Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan kelainan bawaan yang merupakan
kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak dijumpai. dimana tetralogi fallot
menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum
ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari
seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot
merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering
ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri. Dari
banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung
bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan
dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat (Staf IKA, 2007).
Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung kongentinal yang merupakan suatu bentuk
penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan
dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan VSD, stenosispulmonal, hipertrofiventrikel
kanan, dan overiding aorta (Nursalam dkk, 2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu
lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel. Stenosis pulmonal terjadi karena
penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot
dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan. Hipertrofi ventrikel kanan atau
penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari
stenosis pulmonal. Overiding aorta merupakan keadaan dimana pembuluh darah utama yang
keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta
keluar dari bilik kanan.
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana TOF ini menempati urutan
keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel, defek septum
atrium duktus arteriosus, atau lebih kurang 10 % dari seluruh penyakit bawaan, dan
merupakan penyebab utama diantara penyakit jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian
besar bayi dengan kelainan jantung tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor
juga turut berperan sebagai penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil, faktor
lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan kromosom.
Insidens tetralogi of fallot di laporkan untuk kebanyakan penelitian dalam rentang 8
10 per 1000 kelahiran hidup. Kelainan ini lebih sering muncul pada laki laki daripada
perempuan. Dan secara khusus katup aorta bikuspid bisa menjadi tebal sesuai usia , sehingga
stenosis bisa timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi sejak dini.
Sehingga deteksi dini penyakit ini pada anak anak sangat penting dilakukan sebelum
komplikasi yang lebih parah terjadi. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar
bermanfaat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya pembaca makalah ini

1
yang membahas kelainan jantung tetralogy of fallot serta asuhan keperawatan yang tepat
untuk mengatasi masalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara lain:
1. Apa definisi dari penyakit tetralogi fallot?
2. Apa saja etiologi dari penyakit tetralogi fallot?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit tetralogi fallot?
4. Apa gejala dan tanda penyakit tetralogi fallot?
5. Apa saja komplikasi dari penyakit tetralogi fallot?
6. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit tetralogi fallot?
7. Bagaimana pengobatan penyakit tetralogi fallot?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
1. Agar dapat menjelaskan definisi dari penyakit tetralogi fallot
2. Agar dapat menjelaskan etiologi dari penyakit tetralogi fallot
3. Agar dapat menjelaskan patofisiologi penyakit tetralogi fallot
4. Agar dapat menjelaskan gejala dan tanda penyakit tetralogi fallot
5. Agar dapat menjelaskan komplikasi dari penyakit tetralogi fallot
6. Agar dapat menjelaskan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit tetralogi
fallot
7. Agar dapat menjelaskan pengobatan penyakit tetralogi fallot

1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca khususnya seorang perawat
2. Manfaat Praktis
Hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan dan masukan mengenai Asuhan
Keperawatan Perkemihan Infeksi Saluran Kemih.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Tetralogi of falot (TOF) adalah kelainan jantung congenital dengan gangguan sianosis
yang di tandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi Defek septum ventrikel,
stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi vrentikel kanan. (buku ajar kardiologi
anak, 2002).
Tetralogi of fallot (TOF) adalah defek jantung yang terjadi secara congenital dimana
secara khusus mempunyai 4 kelainan anatomi pada jantungnya. TOF ini adalah merupakan
penyebab tersering pada Cyianotik Heart Defect dan juga pada Blue Baby syndrome.
TOF pertama kali dideskripsikan oleh Niels Stensen pada tahun 1672. Tetapi, pada tahun
1888 seorang dokter dari Perancis Etienne Fallot menerangkan secara mendetail akan ke
empat kelainan anatomi yang timbul pada tetralogi of fallot.
TOF merupakan penyakit jantung bawaan jantung (sianotik) yang terdiri dari 4 kalainan yaitu
:
a. Defek Septum Ventrikel ( lubang pada septum antara ventrikel kiri dan kanan)
b. Stenosis pulmonal (penyempitan pada pulmonalis) yang menyebabkan obstruksi aliran
darah dari ventrikel kanan ke arteri pulmonal.
c. Transprosisi/oferreding aorta (katub aorta membesar dan bergeser ke kanan sehingga
terletak lebih kanan, yaitu di septum interventrikuler)
d. Hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan)
e. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah
stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat.

2.2 ETIOLOGI
Pada sebagaian kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pati,
akan tetapi diduga karena adanya factor endogen dan eksogen. Factor-faktor tersebut antara
lain:
a. Factor endogen
Berbagai jenis penyakit genetic : kelainan kromosom
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyait jantung bawaan.
Lama Adanya penyakit terlentu dalam keluarga seperti : DM, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan.
b. Factor eksogen
Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-
obatan tanpa resep dokter (thalidomide, dextroamphitamine, aminopterin, amethopterin,
jamu), selama hamil, ibu menderita rubella (campak jerman) atau infeksi firus lainnya,
pajanan terhadap sinar x, gizi yang buruk selama hamil, ibu yang alkhoholik, usia ibu diatas
40thn (sumber : ilmu kesehatan anak, 2001).

