Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Pengertian
Penyakit jantung bawaan terdiri dari berbagaijenis dan salah satunya
adalah Tetralogi of Fallot. Yang mana Tetralogi of Fallot adalah suatu
penyakit dengan kelainan bawaan yang merupakan kelainan jantung bawaan
sianotik yang paling abnayak dijumpai. Kelainan ini mulai dilaporkan pada
tahun 1671, tetapi baru diformulasikan oleh Fallot pada tahun 1888.
Tetralogi fallot menempati urutan keempat dari angka kejadian
penyakit jantung bawaan pada anak, setelah defek setum ventrikel, defek
septum atrium dan duktus arteriosus persisten atau lebih kuranng 10-15% dari
seluruh penyakit jantung bawaan. Diantara penyakit jantung bawaan jantung
sianotik, tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Di RSU Dr. Soetomo sebagian
besar pasien Tetralogi Fallot didapati diatas 5 tahun dan prevalensi menurun
setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta
kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka
sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan
dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
A. Apa definisi dari Tetralogi of Fallot?
B. Bagaimana etiologi dari Tetralogo of Fallot?
C. Apa saja manifestasi klinis dari Tetralogi of Fallot?
D. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk Tetralogi of Fallot ?
E. Bagaimana penatalaksanaan untuk Tetralogi of Fallot?
F. Apa saja komplikasi yang muncul pada Tetralogi of Fallot?
G. Bagaimana riwayat prognosis untuk Tetralogi of Fallot?
H. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk Tetralogi of Fallot?
C. Tujuan
A. Memahami dan mampu menjelaskan tentang definii dari Tetralogi of
Fallot.

1
B. Memahami dan mampu menjalaskan tentang etiologi dari Tetralogi of
Fallot.
C. Memahami dan mampu menjalaskan tentang manifestasi klinis dari
Tetralogi of Fallot.
D. Memahami dan mampu menjalaskan tentang pemeriksaan diagnostik
untuk Tetralogi of Fallot.
E. Memahami dan mampu menjalaskan tentang penatalaksanaan untuk
Tetralogi of Fallot.
F. Memahami dan mampu menjalaskan tentang komplikasi yang muncul
pada Tetralogi of Fallot.
G. Memahami dan mampu menjalaskan tentang riwayat prognosis untuk
Tetralogi of Fallot
H. Memahami dan mampu menjalaskan tentang asuhan keperawatan yang
tepat untuk Tetralogi of Fallot.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tetralogy fallot (TOF) adalah kelainan jantung dengan gangguan
sianosis (penyakit jantung bawaan) ysng ditandai dengan kombinasi empat
hal yang abnormal meliputi desinfektan septum ventrikel, stenosis pulmonal,
overriding, aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
B. Etiologi
Pada sebagian kasus penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti akan tetapi diduga karena adanya factor endogen dan
eksogen. Factor factor tersebut antara lain
a. Factor endogen :
a) Berbagi jenis penyakit genetic : kelainan kromosom
b) Anak yang lahir menderita penyakit jantung bawaan
c) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti DM, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
b. Factor eksogen :
a) Riwayat kehamilan ibu : sbelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter (thalidomide,
dekstroangpeheteamine, aminokterin, amithokpterin, janin)
b) Selama hamil ibu menderita rubella (campak jerman) atau inveksi
virus lainnya
c) Paparan sinar x
d) Gizi buruk selama hamil
e) Mengkonsumsi alcohol selama hamil
f) Usia ibu diatas 40 tahun (sumber : Ilmu Kesehatan Anak, 2001)
Dikemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena
menyusu atau menangis. TOF lebih sering ditemukan pada anak yang
menderita syndrome down. TOF dimasukkan kedalam kelainan jantung
sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen

3
keseluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan
sejak nafas. Mungkin gejala syanotik baru timbul

C. Manifestasi Klinis
Mur-mur mungkin merupakan tanda pertama yang bias ditemukan
oleh dokter. Ia merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat
didengar pada denyut jantung bayi. Kebanyakan bayi yang menderita
tetralogy of fallot mempunyai suara jantung. Cyanosis juga merupakan
pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah suatu keadaan
dimana pada sirkulasi bayikekurangan darah yang telah mengalami
oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
a. Warna kulit yang pucat,
b. frekuensi pernafasan yang meninggi
c. kulit terasa dingin
d. BB yang rendah
e. Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan
f. Clubbing finger’s

D. Patofisiologi
Tetralogy of fallot biasanya berakibatkan oksigenasi yang rendah
berhubungan dengan tercampurnya darah yang deoksigenasi dan oksigenasi
pada ventrikel kiri yang akan dipompa ke aorta karena obstruksi pada katup
pulmonal. Ini dikenal dengan istilah right-to-left shunt. Hal ini
mengakibatkan kulit bayi menjadi pucat dan terlihat biru. Apabila tetralogy of
fallot tidak ditangani pada jangka waktu yang panjang, maka akan
mengakibatkan hipertrofi ventrikel kanan progresif dan dilatasi berhubungan
dengan resistensi yang meningkat pada ventrikel kanan. Hal ini dapat
menyebabkan DC kanan yang bisa berakhir dengan kematian.

