 80 x/menit
c). Respirasi :
30 x/ menit

16.00 WITA 1,2 Pemberian terapi


obat injeksi : Pasien kooperatif,
Metronidazol 500 obat masuk melalui
mg (1 fls) IV/set, Tidak ada
Paracetamol 1000 reaksi alergi.
mg (1 fls)

27
20.00 WITA 1 Memberikan Pasien kooperatif,
lingkungan yang keluarga pasien
tenang bagi klien kooperatif
2 Rabu, 5 2 Membantu pasien Pasien kooperatif dan Perawat
Februari melakukan aktivitas mau mengikuti
2019 fisik anjuran perawat

08.00 WITA 1,2 Mengkaji keadaan Klien mengatakan


umum klien sedikit lemas

09.00 WITA 1 .mengkaji perubahan Kulit klien terlihat


warna kulit pasien kebiruan
terhadap sianosis

09.30 WITA 1,2 Mengkaji tanda - Suhu : 36, 5 0C


tanda vital klien. - Tekanan Darah
: 130/ 90 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Respirasi :
20 x/ menit

11.00 WITA 1,2 Memberikan terapi Pasien kooperatif,


obat injeksi : obat masuk dengan
cefoperazone IV/set, Tidak ada
sulbactam 1 gr reaksi alergi.
metronidazole 500
mg (1 flash)
ranitidine 50 mg
(1amp)
paracetamol 1000
mg (1 fls)

28
14.00 WITA 1,2 Mengoservasi tanda
– tanda vital klien a). Tekanan Darah
: 130/ 70 mmHg
b) Nadi : 80 x/menit
c). Respirasi :
22 x/ menit

20.00 WITA 1 Pasien kooperatif,


Memberikan keluarga pasien
lingkungan yang kooperatif
nyaman bagi pasien
22.00 WITA 1,2 Pasien kooperatif,
Memberikan terapi obat masuk dengan
obat injeksi : intravena. Tidak ada
Metronidazol 500 reaksi alergi.
mg (1 fls)
Paracetamol 1000
mg (1 fls)

29
3 Kamis, 6 Perawat
Februari
2019

09.00 WITA 1,2 Mengkaji keadaan Klien mengatakan


umum klien sudah tidak lemas
lagi dan sudah tidak
mengalami sesak.
Pasien sudah bisa
bangun dari tempat
tidur.

1,2 Mengobservasi TTV TD : 100/60 mmHg


pasien N : 90x/ menit
R : 20x/ menit
09.30 WITA S: 36ͦ C

F. EVALUASI

Hari/ tanggal/ jam Nomor Evaluasi TTD Petugas


Diagnosa
Kamis, 6 Februari 01 S : keluarga pasien Perawat
2019 mengatakan pasien sudah
09.30 WITA tidak mengalami sesak
nafas.
O : Sianosis (-), TD =
100/60 mmHg, N= 90 x/
menit
R= 20/ menit, S= 36 ͦ C

30
A :masalah teratasi, tujuan
tercapai
02 P : pertahankan kondisi
klien

S : keluarga pasien
mengatakan pasien sudah
tidak lemas lagi, pasien
sudah bisa bangun dari
tempat tidur.
O : TD = 100/60 mmHg, N=
90 x/ menit
R= 20/ menit, S= 36 ͦ C
A : masalah teratasi, Tujuan
tercapai
P : Pertahankan kondisi
pasien

31
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Simpulan
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung bawaan
sianotik (Tetralogi Fallot) akan menentukan untuk kelansungan hidup anak, mengingat
masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TOF bahkan dapat menimbulkan
kematian yang diakibatkan karena hipoksia, syok maupun gagal.
Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan, kompetensi, dan pengetahuan
yang luas tentang konsep dasar perjalanan penyakit TOF. Sehingga dapat menentukan
diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot, yang akhirnya angka
kesakitan dan kematian dapat ditekan.

4.2 Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus dissesuaikan dengan respon dan kondisi pasien,
begitu pula dengan pasien TOF pada anak. Maka diharapkan bagi seorang perawat untuk
lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam lagi akan perkembanagan
penyakit TOF sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak serta kebutuhan anak yang belum terpenuhi

32
DAFTAR PUSTAKA

Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta :
EGC
Carpenito J.Lynda. 2001. Diagnosa Keperawatan,edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak. Jakarta : EGC
Sacharin,Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II. Jakarta : EGC
Samik, Wahab. 1996. Kardiologi anak Nadas. Yogyakarta : Gadjah Mada Ununiversity
Press
Sudigdo & Bambang.1994. Buku Ajar kardiologi Anak. Jakarta : IDAI
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler . 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3. Jakarta : EGC
Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of Pediatrics Edisi 12. Jakrta : EGC
Sylvia A. Price. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta
: EGC

33

Anda mungkin juga menyukai