PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam penyusunan makalah ini, yaitu:
Baimana konsep dasar yang meliputi, pengertian, etiologi/penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi, dan
pemeriksaan penunjang dari penyakit jantung tetralogi of fallot (tof)?
1. Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan tetralogi of fallot (tof)?
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penyususnan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar yang meliputi, pengertian, etiologi/penyebab,
manifestasi klinis, patofisiologi, dan pemeriksaan penunjang dari penyakit jantung tetralogi of fallot
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan tetralogi of
fallot (tof)
1
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan paper ini ialah sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
Secara teoritis paper ini dapat menambah wawasan atau pengetahuan pembaca mengenai
konsep asuhan keperawatan pada pasien tetralogy of fallot
2. Manfaat Teoritis.
Paper ini dapat menjadi pedoman bagi pembaca yang sedang melaksanakan praktik
keperawatan terlebih tentang keperawatan anak tetntang tetralogy of fallot.
2
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel
dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar dengan
lubang aorta (Yayan A.I, 2010).
3
2.2 Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati angka 5-
7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para dokter tidak dapat
memastikan sebab terjadinya, akan tetapi penyebabnya dapat berkaitan dengan factor
lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan
kromosom 22 deletions dan juga Digeorge Syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki
daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil
kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD,
pulmonary stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan
adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini
dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang dini.Supit, Alice I.,
Kaunang. Erling D, 2012).
2.3 Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya melibatkan
berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot
adalah:
Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya
Gizi yang buruk selama
Ibu yang alkoholik
Usia ibu diatas 40 tahun
Ibu menderita diabetes
Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita sindroma Down
Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena terjadi
pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi
sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul
di kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis
(Yayan A.I, 2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga diduga karena
adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
A. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
4
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan
B. Faktor eksogen :
Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum
obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin,
amethopterin, jamu).
Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab
adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum
akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan
pembentukan jantung janin sudah selesai
2.4 Manifestasi Klinis
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
1. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya menangis atau
mengedan)
2. Berat badan bayi tidak bertambah
3. Pertumbuhan berlangsung lambat
4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
5. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu, atau
menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh)
muncul dan menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt).
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen dimana
percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan
oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang
mereka alami dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah
sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt
dan membawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat
stenosis pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I,
2010).
2.5 Patofisiologi
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, yaitu :
5
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah
lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah dari
kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel
kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum
ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan lubang ini.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta
yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga terjadi
pembesaran ventrikel kanan (Yayan A.I, 2010).
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak melewati
paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang kembali ke
jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi
(Yayan A.I, 2010). Untuk klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4 derajat :
A. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
B. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
C. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis bertambah,
ada dispneu.
D. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
2.6 Parthway
6
Sumber :academia.edu
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi
(Samik Wahab, 1996).
7
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel
kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah (Samik Wahab, 1996)..
2.8 Prognosis
Prognosis cukup baik pada yang dioprasi usia anak-anak. Prognosis jangka Panjang
kurang baik bila:
Dioprasi pada usia dewasa yang sudah terjadi gangguan fungsi ventrikel kiri akibat
hipoksia yang lama
Pasca bedah dengan residual PI berat sehingga terjadi gagal ventrikel kanan.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot dapat
dirawat jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun
dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila Tetralogi Fallot termasuk dalam
derajat IV dengan sianosis atau dispneu berat (Yayan A.I, 2010).
A. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:
1. Mengatasi kegawatan yang ada.
2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif.
4. Tindakan bedah (rujukan) :
- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total:
dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat III
8
dan IV)
- Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi
infundibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6. Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis
B. Tatalaksana Rawat Jalan
1. Derajat I :
- Medikametosa : tidak perlu
Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan kalau
BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan.
2. Derajat II dan III :
- Medikamentosa ; Propanolol
- Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat dikerjakan
kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan
- Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.