E. Komplikasi
Komplikasi dari gangguan ini antara lain adalah:

4
1. Penyakit vaskuler pulmoner kanan
2. Deformitas arteri pulmoner kanan
Komplikasi berikut dapat terjadi setelah anastomese blalock taussig:
1. Perdarahan
Perdarahan hebat terutama terjadi pada anak-anak dengan polisitemia
2. Emboli atau thrombosis serebri
Resiko lebih tinggi pada polisitemia, anemia, atau sepsis
a. Gagal jantung kongestif, jika piraunya terlalu besar
b. Oklusi dini pada pirau
c. Hipatotoraks
d. Pirau kanan ke kiri persisten pada tingkat atrium, terutama pada bayi
e. Cyanosis persisten
f. Kerusakan nervus frenikus
g. Efusi pleura

F. Penunjang
Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan lab ditemukan adanya peningkatan Hb dan Ht akibat
saturasi oksigen yang rendah. Terdapat juga peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan
penurunan Ph. Pasien dengan Hb dan Ht normal atau rendah mungkin
menderita defisiensi besi. Nilai juga factor pembekuan darah (trombosit,
protombin time)
2. Elektrokardiogram ditemukan deviasi sumbuh QRS ke kanan, hipertrofi
ventrikel kanan, dan hipertrofi atrium kanan. Pada anak mungkin
gelombang T positif di VI, EKG sumbu QRS hamper selalu berdeviasi ke
kanan. Gelombang P dihandaran II tinggi (P pulmonal). Pada penderita
tetralogy asianosis, hipertrofi biventrikuler kombinasi mula-mula dapat
ditemukan, dengan progresivitas menuju hipertrofi ventrikel kanan seiring
berkembangnya sianosis.

5
3. Foto ronstgen torak ditemukan gambaran jantung khas seperti sepatu
boot, segmen pulmonal yang cekung, apex jantung terangkat (hipertrofi
ventrikel kanan), dan gambaran vaskulerisasi paru oligeni
4. Ekokardiogram digunakan untuk dua dimensi overriding aorta, tentukan
tipe VSD (perimembranus subaortic atau subarterial doubly comnicated),
deviasi spetum infundibular ke anteriol, dimensi dan fungsi ventrikel kiri,
serta tentukan konfluensi dan diameter cabang-cabang arteri pulmonalis
5. Ekokardiografi berwana dan Doppler digunakan untuk hitung
perbedaan tekanan ventrikel kanan arteri pulmonalis (beratnya PS).
Terdapat juga aliran ventrikel kanan keaorta ke VSD.
6. Sedap jantung digunakan untuk menilai konfluensi dan ukuran arteri
pulmonalis serta cabang-cabangnya, mencari anomaly arteri coroner,
melihat ada tidaknya VSD tambahan, dan melihat ada tidaknya kolateral
dari aorta langsung ke paru (anak besar/dewasa).
7. Angiografi ventrikel kanan atau artei pulmonalis digunakan untuk
,menilai konfluensi dan diameter kedua arteri pulmonalis, serta ada
tidaknya stenosis pada percabangan arteri pulmonalis atau diperifer.
8. Angiografi aorta dilakukan bila diperlukan untuk, melihat kelainan arteri
koronaria atau bila diduga ada kolateral.

G. Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka, terapi
ditujukan untuk memutus patofisiologis serangan terbebut, antara lain dengan
cara:
1. Posisi lutut kedada, agar aliran darah keparu bertambah
2. Morphinne sulfart 0,1 – 0,2 Mg/Kg SC,IM atau IV untuk menekan
pusat pernafasan dan mengatasi takibneu
3. Memberikan natrium dikarbonat 1 mEg/kg BB IV untuk koreksi
asidosis
4. Dikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB iv untuk mengatasi asidosis

6
5. Memberikan transfuse darah bila kadar HB kurang dari 15 g/dl, sekali
pemberian 5ML/kg BB. Bila pasien mengalami anemia relative dapat
diberikan preparat fe untuk meningkatkan kadar HB.
6. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat,
karena permasalahn bukan karna kekurangan oksigen, karena aliran
darah keparu menurun.dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi
takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang.
Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian : Propanol,
0,01 – 0,25 Mg/Kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut
jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan
1-10ML cairan dalam spuit, dosis awal /bolus diberikan separuhnya,
sehingga serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10
menit berikutnya.
7. Propanolol l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan
denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan
dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan
separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan
dalam 5-10 menit berikutnya.
8. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
9. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif
dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga
dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru 
bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh
tubuh juga meningkat.
a. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan
sianotik
b. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
c. Hindari dehidrasi