3
Para ahli berpendapat bahwa penyebab eksogen dan endogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah
multi factor. Adapun sebabnya, pajanan terhadap factor penyebab harus ada sebelum akhir
bulan ke-2 kehamilan, oleh karena pada minggu ke-8 kehamilan, pembentukan jantung janin
sudah selesai.
TOF lebih sering ditemukan pada anak anak yang menderita syndroma down. TOF
dimasukkan kedalam kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit
mengandug oksigen keseluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis dan sesak nafas. Mungkin
gejala sianotik baru timbul dikemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik baru
timbul dikemudian hari, dimana bayi mengalami sianotik karena menyusu atau menangis.

2.3 PATOFISIOLOGI
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke-18 usia kehamilan.
Pada minggu ke-3 jnatung hanya berbentuk tabung yang disebut fase tubing. Mulai akhir
minggu ke-3 sampai minggu ke-4 usia kehamilan, terjadi fase looping dan septasi, yaitu fase
dimana terjadi proses pembentukan dan penyekatan ruang-ruang jantung serta pemisahan
antara aorta dan arteri pulmonalis. Pada minggu ke-5 sampai ke-8 pembagian dan penyekatan
hampir sempurna. Akan tetapi, proses pembentukan dan perkembangan jantung dapat
terganggu jika selama masa kehamilan terdapat factor-faktor resiko.
Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta yang abnormal
(overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta terdapatnya defek septum
ventrikel. Dengan demikian, bayi kan lahir dengan kelainan jantung denga empat kelainan,
yaitu defek septum ventrikel yang besar., stenosis pulmonal infundibuler atau valvular,
dekstro posisi pangkal aorta dan hiper trofi ventrikel kanan. Derajat hipertrofi ventrikel kanan
yang timbul bergatung pada derajat stenosis pulmonal. Pada 50% kasus stenosis pulmonal
hanya infundibuler, pada 10%-25% kasus kombinasi infundibuler dan valvular, dan 10%
kasus hanya stenosis valvular. Selebinya adalah stenosis pulmonal perifer.
Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih ditempat yang normal,overriding
aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah kearah anterior mengarah ke septum. Klasifikasi
overriding menurut kjellberg: (1) tidak terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden
mengarah kebelakang ventrikel kiri, (2)pada overriding 25% sumbu aorta asenden ke arh
ventrikel sehingga lebih kurng 25% orifisium aorta menghadap ke ventrikel kanan., (3) pada
overriding 50% sumbu aorta mengararah keseptum sehingga 50% orifisium aorta menghadap
ventrikel kanan, (4) pada overriding 75% sumbu aorta asenden mengarah kedepan ventrikel
kanan. Derajat overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan derajat stenosis
menentukan besrnya pirau kanan ke kiri ( ilmu kesehatan anak, 2001).
Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, maka :

4
a. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang pada septum
interventrikuler dan sebagian lagi barasal dari ventrikel kiri, sehingga terjadi percampuran
darah yang sudah teroksigenasi dan belum teroksigenasi.
b. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel kanan
ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.
c. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum ventrikel
dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, akan tetapi apabila takanan dari ventrikel
kanan lebih dari ventrikel kiri maka darah akan mengalir dari ventrikel kanan ke ventrikel
kiri.
d. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah kedalam aorta yang
bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi akibat stenosis pulmonal maka lama
kelamaan otot-ototnya akan mengalami pembesaran (hipertrofi ventrikel kanan).
Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan
berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup, dan menghadapi stenosis
pulmonalis, maka dara akan dipintaskan melewati defek septum ventrikel tersebut ke dalam
aorta. Akibatnya darah yang dialirkan ke seluruh tubuh tidak troksigenasi, hal inilah yang
menyebabkan trjadinya sianosis. (ilmu kesehatan anak, 2001).
Pada keadaan tertentu (dehidrasi, spasme infundibulum berat, menangis lama,
peningkatan suhu tubuh atau mengedan), pasien dengan TOF mengalami hipoksia spell yang
ditandai dengan : sianosis, kesulitan bernafas, pasien menjadi lemas dn pucat, kadang pasien
menjadi kejang dan pingsan.
Keadaan ini merupakan keadaan emergensi yang harus ditangani segera, misalnya
dengan salah satu cara memulihkan serangan spell yaitu memberikan posisi lutut ke dada
(knee chest position).

5
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Sianosis menetap ( Morbus Sereleus )
Sianosis muncul setelah berusia beberapa bulan, jarang tampak pada saat lahir,bertambah
berat secara progresif.
Serangan hypersianotik ( blue spell )
Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan

6
Sianosis akut
Iritabilitas system syaraf pusat yang dapat berkembang sampai lemah dan pingsan dan
akhirnya menimbulkan kejang (spells), stroke dan kematian (terjadi pada 35 %).
Jari tabuh ( clubbing fingger )
Pada awal tekanan darah normal,dapat meningkat setelah beberapa tahun mengalami
sianosis dan polisitemia berat.
Posisi jongkok klasik ( squanting ) mengurangi aliran balik vena dari ekstremitas bawah
dan meningkatkan aliran darah pulmoner dan oksigenasi arteri sistemik.
Gagal tumbuh
Anemia menyebabkan perburukan gejala
Penurunan toleransi terhadap latihan
Peningkatan dyspnea
Peningkatan frekuensi hyperpnea paroksismal
Asidosis
Murmur pada batas atas strernum kiri ( stenosis paru)
Murmur continue (atresia paru)
S2 tunggal ( klik ejeksi setelah Bunyi jantung I )

2.5 KOMPLIKASI
Komplikasi dari gangguan ini antara lain :
1. Penyakit vaskuler pulmonel
2. Deformitas arteri pulmoner kanan
3. Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia
4. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia, atau
sepsis
5. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar
6. Oklusi dini pada pirau
7. Hemotoraks
8. Sianosis persisten
9. Efusi pleura
10. Trombosis Pulmonal
11. Anemia relative

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida

7
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien dengan Hg dan
Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti
sepatu.
1. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan
tekanan pulmonalis normal atau rendah.