1.Pengkajian
Identitas Pasien
Keluhan utama / keadaan saat ini
Riwayat Penyakit keluarga :
Penyakit genetic yang ada dalam keluarga : misalnya down syndrome
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
Riwayat sakit keluarga: penyakit jantung, kelainan bawaan,DM,Hypertensi
Riwayat kehamilan:
Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun
Program KB hormonal, riwayat mengkonsumsi obat – obat (thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)
Penyakit infeksi yang diderita ibu : rubella ( campak Jerman ) atau infeksi virus
lainnya
Pajanan terhadap radiasi selama kehamilan
Ibu yang alkoholik
Gizi ang buruk selama kehamilan
Pajanan yang terjadi sebelum akhir bulan ke dua atau minggu ke 8 karena
pembentukan jantung berlangsung sampai dengan minggu ke dua
Riwayat Tumbuh
10
Pertumbuhan berat badan
Kesesuaian berat badan dengan usia
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit
Riwayat perkembangan / psikososial
Kemampuan psikososial
Kesesuaian kemampuan psikososial dengan usia
Kelainan tumbang yang menyertai
Mekanisme koping anak / keluarga
Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
Perubahan status kesadaran dan sirkulasi
Riwayat kejang,pingsan, sianosis
Pola aktifitas
Toleransi terhadap aktifitas misalnya menangis, makan, mengejan
Posisi tubuh setelah aktifitas : kneechest, sguanting
Adakah kelelehan saat menyusu
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Kemampuan makan / minum
Apakah bayi mengalami kesulitan untuk menyusu
Hambatan pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Diagnose Keperawatan
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan
tubuh.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
11
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala gagal
jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam aktifitas yang
mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 – 2 ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan 1. Kaji frekuensi 5. Memonitor adanya
keperawatan selama 3 x 24 jam, nadi, RR, TD perubahan
diharapkan penurunan cardiac secara teratur sirkulasi jantung
output pada klien dapat diatasi, setiap 4 jam. sedini mungkin.
dengan kriteria hasil : 2. Catat bunyi 6. Mengetahui
Denyut nadi klien kembali jantung. adanya perubahan
normal, yaitu 90 – 140 3. Kaji irama jantung.
x/mnt. perubahan 7. Pucat
Klien tidak terlihat pucat. warna kulit menunjukkan
Klien tidak terlihat lemah. terhadap adanya penurunan
12
efisiensi kontraksi
jantung dan
menurunkan
komsumsi O2 dan
kerja berlebihan.
10. Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatkan
TD dan
meningkatkan
kerja jantung.
13
energi pasien.
berlebih dari
pasien. 6. Menghindarkan
3. Bantu pasien pasien dari
memilih kegiatan yang
kegiatan yang melelahkan dan
tidak meningkatkan
melelahkan. beban kerja
jantung.
4. Hindari 7. Perubahan suhu
perubahan lingkungan yang
suhu mendadak
lingkungan merangsang
yang kebutuhan akan
mendadak. oksigen yang
meningkat.
5. Kurangi 8. Kecemasan
kecemasan meningkatkan
pasien dengan respon psikologis
memberi yang merangsang
penjelasan peningkatan
yang kortisol dan
dibutuhkan meningkatkan
pasien dan suplai O2.
keluarga. 9. Stres dan
6. Respon kecemasan
perubahan berpengaruh
keadaan terhadap
psikologis kebutuhan O2
pasien jaringan.
(menangis,
murung dll)
dengan baik.
14
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh kembang
sesuai dengan usia.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Sediakan 1. Menunjang
selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan kebutuhan nutrisi
pertumbuhan dan perkembangan klien nutrisi adekuat. pada masa
dapat mengikuti kurva tumbuh pertumbuhan dan
kembang sesuai dengan usia , dengan perkembangan
kriteria hasil : 2. Monitor serta
-Anak usia 6 bulan dapat : BB/TB, buat meningkatkan
Merangkak,duduk dengan bantuan, catatan khusus daya tahan tubuh.
menggenggam, dan memasukkan sebagai 2. Sebagai monitor
benda ke mulut. monitor. terhadap keadaan
-Berat badan, lingkar kepala, lingkar 3. Kolaborasi pertumbuhan dan
lengan atas, dan rata – rata masa tubuh intake Fe keadaan gizi
berada dalam batas normal sesuai usia. dalam nutrisi. pasien selama
-Klien dapat berinteraksi dengan dirawat.
keluarga 3. Mencegah
terjadinya anemia
sedini mungkin
sebagi akibat
penurunan kardiak
output.