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat :
Gejala :Keletihan / kelelahan terus menerus sepangjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas. Dispnea pada
istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda :Gelisah, perubahan status mental, misal : letargi. Tanda
vital berubah pada aktivitas
b. Sirkulasi :
Gejala :Riwayat hipertensi, bengkak pada kaki, abdomen,
IM baru / akut
Tanda :Warna (kebiruan, pucat, abu – abu, sianotik)
Edema :Mungkin dependen, umum, atau pitting, khususnya
pada ekstremitas.
Frekuensi jantung :Takikardy
Tekanan nadi :Mungkin sempit, menunjukan penurunan volume
sekuncup
Hepar :Pembesaran/dapat teraba
Bunyi nafas :Rongki
Irama jantung :Disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi
ventrikel prematur/takikardi, blok jantung.
Punggung kuku :Pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat. Murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis
c. Integritas :
Gejala :Ansietas, takut
Tanda :Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas,
marah, ketakutan.
d. Eleminasi :
Gejala :Penurunan berkemih, berkemih di malam hari,

8
e. Makanan atau Cairan :
Gejala :Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
pembengkaan ekstremitas bawah,
Tanda :Distensi abdomen, edema (umum, dependen,
tekanan, pitting)

f. Neorosensori :
Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan
Tanda : Letargi, diorientasi, perubahan perilaku
g. Nyeri atau kenyamanan :
Gejala :Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri
abdomen kanan atas, sakit pada otot
Tanda :Tidak tenang, gelisah, focus menyempit
(menarik diri)
h. Pernapasan :
Gejala :Dipsnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal, penggunaan bantuan
pernapasan missal oksigen atau medikasi
Tanda : pernapasan :Takipnea, napas dangkal,
Bunyi napas :Mungkin tidak terdengar, dengan mengi
Fungsi mental :Kegelisahan
Warna kulit :Pucat atau sianosis
i. Pemeriksaan Diagnostik :
EKG :Hipertrofi atrial atau ventrikuler, iskemia,
disritmia misal takikardi, fibrilasi atria.
Ekokardiogram :Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik dan
serambi, perubahan dalam fungsi atau struktur
katup atau area kontraktilitas ventricular.
Rontgen dada :Dapat menunjukkan pembesaran jantung,
bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertopi
bilik atau serambi, atau perubahan dalam

9
pembuluh darah mencerminkan peningkatan
tekanan pulmonal.
Enzim Hepar :Meningkat dalam gagal atau kongestif hepar.
AGD :Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia dengan
peningkatan PCO2 (akhir).
B. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural
jantung.
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap
kebutuhan tubuh.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak
adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
C. Rencana Intervensi
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam
aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5
– 2 ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Setelah diberikan asuhan a. Kaji frekuensi a. Memonitor adanya
keperawatan selama 3 x nadi, RR, TD secara perubahan sirkulasi
24 jam, diharapkan teratur setiap 4 jam. jantung sedini mungkin.
penurunan cardiac output b. Catat bunyi b. Mengetahui adanya
pada klien dapat diatasi, jantung. perubahan irama jantung.
dengan kriteria hasil : c. Kaji perubahan c. Pucat menunjukkan
-   denyut nadi klien warna kulit terhadap adanya penurunan

10
kembali normal, yaitu 90 sianosis dan pucat. perfusi perifer terhadap
– 140 x/mnt d. Pantau intake dan tidak adekuatnya curah
-    Klien tidak terlihat output setiap 24 jam. jantung. Sianosis terjadi
pucat. e. Batasi aktifitas sebagai akibat adanya
-    Klien tidak terlihat secara adekuat. obstruksi aliran darah
lemah. f. Berikan kondisi pada ventrikel.
-    mengalami sianosis psikologis lingkungan d. Ginjal berespon untuk
pada tubuhnya. yang tenang. menurunkna curah
jantung dengan menahan
produksi cairan dan
natrium.
e. Istirahat memadai
diperlukan untuk
memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung dan
menurunkan komsumsi
O2 dan kerja berlebihan.
f. Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatkan TD
dan meningkatkan kerja
jantung.
b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap
kebutuhan tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan,
istirahat tidur tercukupi.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan a.Ikuti pola istirahat a. Menghindari gangguan