2.7 INSIDENS
Tetralogi Falot sama banyak dijumpai baik pada laki laki maupun perempuan.
Insiden lebih tinggi bila ibu yang melahirkan berusia tua
Jarang ada pasien yang bertahan hidup sampai diatas 20 tahun tanpa pembedahan.
Tetralogi Fallot mencakup 10 % dari semua defek congenital.
Tetralogi Fallot mencakup 50 % orang dengan defek jantung congenital yang tidak
dioperasi yang disertai dengan penurunan aliran darah pulmoner sesudah masa bayi
Angka mortalitas untuk pasien yang menjalani bedah jantung adalah 5 % ( sedikit
lebih tinggi pada bayi ) dan 10 % untuk pasien pasien yang memakai pirau.
10 % individu yang bertahan hidup menunjukkan hasil yang tidak memuaskan
2.8 PROGNOSIS
Angka mortalitas bedah untuk operasi perbaikan total Tetralogi of Fallot adalah kurang dari 5
%
Dengan perbaikan teknik pembedahan, insiden disritmia dan kematian mendadak mengalami
penurunan.
Blok jantung saat pembedahan jarang dijumpai
Gagal jantung kongestif dapat terjadi sesudah pembedahan.

2.9 PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN MEDIS

8
Sianosis berat : beri prostaglandin E1 (PGE1) Untuk mempertahankan kepatenan
duktus dan meningkatkan aliran darah paru
Sianosi ringan : observasi ketat bayi, jika sianosis memburuk setelah penutupan
ductus, bayi ini membutuhkan koreksi bedah selamaperiode neonatal
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun.
Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak
menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian
5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis
awal/ bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan
dalam 5-10 menit berikutnya
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan
resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
7. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan
serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke
seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi

Antibiotik : sesuai hasil kultur sensitivitas, kadang digunakan anti biotic propilaksis
Diuresik : untuk meningkatkan dieresis, mengurangi kelebihan cairan, digunakan
dalam pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif.
Digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi ,isi sekuncup,dan curah jantung serta
menurunkan tekanan vena jantung, digunakan untuk mengobati gagal jantung kongesti dan
aritmia jantung tertentu ( jarang diberi sebelum koreksi, kecuali jika pirau terlalu besar)
Besi untuk mengatasi anemia
Betablocker ( propanolol ) : menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi serta
iritabilitas myokard , dipakai untuk mencegah dan mengobati serangan hypersianosis.

9
Morfin : meningkatkan ambang sakit, mengobati hypersianosis dengan menghambat
pusat pernafasan dan reflek batuk.
NaHCO3, sebuah pengalkali sistemik kuat: untuk mengobati asidosis dengan
mengganti ion bicarbonate dan memulihkan kapasitas buffer tubuh.

PENATALAKSANAAN BEDAH
Tindakan Paliatif
1. Anastomose Blalock Taussig
Anastomose sub clavia pulmoner dari Blalock Taussig adalah intervensi palliative
yang umumnya dianjurkan bagi anak yang tidak sesuai bedah korektif. Arteri subklavia yang
berhadapan dengan sisi lengkung aorta diikat,dibelah dan dianastomosekan ke arteria
pulmoner kolateral. Keuntungan pirau ini adalah kemampuannya membuat pirau yang sangat
kecil,yang tumbuh bersama anak dan kenyataannya mudah mengangkatnya selama perbaikan
definitive.Anastomosis Blalock- Taussig yang dimodifikasi pada dasarnya sama , namun
memakai bahan prostetik,umumnya politetrafluoroetilen. Dengan pirau ini ukurannya dapat
lebih dikendalikan, dan lebih mudah diangkat karena kebanyakan seluruh perbaikan tuntas
dilakukan pada saat anak masih sangat muda.
Konsekuensi hemodinamik dari pirau Blalockn- Taussig adalah untuk memungkinkan darah
sistemik memasuki sirkulasi pulmoner melalui arteria subklavia, sehingga meningkatkan
aliran darah pulmoner dengan tekanan rendah, sehingga menghindari kongesti paru. Aliran
darah ini memungkinkan stabilisasi status jantung dan paru sampai anak itu cukup besar
untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman. Sirkulasi kolateral akan muncul untuk
menjamin aliran darah arterial yang memadai ke lengan,meskipun tekanan darah tidak dapat
diukur pada lengan itu.
2. Anastomose Waterston-Cooley
Anastomose Waterston Cooley adalah prosedur paliatif yang digunakan untuk bayi
yang menurunkan aliran darah paru,seperti Tetralogi Fallot. Prosedur ini merupakan prosedur
jantung tertutup,yaitu aorta desendens posterior secara langsung dijahit pada bagian anterior
arteri pulmoner kanan,membentuk sebuah fistula. Walaupun pirau ini sulit diangkat selama
perbaikan definitive, pirau ini pada umumnya telah menggantikan cara anastomose Potts-
Smith-Gibson, atau Potts, yang merupakan pirau end to end antara aorta desenden dan arteria
pulmoner kiri, karena secara tehnis paling mudah dilakukan.
Respon hemodinamik yang diharapkan adalah agar darah dari aorta mengalir ke dalam
arteria pulmoner , dan dengan demikian meningkatkan aliran darah pulmoner. Prosedur ini
akan mengurangi terjadinya anoksia,sianosis,dan jari tabuh. Dalam prosedur ini dihasilkan
murmur yang mirip dengan bunyi mesin.
3.Perbaikan definitif
Dulu perbaikan tuntas Tetralogi of fallot ditunda pelaksanaanya sampai anak
memasuki masa usia prasekolah,tetapi sekarang perbaikan tersebut dapat dengan aman dapat