15
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Kaji tanda vital 1. Memonitor gejala
selama 3 x 24 jam, diharapkan infeksi dan tanda – dan tanda infeksi
pada klien tidak terjadi dengan kriteria tanda infeksi sedini mungkin.
hasil : umum lainnya. 2. Menghindarkan
2. Hindari kontak pasien dari
-Terbebas dari tanda - tanda infeksi dengan sumber kemungkinan
-Menunjukkan hygiene pribadi yang infeksi. terkena infeksi dari
adekuat 3. Sediakan waktu sumber yang dapat
istirahat yang dihindari.
adekuat. 3. Istirahat adekuat
4. Sediakan membantu
kebutuhan nutrisi meningkatkan
yang adekuat keadaan umum
sesuai pasien.
kebutuhan. 4. Nutrisi adekuat
menunjang daya
tahan tubuh pasien
yang optimal.
16
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “AP”
DENGAN PENYAKIT TETRALOGI FALLOT (TOF)
DI RUANG A RSUD SEJAHTERA
Tanggal 4-6 Pebruari 2018
B. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Februari 2018 pada pukul 09.00 WITA. Pasien
dirawat di Ruang A RSUD Sejahtera dengan nomor CM. 134485. Informasi
didapatkan melalui pasien, keluarga pasien, dan catatan medis pasien. Teknik
pengumpulan data melalui wawancara/anamnesa, observasi, dan pemeriksaan fisik.
I. IDENTITAS
A. Anak
1. Nama : “AP”
2. Anak yang ke : 1 (pertama)
3. Tanggal lahir/umur: 4 tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Hindu
B. Orang tua
1. Ayah
a. Nama : “NW” ayah kandung
b. Umur : 30 tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Jl. Nusa Indah, No. 7, Denpasar, Bali
2. Ibu
a. Nama : “NA” ibu kandung
b. Umur : 29 tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Jl. Nusa Indah, No. 7, Denpasar, Bali
17
II. ALASAN DIRAWAT
a) Keluhan Utama :
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak napas dan lemas sejak 2
hari yang lalu.
b) Riwayat Penyakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien menderita penyakit gangguan jantung sejak ia
lahir.
18
Kemampuan Mobilisasi : saat pengkajian keluarga pasien mengatakan
pasien kesulitan dalam berjalan dan
berpindah. Dia kesulitan dalam berpindah
dari tempat tidur ke berdiri karena pasien
merasa lemas.
10. Istirahat dan Tidur
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengalami
gangguan tidur pada malam hari pasien tidur ±7 jam dan tidur siang
selama 1 jam.
11. Pengaturan Suhu Tubuh
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan tubuh pasien tidak panas
ataupun dingin
12. Kebersihan Diri
Pasien mengatakan ingin meningkatkan perawatan dirinya. Pasien juga
mengatakan tidak mampu mengakses kamar mandi dan tidak mampu
membasuh tubuhnya sendiri.
13. Rasa Nyaman
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien mengalami
ketidaknyamanan karena pasien mengalami lemas.
14. Rasa Aman
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengalami
gangguan keamanaan saat berada di rumah sakit
15. Melakukan Ibadah
Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengalami
distress spiritual
16. Komunikasi dan Sosialisasi
Pasien mengatakan dia dapat berbicara dan tidak mengalami kesulitan
mengekspresikan pikiran secara verbal. Pasien mengatakan dia tidak
mengalami ketidaknyamanan dalam situasi sosial. Pasien juga
mengatakan tidak mengalami gangguan interaksi dengan orang lain.
17. Prestasi
Pasien mengatakan dia sedikit mengalami gangguan pengetahuan. Ia
sedikit kesulitan dalam mengungkapkan masalah yang dialami dan
pasien ingin meningkatkan pengetahuannya.
19
18. Rekreasi
Saat di rumah sakit pasien dihibur dengan sanak saudara yang
menjenguk pasien.