11
keperawatan selama 3 x 24 pasien, hindari pada istirahat tidur
jam, diharapkan masalah pemberian intervensi pasien sehingga
intoleransi aktivitas dapat pada saat istirahat. kebutuhan energi dapat
teratasi dengan kriteria hasil: b. Lakukan dibatasi untuk aktifitas
-       Pasien dapat perawatan dengan cepat, lain yang lebih penting.
melakukan aktivitas sesuai hindari pengeluaran b. Meningkatkan
dengan batas kemampuan energi berlebih dari kebutuhan istirahat
-       Klien dapat tidur pasien. pasien dan menghemat
nyenyak pada c.Bantu pasien memilih energi pasien.
malam hari kegiatan yang tidak c. Menghindarkan pasien
-       Klien terlihat lebih melelahkan. dari kegiatan yang
segar ketika d. Hindari perubahan melelahkan dan
terbangun suhu lingkungan yang meningkatkan beban
mendadak. kerja jantung.
e.Kurangi kecemasan d. Perubahan suhu
pasien dengan memberi lingkungan yang
penjelasan yang mendadak merangsang
dibutuhkan pasien dan kebutuhan akan oksigen
keluarga. yang meningkat.
f. Respon perubahan e. Kecemasan
keadaan psikologis meningkatkan respon
pasien (menangis, psikologis yang
murung dll) dengan merangsang peningkatan
baik. kortisol dan
meningkatkan suplai
O2.
f. Stres dan kecemasan
berpengaruh terhadap
kebutuhan O2 jaringan.

12
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh
kembang sesuai dengan usia.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi
social.:
Rencana intervensi dan rasional:

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Setelah diberikan asuhan   Sediakan kebutuhan
   Menunjang kebutuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam, nutrisi adekuat. nutrisi pada masa
diharapkan pertumbuhan dan pertumbuhan dan
perkembangan klien dapat perkembangan serta
mengikuti kurva tumbuh   Monitor BB/TB,meningkatkan daya
kembang sesuai dengan usia , buat catatan khusustahan tubuh.
dengan kriteria hasil : sebagai monitor.    Sebagai monitor
-Anak usia 6 bulan dapat :    Kolaborasi intake Feterhadap keadaan
Merangkak,duduk dengan dalam nutrisi. pertumbuhan dan
bantuan, menggenggam, dan keadaan gizi pasien
memasukkan benda ke mulut. selama dirawat.
-Berat badan, lingkar kepala,    Mencegah terjadinya
lingkar lengan atas, dan rata – rata anemia sedini mungkin
masa tubuh berada dalam batas sebagi akibat penurunan
normal sesuai usia. kardiak output.
-Klien dapat berinteraksi dengan
keluarga

13
d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Rencana intervensi dan rasional:

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Setelah diberikan asuhan a. Kaji tanda vital dan a. Memonitor gejala
keperawatan selama 3 x 24 tanda – tanda infeksi dan tanda infeksi
jam, diharapkan infeksi umum lainnya. sedini mungkin.
pada klien tidak terjadi b. Hindari kontak b. Menghindarkan
dengan kriteria hasil : dengan sumber pasien dari
infeksi. kemungkinan terkena
-Terbebas dari tanda - tanda c. Sediakan waktu infeksi dari sumber
infeksi istirahat yang yang dapat dihindari.
-Menunjukkan hygiene adekuat. c. Istirahat adekuat
pribadi yang adekuat d. Sediakan kebutuhan membantu
nutrisi yang adekuat meningkatkan
sesuai kebutuhan. keadaan umum
pasien.
d. Nutrisi adekuat
menunjang daya
tahan tubuh pasien
yang optimal.

14
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Kombinasi kelainan kogenital yang dikenal sebagai tetralogy fallot
antara lain defek septum ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katup
pulmoner, dan hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab tetralogy fallot terdiri dari
dua faktoy, yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan tetralogy fallot
umumnya akan mengalami keluhan sesak saat beraktivitas, berat badan bayi
yang tidak bertambah, clubbing fingers, dan sianosis.

B. Penutup
1. Hindari penggunaan alkohol atau obat yang membehayakan pada
kesehatan masa kehamilan

15
2. Sebaiknya ibu yang hamil haruslah mencukupi nilai gizi serta nutrisi yang
dibutuhkan.

DAFTAR ISI

http://kampusdokter.blogspot.co.id/2012/12/tetralogi-fallot.html
http://akpermalahayatimedan.blogspot.co.id/2013/05/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan.html
http://deniaariani.blogspot.com/2013/10/tetralogi-of-fallot.html
http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.co.id/2013/03/asuhan-keperawatan-
anak-dengan.html

A Samik Wahab, 1999, Ilmu Kesehatan Anak nelson vol 2, Jakarta:EGC

16

Anda mungkin juga menyukai