10
dikerjakan pada anak-anak yang berusia 1 dan 2 tahun. Indikasi untuk pembedahan pada usia
yang sangat muda ini adalah polisitemia berat ( haematokrit diatas 60% )
,hypersianosis,hypoksia dan penurunan kualitas hidup. Pada operasi tersebut dibuat insisi
sternotomi median,dan bypass kardiopulmoner,dengan hypothermia profunda pada beberapa
bayi.
Jika sebelumnya telah terpasang pirau,pirau tersebut harus diangkat. Kecuali jika perbaikan
ini tidak dapat dilakukan melalui atrium kanan,hendaknya dihindari ventrikulotomi kanan
karena berpotensi mengganggu fungsi ventrikel. Obstruksi aliran keluar dari ventrikel kanan
dihilangkan dan dilebarkan,menggunakan dakron dengan dukungan perikard. Hindari
insufisiensi paru. Katub pulmoner diinsisi. Defek septum ventrikuli ditutup dengan tambahan
Dacron untuk melengkapi pembedahan. Pada kasus obstruksi saluran keluar ventrikel kanan,
dpaat dipasang sebuah pipa.

2.10 PENCEGAHAN
Langkah pencegahan untuk penyakit jantung kongenital ini sebenarnya tidak
diketahui tetapi langkah untukk berjaga-jaga bisa diambil untuk mengurangi risiko mendapat
bayi yang mengidap masalah jantung, yaitu: 8, 9, 10 Sebelum mengandung seseorang wanita
itu perlu memastikan ia telah mendapatkan imunisasi rubella.
Jangan merokok, minum alkohol, dan menyalahgunakan obat-obatan. Ibu-ibu yang
mengalami penyakit kronik seperti Diabetes, Fenilketonuria (PKU), epilepsi dan kecacatan
jantung perlu mengunjungi dokter sebelum hamil.
Persatuan Jantung Amerika (AHA) mencadangkan pemberian antibiotik pencegahan
(prophylaxis) kepada anak-anak yang menghidap endokarditis bakterialis apabila mereka
menjalani: 9, 10 Pembedahan tonsil dan adenoid. Pembedahan gastrointestinal, saluran
reproduksi dan saluran kemih. Ampicillin 50mg/kg (maksimal 2 g) bersama gentamicin 2 mg
(maksimal 80 mg) diberi 30 menit sebelum dilakukan prosedur berkenaan. Dan hendaknya
diulang 6 jam kemudian bagi kedua obat tersebut. Obat ulangan itu boleh diganti dengan
Amoxicillin 25 mg (maksimal 1.5 g) bagi penderita dengan resiko rendah

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
1. Anamnase
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Penanggung jawab :
Agama :
Status perkawinan :
Alamat :
No . medical record :
Tanggal masuk :
Diagnose medic :
Tanda tanda vital :
Nadi :
Tekanan darah :
Pernafasan :
Suhu :
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama / keadaan saat ini: Pada awal bayi baru lahir biasanya belum
ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.
Riwayat Penyakit keluarga : Penyakit genetic yang ada dalam keluarga : misalnya down
syndrome.Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan Riwayat sakit
keluarga: penyakit jantung, kelainan bawaan,DM,Hypertensi
Riwayat kehamilan: Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun.Program KB hormonal, riwayat
mengkonsumsi obat obat (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin,
jamu) Penyakit infeksi yang diderita ibu : rubella ( campak Jerman ) atau infeksi virus
lainnya Pajanan terhadap radiasi selama kehamilan,Ibu yang alkoholik, Gizi ang buruk
selama kehamilan
Pajanan yang terjadi sebelum akhir bulan ke dua atau minggu ke 8 karena pembentukan
jantung berlangsung sampai dengan minggu ke dua
Riwayat Tumbuh:
o Pertumbuhan berat badan
o Kesesuaian berat badan dengan usia
o Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama
makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit
Riwayat perkembangan / psikososial
o Kemampuan psikososial

12
o Kesesuaian kemampuan psikososial dengan usia
o Kelainan tumbang yang menyertai
o Mekanisme koping anak / keluarga
o Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
o Perubahan status kesadaran dan sirkulasi:
o Riwayat kejang,pingsan, sianosis
Pola aktifitas
o Toleransi terhadap aktifitas misalnya menangis, makan, mengejan
o Posisi tubuh setelah aktifitas : kneechest, sguanting
o Adakah kelelehan saat menyusu
o Pemenuhan kebutuhan nutrisi
o Kemampuan makan / minum
o Apakah bayi mengalami kesulitan untuk menyusu
o Hambatan pemenuhan kebutuhan nutrisi
o Tingkat pengetahuan anak dan keluarga
o Pemahaman tentang diagnose
o Pengetahuan dan penerimaan terhadap prognosis
o Regimen pengobatan dan perawatan
o Rencana perawatan di rumah
o Rencana pengobatatan dan perawatan lanjutan

Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Suhu
Nadi
Tekanan darah
Pernafasan

Pemeriksaan Fisik ( head to toe )


a. Adanya Sianosis terutama pada bibir dan kuku, dapat terjadi sianosi menetap ( morbus
sereleus )
b. Pada awalnya BBL belum ditemukan sianotik , bayi tampak biru setelah tumbuh
Berat badan bayi tidak bertambah
c. Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
d. Auscultasi didapatkan murmur pada batas kiri sternum tengah sampai bawah
e. Dispnea deeffort dan kadang disertai kejang periodic (spells) atau pingsan
f. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lambat

13
g. Serangan sianosis mendadak ( blue spells / cyanotic spells , paroxysmal hyperpnea ,
hypoxia spells ) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop
bahkan sampai koma dan kematian.
h. Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan
beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
i. Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin
melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
j. Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
k. Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan.
l. Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik
m. Setelah melakukan aktifitas, anak selalu jongkok ( squanting ) untuk mengurangi
hipoksi dengan posisi knee chest

a. Riwayat kehamilan :
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
1) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu
1) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
2) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
3) Pajanan terhadap sinar X

3.2 PEMERIKSAAN FISIK


1) Akivitas dan istirahat
Gejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena kondisinya.
Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,
keterbatasan dalam rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala : Takikardi, disritmia
Tanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis
pada membran muksa, gigi sianotik
3) Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
4) Makanan/ cairan

14
Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetek
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering
5) Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian
7) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/
mengeluh
8) Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam
9) `Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum,

2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :Peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah
b. Radiologis :Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu
c. Elektrokardiogram ( EKG) : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
e. Katerisasi jantung : ditemukan adanya defek septum ventrikel multiple, mendeteksi
kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer
f. Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2

3.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


o Rontgen thorax: menunjukkan peningkatan atau penurunan aliran pulmoner, tak ada
bukti bukti pembesaran jantung, bentuk seperti bot
o EKG: menunjukkan hypertrofi ventrikel kanan, hypertrofi ventrikel kiri atau keduanya

15
o Nilai gas darah arteri : PH turun, PO2 turun,PCO2 naik
o Haemoglobin atau hematokrit : memantau viskositas darah dan mendeteksi adanya anemia
defisiensi besi
o Jumlah trombosit : menurun
o Ekokardiogram : mendeteksi defek septum,posisi aorta,dan stenosis pulmoner
o Kateterisasi jantung : peningkatan sistemik dalam ventrikel kanan, penurunan tekanan
arteri pulmoner dengan penurunan saturasi hemoglobin arteri.
o Uji telan barium menunjukkan pergeseran trachea dari garis tengah kea rah kiri
o Radiogram abdomen: mendeteksi kemungkinan adanya kelainan congenital lain

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperventilasi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi dan ventilasi
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelainan jantung : tetralogi of Fallot
4. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan transport oksigen
melalui alveoli dan membrane kapiler
5. Risiko cidera
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq
selama makan,peningkatan kebutuhan kalori dan penurunan nafsu makan
7. Intoleransi terhadap aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
8. Kurang pengetahuan keluarga ttg diagnostic,prognosa,perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif ,kesahan dalam memahami informasi yang
ada,kurang pengalaman.
9. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kelainan congenital :
tetralogi of fallot
PK. Hipoxia
PK. Embolisme paru

3.5 INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
.
1. Pola nafas tidak efektif b/d Menunjukkan pola Pemantauan Pernafasan:
hyperventilasi pernafasan efektif Pantau adanya pucat dan
dibuktikan oleh: sianosis
Pantau kecepatan , irama ,
Status pernafasan : kedalaman dan upaya
kepatenan jalan nafas: jalur pernafasan
nafas trakeobronchial Perhatikan pergerakan

16
bersih dan terbuka untuk dada,amati
pertukaran gas kesimetrisan,penggunaan
otot otot bantu serta
Status tanda vital : dalam retraksi otot supraklavikular
rentang normal dan interkosta
Pantau pernafasan yang
berbunyi seperti :
snoring,crowing,wheezing
atau gurgling
Pantau pola pernafasan :
takipnea,
bradipnea,hyperventilasi,per
nafasan kussmaul,
pernafasan biot , pernafasan
Cheyne-Stokes,dan apnea
Perhatikan lokasi trakea
Auscultasi suara nafas,
perhatikan area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan
adanya suara nafas
tambahan
Pantau peningkatan
kegelisahan, ansietas dan
lapar udara
Catat perubahan SaO2, akhir
tidal , dan nilai GDA
Pemantauan tanda vital
Pantau tanda vital : tekanan
darah, nadi penafasan dan
suhu
Informasikan pada keluarga
untuk tidak merokok di
ruangan
Anjurkan keluarga untuk
memberitahu perawat saat
terjadi ketidakefektifan pola
nafas
Kolaborasi pemberian
oksigen dan obat