19. Belajar
Pasien mengatakan saat di rumah sakit ia mulai belajar memahami
prosedur perawatan yang dilakukan di rumah sakit.
V. PENGAWASAN KESEHATAN
Bila sakit pasien selalu diajak ke poliklinik penyakit dalam di RSUD Sejahtera oleh
keluarganya, karena keluarga pasien sangat takut jika penyakit yang pasien alami menjadi
semakin parah.
Imunisasi ( 1 – 5 tahun)
Imunisasi Umur Tgl diberikan Reaksi Tempat
Imunisasi
20
b) Warna Kulit : Sawo Matang
c) Turgor kulit : turgor kulit kurang
2. Gejala Kardial
a) Suhu : 370C
b) Tekanan Darah : 110/ 60 mmHg
c) Nadi : 80 x/menit
d) Respirasi : 28 x/ menit
3. Keadaan Fisik
a) Kepala : kebersihan cukup, rambut lurus dan beruban,
rambut tidak tersebar merata, nyeri tekan (-), bentuk simetris, lesi
(-), benjolan (-), edema (-), suhu kulit normal.
b) Mata :kedua mata simetris, pupil isokor, reflex mata
(+), penglihatan baik, secret (-)
c) Hidung : bentuk hidung simetris, secret (-), edema (-),
lesi (-), nyeri tekan(-), kebersihan cukup, penciuman (+)
d) Telinga : kedua telinga simetris, secret (+), kebersihan
cukup, nyeri tekan (-), edema (-), lesi (-)
e) Mulut dan Gigi :kebersiham mulut dan gigi cukup, mukosa bibir
lembab, pembesaran tonsil(-), gigi lengkap, rahang gigi simetris,
perdarahan gusi (-)
f) Leher :pembesaran kelenjar tiroid (-), nyeri tekan (-),
massa (-), bendungan vena jugularis (-), kebersihan cukup
g) Thorax : bentuk simetris, napas tambahan (+), nyeri
tekan(-) , sesak (+).
h) Abdomen : umbilicus tepat ditegah, kebersihan cukup,
nyeri tekan (-), bising usus (-)
i) Ekstremitas :
Ekstremitas Atas : kedua tangan simetris, terpasang infus di
tangan kanan, lesi (-), nyeri tekan (-), kekuatan otot menurun,
sianosis (+)
j) Ekstremitas Bawah : kedua kaki simetris, kebersihan cukup,
kekuatan otot menurun, sianosis (+)
k) Genetalia : tidak terobservasi
21
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
No Hari/tanggal Data Fokus Data Standar Diagnosa
Dx Keperawatan
1. Kamis, 4 DS : keluarga pasien Risiko
Februari mengatakan Denyut nadi klien penurunan
2019 pasien kembali normal, cardiac
mengalami yaitu 90 – 140 output
sesak nafas x/mnt.
DO : klien tampak Klien tidak terlihat
pucat, lemah pucat.
dan mengalami Klien tidak terlihat
sianosis pada lemah.
tubuhnya. TD = Tidak mengalami
110/60 mmHg, sianosis pada
suhu = 37 ͦC, R tubuhnya.
= 28 x/ menit,
N= 80 x/menit
2 Kamis, 4 DS : keluarga pasien Melakukan aktivitas Intoleran
Februari mengatakan sesuai dengan batas aktivitas
2019 pasien tidak bisa kemampuan.
melakukan Pasien tidak lemas
aktivitas sehari-
harinya karena
pasien merasa
lemas.
DO : pasien tampak
lemas. TD =
110/60 mmHg,
suhu = 37 ͦC, R
= 28 x/ menit,
N= 80 x/menit
22
2. Analisa Masalah
1) P : Risiko penurunan cardiac output
E : Kelainan struktural jantung
S : Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak nafas, klien tampak
pucat, lemah dan mengalami sianosis pada tubuhnya. TD = 110/60 mmHg,
suhu = 37 ͦC, R = 28 x/ menit, N= 80 x/menit
2) P : Intoleran Aktivitas
E : Ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh
S :Keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-
harinya karena pasien merasa lemas, pasien tampak lemas. TD = 110/60
mmHg, suhu = 37 ͦC, R = 28 x/ menit, N= 80 x/menit
3. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko penurunan cardiac output berhubungan dengan kelainan struktural
jantung, ditandai dengan keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak
nafas, klien tampak pucat, lemah dan mengalami sianosis pada tubuhnya. TD
= 110/60 mmHg, suhu = 37 ͦC, R = 28 x/ menit, N= 80 x/menit
b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan pemenuhan O2
terhadap kebutuhan tubuh ditandai dengan Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya karena pasien merasa lemas,
pasien tampak lemas. TD = 110/60 mmHg, suhu = 37 ͦC, R = 28 x/ menit, N=
80 x/menit
D. PERENCANAAN
1. Prioritas Diagnosa Keperawatan
a. Risiko penurunan cardiac output berhubungan dengan kelainan struktural
jantung, ditandai dengan keluarga pasien mengatakan pasien mengalami
sesak nafas, klien tampak pucat, lemah dan mengalami sianosis pada
tubuhnya. TD = 110/60 mmHg, suhu = 37 ͦC, R = 28 x/ menit, N= 80
x/menit
b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan pemenuhan O2
terhadap kebutuhan tubuh ditandai dengan Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya karena pasien merasa
lemas, pasien tampak lemas. TD = 110/60 mmHg, suhu = 37 ͦC, R = 28 x/
menit, N= 80 x/menit
23
2. Intervensi Keperawatan
NO HARI/TGL DX TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
1 Selasa, 4 Risiko penurunan Setelah 1. Kaji frekuensi 1. Memonitor
Februari 2019 cardiac output diberikan asuhan nadi, RR, TD adanya perubahan
berhubungan keperawatan secara teratur sirkulasi jantung
dengan kelainan selama 2 x 24 setiap 4 jam. sedini mungkin.
struktural jantung, jam, diharapkan 2. Catat bunyi 2. Mengetahui
ditandai dengan penurunan jantung. adanya perubahan
keluarga pasien cardiac output 3. Kaji irama jantung.
mengatakan pasien pada klien dapat perubahan 3. Pucat
mengalami sesak diatasi, dengan warna kulit menunjukkan adanya
nafas, klien kriteria hasil : terhadap penurunan perfusi
tampak pucat, Denyut nadi sianosis dan perifer terhadap
lemah dan klien pucat. tidak adekuatnya
mengalami kembali 4. Pantau intake curah jantung.
sianosis pada normal, dan output Sianosis terjadi
tubuhnya. TD = yaitu 90 – setiap 24 jam. sebagai akibat
110/60 mmHg, 140 x/mnt. 5. Batasi adanya obstruksi
suhu = 37 ͦC, R = Klien tidak aktifitas aliran darah pada
28 x/ menit, N= 80 terlihat secara ventrikel.
x/menit pucat. adekuat. 4. Ginjal
Klien tidak 6. Berikan berespon untuk
terlihat kondisi menurunkna curah
lemah. psikologis jantung dengan
Tidak lingkungan menahan produksi
mengalami yang tenang. cairan dan natrium.
sianosis 5. Istirahat
pada memadai diperlukan
tubuhnya. untuk memperbaiki
efisiensi kontraksi
jantung dan
menurunkan
komsumsi O2 dan
24
kerja berlebihan.
6. Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatkan
TD dan
meningkatkan kerja
jantung.
2 Selasa, 4 Intoleran aktivitas Setelah 1.Ikuti pola 1. Menghindari
Februari 2019 berhubungan diberikan asuhan istirahat gangguan pada
dengan keperawatan pasien, istirahat tidur pasien
ketidakseimbangan selama 2 x 24 hindari sehingga kebutuhan
pemenuhan O2 jam, diharapkan pemberian energi dapat dibatasi
terhadap masalah intervensi untuk aktifitas lain
kebutuhan tubuh intoleransi pada saat yang lebih penting.
ditandai dengan aktivitas dapat istirahat. 2. Meningkatkan
Keluarga pasien teratasi dengan 2.Lakukan kebutuhan istirahat
mengatakan pasien kriteria hasil: perawatan pasien dan
- Pasien dapat tidak bisa dengan cepat, menghemat energi
melakukan Melakukan hindari pasien.
aktivitas sehari- aktivitas pengeluaran 3. Menghindarkan
harinya karena sesuai dengan energi pasien dari kegiatan
pasien merasa batas berlebih dari yang melelahkan dan
lemas, pasien kemampuan. pasien. meningkatkan beban
tampak lemas. TD Pasien tidak 3.Bantu pasien kerja jantung.