17
Tenangkan pasien selama
periode gawat nafas
Informasikan kepada pasien
sebelum memulai
prosedur,untuk menurunkan
ansietas dan meningkatkan
perasaan kendali
Atur posisi pasien untuk
mengoptimalkan penafasan.
2. Gangguan pertukaran gas NOC: NIC:
berhubungan dengan Gangguan pertukaran gas Pemantauan pernafasan
ketidakseimbangan perfusi akan berkurang, yang Kaji suara paru,frekuensi
dan ventilasi dibuktikan oleh status dan kedalaman pernafasan
o
pernafasan : pertukaran gas Pantau saturasi O2 dengan
tidak terganggu,dengan oksimetri nadi
indicator sebagai berikut: o Pantau hasil gas darah
status mental ( missal : o Pantau status mental ( missal
tingkat : tingkat
kesadaran,gelisah,konfusi kesadaran,gelisah,konfusi )
),kadar PaO2,PaCO2,Ph, o Tingkatkan pemantauan pada
dan saturasi O2 dalam saat pasien mengalami
rentang toleransi penurunan kesadaran
o Observasi terhadap
peningkatan sianosis
o Auscultasi suara nafas,tandai
area penurunan atau
hilangnya ventilasi dan
adanya bunyi tambahan
o Pantau status pernafasan dan
oksigenasi sesuai kebutuhan
Pemantauan tanda vital :
suhu , nadi, tekanan darah,
pernafasan
Jelaskan pada keluarga alas
an pemnberian oksigen dan
tindakan lainnya
Kolaborasi dokter
pentingnya pemeriksaan gas
darah

18
Kolaborasi pemberian
therapy oksigen
Laporkan perubahan pada
data pengkajian terkait
Berikan obat sesuai yang
diresepkan
posisi pasien untuk
mengurangi dyspnea
Lakukan tindakan untuk
menurunkan konsumsi
oksigen ( misalnya,
pengendalian
nyeri,demam,kecemasan )
Status sirkulasi:
Kaji adanya
sianosis,perubahan status
mental,status pernafasan
o Kaji kaji toleransi terhadap
aktifitas
Regulasi Haemodinamik:
o Pantau denyut
perifer,pengisisn ulang
kapiler,dan suhu serta warna
ekstremitas
o Pantau dan dokumentasikan
frekuensi jantung,irama ,dan
nadi
o Minimalkan stressor
lingkungan dengan
menciptakan suasana
lingkungan yang kondusif
Pemantauan tanda vital:
o Pantau tanda vital meliputi :
suhu, nadi,pernafasan dan
tekanan darah
Jelaskan tujuan pemberian
oksigen pernasal / sungkup
Ajarkan pasien dan
keluarga tentang

19
perencanaan perawatan
dirumah meliputi
pembatasan aktifitas,tehnik
penurunan
stress,pemeliharaan
kecukupan asupan.

3. Penurunan curah jantung NOC: NIC:


berhubungan dengan ( Menunjukkan curah Status sirkulasi:
kelainan jantung : tetralogi jantung yang Kaji adanya
of Fallot ) sirkulasi yang memuaskan,dibuktikan sianosis,perubahan status
tidak efektif sekunder dengan mental,status pernafasan
dengan adanya malformasi status sirkulasi: tidak oKaji kaji toleransi terhadap
jantung didapati peningkatan aktifitas
cyanosis,toleransi aktifitas Regulasi Haemodinamik:
status tanda vital: dalam o Pantau denyut
rentang normal perifer,pengisisn ulang
kapiler,dan suhu serta warna
ekstremitas
o Pantau dan dokumentasikan
frekuensi jantung,irama ,dan
nadi
o Minimalkan stressor
lingkungan dengan
menciptakan suasana
lingkungan yang kondusif
Pemantauan tanda vital:
o Pantau tanda vital meliputi :
suhu, nadi,pernafasan dan
tekanan darah
Jelaskan tujuan pemberian
oksigen pernasal / sungkup
Ajarkan pasien dan
keluarga tentang
perencanaan perawatan
dirumah meliputi
pembatasan aktifitas,tehnik
penurunan
stress,pemeliharaan

20
kecukupan asupan.
4. Perubahan perfusi jaringan NOC: NIC:
serebral berhubungan Menunjukkan perfusi Pantau tingkat
dengan penurunan sirkulasi jaringan cerebral yang kesadaran,orientasi terhadap
( anoxia kronis, serangan adekuat dibuktikan: lingkungan
sianotik akut) Status Neurologis: Pantau tanda vital,ukuran
Kesadaran, orientasi bentuk dan kesimetrisan
terhadap lingkungan, pupil
periode kejang minimal Cegah cidera jika terjadi
kejang
Berikan istirahat baring
Kolaborasi pemberian
oksigen dan anti konvulsan
saat kejang
Pantau respon pasien
terhadap therapy yang
diberikan

5. Risiko cidera NOC: NIC:


Faktor risiko internal: Risiko cidera akan Identifikasi factor yang
hypoxia jaringan menurun,dibuktikan oleh : mempengaruhi kebutuhan
keamanan keamanan: perubahan status
personal,pengendalian mental, deficit sensorik atau
risiko, dan lingkungan motorik ( misalnya berjalan,
yang aman keseimbangan )
Identifikasi lingkunan yang
memungkinkan risiko
terjatuh :(misalnya:
pengaman tempat tidur,
lantai yang licin dll )
Berikan edukasi untuk
mencegah cidera
Bantu ambulasi dini
Libatkan keluarga
dalam pemantauan
6. Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC:
kurang dari kebutuhan Memperlihatkan status Kaji kemampuan pasien
tubuh berhubungan Gizi: asupan makanan dan dalam pemenuhan nutrisi
dengan fatiq selama cairan, yang dibuktikan Pantau kandungan nutrisi