= 110/60 mmHg, lemas memilih 4. Perubahan
suhu = 37 ͦC, R = kegiatan yang suhu lingkungan
28 x/ menit, N= 80 tidak yang mendadak
x/menit melelahkan. merangsang
4.Hindari kebutuhan akan
perubahan oksigen yang
suhu meningkat.
lingkungan 5. Kecemasan
25
yang meningkatkan respon
mendadak. psikologis yang
5.Kurangi merangsang
kecemasan peningkatan kortisol
pasien dengan dan meningkatkan
memberi suplai O2.
penjelasan 6. Stres dan
yang kecemasan
dibutuhkan berpengaruh
pasien dan terhadap kebutuhan
keluarga. O2 jaringan.
6.Respon
perubahan
keadaan
psikologis
pasien
(menangis,
murung dll)
dengan baik.
E. IMPLEMENTASI
26
09.20 WITA 1,2 Mengkaji tanda - Suhu : 37 0C
tanda vital klien - Tekanan Darah
: 110/ 60 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Respirasi :
28 x/ menit
27
20.00 WITA 1 Memberikan Pasien kooperatif,
lingkungan yang keluarga pasien
tenang bagi klien kooperatif
2 Rabu, 5 2 Membantu pasien Pasien kooperatif dan Perawat
Februari melakukan aktivitas mau mengikuti
2019 fisik anjuran perawat
28
14.00 WITA 1,2 Mengoservasi tanda
– tanda vital klien a). Tekanan Darah
: 130/ 70 mmHg
b) Nadi : 80 x/menit
c). Respirasi :
22 x/ menit
29
3 Kamis, 6 Perawat
Februari
2019
F. EVALUASI
30
A :masalah teratasi, tujuan
tercapai
02 P : pertahankan kondisi
klien
S : keluarga pasien
mengatakan pasien sudah
tidak lemas lagi, pasien
sudah bisa bangun dari
tempat tidur.
O : TD = 100/60 mmHg, N=
90 x/ menit
R= 20/ menit, S= 36 ͦ C
A : masalah teratasi, Tujuan
tercapai
P : Pertahankan kondisi
pasien
31
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Simpulan
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung bawaan
sianotik (Tetralogi Fallot) akan menentukan untuk kelansungan hidup anak, mengingat
masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TOF bahkan dapat menimbulkan
kematian yang diakibatkan karena hipoksia, syok maupun gagal.
Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan, kompetensi, dan pengetahuan
yang luas tentang konsep dasar perjalanan penyakit TOF. Sehingga dapat menentukan
diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot, yang akhirnya angka
kesakitan dan kematian dapat ditekan.
4.2 Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus dissesuaikan dengan respon dan kondisi pasien,
begitu pula dengan pasien TOF pada anak. Maka diharapkan bagi seorang perawat untuk
lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam lagi akan perkembanagan
penyakit TOF sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak serta kebutuhan anak yang belum terpenuhi
32
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta :
EGC
Carpenito J.Lynda. 2001. Diagnosa Keperawatan,edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak. Jakarta : EGC
Sacharin,Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II. Jakarta : EGC
Samik, Wahab. 1996. Kardiologi anak Nadas. Yogyakarta : Gadjah Mada Ununiversity
Press
Sudigdo & Bambang.1994. Buku Ajar kardiologi Anak. Jakarta : IDAI
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler . 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3. Jakarta : EGC
Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of Pediatrics Edisi 12. Jakrta : EGC
Sylvia A. Price. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta
: EGC
33