21
makan,peningkatan oleh indicator: dan kalori asupan
kebutuhan kalori dan Makanan oral ,pemberian Timbang berat badan
penurunan nafsu makan asi, pemberian makan pasien pada interval yang
lewat slang,atau nutrisi tepat
parenteral adekuat Berikan informasi nutrisi
yang tepat, kebutuhan
nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
Anjurkan pasien atau ibu
menyusui makan makanan
yang bergizi untuk
meningkatkan kualitas
asupan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan
Ciptakan lingkungan
yang kondusif
7. Intoleransi terhadap NOC: NIC:
aktifitas berhubungan Menunjukkan toleransi Kaji tingkat kemampuan
dengan ketidak aktifitas yang dibuktikan aktifitas pasien
seimbangan suplai dan indicator sebagai berikut: Pantau respon
kebutuhan oksigen tidak sesak nafas saat kardiovaskuler terhadap
beraktifitas, saturasi aktifitas :
oksigen dalama rentang takikardi,dyspnea,pucat,teka
normal,tandavital dalam nan hemodinamik,
rentang normal frekwensi pernafasan.
Jelaskan pentingnya asupan
nutrisi yang baik
Ajarkan tindakan untuk
menghemat energy misalnya
: menyiapkan alat / benda
dekat dan mudah terjangkau
Ajarkan teknik perawatan
diri yang meminimalkan
konsumsi oksigen
Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan

22
pasien

8. Kurang pengetahuan NOC: NIC:


keluarga tentang Memperlihatkan Kaji tingkat pengetahuan
diagnostic,prognosa,peraw pengetahuan keluarga: pasien tentang
atan dan pengobatan diagnostic,prognosa,peraw diagnose,prognosa,perawata
berhubungan dengan atan dan pengobatan yang n dan pengobatan pasien
keterbatasan kognitif dibuktikan dengan Kaji kemampuan untuk
,kesahan dalam memahami indicator sebagai berikut: menerima informasi
informasi yang ada,kurang Mendiskripsikan diagnose, Beri penyuluhan terkait
pengalaman. prognosa, perawatan dan pengetahuan yang
pengobatan pasien diperlukan
Kolaborasi dokter untuk
memberikan informasi
tentang diagnose, prognosa
dan pengobatan
Jelaskan program
perawatan selama di rumah
sakit dan di rumah
9. Gangguan pertumbuhan NOC: NIC:
dan perkembangan Pasien akan mencapai Lakukan pengkajian
berhubungan dengan tingkat kesejahteraan, kesehatan secara seksama :
kelaianan congenital: kemandirian,pertumbuhan tingkat pertumbuhan dan
tetralogi of fallot dan perkembangan perkembangan dan
tertinggi sesuai dengan lingkungan keluarga
status penyakit atau Identifikasi masalah
ketunadayaan pasien pertumbuhan dan
perkembangan yang
berhubungan dan buat
rencana tindakannya
Kaji keadekuatan asupan
nutrisi
Pantau interaksi dan
komunikasi anak dengan
orang tua
Ajarkan tahapan penting
perkembangan normal dan
perilaku yang berhubungan
Bantu keluarga

23
membangun strategi untuk
mengintegrasikan
Berikan aktifitas yang
meningkatkan interaksi
diantara anak anak
Dorong anak untuk
mengekspresikan diri
melalui pujian atau umpan
yang positif atas usaha
usahanya
Beri mainan atau benda
benda yang sesuai dengan
usianya
Dukung pasien untuk
mengemban tanggungjawab
perawatan diri sebanyak
mungkin
Dukung orang tuan untuk
mengkomunikasikan secara
jelas harapan terhadap
tanggung jawab atas
perilaku anak.

3.5 IMPLEMENTASI
Implementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun
/ ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat
terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan
juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan
fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang
dapat dilakukan oleh perawat :
1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukaan
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.

24
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah, dan
memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan
dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan
keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien
deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga
kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas
dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.

3.6 EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien
dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan dengan
standart yang telah ditetapkan.
- Tujuan tercapai sebagian : Pasien menunjukkan perubahan sebagai
sebagian sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
- Tujuan tidak tercapai : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kombinasi kelainan kongenital yang dikenal sebagai tetralogi fallot antara lain defek
septum ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katup pulmoner, dan hipertrofi ventrikel
kanan. Penyebab tetralogi fallot terdiri dari 2 faktor, yaitu endogen dan eksogen. Anak
dengan tetralogi fallot umumnya akan mengalami keluhan sesak saat beraktivitas, berat badan
bayi yang tidak bertambah, clubbing fingers, dan sianosis. Pemeriksaan yang dilakukan
antara lain pemeriksaan darah, foto thorax, elektrokardiografi, ekokardiografi.

4.2 SARAN
1. Hindari penggunaan alkohol atau obat yang membahayakan pada masa kehamilan
2. Makanan ibu haruslah mencukupi nilai gizi serta nutrisi yang dibutuhkan.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Breitbart R, Flyer D. Tetralogy of fallot. In: Flyer DC, editor. Nadas Pediatric Cardiology
2ed. Philadelphia: Saunders-Elsevier,2006.

2. Nair P, Tadmouri GO, Ibrahim E, Al-Arrayed S. Tetralogy of Fallot. 2008 [April 2012].
Tersedia dari : http://www.cags.org.ae

3. Apitz C, Webb GD, Redington AN. Tetralogy of Fallot. Lancet 2009; 374(9699): 146271.

4. Anonim. Tetralogy of Fallot. [diunduh April 2012]. Tersedia dari : http://www.ecc-


book.com

5. Fernandez MMG. Tetralogy of Fallot : From Fetus to Adult. 2010. Portugal: Faculdade de
Midicina Universidade do Porto; 2010.

6. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of pediatrics. 18th
ed. Philadelphia: Saunders-Elsevier; 2007.

7. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatalogi. Jakarta:
IDAI; 2008.

8. Fox D, Devendra GP, Hart SA, Krasuski RA. When blue babies grow up: What you need
to know about tetralogy of Fallot. Cleve Clin J Med. 2010;77(11):821-8

9. acob G, Mathews C. Unrepaired Tetralogy of Fallot Presenting of Brain Abscess. Calicut


Medical Journal 2010; 8(3):e5.

10. Nova R. Penyulit pada Penyakit Jantung Bawaan Sianotik. Palembang: Subbagian
Kardiologi IKA FK Unsri; 2010.

11. Goodkin HP, Harper MB, Pomeroy SL. Intracranial abscess in children: Historical trends
at Childrens hospital, Boston. Pediatrics 2004;111(8):1765-70.

12. Yanagihara C, Wada Y, Nishimura Y. Infectious endocarditis associated with


subarachnoid hemorrhage, subdural hematoma and multiple brain abscesses. Intern Med
2003;42(12):1244-7.

13. Watson DG, Smith JC, Warren ET. Congestive Heart Failure with Tetralogy of Fallot
Relieved by an Aortopulmonary Shunt. Pediatr Cardiol. 1997; 18:3814.

14. Hsu DT, Pearson GD. Heart Failure in Children: Part I: History, Etiology, and
Pathophysiology. Circ Heart Fail. 2009;2(1):63-70.

15. Senzaki H, Ishido H, Iwamoto Y, Taketazu M, Kobayashi T, Katogi T, et al. Sedation of


hypercyanotic spells in a neonate with tetralogy of Fallot using dexmedetomidine. J Pediatr
(Rio J).2008;84(4):377-80.
16. Chrysostomou C, Sanchez TJ, Avolio T, Motoa MV, Berry D, Morell VO, et al.
Dexmedetomidine use in a pediatric cardiac intensive care unit: can we use it in infants after
cardiac surgery?.

27
Pediatr Crit Care Med. 2009;10(6):654-60.

17. Al Habib HF, Jacobs JP, Mavroudis C, Tchervenkov CI, OBrien SM, Mohammadi S, et
al. Contemporary patterns of management of tetralogy of Fallot: data from the Society of
Thoracic Surgeons Database. Ann Thorac Surg. 2010;90(3):813-9.

18. Park CS, Lee JR, Lim HG, Kim WH, Kim YJ. The long-term result of total repair for
tetralogy of Fallot. Eur J Cardiothorac Surg. 2010;38(3):311-7.

19. Robinson JD, Rathod RH, Brown DW, Del Nido PJ, Lock JE, McElhinney DB, et al. The
evolving role of intraoperative balloon pulmonary valvuloplasty in valve-sparing repair of
tetralogy of Fallot. J Thorac Cardiovasc Surg. 2011;142(6):1367-73.

20. Bashore TM. Adult congenital heart disease: right ventricular outfl ow tract lesions.
Circulation 2007; 115(14):193347.

21. Gallegos RP. Selection of prosthetic heart valves. Curr Treat Options Cardiovasc Med.
2006;8(6):443-52.

22. Khambadkone S, Coats L, Taylor A, Boudjemline Y, Derrick G, Tsang V, et al.


Percutaneous pulmonary valve implantation in humans: results in 59 consecutive patients.
Circulation 2005;112(8):118997.

23. Lurz P, Coats L, Khambadkone S, Nordmeyer J, Boudjemline Y, Schievano S, et al.


Percutaneous pulmonary valve implantation: impact of evolving technology and learning
curve on clinical outcome. Circulation 2008; 117(15):196472.

24. Sineviratne RS, Navasivayam P, Perera S, Wickremasinghe RS. Microbiology of brain


abscess at a neurosurgical unit of the National Hospital of Sri Lanka. Ceylon Med J. 2003;
48(1):14-6 .

25. Weghtman NC, Barnham MRD, Dove M. Streptococcus milleri group bacteremia in
North Yorkshire, England. Indian J Med Res 2004; 119(Suppl): 164-7.

26. Atiq M, Ahmed US, Allana SS, Chishti KN. Brain abscess in children. Indian J
Pediatr.2006;73(5):401-4.

27. Ogunkunle OO, Omokhodion SI, Oladokun RE, Odutola AA. Heart failure complicating
tetralogy of Fallot. West Afr J Med. 2004;23(1):75-8.

28

Anda mungkin juga menyukai